OLEH
KELOMPOK IV
KELAS A
SEMESTER IV
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat TuhanYang Maha Esa karena atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Bahkan penulis berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-
har.penulis menyadari bahwa bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaa oleh karena itu di harapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca
Kelompok IV
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................!
DAFTAR ISI..................................................................................................!!
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang...............................................................................................1
Rumusan Masalah..........................................................................................1
BAB II KONSEP PENYAKIT
2.1 Anatomi fisiologi ...............................................................................................2
22 pengertian ISK....................................................................................2
2.3 tanda dan gejala ...................................................................................................3
2.4 patofisiologi/pathway...........................................................................................3
2.5 komplikasi..................................................................................4
2.6pemeriksaan penunjang...........................................................................5
2.7 Penatalaksanaan......................................................................................5
2.8 Klasifikasi...............................................................................................6
B. KONSEP ASKEP
2.11 Pengkajian............................................................................................7
2.12 Diagnosa Keperawatan ( SDKI)..........................................................7
2.13 Intervensi(SIKI)...................................................................................8
2.14 Implementasi ......................................................................................8
2.15 Evaluasi ..............................................................................................9
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan.........................................................................................10
3.2 Saran....................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
iii
Glosarium
iv
BAB 1
PENDAHULUA
N
5
6
BAB 2
LANDASAN TEORI
7
3) Vesica Urinaria (kandung kemih) sering juga disebut kandung kemih atau
buli- buli, merupakan, tempat untuk menampung urine yang berasal dari
ginjal melalui ureter, untuk selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan
eksternal tubuh melalui mekanisme relaksasi sphincter. Vesica urinaria
terletak di lantai pelvis (pelvis floor), bersama-samadengan organ lain
sepertirektum, organ reproduksi, bagianusushalus, serta pembuluh-
pembuluh darah, limfatik dan saraf.
4) Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria
menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan
wanita. Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga
berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat),
sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 3,5 cm. Selain itu, pria
memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter externa (di uretra pars
membranosa, bersifat volunter), sdeangkan pada wanita hanya memiliki
m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih dan bersifat
volunter).
8
aseding oleh sistitis karena kuan bersal dari flora fekal yang menimbulkan
koloni perineum lalu kuman masuk melalui uretra(Widagdo, 2012). ISK ialah
istilah umum untuk menyatakan adanya pertumbuhan bakteri didalam saluran
kemih, meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih.
Pertumbunhan bakteri yang mencapai > 100.000 unit koloni per ml urin segar
pancar tengah (midstream urin) pagi hari, digunakan sebagai batasan diagnosa
ISK (IDAI,2011)
9
1.2.3 Tanda dan gejala
9
1.2.4 Etiologi
ISK terjadi tergantung banyak faktor seperti : Usia, gender, prevalensi bakteriuria, dan
faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal
(Nurarif & Kusuma, 2015).
Berikut menurut jenis mikroorganisme dan usia :
1) Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK,antara lain:
(1) Escherichia Coli : 90% penyebab ISK uncomplicated (simple).
(2) Pseudomonas, Proteus, Klebsiella: penyebab ISK complicated.
(3) Enterobacter, Staphylococcus epidemidis, Enterococci.
(4) Menahan kencing terlalu lama dan lain-lain.
2) Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :
(1) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat
pengosongan kandung kemih yang kurang efektif.
(2) Mobilitas menurun.
(3) Nutrisi yang sering kurang baik.
(4) Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral.
(5) Adanya hambatan pada aliran urin.
(6) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
10
1.2.5Patofisiologi
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) masuk ke dalam
saluran kemih dan berkembang biak. Saluran kemih terdiri dari kandung
kemih, uretra dan dua ureter dan ginjal (Purnomo, 2014).
Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau urin bebas dari
mikroorganisma atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada saat
mikroorganisme ke dalam saluran kemih dan berkembang biak di dalam
media urin (Israr, 2009). Mikroorganisme penyebab ISK umumnya berasal
dari flora usus dan hidup secara komensal dalam introitus vagina,
preposium, penis, kulit perinium, dan sekitar anus. Kuman yang berasal dari
feses atau dubur, masuk ke dalam saluran kemih bagian bawah atau uretra,
kemudian naik ke kandung kemih dan dapat sampai ke ginjal (Fitriani,
2013).
Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui empat cara, yaitu:
3) Ascending, kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman
yang berasal dari flora normal usus dan hidup secara komensal introitus
11
vagina, preposium penis, kulit perineum, dan sekitar anus. Infeksi
secara ascending (naik) dapat terjadi melalui empat tahapan, yaitu :
a) Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah
introitus vagina
b) Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli
c) Mulitiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam
kandung kemih
d) Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal
(Israr, 2009).
4) Hematogen (descending) disebut demikian bila sebelumnya terjadi
infeksi pada ginjal yang akhirnya menyebar sampai ke dalam saluran
kemih melalui peredaran darah.
5) Limfogen (jalur limfatik) jika masuknya mikroorganisme melalui
sistem limfatik yang menghubungkan kandung kemih dengan ginjal
namun yang terakhir ini jarang terjadi (Coyle dan Prince, 2009).
6) Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau
eksogen sebagai akibat dari pemakaian kateter (Israr, 2009).
12
4)Pielonefritis akut (PNA) : proses infeksi parenkim ginjal yang disebabkan
infeksi bakteri. Pielonefritis kronis (PNK): kemungkinan akibat lanjut dari
infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil.
ISK pada usia lanjut, dapat dibedakan menjadi :
(1) ISK uncomplicated (simple) merupakan ISK sederhana yang terjadi pada
penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic maupun fungsional
normal. ISK ini pada usia lanjut terutama mengenai penderita wanita dan
infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.
(2) ISK compilacted, sering menimbulkan banyak masalah karena seringkali
kuman penyebab sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap
beberapa macam antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock.
ISK ini terjadi bila tedapat keadaan-keadaan sebagai berikut :
(3) Kelainan abnormal saluran kemih, misalnya batu , reflex vesiko uretral
obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kemih
menetap dan prostatitis.
(4) Kelainan faal ginjal GGA maupun GGK. Gangguan daya tahan tubuh dan
infeksi yang disebabkan karena organisme virulen seperti prosteus spp yang
memproduksi urease.
13
Pathway Menurut ( Fitriani, 2013 )
Pengosongan
p kandung kemih tidak efektif, imunitas
Mikroorganisme dan E.
patogenik; mobilitas menurun
Coli, proteus, klebsiella, pseudonomas
Sistoskopik,
dekubitus
terinfeksi,
Berkoloni di vulva
Distensi
Resistensi
terhadap kandung ISK
kemih menurun Obstruksi aliran urune (urolitisas,hip
hospitalisasi ginjal
14
2.1.6 komplikasi
Menurut Purnomo(2011),adapun komplikasi yang ditimbulkan yaitu:
1.Pyelonefritis
Infeksi yang naik dari ureter keginjal,tubulus refluxure throvesikal dan jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau
kedua ginjal.
2.GagalGinjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulangatau tidak diobati dengan tuntas
sehingga menyebabkan kerusakanginjalbaik secaraakutdan kronik.
2.1.7Pemeriksaan Penunjang
Analisa urin rutin, mikroskop urine segar tanpa putar, kultur urine, serta jumlah kuman/ml
urine.
Investigasi lanjutan :
Ultrasonogram (USG)
Radiografi : foto polos perut, pielografi IV, Micturating cystogram
Isotop scanning
2.8 Penatalaksanaan
1.Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut M.Clevo Rendy dan Margareth TH (2012:hal.221), pengobatan infeksi saluran kemih bertujuan
untuk menghilangkan gejala dengan cepat, membebaskan saluran kemih dari mikroorganisme dan
mencegah infeksi berulang, sehingga dapat menurunkan angka kecacatan serta angka kematian. Tujuan
tersebut dapat dicapai dengan dengan Perawatan dapat berupa:
Meningkatkan intake cairan 2–3 liter/hari bila tidak ada kontraindikasi.
Perubahan pola hidup diantaranya:
2. Penatalaksanaan Medis
a). Obat-obatan
15
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2..2.1 pengkajian
Pada klien penderita Infeksi saluran kemih dapat terjadi baik di pria maupun
wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis kelamin ternyata wanita lebih
Keluhan utama yang sering terjadi pada pasien infeksi saluran kemih
,nyeri saat berkemih, sering bolak balik kamar mandi tetapi kemih yang di
derita oleh klien dan mulai timbulnya keluhan yang di rasakan sampai klien di
bawa ke Rumah Sakit, dan apakah pernah memeriksakan diri ke tempat lain
sekalin Rumah Sakit umum serta pengobatan apa yang pernah di berikan dan
Perlu ditanyakan pada keluarga apakah salah satu anggota keluraga ada
yang pernah mengalami sakit yang sama dengan pasien atau penyakit yang
5) Riwayat psikososial
16
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita.
17
6) Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi
b. Pola nutrisi
penurunan akibat nafsu makan yang kurang karena mual, muntah saat
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas/istirahat
1. Keadaan umum
18
2. Kesadaran
A. Secara Kualitatif
keadaan sekelilingnya.
berhayal.
terhadap nyeri.
19
Secara Kuantitatif dengan GCS (Glasgow Coma Scale)
Nilai motorik
Respon Skala
Kekuatan normal 5
Kelemahan sedang 4
Kelemahan berat (antigravity) 3
Kelemahan berat (not antigravity) 2
Gerakan trace 1
Tak ada gerakan 0
20
7) Sistem Pernafasan
8) Sistem Kardiovaskuler
9) Sistem Neurologi
21
kesehatan atau masalah actual atau resiko mengidentifikasi serta menentukan
hematuri.
22
2.3 Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Tujuan SLKI Intervensi SIKI
o keperawatan SDKI
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Manajemen nyeri ( I.08238)
pencedera fisiologis tindakan OBSERVASI
{D.0077] keperawatan Identifikasi
selama 2x24 jam lokasi,karakteristik ,durasi,frekuensi,kualitas,intensita
diharapkan : s nyeri,
Keluhan
Identifikasi skala nyeri
nyeri dari
meningkat Identifikasi respon nyeri non verbal
menjadi Identifikasi faktor yang memperberat dan
menurun memperingan nyeri
(5)
( L.08066) Identifikasi keyakinan dan pengetahuan tentang nyeri
Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah diberikan
Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri ( mis, TENS,hipnosis,akupresor,terapi
musik,biofeedback,terapi pijat,aromaterapi,teknik
imajinasi,terbimbing,kompres hangat/dingin,terapi
bermain.)
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab,periode dan pemicu nyeri.
Jelaskan staretegi meredakan nyeri
Anjurkan memonitori nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Ajarkan tekhnik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Edukasi
Kolaborasi pemberian analgetik ,jika perlu
23
2. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Edukasi kesehatan ( I.12383)
b.d ketidaktahuan keperawata selama 1x24 jam Observasi
menemukan sumber diharapkan : Identifikasi kesiapan
informasi (D.0111) Kemampuan dan kemampuan
menjelaskan suatu menerima informasi
topik dari menurun Identifikasi faktor-
menjadi meningkat faktor yang dapat
(5) ( L.12111) meningkatkan dan
menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih
dan sehat
Terapeutik
Sediakan materi dan
media pendidikan
kesehatan
Jadwalkan pendidikan
kesehatan sessuai
dengan kesepakatan
Berikan kesempatan
untuk bertanya
Edukasi
Jelaskan faktor risiko
yang dapat
mempengaruhi kesehatan
Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat.
3. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan intervensi Pencegahan infeksi ( I.14539)
ketidakadekuatan selama 2x 24 jam maka Observasi
pertahanan tubuh diharapkan : Monitor tanda dan gejala
primer ( perubahan Nyeri dari lokal dan sistemik
sekresi PH) meningkat menjadi Terapeutik
(D.0142) menurun (5) Batasi jumlah
( L.14137) pengunjung
Berikan perawatan kulit
pada area edema
Edukasi
Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
24
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
imunisasi ,jika perlu
4. Gangguan eliminasi Setelah dilakukan intervensi Manejemen eliminasi urine
urin b.d penurunan selama 2x24 jam maka diharapkan ( I.04152)
kapasitas kandung gangguan eliminasi urine Observasi
kemih membaik dengan kriteria hasil : Identifikasi tanda dan
( D.0040) Desakan berkemih gejala retensi atau
dari mmeningkat inkontenesia urin
menjadi menurun Identifikasi faktor yang
(5) menyebabkan retensi
Berkemih tidak atau inkontenensia urin
tuntas dari Monitor eliminasi urin
meningkat menjadi (mis.
menurun (5) Frekuensi,konsistensi,aro
Urin menetes dari ma,volume,warna)
meningkat menjadi Terapeutik
menurun (5) Catat waktu-waktu dan
( L.04034) haluaran berkemih
Batasi asupan cairan jika
perlu
Ambil sampel urin
tengah ( mildstream atau
kultur)
Edukasi
Ajarkan tanda dan gejala
infeksi saluran kemih
Ajarkan mengukur
asupan cairan dan
haluaran urin
Ajarkan mengambil
spesimen urin midstream
Ajarkan mengenali tanda
berkemih dan waktu
yang tepat untuk
berkemih
Ajarkan terapi modalitas
penguatan otot-otot
panggul/perkemihan
Anjurkan minum yang
cukup,jika tidak ada
kontra indikasi
Anjurkan mengurangi
minum menjelang tidur
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
obat suposutoria uretra
jika perlu
25
LAPORAN KASUS
1.1 Pengkajian
1.1.1 Identitas Pasien
Nama pasien : Ny, M
Usia : 25 Tahun
suku : timor
Pendidkan : SMA
alamat : penfui
S : skala 7 (berat),
26
T ; nyeri makin meningkat jika berkemih dan hilang pada saat beristirahat.
f. Pola kebiasaan
Frekuensi makan dan minum berkurang karena adanya mual dan muntah
2. Eliminasi
27
mengatakan tidur 2 jam, klien mengatakan saat beraktivitas Klien dibantu oleh
keluarganya karena nyeri dibagian perut ketika bangun. Klien mengatakan tidak
mengerti tentang penyakit yang dialami saat ini, klien terliht meringis, terlihat
lemah, dibantu oleh keluarganya saat beraktivitas dan BAK, klien terlihat bingung
dan selalu bertanya kepada perawat tentang penyakitnya, klien terlihat pucat,
leukosit klien 17,3 LPB, klien mengatakan saat berkemih klien tidak puas, karena
sedikit, klien mengatakan saat berkemih, klien ingin sekali menuntaskan air
kencingnya, klien mnegatakan sering buang air kecil namun sedikit saja dan klien
tidak puas saat berkemih. Terlihat leukosit 17,3 eritrosit 4,0 HB 13,5 g/DL ,HCT
36,5 %
1.1.2.4 Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pengkajian yang didapatkan klien tidak memiliki riwayat penyakit
seperti ini. Namun, Klien memiliki riwayat imunisasi yang lengkap. Sebelumnya
klien tidak pernah dirawat di rumah sakit. Klien memiliki riwayat alergi seperti
udang
1.1.2.5 Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari pengkajian yang didapatkan dalam keluarga, klien mengatakan tidak
memiliki riwayat penyakit seperti asma, bronchitis, TBC, hipertensi, penyakit
jantung, stroke, diabetes mellitus dan gangguan emosional
Genogram
28
Keterangan
: laki-laki
: perempuan
X : meninggal
: klien
Keterangan
Generasi 1 Orang tua klien masih hidup dan sehat
Generasi 2 Keluarga klien mengatakan klien anak ke lima (5) dari 7 bersaudara
Generasi 3 Klien belum berkeluarga saat ini
1.1.3 Data Psiko-sosial
- Sebelum sakit:
Klien klien mengatakan memiliki teman dekat, klien juga mengatakan sebelum
sakit klien tetap meminta bantuan pada keluarga. Namun, klien mengutamakan
Yang Maha Kuasa (Tuhan) sebagai penolong dalam setiap kesulitan, klien juga
mengatakan ikut dalam kegiatan kerja bakti ataupun yang lainnya.
-Saat sakit:
Klien mengatakan tidak bisa melakukan kegiatan apapun. Klien mengatakan
hanya meminta bantuan kepada keluarga dan saudaranya. Klien mengatakan tidak
memiliki masalah dalam keuangan selama dirawat di rumah sakit.
1.1.4 Data Spiritual
-Sebelum sakit :
Klien mengatakan selalu beribadah klien juga mengatakan selalu mengikuti
keagamaan di lingkungannya seperti ibadah.
-Saat sakit :
Klien mengatakan selama sakit hanya baring di tempat tidurnya, klien mengatakan
tidak pernah mengikuti kegiatan keagamaan seperti ibadah
29
1.1.5 Pola Kebiasaan Sehari-hari
Sebelum sakit:
Klien mengatakan makan 3x sehari, klien mengatakan tidak ada program diet dan
tidak kesulitan dalam makan, klien mengatakan nafsu makan meningkat, jenis
makanan klien yaitu sayur dan terkadang dengan ayam/daging, klien mengatakan
porsi makannya 1 piring penuh, klien mengatakan suka dengan semua makanan
kecuali udang karena klien alergi dengan makanan tersebut. Klien mengatakan
minum sebanyak 1,5 liter karena klien bantu kelurga kerja dipasar, dengan porsi
minum 1 gelas sedang dan kadang diselingi minum teh dan kopi, klien juga
mengatakan tidak ada kesulitan untuk minum.
Saat sakit:
Klien mengatakan makan bubur putih dengan sedikit sayuran dalam 3x sehari,
klien mengatakan tidak ada kesulitan menelan, nafsu makan baik, klien
mengatakan memiliki makanan pantangan yaitu udang. Klien mengatakan minum
4x sehari dengan aqua gelas dengan takaran 240 ml. klien juga mengatakan tidak
ada kesulitan untuk menelan.
1.1.6 Cairan
Sebelum sakit:
Klien mengatakan sering minum air minera sebanyak 1,5 liter dalam 1 hari.
Saat sakit:
Klien terlihat terpasang cairan NaCL 0,9% dengan jumlah cairan melalui
intravena 20 tetes x 60 x 24 : 20 =1440cc
1.1.7 Eliminasi urine dan eliminasi alvi
(1) Eliminasi
Urine
Sebelum sakit
Klien mengatakan BAK 4-6 kali sehari, tidak ada kesulitan dalam BAK dan
klien mengatakan urine berwarna kuning jernih, klien mengatakan setelah
BAK klien merasa nyaman, klien mengatakan tidak ada kesulitan untuk
BAK, klien mengatakan mencium bau dari urinenya.
Saat sakit
30
Klien terlihat terpasang kateter dengan urine ditampung di urine bag
dengan jumlah urine 1200 cc/ hari, urine klien berwarna kuning, urine
klien berbau pesing.
(2) Eliminasi Alvi
Sebelum sakit
Klien mengatakan BAB 2x sehari dan klien mengatakan terkadang feses
yang dikeluarkan keras, klien mengatakan konsistensi feses klien padat,
klien mengatakan warna feses cokelat, klien juga mengatakan tidak
menggunakan obat pencahar dan klien kesulitan untuk BAB karena nyeri
abdomen saat mengejan.
Saat sakit
Klien mengatakan BAB 2x sehari dan klien mengatakan terkadang feses
yang dikeluarkan keras, klien mengatakan konsistensi feses klien padat,
klien mengatakan warna feses cokelat, klien juga mengatakan tidak
menggunakan obat pencahar dan klien kesulitan untuk BAB karena nyeri
perut saat mengejan.
1.1.8 Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit
Klien mengatakan tidur malam pada jam 20.00 sampai dengan 05.00 karena
akan pergi bersama temannya dan terkadang bangun dimalam hari
untuk BAK, klien mengatakan tidak mengalami insomnia, utuk tidur siang
klien mengatakan tidur pada jam 12.00 sampai dengan 01.00 dan juga
terbagun terkadang karena panas, klien mengatakan tidak ada kesulitan tidur
Saat sakit
Klien mengatakan tidur malam tidak menentu, terkadang pukul 23.00
sampai dengan 00.00 dan klien selalu terbangun karena nyeri yang
dirasakan, setelah itu klien tidur kembali pada pukul 02.00 sampai dengan
03.30 klien mrngatakan kembali terbangun karena kurang nyaman , kualitas
tidur klien terganggu. Pada siang hari klien mengatakan tidur siang pada
pukul 12.00 sampai dengan 13.30 dan terbangun karena sakit, klien terlihat
mengantuk dan menguap
31
1.1.9 Aktivitas dan Gerak
Sebelum sakit:
Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri dengan mandiri,
sedangkan saat sakit dan dirawat di ruang Dahlia klien melakukan
perawatan diri dengan cara dibantu oleh keluarganya.
1.1.10 Personal Hygiene
Sebelum sakit:
Keluarga klien mengatakan klien mandi 2x sehari, keluarga klien
mengatakan cara mandi klien dengan membasuh air dari kepala hingga
kaki, kemudian klien menggosok badan dengan sabun dan membilas
dengan air sampai bersih, keluarga klien mengatakan klien memotong
kukunya setiap kuku mulai panjang, keluarga klien mengatakan klien
menggosok gigi dengan pasta gigi, keluarga klien mengatakan klien
menggosok gigi 2x sehari, keluarga klien mengatakan klien keramas
menggunakan shampoo, keluarga klien mengatakan klien keramas 2x
dalam 3 hari.
Saat sakit:
Keluarga klien mengatakan klien selama sakit mandi dibantu oleh
keluarganya, keluarga klien mengatakan klien keramas 3 dalam seminggu
dibantu dengan keluarganya, keluarga klien mengatakan klien keramas
dengan menggunakan shampoo, keluarga klien mengatakan klien
menggosok gigi menggunakan pasta gigi, keluarga klien mengatakan klien
gosok gigi 2x sehari, keluarga klien mengatakan klien memotong kukunya
jika mulai panjang dengan bantuan keluarganya.
1.1.11 Pemeriksaan Fisik
1.1.11.1 Keadaan Umum Klien: Klien telihat sakit
1.1.11.2 Tanda-Tanda Vital
1. Kesadaran: Composmentis
2. Glasgow Coma Scale (GCS): Motorik: 6, bicara (verbal): 5, pembukaan mata:
4. Total GCS = 15.
3. Tekanan Darah : 165/95 mmHg.
4. Nadi : 88 x/menit
32
5. Suhu : 38, °C
6. RR :20 x/menit
7. Antropometri:
1) Tinggi badan: 160 cm
2) Berat badan: 60 kg
3) IMT: 1,60 X 1,60= 2,25 : 60= 26,66
1.1.12 Pemeriksaan Sistemik
1.1.12.1 Kepala
Bentuk kepala normal, terlihat simetris kiri dan kanan, penyebaran rambut
klien merata, klien juga mengatakan ada benjolan di daerah kepala.
1.1.12.2 Mata
Ukuran pupil klien 2 mm, isokor. Tidak terdapat nyeri tekan pada saat
palpasi, penyebaran bulu mata dan alis merata kiri dan kanan, fungsi penglihatan
klien hanya mampu membaca buku <30 cm, konjungtiva terlihat pucat, klien
juga mengatakan tidak menggunakan kacamata ataupun lensa kontak
1.1.12.3 Hidung
Klien mengatakan tidak ada alergi debu, membrane mukosa
berwarna merah muda, tidak terdapat secret maupun silia dan polip. Fungsi
penciuman klien baik, tidak terdapat trauma ataupun epitaksis
1.1.12.4 Mulut dan Tenggorokan
Bibir klien terlihat lembab dan tidak terdapat labioskizis, klien terilihat
memiliki karang gigi, tidak ada stomatitis dan tidak terdapat palatoschizis
ataupun sariawan, terlihat tonsil klien berukuran T2. klien terlihat tidak ada
gangguan bicara, klien juga mengatakan tidak mengalami kesulitan menelan,
klien mengatakan tidak pernah melakukan pemeriksaan gigi
1.1.12.5 Telinga
Bentuk daun telinga klien terlihat simetris kiri dan kanan, dan berwarna
putih.Terlihat sedikit serumen pada telinga klien, tidak terdapat nyeri tekan.
Klien tidak dapat mendengar detikkan jam tangan.
1.1.12.6 Leher
33
Tidak ada pembengkakan, tidak terdapat peninggian vena jugularis, dan
tidak ada lesi.Posisi trakea tepat ditengah, tidak terdapat pembesaran kelenjar
getah bening, dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
1.1.12.7 Payudara:-
1.1.12.8 Thorax
Bentuk dada normochest, pengembangan dada simetris kanan dan kiri,
pernapasan
20 x/menit.Saat dilakukan vocal premitus terasa getaran yang kuat pada saat
klien menyebutkan tujuh puluh tujuh pada lapang paru kanan dan kiri.Terdengar
bunyi sonor pada seluruh lapang paru.Terdengar suara vesikuler, tidak ada suara
napas tambahan seperti ronchi dan wheezing.
1.1.12.9 Jantung
Terdapat ictus cordis, nadi = 88 x/menit, ictus cordis teraba 3 cm dibawa
areola mammae. Terdengar suara pekak, batas jantung dari ICS 2 sampai
dengan ICS 5. Suara jantung S1 lup dan suara jantung S2 dup, tidak terdengar
bunyi jantung tambahan seperti murmur dan gallop.
1.1.12.10 Abdomen
Pengembangan abdomen simetris kanan dan kiri, tidak ada pembesaran,
bentuk umbilicus tidak menonjol/masuk kedalam. Bising usus 21 x/menit,
terdapat nyeri tekan pada kuadran bawah, tidak terdapat adanya massa, terdapat
nyeri tekan pada perut bagian bawah (suprapubik), terdengar bunyi timpani,
tidak ada bunyi tambahan.
1.1.12.11 Genetalia -
1.1.12.12 Anus
Tidak ada pembesaran pembuluh darah, area anus berwarna kecokelatan,
tidak terdapat massa.
1.1.12.13 Lengan dan Tungkai
Terlihat lengan dan tungkai bagian kiri klien tidak memiliki kesulitan
bergerak namum klien lemah, warna kulit kuning langsat, tidak terdapat massa,
34
terlihat bekas luka dibetis kiri klien diakibatkan jatuh dan terkena kayu, tidak
terdapat edema
1.1.12.14 kekuatan otot
Refleks fisiologis:
1. Reflek biceps: Ditemukan hasil pada ekstremitas kanan atas hasilnya (++)
degan ditemuka hasil fleksi dilengan bawah, dan pada ekstremitas kiri atas
hasilnya (0) dengan tidak ditemukannya reflek fleksi
2. Reflek tendon achiles: Pemeriksaan tendon achiles ditemukan hasil pada
ektremitas bawah kanan hasilnya (++) dengan ditemukan hasil plantar fleksi pada
kaki dan pada ekstremitas bawah kiri ditemukan hasil (+) dengan ditemukannya
plantar fleksi yang pelan
Refleks Patologis:
1. Reflek babinski: Pemeriksaan reflek babinski ditemukan hasil pada
ekstremitas kanan bawah dengan hasil positif dengan ditemukan gerakan
dorsofleksi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya dan pada
ekstremitas kiri bawah juga ditemukan hasil yang sama.
2. Reflek oppenheim: Pemeriksaan oppenheim pada ekstremitas kanan
bawah ditemukannya hasil respon negatif dengan adanya gerakan
dorsofleksi, dan pada pemeriksaan ekstremitas kiri bawah ditemukan hasil
negatif dikarenakan tidak adanya gerakan dorsofleksi
1.1.12.15 Collumna Vertebralis
Tidak terdapat kelainan pada tulang belakang. Tidak ada nyeri
tekan, tidak terdapat massa.
1.1.12.16 Uji Saraf Cranialis
1. Nervus olfaktorius: Klien dapat membedakan bau minyak kayu putih
dan kopi dengan cara meminta klien utuk menutup mata dan
membedakan antara bau minyak kayu putih dan kopi.
2. Nervus optikus: Klien dapat membaca buku <30 cm, dan klien
tidak menggunakan kacamata dan ukuran pupil klien 2 mm, klien juga
mampu menggerakan bola mata ke delapan arah
35
3. Nervus okulomotoris: Tidak terdapat ptosis pada klien, klien mampu
mengikuti arahan jari telunjuk perawat diarah medial, atas dan
bawah, tidak terdapat nistagmus
4. Nervus toklearis: Terlihat ukuran pupil 2 mm, kdua pupil isokor, klien
dapat mengedip saat diberikan sentuhan kapas dan terdapat reaksi positif
terhadap rangsangan cahaya
5. Nervus trigeminus: Terlihat klien mengedipkan mata secara cepat
saat diberikan sentuhan kapas, klien juga mengatakan adanya rasa nyeri
saat diberikan kapas, da saat klien mengatupkan giginya kekuatan otot
tidak maksimal.
6. Nervus abdusens: Klien dapat mengikuti keenam arah lateral atas,
medial atas, medial bawah dan lateral bawah. Pada mata kanan klien
tidak mengalami diplopia, namun pada mata kiri klien mengeluh kabur
7. Nervus fasialis: Terlihat klien dapat mengangkat alis kiri dan kanan,
simetris.
Klien dapat memperlihatkan giginya atau tersenyum, klien dapat bersiul
dan mampu meniup dengan kekuatan otot pipi kiri dan kanan sama,
klien juga dapat menyebutkan 1 zat perasa seperti kopi
8. Nervus vestibulokoklearis: Pemeriksaan vestibulokoklearis
dengan menggunakan arloji, klien tidak dapat mendengar suara detik jam
tersebut
9. Nervus glosofaringeus dan Nervus vagus: Klien mampu
membedakan rasa asin, manis, dan pahit, klien juga tidak mengalami
kesulitan menelan. Klien dapat mengucapkan “aaaa” dan uvula tetap
berada ditengah.
10. Nervus asesorius: Pemeriksaan otot trapezius terdapat tahanan yang
lebih dominan dibahu kanan dibandingkan bahu kiri, sedangkan pada
otot sternokleidomatoideus terdapat tahanan lebih dominan kanan
dibandigkan otot sternokleidomastoideus kiri.
11. Nervus hipoglasus: Klien dapat menjulurkan lidah lurus keluar dan
kedalam secara cepat, klien tidak dapat menggerakkan lidahnya
kekiri dan kanan secara cepat.
36
1.1.12.17 Kulit
Kulit klien terlihat bersih, namun didaerah dada atas sampai ke payudara
terdapat bekas bintik-bintik kemerahan yang diakibatkan alergi udang, CRT
3detik, kulit klien terlihat lembab dan teksture kulit klien lembut
37
No Terapi Indikasi Kontra indikasi
1. NaCL Digunakan pada Tidak untuk kondisi
hiperhidrasi,hipernatremia,hipokelimia,kon
500cc kondisi
disi asidosis dan hipertensi
kekurangan
natrium dan
klorida,penggant
i cairan isotonik
plasma
2. Cefterixom Untuk mengatasi pada individu yang memiliki
riwayat hipersensitivitas terhadap
2x1 mg infeksi gram
obat ini atau obat golongan sefalosporin
negatif maupun lainnya
gram positif
3. Paracetam Untuk Pada pasien dengan riwayat hipersensifitas
ol 3x350 meredakan gejala dan penyakit hepar aktif derajat berat
mg demam dan nyeri
pada penyakit
infeksi saluran
kemih
38
3.1.14 Analisa data
No Analisa data Etiologi Problem
1. Ds : klien Agen pencedera fisik Nyeri akut
mengatakan nyeri
abdomen bagian
bawah dan nyeri pada
saat BAK
P : nyeri terasa Saat
berkemih
Q : nyeri yang
dirasakan seperti
ditusuk-tusuk
R : nyeri terasa
dibagian perut
S : skala 7 (berat)
T : nyeri hilang
timbul
DO :
klien terlihat
lemah
klien terlihat
gelisah
klien terlihat
pucat
39
3 DS: klien mengatakan
kelemahan Intolerans aktivitas
ketika beraktivitas dan
berkemih klien dibantu
oleh keluarganya.
DO :
Klien terlihat dibantu
oleh keluarganya saat
beraktivitas.
Klien terlihat dibantu
saat berkemih
40
1.2 Diagnosa keperawatan
Berdasarkan analisa data yang ditemui oleh pasien Ny M adalah sebagai
berikut:
41
3.3 intervensi keperawatan
42
2 Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan Manejemen eliminasi urin ( I.04152)
keperawatan selama 1x24 jama Observasi
eliminasi urine maka diharapkan eliminasi urin Identifikasi tanda dan gejala
membaik dengan kriteria hasil : retensi atau inkontenesia urin
berhubungan Desakan Identifikasi faktor yang
dengan berkemih dari menyebabkan retensi atau
mmeningkat inkontenensia urin
penurunan menjadi Monitor eliminasi urin (mis.
kapasitas menurun (5) Frekuensi,konsistensi,aroma,vol
Berkemih tidak ume,warna)
kandung tuntas dari Terapeutik
kemih ditandai meningkat Catat waktu-waktu dan haluaran
menjadi berkemih
dengan klien menurun (5) Batasi asupan cairan jika perlu
mengatakan Urin menetes dari Ambil sampel urin tengah
meningkat ( mildstream atau kultur)
sering buang
menjadi menurun Edukasi
air kecil tapi Ajarkan tanda dan gejala infeksi
( L.04034) saluran kemih
sedikit ,berke Ajarkan mengukur asupan cairan
mih tidak dan haluaran urin
Ajarkan mengambil spesimen
tuntas urin midstream
( D.0055) Ajarkan mengenali tanda
berkemih dan waktu yang tepat
untuk berkemih
Ajarkan terapi modalitas
penguatan otot-otot
panggul/perkemihan
Anjurkan minum yang
cukup,jika tidak ada kontra
indikasi
Anjurkan mengurangi minum
menjelang tidur
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
suposutoria uretra jika perlu
43
Implementasi
45
3.6 Evaluasi
No Diagnosa Evaluasi ( SOAP)
keperawat
1. Nyeri akut
S: klien mengatakan nyeri yang dirasakan sudah
berhubungan
dengan agen berkurang dengan skala 3 (ringan)
pencefera
O: klien terlihat
fisiologis
ditsndai dengan rileks saat nyerinya
pasien mengeluh
berkurang
nyeri
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
2. Gangguan
S: klien mengatakan saat ini bisa mengontrol
eliminasi urin
berhubungan kencingnya dengan baik dan normal
dengan
O: klien
penurunan
kapasitas terlihat
kandungan
nyaman saat
kemih ditandai
dengan klien berkemih
mengatakan
A: masalah
sering buang air
kecil tapi sedikit dapat teratasi
dan berkkemih
tidak tuntas
P: intervensi dihentikan
46
BAB 3
PENUTU
P
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan materi yang sudah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa infeksi saluran kemih
dapat disebabkan karena adanya penyeimpitan pada saluran kemih dan dapat menyebabkan
seseorang merasa nyeri yang tidak pernah berhenti infeksi saluran kemih dapat menyerang
baik orang dewasa maunpun anak-anak.
3.2.Saran
Dengan adanya pembahasan tentang ISK diharapkan kepada para calon perawat agar
47
DAFTAR PUSTAKA
Fitriani. (2013). Faktor-Faktor Kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada pasien
yang terpasang kateter menetap Di ruang Rawat Inap RSUD Tarakan.
(Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Hassanudin Makasar). Diakses tanggal 14 Mei 2016.
IDAI, (2011). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jilid 2
cetakan peratama Jakarta. Badan Penerbit IDAI.
LeMone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2015). Keperawatan Medikal Bedah
Gangguan Eliminasi Gangguan Kardiovaskular. Jakarta: Pearson
Education. Liza Fitri Lina, Ferasinta, Oktavidiati, E.
48