Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN ELIMINASI

PADA PASIEN DENGAN INFEKSI SALURAN KEMIH

OLEH :
Nama : Marlin Olivia Simaela
Nim : 1490123127

PROGAM PROFESI NERS


INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG
TAHUN 2023

1
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) Infeksi Saluran Kemih (ISK)
adalah penyakit infeksi kedua tersering pada tubuh sesudah infeksi saluran
pernafasan dan sebanyak 8,3 juta kasus dilaporkan per tahun. Infeksi ini juga
lebih sering dijumpai pada wanita dari papa laki-laki. Indonesia merupakan
Negara berpenduduk ke empat terbesar di dunia setelah Cina, India dan
Amerika Serikat (WHO,2013)
(ISK) merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling sering terjadi di
Amerika. American Urology menyatakan bahwa insiden infeksi saluran kemih
diperkirakan terjadi pada 150 juta penduduk pertahun. Infeksi saluran kemih di
Amerika Serikat mencapai lebih dari 7 juta kunjungan setiap tahunnya. Kurang
lebih 15% dari semua antibiotik yang diresepkan untuk masyarakat, Amerika
Serikat diberikan kepada penderita infeksi saluran kemih dan beberapa negara
Eropa menunjukkan data yang sama (Liza Fitri Lina, et al., 2019).
Merupakan salah satu jenis infeksi nosokomial yang angka kejadiannya paling
tinggi di Indonesia yaitu sekitar 39% - 60%. Pengobatan infeksi saluran kemih
sebagian besar menggunakan antibiotik. Antibiotik merupakan golongan yang
paling banyak digunakan terkait banyaknya kejadian infeksi bakteri. Di Negara
berkembang 30 – 80% penderita yang dirawat di rumah sakit mendapatkan terapi
antibiotic 20 – 65% penggunannya dianggap tidak tepat.penggunaan yang tidak
tepat dapat menimbulkan masalah resistensi dan efek obat yang tidak dikehendaki
(Lestari, et al, 2011).
(ISK) apabila dibiarkan dan tidak ditangani dengan baik dan cepat dapat
menimbulkan pengaruh negatif bagi tubuh penderita seperti gangguan pada
ginjal, sepsis, penyempitan uretra (pada pria).

2
B. Definisi Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan dimana kuman atau
mikroba tumbuh dan berkembang biak dalam saluran kemih dalam jumlah
bermakna (IDAI, 2011). Istilah ISK umum digunakan untuk menandakan adanya
invasi mikroorgansime pada saluran kemih (Haryono, 2012). ISK merupakan
kondisi dimana terdapat mikroorganisme dalam urine yang jumlahnya sangat
banyak dan mampu menimbulkan infeksi saluran kemih (Musdalipah, 2018).
ISK adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan
perkembangbiakkan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi perenkim
ginjal sapmai kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna(
Soegijanto, 2010) (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya
mikroorganisme didalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih
tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih
dapat terjadi pada pria maupun wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis
kelamin ternyata wanita lebih sering menderita dari pada pria(Sudoyo Aru,dkk
2013).
ISK merupakan faktor resiko yang penting pada terjadinya insufisiensi
ginjal atau stadium terminal sakit ginjal. Infeksi saluran kemih terjadi pada
aseding oleh sistitis karena kuan bersal dari flora fekal yang menimbulkan
koloni perineum lalu kuman masuk melalui uretra(Widagdo, 2012). ISK ialah
istilah umum untuk menyatakan adanya pertumbuhan bakteri didalam saluran
kemih, meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih.
Pertumbunhan bakteri yang mencapai > 100.000 unit koloni per ml urin segar
pancar tengah (midstream urin) pagi hari, digunakan sebagai batasan diagnosa
ISK (IDAI,2011)

2.1.1 Anatomi dan Fisiologi


Sistem urinari adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan dan
mengalirkan urine. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter,
kandung kemih dan uretra (Manurung, 2018).
1) Ginjal terletak pada dinding posterior dibelakang peritoneum pada
kedua sisi vetebra torakalis ke-12 sampai vetebra lumbalis ke-3.
Bentuk ginjal seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari

3
ginjal kiri, karena adalnya lobus hepatis dextra yang besar.
2) Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil
penyaringan ginjal (filtrasi, reabsorsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju
vesica urinaria. Terdapat sepasang ureteryang terletak retroperitoneal,
masing-masing satu untuk setiap ginjal. Laki-laki melintas dibawah ligamen
umbilikal lateral dan ductus deferens. Perempuan melintas disepanjang sisi
cervix uteri dan bagian atas vagin.

3) Vesica Urinaria (kandung kemih) sering juga disebut kandung kemih atau
buli- buli, merupakan, tempat untuk menampung urine yang berasal dari
ginjal melalui ureter, untuk selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan
eksternal tubuh melalui mekanisme relaksasi sphincter. Vesica urinaria
terletak di lantai pelvis (pelvis floor), bersama-samadengan organ lain
sepertirektum, organ reproduksi, bagianusushalus, serta pembuluh-
pembuluh darah, limfatik dan saraf.
4) Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria
menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan
wanita. Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga
berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat),
sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 3,5 cm. Selain itu, pria
memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter externa (di uretra pars
membranosa, bersifat volunter), sdeangkan pada wanita hanya memiliki
m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih dan bersifat
volunter).
C. Patofisiologi
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) masuk ke dalam
saluran kemih dan berkembang biak. Saluran kemih terdiri dari kandung
kemih, uretra dan dua ureter dan ginjal (Purnomo, 2014).
Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau urin bebas dari
mikroorganisma atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada saat
mikroorganisme ke dalam saluran kemih dan berkembang biak di dalam
media urin (Israr, 2009). Mikroorganisme penyebab ISK umumnya berasal
dari flora usus dan hidup secara komensal dalam introitus vagina,
preposium, penis, kulit perinium, dan sekitar anus. Kuman yang berasal dari
feses atau dubur, masuk ke dalam saluran kemih bagian bawah atau uretra,
4
kemudian naik ke kandung kemih dan dapat sampai ke ginjal (Fitriani,
2013).
Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui empat cara, yaitu:
5) Ascending, kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman
yang berasal dari flora normal usus dan hidup secara komensal introitus

vagina, preposium penis, kulit perineum, dan sekitar anus. Infeksi


secara ascending (naik) dapat terjadi melalui empat tahapan, yaitu :
a) Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah
introitus vagina
b) Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli
c) Mulitiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam
kandung kemih
d) Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal
(Israr, 2009).
6) Hematogen (descending) disebut demikian bila sebelumnya terjadi
infeksi pada ginjal yang akhirnya menyebar sampai ke dalam saluran
kemih melalui peredaran darah.
7) Limfogen (jalur limfatik) jika masuknya mikroorganisme melalui
sistem limfatik yang menghubungkan kandung kemih dengan ginjal
namun yang terakhir ini jarang terjadi (Coyle dan Prince, 2009).
8) Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau
eksogen sebagai akibat dari pemakaian kateter (Israr, 2009).

D. Etiologi
ISK terjadi tergantung banyak faktor seperti : Usia, gender, prevalensi
bakteriuria, dan faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran
kemih termasuk ginjal (Nurarif & Kusuma, 2015).
Berikut menurut jenis mikroorganisme dan usia :
1) Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK,antara lain:
(1) Escherichia Coli : 90% penyebab ISK uncomplicated (simple).
(2) Pseudomonas, Proteus, Klebsiella: penyebab ISK complicated.
(3) Enterobacter, Staphylococcus epidemidis, Enterococci.
(4) Menahan kencing terlalu lama dan lain-lain.
2) Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :

5
(1) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat
pengosongan kandung kemih yang kurang efektif.
(2) Mobilitas menurun.
(3) Nutrisi yang sering kurang baik.
(4) Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral.
(5) Adanya hambatan pada aliran urin.
(6) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

E. Jenis ISK
Adapun jenis-jenis ISK yaitu : (Nurarif & Kusuma, 2015)
1) Kandung kemih (Sistitis)
2) Uretra (Uretritis)
3) Prostat (Prostatitis)
4) Ginjal (pielonefritis)
Klasifikasi menurut letaknya :
1) ISK bawah
2) Perempuan (sistitis : presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai
bakteriuria bermakna). Sindrom uretra akut (SUA) : presentasi klinis sistitis
tanpa ditemukan mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis
bakterialis. Laki-laki (sistitis,prostatitis,epidimidis dan uretritis).
3) ISK atas
4) Pielonefritis akut (PNA) : proses infeksi parenkim ginjal yang disebabkan
infeksi bakteri. Pielonefritis kronis (PNK): kemungkinan akibat lanjut dari
infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil.
ISK pada usia lanjut, dapat dibedakan menjadi :
(1) ISK uncomplicated (simple) merupakan ISK sederhana yang terjadi pada
penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic maupun fungsional
normal. ISK ini pada usia lanjut terutama mengenai penderita wanita dan
infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.
(2) ISK compilacted, sering menimbulkan banyak masalah karena seringkali
kuman penyebab sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap
beberapa macam antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock.
ISK ini terjadi bila tedapat keadaan-keadaan sebagai berikut :
(3) Kelainan abnormal saluran kemih, misalnya batu , reflex vesiko uretral

6
obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kemih
menetap dan prostatitis.
(4) Kelainan faal ginjal GGA maupun GGK. Gangguan daya tahan tubuh dan
infeksi yang disebabkan karena organisme virulen seperti prosteus spp yang
memproduksi urease.
2.1.2 Manifestasi Klinis
Beberapa manifestasi klinis ISK antara lain : (Nurarif & Kusuma,2015).
1) Anyang- anyangan atau rasa ingin buang air kecil lagi, meski sudah dicoba
untuk berkemih namun tidak ada air kemih yang keluar.
2) Sering kencing dan kesakitan saat kencing, air kencingnya bisa berwarna
putih, cokelat atau kemerahan dan baunya sangat menyengat.
3) Warna air seni kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada
darah.
4) Nyeri pda pinggang.
5) Demam atau menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai
ginjal (di iringi rasa nyeri di sisi bawah belakang rusuk, mual atau muntah).
6) Peradangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak sembu-
sembuh dapat menjadi pemicu terjadinya kanker kandung kemih.

7) Pada neonatus usia 2 bulan, gejalanya dapat menyerupai infeksi atau sepsis
berupa demam, apatis, berat badan tidak naik, muntah, mencret, anoreksia ,
probelem minum dan sianosis (kebiruan).
8) Pada bayi gejalanya berupa demam, berat badan sukar naik atau
anoreksia.
9) Pada anak besar gejalanya lebuh khas seperti sakit waktu kencing,
frekuensi kencing meningkat, nyeri perut atau pinggang, mengompol, anyang-
anyangan (polakisuria) dan bau kencing yang menyengat.
2.1.3 Pemeriksaan Penunjang
2.1.7.1 Analisa urin rutin, mikroskop urine segar tanpa putar, kultur urine,
serta jumlah kuman/ml urine.
2.1.7.2 Investigasi lanjutan :
1) Ultrasonogram (USG)
2) Radiografi : foto polos perut, pielografi IV, Micturating cystogram
3) Isotop scanning

7
2.1.4 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ISK dibagi menjadi dua yaitu: (Nurarif & Kusuma, 2015)
2.1.8.1 Non farmakologi
1) Istirahat.
2) Diet : perbanyak vitamin A dan C untuk mempertahankan epitel saluran
kemih.
2.1.8.2 Farmakologi
1) Antibiotik sesuai kultur, bila hasil kultur belum ada dapat diberikan antibiotik
antara lain cefotaxime, ceftriaxon, kotrimoxsazol, trimetoprim, fluoroquinolon,
amoksilin, doksisiklin, aminoglikosid.
2) Bila tanda urosepsis dapat diberikan imipenem atau kombinasi
penisilin dengan aminoglikosida. Untuk ibu hamil dapat diberikan amoksilin,
nitrofurantoin atau sefalospori

Penyimpangan KDM
Menurut ( Fitriani, 2013 )
p
2.2 Proses Keperawatan
Proses keperawatan memiliki lima tahapan, dimana setiap tahapan tersebut
saling berhubungan. Selain itu tahap demi tahap harus dilaksanakan untuk
membentuk kerangka kerja yang saling berkesinambungan untuk mendapatkan
output perawatan yang komprehensif. Perawatan yang komprehensif inilah yang
diharapkan dalam perawatan terhadap pasien (Mufidaturrohmah, 2017).
2.2.1 Pengkajian
Tahap pengkajian merupakan sebuah proses dinamis yang terorganisasi,
yang terdiri atas 3 aktivitas utama, yaitu : mengumpulkan data secara sistematis,
memilih dan mengatur data yang telah dikumpulkan, dan mendokumentasikan
data dalam format yang dapat dibuka kembal.
Data-data yang telah dikumpulkan tersebut harus bisa menggambarkan dua
hal yaitu status kesehatan pasien, kekuatan pasien dan masalah kesehatan yang
dialaminya. Untuk bisa mlakukan pengkajian diperlukan sebuah keahlian-
keahlian (skill) seperti wawancara, pemeriksaan fisik dan observasi. Hasil
pengumpulan data kemudian diklarifikasikan dalam data subjektif dan observatif.
Data subjektif adalah data yang didapatkan dari keterangan-keterangan pasien,

8
yang berupa ungkapan atau persepsi dari pasien. Sedangkan data objektif
merupakan data yang didapatkan dari hasil observasi, pengukuran dan
pemeriksaan fisik.
Data pengkajian terfokus untuk pasien ISK adalah sebagai berikut :
(LeMone, Burke, & Bauldoff, 2015)
1) Riwayat kesehatan : Gejala saat ini, termasuk frekuensi, urgensi,
rasanya seperti ditusuk-tusuk saat berkemih, berkemih per malam: warna,
kejernihan dan bau urine. Manifestasi lain seperti nyeri abdomen bawah,
punggung atau panggul, mual atau muntah, demam.
2) Pemeriksaan fisik kesehatan umum : tanda vital termasuk suhu, bentuk
abdomen, kontur, nyeri tekan pada palpasi (khususnya suprapubik), perkusi
apakah ada nyeri tekan kostrovertebral.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman atau
respon individu, keluarga, atau komunkasi pada masalah kesehatan. Pada resiko

masalah kesehatan atau pada proses kehidupan. Diagnosis keperawatan


merupakan bagian viral alam menentukan asuhan keperawatan yang sesuai untuk
membantu klien mencapai kesehatan yang optimal. Mengingat pentingnya
diagnosis keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan, maka dibutuhkan
standar diagnosis keperawatan yang dapat diterapakan secara rasional di Indonesia
dengan mengacu pada standar diagnosis internasional yang telah dilakukan
sebelumnya (SDKI, 2017).
Tipe diagnosa keperawatan meliputi :
1) Aktual
Menyajikan keadaan klinis yang telah divalidasikan melalui batasan
karateristik mayor yang diidentifikasi.
2) Resti atau risiko tinggi.
Risiko tinggi adalah keputusan klinis tentang individu, keluarga, atau
komunitas yang sangat rentan untuk mengalami masalah dibanding individu
atau kelompok lain pada situasi yang sama atau hampir sama.
9
3) Kemungkinan
Kemungkinan adalah pernyataan tentang masalah yang diduga masih
memerlukan data tambahan dengan harapan masih diperlukan untuk
memastikan adanya tanda dan gejala utama adanya faktor risiko.
4) Sejahtera
Diagnosa keperawatan sejahtera adalah ketentuan klinis mengenai individu,
kelompok, atau masyarakat dalam transisi dari tingkat kesehatan khusus ke
tingkat kesehatan yang lebih baik.
Menurut : (SDKI, 2016) diagnosa keperawatan yang sering muncul pada
pasien dengan kasus ISK yaitu
1) Gangguan pola Eliminasi urin berhubungan dengan penurunan kapasitas
kandung kemih
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi
4) Resiko infeksi berhubugan dengan peningkatan tekanan kateter, sumbatan
pada kandung kemih.

2.2.3 Intervensi
Tujuan dibuat perencanaan, untuk memberikan arahan pada asuhan
keperawatan. Hasil klien diharapkan bertumpu dari pernyataan diagnostik dan
diindentifikasi sebagai hasil dari intervensi keperawatan dan respon klien yang
bisa dicapai, diinginkan oleh klien dan perawat, dan dapat dicapai dalam periode
tertenu, berdasarkan situasi dan sumber-sumber yang ada. Tahap perencanaan dari
proses keperawatan mempunyai tiga kompenen penentuan prioritas diagnosa.
1) Berdasarkan tingkat kegawatan.
2) Berdasarkan kebutuhan maslow : kebutuhan biologis, kebutuhan keamanan dan
keselamatan, kebutuhan mencintai dan dicintai, kebutuhan harga diri,
kebutuhan aktualisasi diri.
Penentuan tujuan dan kriteri hasil, tujuan merupakan hasil yang ingin
dicapai untuk mengatasi diagnosa keperawatan, dalam menentukan kriteria hasil
harus dibuat berdasarkan komponen-komponen.
S : Spesifik (tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda)
M: Measurable (tujuan keperawatan harus bisa diukur, khususnya tentang perilaku
klien : bisa dilihat, didengarkan, dirabakan dan dirasakan)
A: Aviable ( tujuan harus bisa dicapai)
10
R: Reasionable (tujuan harus bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah)
T: Time ( tujuan harus mempunyai batasan waktu yang jelas intervensi )

2.2.4 Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
perawat. Tindakan keperawatan mencangkup tindakan mandiri (independen) dan
tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri (independen) adalah aktivitas perawat
yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan
petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah
tindakan yang didasarkan dari hasil keputusan bersama, seperti dokter dan petugas
kesehatan lain (Tarwoto & Wartona, 2010)

2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah membandingkan suatu hasil/perbuatan dengan standar untuk tujuan
pengambilan keputusan yang tepat sejauh mana tujuan tercapai. Evaluasi keperawatan
membandingkan efek/hasil suatu tindakan keperawatan dengan normal atau kriteria tujuan yang
sudah dibuat. Tujuan dari evaluasi antara lain untuk menentukan perkembangan kesehatan klien,
untuk menilai efektifitas, efisiensi, dan produktifitas dari tindakan keperawatan yang telah
diberikan, untuk menilai penatalaksanaan asuhan keperawatan, dan mendapatkan umpan balik
(Dermawan, 2012).

11
DAFTAR PUSTAKA

Aru. W Sudoyo.(2014). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Interna Publishing. Jakarta

Fitriani. (2013). Faktor-Faktor Kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada pasien
yang terpasang kateter menetap Di ruang Rawat Inap RSUD Tarakan.
(Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Hassanudin Makasar). Diakses tanggal 14 Mei 2016.

Haryono, Rudi. 2012. Keperawatan Medkal Bedah Sistem Perencanaan.


Yogyakarta: Gosyen publisher.
IDAI, (2011). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jilid 2
cetakan peratama Jakarta. Badan Penerbit IDAI.

LeMone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2015). Keperawatan Medikal Bedah
Gangguan Eliminasi Gangguan Kardiovaskular. Jakarta: Pearson
Education. Liza Fitri Lina, Ferasinta, Oktavidiati, E.

Mufidaturrohmah. (2017). Dasar-dasar Keperawatan Buku Referensi Ilmu


Dasar Keperawatan. Yogyakarta: PENERBIT GAVA MEDIA.
Musdalipah. (2018). Identifikasi Drug Related
Problem ( DRP ) Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih. 11(1),

Manurung, N. (2018). Keperawatan medical bedah konsep, mind mapping dan


NANDA NIC NOC. Jakarta: TIM.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda (North American Nursing
Diagnosis Association) Nic-Noc. Jogjakarta: Penerbit Mediaction Jogja.

Purnomo, B. B. (2011). Dasar- dasar Urologi. Jakarta: CV sagung seto.

Soegijanto S. 2010. Patogen Infeksi Virus Dengue Recent Update. Applied


Management of Dengue Viral Infection in chidren. 6 November 2010.

Wartonah, Tarwoto.2010. kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan.


Jakarta:Salemba Medikal.

Widagdo. 2012. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Anak dengan Demam.


Jakarta:Sagung seto.

12

Anda mungkin juga menyukai