Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


DIAGNOSA MEDIS
INFEKSI SALURAN KEMIH

OLEH
KELOMPOK IV

1.JIN AGATHA ESTER SELAN (155302720)


2. RHOFLY DJAMI (156702720)
3. AFRED BENU (153902720)
4. STENCHIA NADIA LOFA (157402720)

KELAS A
SEMESTER IV

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA


KUPANG
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat TuhanYang Maha Esa karena atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Bahkan penulis berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-
har.penulis menyadari bahwa bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaa oleh karena itu di harapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca

Kupang, 20 Mei 2022

Kelompok IV

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................!
DAFTAR ISI..................................................................................................!!
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang...............................................................................................1
Rumusan Masalah..........................................................................................1
BAB II KONSEP PENYAKIT
2.1 Anatomi fisiologi ...............................................................................................2
22 pengertian ISK....................................................................................2
2.3 tanda dan gejala ...................................................................................................3
2.4 patofisiologi/pathway...........................................................................................3
2.5 komplikasi..................................................................................4
2.6pemeriksaan penunjang...........................................................................5
2.7 Penatalaksanaan......................................................................................5
2.8 Klasifikasi...............................................................................................6
B. KONSEP ASKEP
2.11 Pengkajian............................................................................................7
2.12 Diagnosa Keperawatan ( SDKI)..........................................................7
2.13 Intervensi(SIKI)...................................................................................8
2.14 Implementasi ......................................................................................8
2.15 Evaluasi ..............................................................................................9
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan.........................................................................................10
3.2 Saran....................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA

iii
Glosarium

BAK : Buang Air Kecil


BAB : Buang Air Besar
BB : Berat Badan
ISK : infeksi saluran kemih
CRT : Capilary Refiel Time
GCS : Glassgow Coma Scale
TTV : Tanda-tanda vital
ICS : Intra Costa Space
IPPA : Inspeksi, Palpasi, Perkusi, dan Auskultasi
IV : Intra Vena
IMT : Indeks masa tubuh
N : Nervus
NSAID : Non-steroidal Anti-Inflammatory Drugs
RND : Relaksasi Napas Dalam
RR : Respirasi Rate
S1 : Suara Satu
S2 : Suara dua
S3 : Suara tiga
SDKI : Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
SLKI : Standar Luaran Keperawatan Indonesia
TB : Tinggi Badan
UL : Urine Lengkap
WHO : World Health Organization
WITA : Waktu Indonesia Tengah

iv
BAB 1
PENDAHULUA
N

1.1 Latar Belakang


Menurut World Health Organization (WHO) Infeksi Saluran Kemih (ISK)
adalah penyakit infeksi kedua tersering pada tubuh sesudah infeksi saluran
pernafasan dan sebanyak 8,3 juta kasus dilaporkan per tahun. Infeksi ini juga
lebih sering dijumpai pada wanita dari papa laki-laki. Indonesia merupakan
Negara berpenduduk ke empat terbesar di dunia setelah Cina, India dan
Amerika Serikat (WHO,2013)
(ISK) merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling sering terjadi di
Amerika. American Urology menyatakan bahwa insiden infeksi saluran kemih
diperkirakan terjadi pada 150 juta penduduk pertahun. Infeksi saluran kemih di
Amerika Serikat mencapai lebih dari 7 juta kunjungan setiap tahunnya. Kurang
lebih 15% dari semua antibiotik yang diresepkan untuk masyarakat, Amerika
Serikat diberikan kepada penderita infeksi saluran kemih dan beberapa negara
Eropa menunjukkan data yang sama (Liza Fitri Lina, et al., 2019).
1.2 Tujuan Penulisan
untuk menganalisis konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa ISK

5
6
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Konsep medis Infeksi Saluran Kemih


Anatomi dan Fisiologi

Sistem urinari adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan dan


mengalirkan urine. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter,
kandung kemih dan uretra (Manurung, 2018).
1) Ginjal terletak pada dinding posterior dibelakang peritoneum pada
kedua sisi vetebra torakalis ke-12 sampai vetebra lumbalis ke-3.
Bentuk ginjal seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari
ginjal kiri, karena adalnya lobus hepatis dextra yang besar.
2) Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil
penyaringan ginjal (filtrasi, reabsorsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju
vesica urinaria. Terdapat sepasang ureteryang terletak retroperitoneal,
masing-masing satu untuk setiap ginjal. Laki-laki melintas dibawah ligamen
umbilikal lateral dan ductus deferens. Perempuan melintas disepanjang sisi
cervix uteri dan bagian atas vagin.

7
3) Vesica Urinaria (kandung kemih) sering juga disebut kandung kemih atau
buli- buli, merupakan, tempat untuk menampung urine yang berasal dari
ginjal melalui ureter, untuk selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan
eksternal tubuh melalui mekanisme relaksasi sphincter. Vesica urinaria
terletak di lantai pelvis (pelvis floor), bersama-samadengan organ lain
sepertirektum, organ reproduksi, bagianusushalus, serta pembuluh-
pembuluh darah, limfatik dan saraf.
4) Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria
menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan
wanita. Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga
berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat),
sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 3,5 cm. Selain itu, pria
memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter externa (di uretra pars
membranosa, bersifat volunter), sdeangkan pada wanita hanya memiliki
m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih dan bersifat
volunter).

2.1.2 Definisi Infeksi Saluran Kemih


Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan dimana kuman atau
mikroba tumbuh dan berkembang biak dalam saluran kemih dalam jumlah
bermakna (IDAI, 2011). Istilah ISK umum digunakan untuk menandakan adanya
invasi mikroorgansime pada saluran kemih (Haryono, 2012). ISK merupakan
kondisi dimana terdapat mikroorganisme dalam urine yang jumlahnya sangat
banyak dan mampu menimbulkan infeksi saluran kemih (Musdalipah, 2018).
ISK adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan
perkembangbiakkan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi perenkim
ginjal sapmai kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang
bermakna( Soegijanto, 2010) (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya
mikroorganisme didalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih
tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih
dapat terjadi pada pria maupun wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis
kelamin ternyata wanita lebih sering menderita dari pada pria(Sudoyo Aru,dkk
2013).
ISK merupakan faktor resiko yang penting pada terjadinya insufisiensi
ginjal atau stadium terminal sakit ginjal. Infeksi saluran kemih terjadi pada

8
aseding oleh sistitis karena kuan bersal dari flora fekal yang menimbulkan
koloni perineum lalu kuman masuk melalui uretra(Widagdo, 2012). ISK ialah
istilah umum untuk menyatakan adanya pertumbuhan bakteri didalam saluran
kemih, meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih.
Pertumbunhan bakteri yang mencapai > 100.000 unit koloni per ml urin segar
pancar tengah (midstream urin) pagi hari, digunakan sebagai batasan diagnosa
ISK (IDAI,2011)

9
1.2.3 Tanda dan gejala

Beberapa manifestasi klinis ISK antara lain : (Nurarif & Kusuma,2015).


1) Anyang- anyangan atau rasa ingin buang air kecil lagi, meski sudah dicoba
untuk berkemih namun tidak ada air kemih yang keluar.
2) Sering kencing dan kesakitan saat kencing, air kencingnya bisa berwarna
putih, cokelat atau kemerahan dan baunya sangat menyengat.
3) Warna air seni kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada
darah.
4) Nyeri pda pinggang.
5) Demam atau menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai
ginjal (di iringi rasa nyeri di sisi bawah belakang rusuk, mual atau muntah).
6) Peradangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak sembu-
sembuh dapat menjadi pemicu terjadinya kanker kandung kemih.

9
1.2.4 Etiologi
ISK terjadi tergantung banyak faktor seperti : Usia, gender, prevalensi bakteriuria, dan
faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal
(Nurarif & Kusuma, 2015).
Berikut menurut jenis mikroorganisme dan usia :
1) Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK,antara lain:
(1) Escherichia Coli : 90% penyebab ISK uncomplicated (simple).
(2) Pseudomonas, Proteus, Klebsiella: penyebab ISK complicated.
(3) Enterobacter, Staphylococcus epidemidis, Enterococci.
(4) Menahan kencing terlalu lama dan lain-lain.
2) Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :
(1) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat
pengosongan kandung kemih yang kurang efektif.
(2) Mobilitas menurun.
(3) Nutrisi yang sering kurang baik.
(4) Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral.
(5) Adanya hambatan pada aliran urin.
(6) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

10
1.2.5Patofisiologi
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) masuk ke dalam
saluran kemih dan berkembang biak. Saluran kemih terdiri dari kandung
kemih, uretra dan dua ureter dan ginjal (Purnomo, 2014).
Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau urin bebas dari
mikroorganisma atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada saat
mikroorganisme ke dalam saluran kemih dan berkembang biak di dalam
media urin (Israr, 2009). Mikroorganisme penyebab ISK umumnya berasal
dari flora usus dan hidup secara komensal dalam introitus vagina,
preposium, penis, kulit perinium, dan sekitar anus. Kuman yang berasal dari
feses atau dubur, masuk ke dalam saluran kemih bagian bawah atau uretra,
kemudian naik ke kandung kemih dan dapat sampai ke ginjal (Fitriani,
2013).
Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui empat cara, yaitu:
3) Ascending, kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman
yang berasal dari flora normal usus dan hidup secara komensal introitus

11
vagina, preposium penis, kulit perineum, dan sekitar anus. Infeksi
secara ascending (naik) dapat terjadi melalui empat tahapan, yaitu :
a) Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah
introitus vagina
b) Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli
c) Mulitiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam
kandung kemih
d) Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal
(Israr, 2009).
4) Hematogen (descending) disebut demikian bila sebelumnya terjadi
infeksi pada ginjal yang akhirnya menyebar sampai ke dalam saluran
kemih melalui peredaran darah.
5) Limfogen (jalur limfatik) jika masuknya mikroorganisme melalui
sistem limfatik yang menghubungkan kandung kemih dengan ginjal
namun yang terakhir ini jarang terjadi (Coyle dan Prince, 2009).
6) Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau
eksogen sebagai akibat dari pemakaian kateter (Israr, 2009).

Adapun jenis-jenis ISK yaitu : (Nurarif & Kusuma, 2015)


1) Kandung kemih (Sistitis)
2) Uretra (Uretritis)
3) Prostat (Prostatitis)
4) Ginjal (pielonefritis)
Klasifikasi menurut letaknya :
1)ISK bawah
2)Perempuan (sistitis : presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai
bakteriuria bermakna). Sindrom uretra akut (SUA) : presentasi klinis sistitis
tanpa ditemukan mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis
bakterialis. Laki-laki (sistitis,prostatitis,epidimidis dan uretritis).
3)ISK atas

12
4)Pielonefritis akut (PNA) : proses infeksi parenkim ginjal yang disebabkan
infeksi bakteri. Pielonefritis kronis (PNK): kemungkinan akibat lanjut dari
infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil.
ISK pada usia lanjut, dapat dibedakan menjadi :
(1) ISK uncomplicated (simple) merupakan ISK sederhana yang terjadi pada
penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic maupun fungsional
normal. ISK ini pada usia lanjut terutama mengenai penderita wanita dan
infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.
(2) ISK compilacted, sering menimbulkan banyak masalah karena seringkali
kuman penyebab sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap
beberapa macam antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock.
ISK ini terjadi bila tedapat keadaan-keadaan sebagai berikut :
(3) Kelainan abnormal saluran kemih, misalnya batu , reflex vesiko uretral
obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kemih
menetap dan prostatitis.
(4) Kelainan faal ginjal GGA maupun GGK. Gangguan daya tahan tubuh dan
infeksi yang disebabkan karena organisme virulen seperti prosteus spp yang
memproduksi urease.

13
Pathway Menurut ( Fitriani, 2013 )
Pengosongan
p kandung kemih tidak efektif, imunitas
Mikroorganisme dan E.
patogenik; mobilitas menurun
Coli, proteus, klebsiella, pseudonomas
Sistoskopik,
dekubitus
terinfeksi,

Perawatan tidak adekuat

Berkoloni di vulva
Distensi

kandung Penimbunan cairan bertekanan dalam pe


Masuk ke v. urinaria melalui uretra

Resistensi
terhadap kandung ISK
kemih menurun Obstruksi aliran urune (urolitisas,hip
hospitalisasi ginjal

Pertumbuhan bakteri Inflamasi Defisit pengetahuan


meningkat pada uretra

Gangguan fungsi ginjal Nyeri akut


Resiko infeksi
Gangguan
Secara Eliminasi urine
hematogen
menyebar ke

14
2.1.6 komplikasi
Menurut Purnomo(2011),adapun komplikasi yang ditimbulkan yaitu:
1.Pyelonefritis
Infeksi yang naik dari ureter keginjal,tubulus refluxure throvesikal dan jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau
kedua ginjal.
2.GagalGinjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulangatau tidak diobati dengan tuntas
sehingga menyebabkan kerusakanginjalbaik secaraakutdan kronik.

2.1.7Pemeriksaan Penunjang
 Analisa urin rutin, mikroskop urine segar tanpa putar, kultur urine, serta jumlah kuman/ml
urine.
Investigasi lanjutan :
 Ultrasonogram (USG)
 Radiografi : foto polos perut, pielografi IV, Micturating cystogram
Isotop scanning

2.8 Penatalaksanaan

1.Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut M.Clevo Rendy dan Margareth TH (2012:hal.221), pengobatan infeksi saluran kemih bertujuan
untuk menghilangkan gejala dengan cepat, membebaskan saluran kemih dari mikroorganisme dan
mencegah infeksi berulang, sehingga dapat menurunkan angka kecacatan serta angka kematian. Tujuan
tersebut dapat dicapai dengan dengan Perawatan dapat berupa:
Meningkatkan intake cairan 2–3 liter/hari bila tidak ada kontraindikasi.
Perubahan pola hidup diantaranya:

 Membersihkan perineum dari depan kebelakang


 Pakaian dalam dari bahan katun
 Menghindarikopi,alcohol

2. Penatalaksanaan Medis
a). Obat-obatan

 Antibiotik: Untuk menghilangkan bakteri.


 Antibiotik jangka pendek dalam waktu1–2minggu
 Antibiotik jangka panjang (baik dengan obat yang sama atau diganti) dalam jangka waktu 3– 4
minggu
1. Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari sebelum tidur dalam waktu 3 – 6 bulan atau
lebih ini merupakan pengobatan lanjut bila ada komplikasi lebih lanjut.
b.)Analgetikdan Anti spasmodik
Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh penderita
c.)Obat golongan Venozopyridine: Pyridium.
Untuk meredakan gejala iritasi pada saluran kemih

15
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2..2.1 pengkajian

Pada klien penderita Infeksi saluran kemih dapat terjadi baik di pria maupun

wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis kelamin ternyata wanita lebih

sering menderita dari pada pria (Sudoyo Aru,dkk,2009).

1) Keluhan utama penyakit infeksi saluran kemih

Keluhan utama yang sering terjadi pada pasien infeksi saluran kemih

,nyeri saat berkemih, sering bolak balik kamar mandi tetapi kemih yang di

keluarkan hanya sedikit.

2) Riwayat penyakit sekarang

Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai penyakit yang di

derita oleh klien dan mulai timbulnya keluhan yang di rasakan sampai klien di

bawa ke Rumah Sakit, dan apakah pernah memeriksakan diri ke tempat lain

sekalin Rumah Sakit umum serta pengobatan apa yang pernah di berikan dan

bagaimana perubahan data yang didapatkan saat periksa.

3) Riwayat penyakit dahulu

Adanya penyakit infeksi saluran kemih

4) Riwayat penyakit keluarga

Perlu ditanyakan pada keluarga apakah salah satu anggota keluraga ada

yang pernah mengalami sakit yang sama dengan pasien atau penyakit yang

lain yang ada di dalam keluarga.

5) Riwayat psikososial

Meliputi informasi mengenai perilku, perassan dan emosi yang dialami

16
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap

penyakit penderita.

17
6) Pola fungsi kesehatan

a. Pola persepsi

Pola persepsi menggambarkan persepsi klien terhadap

penyakitnya tentang pengetahuan dan penatalaksanaan infeksi saluran

kemih dengan gangguan eliminasi urine

b. Pola nutrisi

Kemampuan pasien dalam mengkonsumsi makanan mengalami

penurunan akibat nafsu makan yang kurang karena mual, muntah saat

makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali

c. Pola eliminasi

Eliminasi alvi klien tidak dapat mengalami konstipasi oleh karena

tirah baring lama. Sedangkan eliminasi urine mengalami gangguan

karena ada organisme yang masuk sehingga urine tidak lancar

d. Pola aktivitas/istirahat

Penderita sering mengalami susah tidur, letih, lemah, karena

nyeri yang di alami

e. Nilai dan keyakinan

Gambaran tentang penyakit infeksi saluran kemih dengan

penyakit yang d ideritanya menurut agama dan kepercayaan,

kecemasan akan kesembuhan, tujuan dan harapan akan sakitnya.

Pemeriksaan fisik persistem

1. Keadaan umum

Di dapatkan klien tampak lemah

18
2. Kesadaran

Normal GCS 4-5-6

A. Secara Kualitatif

1) Composmentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar

sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang

keadaan sekelilingnya.

2) Apatis, yaitu keadaan yang segan untuk berhubungan

dengan sekiranya, sikapnya acuh tag acuh.

3) Delerium, yaitu gelisah, disorentasi (orang, tempat waktu),

memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang

berhayal.

4) Somnolen (obtundasi, letargi), yaitu kesadaran menurun, respon

psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih

bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi,

mampu memberi jawaban verbal.

5) Stupor yaitu kesadaran seperti tertidur lelap, tetapi ada respon

terhadap nyeri.

6) Coma yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap

rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek

muntah, mungkin tidak ada respon pupil terhadap cahaya.

19
Secara Kuantitatif dengan GCS (Glasgow Coma Scale)

Tabel 2.1 Glasgow Coma Scale(GCS) (Junaidi, 2011)

No Komponen Nilai Hasil

1 Verbal 1 Tidak berespon


2 Suara tidak dapat dimengerti
3 Bicara kacau atau kata-kata tidak tepat
4 Bicara membingungkan
5 Orientasi baik
2 Motorik 1 Tidak berespon
2 Ekstensi abnormal
3 Flexi abnormal
4 Menarik area nyeri
5 Melokalisasi nyeri
6 Dengan perintah
3 Reaksi membuka 1 Tidak berespon
Mata 2 Rangsang nyeri
3 Dengan perintah
4 Spontan

Nilai motorik

Tabel 2.2 Glasgow Coma Scale (GCS) (Junaidi, 2011)

Respon Skala
Kekuatan normal 5
Kelemahan sedang 4
Kelemahan berat (antigravity) 3
Kelemahan berat (not antigravity) 2
Gerakan trace 1
Tak ada gerakan 0

20
7) Sistem Pernafasan

Pernafasan normal yaitu 16-20x/menit

8) Sistem Kardiovaskuler

Terjadi penurunan tekanan darah

9) Sistem Neurologi

Terjadi penurunan sensori, parathesia, anastesia, mengantuk,

reflek lambat, kacau mental, disorentasi.

10) Sistem Perkemihan

Inspeksi : Pada pasien ISK , Lakukan inspeksi pada daerah meatus

( pembukaan yang dilalui urine untuk meninggalkan tubuh) apakah terjadi

adanya oliguria, dan disuria.

Palpasi : pada palpasi biasanya terjadi nyeri hebat dan distensi

Perkusi : pada perkusi terdapat nyeri tekan pada abdomen bagian

bawah abdomen dan nyeri saat berkemih

11) Sistem Pencernaan

Terdapat polifagia, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,

dihedrasi, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.

12) Sistem Pencernaan

Terdapat polifagia, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,

dihedrasi, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.

13) Sistem Integument

Turgor kulit menurun, kulit kering.


2.2.2 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status

21
kesehatan atau masalah actual atau resiko mengidentifikasi serta menentukan

intervensi keperawatan untuk mengurangi, mencegah atau menghilangkan

masalah kesehatan pasien yang ada pada tanggung jawabnya (Carpenito,

1983 dalam Tarwoto&Wartonah, 2011).

Dilihat dari status kesehatan pasien, diagnosa dapat dibedakan menjadi

actual, potensial, resiko dan kemungkinan.

a. Actual: diagnosa keperawatan yang menggambarkan penilaian klinik

yang harus di validasi perawat karena ada batasab mayor. Contoh

Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan adanya infeksi saluran

kemih yang dimanifestasikan oleh adanya nocturia, inkontinensia dan

hematuri.

b. Potensial: diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi pasien

kearah yang lebih positif (kekuatan pasien).

c. Resiko: diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi klinis

individu lebih rentan mengalami masalah.

Kemungkinan Diagnosa yang muncul:


1.Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
2.Defisit pengetahuan b.d ketidaktahuan menemukan sumber informasi
3.Resiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer ( perubahan
sekresi PH)
4.Gangguan eliminasi urin b.d penurunan kapasitas kandung kemih

22
2.3 Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Tujuan SLKI Intervensi SIKI
o keperawatan SDKI
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Manajemen nyeri ( I.08238)
pencedera fisiologis tindakan  OBSERVASI
{D.0077] keperawatan  Identifikasi
selama 2x24 jam lokasi,karakteristik ,durasi,frekuensi,kualitas,intensita
diharapkan : s nyeri,
 Keluhan
 Identifikasi skala nyeri
nyeri dari
meningkat  Identifikasi respon nyeri non verbal
menjadi  Identifikasi faktor yang memperberat dan
menurun memperingan nyeri
(5)
( L.08066)  Identifikasi keyakinan dan pengetahuan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
 Terapeutik
 Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri ( mis, TENS,hipnosis,akupresor,terapi
musik,biofeedback,terapi pijat,aromaterapi,teknik
imajinasi,terbimbing,kompres hangat/dingin,terapi
bermain.)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
 Edukasi
 Jelaskan penyebab,periode dan pemicu nyeri.
 Jelaskan staretegi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitori nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan tekhnik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
 Edukasi
Kolaborasi pemberian analgetik ,jika perlu

23
2. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Edukasi kesehatan ( I.12383)
b.d ketidaktahuan keperawata selama 1x24 jam  Observasi
menemukan sumber diharapkan :  Identifikasi kesiapan
informasi (D.0111)  Kemampuan dan kemampuan
menjelaskan suatu menerima informasi
topik dari menurun  Identifikasi faktor-
menjadi meningkat faktor yang dapat
(5) ( L.12111) meningkatkan dan
menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih
dan sehat
 Terapeutik
 Sediakan materi dan
media pendidikan
kesehatan
 Jadwalkan pendidikan
kesehatan sessuai
dengan kesepakatan
 Berikan kesempatan
untuk bertanya
 Edukasi
 Jelaskan faktor risiko
yang dapat
mempengaruhi kesehatan
 Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
 Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat.
3. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan intervensi Pencegahan infeksi ( I.14539)
ketidakadekuatan selama 2x 24 jam maka  Observasi
pertahanan tubuh diharapkan :  Monitor tanda dan gejala
primer ( perubahan  Nyeri dari lokal dan sistemik
sekresi PH) meningkat menjadi  Terapeutik
(D.0142) menurun (5)  Batasi jumlah
( L.14137) pengunjung
 Berikan perawatan kulit
pada area edema
 Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
 Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
 Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
24
 Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
imunisasi ,jika perlu
4. Gangguan eliminasi Setelah dilakukan intervensi Manejemen eliminasi urine
urin b.d penurunan selama 2x24 jam maka diharapkan ( I.04152)
kapasitas kandung gangguan eliminasi urine  Observasi
kemih membaik dengan kriteria hasil :  Identifikasi tanda dan
( D.0040)  Desakan berkemih gejala retensi atau
dari mmeningkat inkontenesia urin
menjadi menurun  Identifikasi faktor yang
(5) menyebabkan retensi
 Berkemih tidak atau inkontenensia urin
tuntas dari  Monitor eliminasi urin
meningkat menjadi (mis.
menurun (5) Frekuensi,konsistensi,aro
 Urin menetes dari ma,volume,warna)
meningkat menjadi  Terapeutik
menurun (5)  Catat waktu-waktu dan
( L.04034) haluaran berkemih
 Batasi asupan cairan jika
perlu
 Ambil sampel urin
tengah ( mildstream atau
kultur)
 Edukasi
 Ajarkan tanda dan gejala
infeksi saluran kemih
 Ajarkan mengukur
asupan cairan dan
haluaran urin
 Ajarkan mengambil
spesimen urin midstream
 Ajarkan mengenali tanda
berkemih dan waktu
yang tepat untuk
berkemih
 Ajarkan terapi modalitas
penguatan otot-otot
panggul/perkemihan
 Anjurkan minum yang
cukup,jika tidak ada
kontra indikasi
 Anjurkan mengurangi
minum menjelang tidur
 Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
obat suposutoria uretra
jika perlu

25
LAPORAN KASUS

Ny M usia 25 tahun.dirawat diruang penyakit dalam hasil pengkajian klien


menyatakan,nyeri seperti tertusuk-tusuk pada bagian perut bagian bawah ,dan klien juga
merasakan nyeri saat berkemih ,TD 165/95 mmHg,suhu 38c ,RR 20x/m,frekuensi
VAS5,adanya nyeri tekan pada abdomen bagian bawah , Hasil pemeriksaan darah dan
darah lengkap : leukosit 17,3,eritrosit 4,0,HB 13,5g/DL,HCT 36,5% terapi yang didapatkan
naCL 500cc/24 jam, cefterixom 2x1 mg,paracetamol 3x500mg.

1.1 Pengkajian
1.1.1 Identitas Pasien
Nama pasien : Ny, M

Usia : 25 Tahun

Jenis kelamin : perempuan

Agama :kristen protestan

suku : timor

Pendidkan : SMA

alamat : penfui

diagnosis medis : Infeksi Saluran Kemih


1.1.2 Riwayat Kesehatan
1.1.2.1 Keluhan Utama
klien menyatakan,nyeri seperti tertusuk-tusuk pada bagian perut bagian bawah ,dan klien juga
merasakan nyeri saat berkemih ,
1.1.2.2 Alasan Masuk Rumah Sakit
Keluarga pasien mengatakan Ny M merasa kesakitan di perut bagian bawah
1.1.2.3 Riwayat Kesehatan Sekarang
P :klien mengatakan nyeri abdomen bagian bawah dan nyeri pada saat
BAK, nyeri terasa saat berkemih

Q ; nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk,

R : nyeri terasa dibagian perut

S : skala 7 (berat),

26
T ; nyeri makin meningkat jika berkemih dan hilang pada saat beristirahat.

f. Pola kebiasaan

1. Makan dan minum

Frekuensi makan dan minum berkurang karena adanya mual dan muntah
2. Eliminasi

 BAB: Tidak ada keluhan


 BAK: Adanya dysuria
 Frekuensi miksi yang bertambah
 Nyeri suprapubik
 Bau urine yang tidak menyenangkan dan berwarna keruh
 Pergerakan yang berhubungan dengan sikap
 Terbatasnya pergerakan karena adanya nyeri dan kelemahan fisik

3.Istirahat dan tidur


Gangguan tidur karena seringnya BAK, adanya rasa nyeri dan rasa mual muntah.

27
mengatakan tidur 2 jam, klien mengatakan saat beraktivitas Klien dibantu oleh
keluarganya karena nyeri dibagian perut ketika bangun. Klien mengatakan tidak
mengerti tentang penyakit yang dialami saat ini, klien terliht meringis, terlihat
lemah, dibantu oleh keluarganya saat beraktivitas dan BAK, klien terlihat bingung
dan selalu bertanya kepada perawat tentang penyakitnya, klien terlihat pucat,
leukosit klien 17,3 LPB, klien mengatakan saat berkemih klien tidak puas, karena
sedikit, klien mengatakan saat berkemih, klien ingin sekali menuntaskan air
kencingnya, klien mnegatakan sering buang air kecil namun sedikit saja dan klien
tidak puas saat berkemih. Terlihat leukosit 17,3 eritrosit 4,0 HB 13,5 g/DL ,HCT
36,5 %
1.1.2.4 Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pengkajian yang didapatkan klien tidak memiliki riwayat penyakit
seperti ini. Namun, Klien memiliki riwayat imunisasi yang lengkap. Sebelumnya
klien tidak pernah dirawat di rumah sakit. Klien memiliki riwayat alergi seperti
udang
1.1.2.5 Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari pengkajian yang didapatkan dalam keluarga, klien mengatakan tidak
memiliki riwayat penyakit seperti asma, bronchitis, TBC, hipertensi, penyakit
jantung, stroke, diabetes mellitus dan gangguan emosional

Genogram

Bagan 3.1 Genogram 3 generasi klien Ny M (sumber klien Ny M )

28
Keterangan

: laki-laki

: perempuan

X : meninggal

: klien
Keterangan
Generasi 1 Orang tua klien masih hidup dan sehat
Generasi 2 Keluarga klien mengatakan klien anak ke lima (5) dari 7 bersaudara
Generasi 3 Klien belum berkeluarga saat ini
1.1.3 Data Psiko-sosial
- Sebelum sakit:
Klien klien mengatakan memiliki teman dekat, klien juga mengatakan sebelum
sakit klien tetap meminta bantuan pada keluarga. Namun, klien mengutamakan
Yang Maha Kuasa (Tuhan) sebagai penolong dalam setiap kesulitan, klien juga
mengatakan ikut dalam kegiatan kerja bakti ataupun yang lainnya.
-Saat sakit:
Klien mengatakan tidak bisa melakukan kegiatan apapun. Klien mengatakan
hanya meminta bantuan kepada keluarga dan saudaranya. Klien mengatakan tidak
memiliki masalah dalam keuangan selama dirawat di rumah sakit.
1.1.4 Data Spiritual
-Sebelum sakit :
Klien mengatakan selalu beribadah klien juga mengatakan selalu mengikuti
keagamaan di lingkungannya seperti ibadah.
-Saat sakit :
Klien mengatakan selama sakit hanya baring di tempat tidurnya, klien mengatakan
tidak pernah mengikuti kegiatan keagamaan seperti ibadah

29
1.1.5 Pola Kebiasaan Sehari-hari
Sebelum sakit:
Klien mengatakan makan 3x sehari, klien mengatakan tidak ada program diet dan
tidak kesulitan dalam makan, klien mengatakan nafsu makan meningkat, jenis
makanan klien yaitu sayur dan terkadang dengan ayam/daging, klien mengatakan
porsi makannya 1 piring penuh, klien mengatakan suka dengan semua makanan
kecuali udang karena klien alergi dengan makanan tersebut. Klien mengatakan
minum sebanyak 1,5 liter karena klien bantu kelurga kerja dipasar, dengan porsi
minum 1 gelas sedang dan kadang diselingi minum teh dan kopi, klien juga
mengatakan tidak ada kesulitan untuk minum.
Saat sakit:
Klien mengatakan makan bubur putih dengan sedikit sayuran dalam 3x sehari,
klien mengatakan tidak ada kesulitan menelan, nafsu makan baik, klien
mengatakan memiliki makanan pantangan yaitu udang. Klien mengatakan minum
4x sehari dengan aqua gelas dengan takaran 240 ml. klien juga mengatakan tidak
ada kesulitan untuk menelan.
1.1.6 Cairan
Sebelum sakit:
Klien mengatakan sering minum air minera sebanyak 1,5 liter dalam 1 hari.
Saat sakit:
Klien terlihat terpasang cairan NaCL 0,9% dengan jumlah cairan melalui
intravena 20 tetes x 60 x 24 : 20 =1440cc
1.1.7 Eliminasi urine dan eliminasi alvi
(1) Eliminasi
Urine
Sebelum sakit
Klien mengatakan BAK 4-6 kali sehari, tidak ada kesulitan dalam BAK dan
klien mengatakan urine berwarna kuning jernih, klien mengatakan setelah
BAK klien merasa nyaman, klien mengatakan tidak ada kesulitan untuk
BAK, klien mengatakan mencium bau dari urinenya.
Saat sakit

30
Klien terlihat terpasang kateter dengan urine ditampung di urine bag
dengan jumlah urine 1200 cc/ hari, urine klien berwarna kuning, urine
klien berbau pesing.
(2) Eliminasi Alvi
Sebelum sakit
Klien mengatakan BAB 2x sehari dan klien mengatakan terkadang feses
yang dikeluarkan keras, klien mengatakan konsistensi feses klien padat,
klien mengatakan warna feses cokelat, klien juga mengatakan tidak
menggunakan obat pencahar dan klien kesulitan untuk BAB karena nyeri
abdomen saat mengejan.
Saat sakit
Klien mengatakan BAB 2x sehari dan klien mengatakan terkadang feses
yang dikeluarkan keras, klien mengatakan konsistensi feses klien padat,
klien mengatakan warna feses cokelat, klien juga mengatakan tidak
menggunakan obat pencahar dan klien kesulitan untuk BAB karena nyeri
perut saat mengejan.
1.1.8 Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit
Klien mengatakan tidur malam pada jam 20.00 sampai dengan 05.00 karena
akan pergi bersama temannya dan terkadang bangun dimalam hari
untuk BAK, klien mengatakan tidak mengalami insomnia, utuk tidur siang
klien mengatakan tidur pada jam 12.00 sampai dengan 01.00 dan juga
terbagun terkadang karena panas, klien mengatakan tidak ada kesulitan tidur
Saat sakit
Klien mengatakan tidur malam tidak menentu, terkadang pukul 23.00
sampai dengan 00.00 dan klien selalu terbangun karena nyeri yang
dirasakan, setelah itu klien tidur kembali pada pukul 02.00 sampai dengan
03.30 klien mrngatakan kembali terbangun karena kurang nyaman , kualitas
tidur klien terganggu. Pada siang hari klien mengatakan tidur siang pada
pukul 12.00 sampai dengan 13.30 dan terbangun karena sakit, klien terlihat
mengantuk dan menguap

31
1.1.9 Aktivitas dan Gerak
Sebelum sakit:
Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri dengan mandiri,
sedangkan saat sakit dan dirawat di ruang Dahlia klien melakukan
perawatan diri dengan cara dibantu oleh keluarganya.
1.1.10 Personal Hygiene
Sebelum sakit:
Keluarga klien mengatakan klien mandi 2x sehari, keluarga klien
mengatakan cara mandi klien dengan membasuh air dari kepala hingga
kaki, kemudian klien menggosok badan dengan sabun dan membilas
dengan air sampai bersih, keluarga klien mengatakan klien memotong
kukunya setiap kuku mulai panjang, keluarga klien mengatakan klien
menggosok gigi dengan pasta gigi, keluarga klien mengatakan klien
menggosok gigi 2x sehari, keluarga klien mengatakan klien keramas
menggunakan shampoo, keluarga klien mengatakan klien keramas 2x
dalam 3 hari.
Saat sakit:
Keluarga klien mengatakan klien selama sakit mandi dibantu oleh
keluarganya, keluarga klien mengatakan klien keramas 3 dalam seminggu
dibantu dengan keluarganya, keluarga klien mengatakan klien keramas
dengan menggunakan shampoo, keluarga klien mengatakan klien
menggosok gigi menggunakan pasta gigi, keluarga klien mengatakan klien
gosok gigi 2x sehari, keluarga klien mengatakan klien memotong kukunya
jika mulai panjang dengan bantuan keluarganya.
1.1.11 Pemeriksaan Fisik
1.1.11.1 Keadaan Umum Klien: Klien telihat sakit
1.1.11.2 Tanda-Tanda Vital
1. Kesadaran: Composmentis
2. Glasgow Coma Scale (GCS): Motorik: 6, bicara (verbal): 5, pembukaan mata:
4. Total GCS = 15.
3. Tekanan Darah : 165/95 mmHg.
4. Nadi : 88 x/menit

32
5. Suhu : 38, °C
6. RR :20 x/menit
7. Antropometri:
1) Tinggi badan: 160 cm
2) Berat badan: 60 kg
3) IMT: 1,60 X 1,60= 2,25 : 60= 26,66
1.1.12 Pemeriksaan Sistemik
1.1.12.1 Kepala
Bentuk kepala normal, terlihat simetris kiri dan kanan, penyebaran rambut
klien merata, klien juga mengatakan ada benjolan di daerah kepala.
1.1.12.2 Mata
Ukuran pupil klien 2 mm, isokor. Tidak terdapat nyeri tekan pada saat
palpasi, penyebaran bulu mata dan alis merata kiri dan kanan, fungsi penglihatan
klien hanya mampu membaca buku <30 cm, konjungtiva terlihat pucat, klien
juga mengatakan tidak menggunakan kacamata ataupun lensa kontak
1.1.12.3 Hidung
Klien mengatakan tidak ada alergi debu, membrane mukosa
berwarna merah muda, tidak terdapat secret maupun silia dan polip. Fungsi
penciuman klien baik, tidak terdapat trauma ataupun epitaksis
1.1.12.4 Mulut dan Tenggorokan
Bibir klien terlihat lembab dan tidak terdapat labioskizis, klien terilihat
memiliki karang gigi, tidak ada stomatitis dan tidak terdapat palatoschizis
ataupun sariawan, terlihat tonsil klien berukuran T2. klien terlihat tidak ada
gangguan bicara, klien juga mengatakan tidak mengalami kesulitan menelan,
klien mengatakan tidak pernah melakukan pemeriksaan gigi
1.1.12.5 Telinga
Bentuk daun telinga klien terlihat simetris kiri dan kanan, dan berwarna
putih.Terlihat sedikit serumen pada telinga klien, tidak terdapat nyeri tekan.
Klien tidak dapat mendengar detikkan jam tangan.
1.1.12.6 Leher

33
Tidak ada pembengkakan, tidak terdapat peninggian vena jugularis, dan
tidak ada lesi.Posisi trakea tepat ditengah, tidak terdapat pembesaran kelenjar
getah bening, dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
1.1.12.7 Payudara:-
1.1.12.8 Thorax
Bentuk dada normochest, pengembangan dada simetris kanan dan kiri,
pernapasan
20 x/menit.Saat dilakukan vocal premitus terasa getaran yang kuat pada saat
klien menyebutkan tujuh puluh tujuh pada lapang paru kanan dan kiri.Terdengar
bunyi sonor pada seluruh lapang paru.Terdengar suara vesikuler, tidak ada suara
napas tambahan seperti ronchi dan wheezing.
1.1.12.9 Jantung
Terdapat ictus cordis, nadi = 88 x/menit, ictus cordis teraba 3 cm dibawa
areola mammae. Terdengar suara pekak, batas jantung dari ICS 2 sampai
dengan ICS 5. Suara jantung S1 lup dan suara jantung S2 dup, tidak terdengar
bunyi jantung tambahan seperti murmur dan gallop.
1.1.12.10 Abdomen
Pengembangan abdomen simetris kanan dan kiri, tidak ada pembesaran,
bentuk umbilicus tidak menonjol/masuk kedalam. Bising usus 21 x/menit,
terdapat nyeri tekan pada kuadran bawah, tidak terdapat adanya massa, terdapat
nyeri tekan pada perut bagian bawah (suprapubik), terdengar bunyi timpani,
tidak ada bunyi tambahan.
1.1.12.11 Genetalia -
1.1.12.12 Anus
Tidak ada pembesaran pembuluh darah, area anus berwarna kecokelatan,
tidak terdapat massa.
1.1.12.13 Lengan dan Tungkai
Terlihat lengan dan tungkai bagian kiri klien tidak memiliki kesulitan
bergerak namum klien lemah, warna kulit kuning langsat, tidak terdapat massa,

34
terlihat bekas luka dibetis kiri klien diakibatkan jatuh dan terkena kayu, tidak
terdapat edema
1.1.12.14 kekuatan otot
Refleks fisiologis:
1. Reflek biceps: Ditemukan hasil pada ekstremitas kanan atas hasilnya (++)
degan ditemuka hasil fleksi dilengan bawah, dan pada ekstremitas kiri atas
hasilnya (0) dengan tidak ditemukannya reflek fleksi
2. Reflek tendon achiles: Pemeriksaan tendon achiles ditemukan hasil pada
ektremitas bawah kanan hasilnya (++) dengan ditemukan hasil plantar fleksi pada
kaki dan pada ekstremitas bawah kiri ditemukan hasil (+) dengan ditemukannya
plantar fleksi yang pelan
Refleks Patologis:
1. Reflek babinski: Pemeriksaan reflek babinski ditemukan hasil pada
ekstremitas kanan bawah dengan hasil positif dengan ditemukan gerakan
dorsofleksi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya dan pada
ekstremitas kiri bawah juga ditemukan hasil yang sama.
2. Reflek oppenheim: Pemeriksaan oppenheim pada ekstremitas kanan
bawah ditemukannya hasil respon negatif dengan adanya gerakan
dorsofleksi, dan pada pemeriksaan ekstremitas kiri bawah ditemukan hasil
negatif dikarenakan tidak adanya gerakan dorsofleksi
1.1.12.15 Collumna Vertebralis
Tidak terdapat kelainan pada tulang belakang. Tidak ada nyeri
tekan, tidak terdapat massa.
1.1.12.16 Uji Saraf Cranialis
1. Nervus olfaktorius: Klien dapat membedakan bau minyak kayu putih
dan kopi dengan cara meminta klien utuk menutup mata dan
membedakan antara bau minyak kayu putih dan kopi.
2. Nervus optikus: Klien dapat membaca buku <30 cm, dan klien
tidak menggunakan kacamata dan ukuran pupil klien 2 mm, klien juga
mampu menggerakan bola mata ke delapan arah

35
3. Nervus okulomotoris: Tidak terdapat ptosis pada klien, klien mampu
mengikuti arahan jari telunjuk perawat diarah medial, atas dan
bawah, tidak terdapat nistagmus
4. Nervus toklearis: Terlihat ukuran pupil 2 mm, kdua pupil isokor, klien
dapat mengedip saat diberikan sentuhan kapas dan terdapat reaksi positif
terhadap rangsangan cahaya
5. Nervus trigeminus: Terlihat klien mengedipkan mata secara cepat
saat diberikan sentuhan kapas, klien juga mengatakan adanya rasa nyeri
saat diberikan kapas, da saat klien mengatupkan giginya kekuatan otot
tidak maksimal.
6. Nervus abdusens: Klien dapat mengikuti keenam arah lateral atas,
medial atas, medial bawah dan lateral bawah. Pada mata kanan klien
tidak mengalami diplopia, namun pada mata kiri klien mengeluh kabur
7. Nervus fasialis: Terlihat klien dapat mengangkat alis kiri dan kanan,
simetris.
Klien dapat memperlihatkan giginya atau tersenyum, klien dapat bersiul
dan mampu meniup dengan kekuatan otot pipi kiri dan kanan sama,
klien juga dapat menyebutkan 1 zat perasa seperti kopi
8. Nervus vestibulokoklearis: Pemeriksaan vestibulokoklearis
dengan menggunakan arloji, klien tidak dapat mendengar suara detik jam
tersebut
9. Nervus glosofaringeus dan Nervus vagus: Klien mampu
membedakan rasa asin, manis, dan pahit, klien juga tidak mengalami
kesulitan menelan. Klien dapat mengucapkan “aaaa” dan uvula tetap
berada ditengah.
10. Nervus asesorius: Pemeriksaan otot trapezius terdapat tahanan yang
lebih dominan dibahu kanan dibandingkan bahu kiri, sedangkan pada
otot sternokleidomatoideus terdapat tahanan lebih dominan kanan
dibandigkan otot sternokleidomastoideus kiri.
11. Nervus hipoglasus: Klien dapat menjulurkan lidah lurus keluar dan
kedalam secara cepat, klien tidak dapat menggerakkan lidahnya
kekiri dan kanan secara cepat.

36
1.1.12.17 Kulit
Kulit klien terlihat bersih, namun didaerah dada atas sampai ke payudara
terdapat bekas bintik-bintik kemerahan yang diakibatkan alergi udang, CRT
3detik, kulit klien terlihat lembab dan teksture kulit klien lembut

3.1.13. Pemeriksaan Penunjang


Laboratorium
1) Pemeriksaan Urine lengkap pada Tanggal 06 Juni 2022 pukul
20.41 WITA
Urine Lengkap Hasil Nilai Normal
Urobilinogen Normal Normal
Bilirubin Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Eritrosit Negatif Negatif
Protein Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Leukosit 2+ Negatif
Glukosa Negatif Negatif
BJ 1,010 1.015-1.035
PH 7.0 4.5-8’0
Epitel 4.5 0.10
Leukosit 17,3 0.5
Eritrosit 4,0 0.5

37
No Terapi Indikasi Kontra indikasi
1. NaCL Digunakan pada Tidak untuk kondisi
hiperhidrasi,hipernatremia,hipokelimia,kon
500cc kondisi
disi asidosis dan hipertensi
kekurangan
natrium dan
klorida,penggant
i cairan isotonik
plasma
2. Cefterixom Untuk mengatasi pada individu yang memiliki
riwayat hipersensitivitas terhadap
2x1 mg infeksi gram
obat ini atau obat golongan sefalosporin
negatif maupun lainnya
gram positif
3. Paracetam Untuk Pada pasien dengan riwayat hipersensifitas
ol 3x350 meredakan gejala dan penyakit hepar aktif derajat berat
mg demam dan nyeri
pada penyakit
infeksi saluran
kemih

38
3.1.14 Analisa data
No Analisa data Etiologi Problem
1. Ds : klien Agen pencedera fisik Nyeri akut
mengatakan nyeri
abdomen bagian
bawah dan nyeri pada
saat BAK
P : nyeri terasa Saat
berkemih
Q : nyeri yang
dirasakan seperti
ditusuk-tusuk
R : nyeri terasa
dibagian perut
S : skala 7 (berat)
T : nyeri hilang
timbul
DO :
 klien terlihat
lemah
 klien terlihat
gelisah
 klien terlihat
pucat

2. DS ; Klien penurunan kapasitas Gangguan eliminasi urin


mengatakan sering kandung kemih
buang air kecil,
namun sedikit saja
dan klien tidak puas
saat berkemih
DO ; terlihat leukosit
17, 3

39
3 DS: klien mengatakan
kelemahan Intolerans aktivitas
ketika beraktivitas dan
berkemih klien dibantu
oleh keluarganya.
DO :
Klien terlihat dibantu
oleh keluarganya saat
beraktivitas.
Klien terlihat dibantu
saat berkemih

4 DS: klien mengatakn kurangnya control tidur Gangguan pola tidur


susah tidur karena nyeri
yang dirasakan.
DO : Klien terlihat
gelisah.
Klien terlihat
pucat3.Konjungtiva klien
terlihat anemis

5 DS : Klien mengatakan kurangnya terpapar Defisit pengetahuan


bingung dengan penyakit informasi
yang dialami saat ini.
DO: klien terlihat
bingung dan bertanya-
tanya kepada perawat
tentang penyakit yang
dialami

40
1.2 Diagnosa keperawatan
Berdasarkan analisa data yang ditemui oleh pasien Ny M adalah sebagai
berikut:

1.Nyeri akut berhubugan dengan agen cedera biologis


2. gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan kapasitas
kandung kemih

3.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan


4.Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur
5.Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi

Diagnosa keperawatan prioritas adalah :


1.Nyeri akut berhubugan dengan agen cedera biologis
2. gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan kapasitas
kandung kemih

41
3.3 intervensi keperawatan

Diagnosa keperawatan Tujuan ( SLKI) Intervensi (SIKI)


( SDKI)
1. Setelah dilakukan Manejemen nyeri (1.08238)
Nyeri akut
tindakan selama 2x24
 Observasi
berhubugan jam maka diharapkan
tingkat nyeri menurun  Idemtifikasi
dengan agen
dengan kriteria hasil : lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualit
cedera as,intensit nyeri
 Keluhan nyeri
biologis dari meningkt  Identifikasi skala nyeri
(1) menjadi
ditandai  Identifikasi respon nyeri non verbal
menurun (5)
dengan klien  Identifikasi faktor yang memperberat dan
( L .08066)
memperingan nyeri
mengeluh
 Monitor keberhasilan terapi
nyeri komplementer yang sudah diberikan
( D.0077)  Monitor efek samping pengguanaan
analgetik
 Terapeutik
 Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri ( mis,
TENS ,hipnosis,akupresor,terapi
musik ,dan lain sebagainya )
 Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri ( suhu
ruangan,pencahayaan,kebisingan)
 Edukasi
 Jelaskan penyebab ,periode,dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Ajarkan memonitori nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
 Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu

42
2 Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan Manejemen eliminasi urin ( I.04152)
keperawatan selama 1x24 jama  Observasi
eliminasi urine maka diharapkan eliminasi urin  Identifikasi tanda dan gejala
membaik dengan kriteria hasil : retensi atau inkontenesia urin
berhubungan  Desakan  Identifikasi faktor yang
dengan berkemih dari menyebabkan retensi atau
mmeningkat inkontenensia urin
penurunan menjadi  Monitor eliminasi urin (mis.
kapasitas menurun (5) Frekuensi,konsistensi,aroma,vol
 Berkemih tidak ume,warna)
kandung tuntas dari  Terapeutik
kemih ditandai meningkat  Catat waktu-waktu dan haluaran
menjadi berkemih
dengan klien menurun (5)  Batasi asupan cairan jika perlu
mengatakan  Urin menetes dari  Ambil sampel urin tengah
meningkat ( mildstream atau kultur)
sering buang
menjadi menurun  Edukasi
air kecil tapi  Ajarkan tanda dan gejala infeksi
( L.04034) saluran kemih
sedikit ,berke  Ajarkan mengukur asupan cairan
mih tidak dan haluaran urin
 Ajarkan mengambil spesimen
tuntas urin midstream
( D.0055)  Ajarkan mengenali tanda
berkemih dan waktu yang tepat
untuk berkemih
 Ajarkan terapi modalitas
penguatan otot-otot
panggul/perkemihan
 Anjurkan minum yang
cukup,jika tidak ada kontra
indikasi
 Anjurkan mengurangi minum
menjelang tidur
 Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
suposutoria uretra jika perlu

43
Implementasi

no Diagnosa keperawatan Implementasi


1. Nyeri akut berhubungan 7 juni 2022
dengan agen pencedera Jam 09:00 wita
fisiologis ditandai
 MengIdentifikasi
dengan klien mengeluh
lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,int
nyeri
ensit nyeri ( abdomen,seperti tertusuk-tusuk)
 Meng Identifikasi skala nyeri ( 7)
 MengIdentifikasi respon nyeri non verbal
 MengIdentifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri ( faktor yang memperberat
yaitu pada saat berkemih)
Jam 09:15 wita
 Memberikan
teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri (kompres air
hangat/dingin)
Jam 09:30 wita
 Menjelaskan strategi meredakan nyeri
Jam 09:45 wita
 Menganjurkan menggunakan analgetik secara
tepat ( paracetamol)
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri ( kompres air
hangat/dingin untuk meredakan nyeri)
Jam 10 :00 wita
 Mengkolaborasikan pemberian analgetik untuk
mengurangi rasa nyeri ( paracetamol 3x500 mg)

2. Gangguan eliminasi 9 juni 2022


urin berhubungan Jam 10:00 wita
dengan penurunan  Megidentifikasi tanda dan gejala retensi atau
kapasitas kandung inkontenesia urin ( sering buang air kecil tapi
kemih ditandai dengan sedikit dan berkemih tidak tuntas)
klien mengatakan sering  Mengidentifikasi faktor yang menyebabkan
buang air kecil tapi retensi atau inkontenensia urin ( karena adanyan
sedikit,berkemih tidak penyumbatan pada saluran kemih)
tuntas  Memonitor eliminasi urin (mis.
44
Frekuensi,konsistensi,aroma,volume,warna)
(warna jernih)
Jam 10:15 wita
 Membatasi asupan cairan jika perlu
Jam 10:30 wita
 Mengajarkan tanda dan gejala infeksi saluran
kemih ( sering buang air kecil tapi sedikit,dan
berkemih tidak tuntas)
 Mengajarkan mengukur asupan cairan dan
haluaran urin
 Mengajarkan mengenali tanda berkemih dan
waktu yang tepat untuk berkemih
Jam 10:30 wita

 Mengkolaborasi pemberian obat suposutoria


uretra jika

45
3.6 Evaluasi
No Diagnosa Evaluasi ( SOAP)
keperawat
1. Nyeri akut
S: klien mengatakan nyeri yang dirasakan sudah
berhubungan
dengan agen berkurang dengan skala 3 (ringan)
pencefera
O: klien terlihat
fisiologis
ditsndai dengan rileks saat nyerinya
pasien mengeluh
berkurang
nyeri
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan

2. Gangguan
S: klien mengatakan saat ini bisa mengontrol
eliminasi urin
berhubungan kencingnya dengan baik dan normal
dengan
O: klien
penurunan
kapasitas terlihat
kandungan
nyaman saat
kemih ditandai
dengan klien berkemih
mengatakan
A: masalah
sering buang air
kecil tapi sedikit dapat teratasi
dan berkkemih
tidak tuntas
P: intervensi dihentikan

46
BAB 3
PENUTU
P

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan materi yang sudah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa infeksi saluran kemih
dapat disebabkan karena adanya penyeimpitan pada saluran kemih dan dapat menyebabkan
seseorang merasa nyeri yang tidak pernah berhenti infeksi saluran kemih dapat menyerang
baik orang dewasa maunpun anak-anak.
3.2.Saran
Dengan adanya pembahasan tentang ISK diharapkan kepada para calon perawat agar

mampu memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan standart yang ada

47
DAFTAR PUSTAKA

Aru. W Sudoyo.(2014). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Interna Publishing. Jakarta

Fitriani. (2013). Faktor-Faktor Kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada pasien
yang terpasang kateter menetap Di ruang Rawat Inap RSUD Tarakan.
(Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Hassanudin Makasar). Diakses tanggal 14 Mei 2016.

Haryono, Rudi. 2012. Keperawatan Medkal Bedah Sistem Perencanaan.


Yogyakarta: Gosyen publisher.

IDAI, (2011). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jilid 2
cetakan peratama Jakarta. Badan Penerbit IDAI.

LeMone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2015). Keperawatan Medikal Bedah
Gangguan Eliminasi Gangguan Kardiovaskular. Jakarta: Pearson
Education. Liza Fitri Lina, Ferasinta, Oktavidiati, E.

Mufidaturrohmah. (2017). Dasar-dasar Keperawatan Buku Referensi Ilmu


Dasar Keperawatan. Yogyakarta: PENERBIT GAVA MEDIA.
Musdalipah. (2018). Identifikasi Drug Related
Problem ( DRP ) Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih. 11(1),

Purnomo, B. B. (2011). Dasar- dasar Urologi. Jakarta: CV sagung seto.

Soegijanto S. 2010. Patogen Infeksi Virus Dengue Recent Update. Applied


Management of Dengue Viral Infection in chidren. 6 November 2010.

Wartonah, Tarwoto.2010. kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan.


Jakarta:Salemba Medikal.

Widagdo. 2012. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Anak dengan Demam.


Jakarta:Sagung seto.

48

Anda mungkin juga menyukai