Anda di halaman 1dari 18

Pielonefritis Akut

Oleh :
Gabriel Hezekiah Hadisaputro
112020025

Pembimbing:
dr. Edi Setiawan, Sp. PD

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM RSUD KOJA


UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
JULI 2021
DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii


DEFINISI …………......................................................................................... 1
EPIDEMIOLOGI.............................................................................................. 1
ETIOLOGI…................................................................................................... 2
KLASIFIKASI.................................................................................................. 4
PATOFISIOLOGI ............................................................................................ 5
DIAGNOSIS .................................................................................................... 8
PENATALAKSANAAN ................................................................................. 12
KOMPLIKASI.................................................................................................. 14
PROGNOSIS………………………………………………………………… 14
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 15

2
FKIK UKRIDA – RSUD KOJA
DEFINISI

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi akibat


terbentuknya koloni kuman di saluran kemih.5.6 Beberapa istilah yang sering
digunakan dalam klinis mengenai ISK: 1,2
- ISK uncomplicated (sederhana), yaitu ISK pada pasien tanpa disertai
kelainan anatomi maupun kelainan struktur saluran kemih.
- ISK complicated (rumit), yaitu ISK yang terjadi pada pasien yang
menderita kelainan anatomis/ struktur saluran kemih, atau adanya
penyakit sistemik. Kelainan ini akan menyulitkan pemberantasan kuman
oleh antibiotika.
- Infeksi berulang, yaitu timbulnya kembali bakteriuria setelah sebelumnya
dapat dibasmi dengan pemberian antibiotika pada infeksi yang pertama.
Timbulnya infeksi berulang ini dapat berasal dari re-infeksi atau
bakteriuria persisten. Pada re-infeksi kuman berasal dari luar saluran
kemih, sedangkan bakteriuria persisten bakteri penyebab berasal dari
dalam saluran kemih itu sendiri.3
- Asymtomatic bacteriuria, yaitu bakteriuria yang bermakna tanpa disertai
gejala.1

EPIDEMIOLOGI
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk
menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Infeksi ini
dapat mengenai laki-laki maupun perempuan dari semua umur pada anak,
remaja, dewasa ataupun umur lanjut. Akan tetapi dari kedua jenis
kelamin, ternyata perempuan lebih sering dibandingkan laki-laki dengan
angka populasi umum 5- 15%. Untuk menyatakan adanya ISK harus
ditemukan bakteri di dalam urin. Penyakit infeksi ini merupakan salah satu
penyakit infeksi yang sering ditemukan di praktik umum, walaupun
bermacam-macam antibiotika yang sudah tersedia luas di pasaran. Data
penelitian epidemiologi klinik melaporkan hampir 25-35% dari semua pria
dewasa pernah mengalami ISK selama hidupnya.4

Infeksi saluran kemih merupakan infeksi urutan kedua paling sering

1
setelah infeksi saluran nafas. Mikroorganisme paling sering menyebabkan
ISK adalah jenis bakteri aerob. Saluran kemih normal tidak dihuni oleh
bakteri atau mikroba lain, karena itu urin dalam ginjal dan buli-buli biasanya
steril. Walaupun demikian uretra bagian bawah terutama pada wanita dapat
dihuni oleh bakteri yang jumlahnya makin kurang pada bagian yang
mendekati kandung kemih1,5

Biasanya dibedakan atas infeksi saluran kemih atas (seperti


pielonefritis atau abses ginjal), dan infeksi saluran kemih bawah (seperti
sistitis atau uretritis). Komplikasi infeksi saluran kemih terdiri atas
septisemia dan urolitiasis. Saluran kemih sering merupakan sumber
bakteriemia yang disebabkan oleh penutupan mendadak oleh batu atau
instrumentasi pada infeksi saluran kemih, seperti pada hipertrofi prostat
dengan prostatitis.5

Untuk menegakkan diagnosis ISK harus ditemukan bakteri dalam urin


melalui biakan atau kultur dengan jumlah yang signifikan. Tingkat
signifikansi jumlah bakteri dalam urin lebih besar dari 100.000/ml urin. Pada
pasien dengan simptom ISK, jumlah bakteri dikatakan signifikan jika lebih
besar dari 100/ml urin. Agen penginfeksi yang paling sering adalah
Eschericia coli, Proteus sp., Klebsiella sp., Serratia, Pseudomonas sp.
Penyebab utama ISK adalah bakteri Eschericia coli (sekitar 85%).
Penggunaan kateter terkait dengan ISK dengan kemungkinan lebih dari satu
jenis bakteri penginfeksi6

ETIOLOGI

Penyebab terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri


yang biasanya menghuni usus kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari
gram negatif tersebut, ternyata Escherichia coli menduduki tempat teratas
kemudian diikuti oleh: Proteus sp, Klebsiella, Enterobacter, Pseudomonas

Bermacam-macam mikro organisme dapat menyebabkan ISK,


antara lain dapat dilihat pada tabel berikut :7

2
FKIK UKRIDA – RSUD KOJA
Tabel 1.Persentase biakan mikroorganisme penyebab ISK

No Mikroorganisme Persentase biakan (%)


1 Escherichia coli 50-90
2 Klebsiella atau enterobacter 10-40
3 Pproteus sp 5-10
4 Pseudomonas aeroginosa 2-10
5 Staphylococcus epidermidis 2-10

7 Enterococci 2-10

8 candida albican 1-2

9 Staphylococcus aureus 1-2

Jenis kokus gram positif lebih jarang sebagai penyebab ISK


sedangkan Enterococci dan Staphylococcus aureus sering ditemukan pada
pasien dengan batu saluran kemih, lelaki usia lanjut dengan hiperplasia
prostat atau pada pasien yang menggunakan kateter urin. Demikian juga
dengan Pseudomonas aeroginosa dapat menginfeksi saluran kemih melalui
jalur hematogen dan pada kira-kira 25% pasien demam tifoid dapat diisolasi
salmonella dalam urin. Bakteri lain yang dapat menyebabkan ISK melalui
cara hematogen adalah brusella, nocardia, actinomises, dan Mycobacterium
tubeculosa.1,5
Candida sp merupakan jamur yang paling sering menyebabkan ISK
terutama pada pasien-pasien yang menggunakan kateter urin, pasien DM,
atau pasien yang mendapat pengobatan antibiotik berspektrum luas. Jenis
Candida yang paling sering ditemukan adalah Candida albican dan Candida
tropicalis. Semua jamur sistemik dapat menulari saluran kemih secara
hematogen.1
Faktor predisposisi yang mempermudah untuk terjadinya ISK, yaitu : 3,4,8
 Penyakit Ginjal polikistik

3
FKIK UKRIDA – RSUD KOJA
 Obstruksi saluran kemih
 Litiasis
 Diabetes Melitus
 Instrumentasi: Kateter
 Kehamilan dan peserta KB
 Senggama
 Penyakit Sikle-cell
 Diabetes Mellitus pasca transplatasi ginjal
 Nekrosis papilar

KLASIFIKASI

ISK diklasifikasikan berdasarkan :3,4,9,10

1. Anatomi

- ISK bawah, presentasi klinis ISK bawah tergantung dari gender.

A. Perempuan

 Sistitis, adalah presentasi klinis infeksi saluran kemih


disertai bakteriuria bermakna

 Sindroma uretra akut (SUA), adalah presentasi klinis


sistitis tanpa ditemukan mikroorganisme (steril).

B. Laki-laki

Presentasi ISK bawah pada laki-laki dapat berupa sistitis,


prostatitis, epidimidis, dan uretritis.
- ISK atas

A. Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal


yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
B. Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari
infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil.
Obstruksi saluran kemih serta refluk vesikoureter dengan atau tanpa
bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikat
parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik.2,8
4
FKIK UKRIDA – RSUD KOJA
2. Klinis

- ISK Sederhana/ tak berkomplikasi, yaitu ISK yang terjadi pada


perempuan yang tidak hamil dan tidak terdapat disfungsi truktural
ataupun ginjal.
- ISK berkomplikasi, yaitu ISK yang berlokasi selain di vesika urinaria,
ISK pada anak-anak, laki-laki, atau ibu hamil.5,6

PATOFISIOLOGI

Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau urin bebas dari
mikroorganisme atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada saat
mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih dan berkembangbiak di
dalam media urin. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui 4 cara,
yaitu :1,2
- Ascending

- Hematogen

- Limfogen

- Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau


eksogen sebagai akibat dari pemakaian intrumen.
Sebagian besar mikroorganisme memasuki saluran kemis melalui cara
ascending. Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal
dari flora normal usus dan hidup secara komensal di introitus vagina,
prepusium penis, kulit perineum, dan sekitar anus. Mikroorganisme
memasuki saluran kemih melalui uretra – prostat – vas deferens – testis (pada
pria) – buli-buli – ureter dan sampai ke ginjal.
Dua jalur utama terjadinya ISK adalah hematogen dan ascending,
tetapi dari kedua cari ini ascending-lah yang paling sering terjadi :1,11
a. Hematogen

Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan


tubuh yang rendah, karena menderita sesuatu penyakit kronis, atau pada
pasien yang mendapatkan pengobatan imunosupresif. Penyebaran
hematogen bisa juga timbul akibat adanya fokus infeksi di tempat lain,
misalnya infeksi S. aureus pada ginjal bisa terjadi akibat penyebaran
5
FKIK UKRIDA – RSUD KOJA
hematogen dari fokus infeksi di tulang, kulit, endotel, atau tempat lain. M.
Tuberculosis, Salmonella, pseudomonas, Candida, dan Proteus sp termasuk
jenis bakteri/ jamur yang dapat menyebar secara hematogen.2,5
Walaupun jarang terjadi, penyebaran hematogen ini dapat
mengakibatkan infeksi ginjal yang berat, misal infeksi Staphylococcus dapat
menimbulkan abses pada ginjal.
b. Infeksi Ascending

Infeksi secara ascending (naik) dapat terjadi melalui 4 tahapan, yaitu :

- Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina

- Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli

- Multiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih

- Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal.

Gambar 1. Masuknya kuman secara ascending ke dalam saluran


kemih. (1) kolonisasi kuman di sekitar uretra, (2)
masuknya kumen melaui uretra ke buli-buli, (3)
penempelan kuman pada dinding buli- buli, (4)
masuknya kumen melaui ureter ke ginjal.2
Terjadinya infeksi saluran kemih karena adanya gangguan
keseimbangan antara mikroorganisme penyebab infeksi (uropatogen)
sebagai agent dan epitel saluran kemih sebagai host. Gangguan
keseimbangan ini disebabkan oleh karena pertahanan tubuh dari host yang
menurun atau karena virulensi agent yang meningkat.2
a. Faktor host

Kemampuan host untuk menahan mikroorganisme masuk ke dalam


saluran kemih disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
6
FKIK UKRIDA – RSUD KOJA
- Pertahanan lokal dari host

- Peranan sistem kekebalan tubuh yang terdiri dari imunitas selular dan
humoral.

Tabel 2. Pertahanan lokal terhadap infeksi.2


No Pertahanan lokal tubuh terhadap infeksi
1 Mekanisme pengosongan urin yang teratur dari buli-buli dan gerakan

peristaltik ureter (wash out mechanism)


2 Derajat keasaman (pH) urin
3 Osmolaritas urin yang cukup tinggi

4 Estrogen pada wanita usia produktif


5 Panjanguretra pada pria

6 Adanya zat antibakterial pada kelenjar prostat ata PAF (Prostatic


Antibacterial Factor) yang terdiri dari unsur Zn uromukoid (protein tamn-
Horsfall) yang menghambat penempelan bakteri pada urotelium

Pertahanan lokal sistem saluran kemih yang paling baik adalah


mekanisme wash out urin, yaitu aliran urin yang mampu membersihkan
kuman-kuman yang ada di dalam urin. Gangguan dari sistem ini akan
mengakibatkan kuman mudah sekali untuk bereplikasi dan menempel pada
urotelium. Agar aliran urin adekuat dan mampu menjamin mekanisme wash
out adalah jika :2
- Jumlah urin cukup

- Tidak ada hambatan didalam saluran kemih

Oleh karena itu kebiasaan jarang minum dan gagal ginjal


menghasilkan urin yang tidak adekuat, sehingga memudahkan terjadinya
infeksi saluran kemih. Keadaan lain yang dapat mempengaruhi aliran urin
dan menghalangi mekanisme wash out adalah adanya :
- Stagnansi atau stasis urin (miksi yang tidak teratur atau sering
menahan kencing, obstruksi saluran kemih, adanya kantong-kantong
pada saluran kemih yang tidak dapat mengalir dengan baik misalnya
pada divertikula, dan adanya dilatasi atau refluk sistem urinaria.
7
FKIK UKRIDA – RSUD KOJA
- Didapatkannya benda asing di dalam saluran kemih yang dipakai
sebagai tempat persembunyian kuman.2
b. Faktor agent (mikroorganisme)

Bakteri dilengkapi dengan pili atau fimbriae yang terdapat di


permukaannya. Pili berfungsi untuk menempel pada urotelium melalui
reseptor yang ada dipermukaan urotelium. Ditinjau dari jenis pilinya
terdapat 2 jenis bakteri yang mempunyai virulensi berbeda, yaitu
- Tipe pili 1, banyak menimbulkan infeksi pada sistitis.

- Tipe pili P, yang sering menimbulkan infeksi berat pielonefritis akut.

Selain itu beberapa bakteri mempunyai sifat dapat membentuk


antigen, menghasilkan toksin (hemolisin), dan menghasilkan enzim urease
yang dapat merubah suasana urin menjadi basa.2

DIAGNOSIS

Gambaran klinis

Gambaran klinis infeksi saluran kemih sangat bervariasi mulai dari


tanpa gejala hingga menunjukkan gejala yang sangat berat.5 Gejala yang
sering timbul ialah disuria, polakisuria, dan terdesak kencing yang biasanya
terjadi bersamaan, disertai nyeri suprapubik dan daerah pelvis. Gejala klinis
ISK sesuai dengan bagian saluran kemih yang terinfeksi, yaitu :3,4
a. Pada ISK bagian bawah, keluhan pasien biasanya berupa nyeri supra
pubik, disuria, frekuensi, hematuri, urgensi, dan stranguria
b. Pada ISK bagian atas, dapat ditemukan gejala demam, kram, nyeri
punggung, muntah, skoliosis, dan penurunan berat badan.

8
FKIK UKRIDA – RSUD KOJA
Gambar 2. Hubungan antara lokasi infeksi dengan gejala klinis
Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang


menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih, antara lain : 1,12
a. Urinalisis

- Eritrosit

Ditemukannya eritrosit dalam urin (hematuria) dapat merupakan


penanda bagi berbagai penyakit glomeruler maupun non-gromeruler.
Penyakit nongromelulerseperti batu saluran kemih dan infeksi saluran
kemih.
- Piuria

Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan oleh


Stamm, bila ditemukan paling sedikit 8000 leukosit per ml urin yang
tidak disentrifus atau setara dengan 2-5 leukosit per lapangan pandang
besar pada urin yang di sentrifus.
Infeksi saluran kemih dapat dipastikan bila terdapat leukosit sebanyak

9
FKIK UKRIDA – RSUD KOJA
> 10 per mikroliter urin atau > 10.000 per ml urin. Piuria yang steril
dapat ditemukan pada keadaan : 12
Infeksi tuberkulosis, Urin
terkontaminasi dengan antiseptik, Urin terkontaminasi dengan leukosit
vagina, Nefritis intersisial kronik (nefropati analgetik), Nefrolitiasis,
Tumor uroepitelia
- Silinder

Silinder dalam urin dapat memiliki arti dalam diagnosis penyakit


ginjal, antara lain : 12
Silinder eritrosit, sangat diagnostik untuk
glomerulonefritis atau vaskulitis ginjal. Silinder leukosit bersama
dengan hanya piuria, diagnostik untuk pielonefritis. Silinder epitel,
dapat ditemukan pada nekrosis tubuler akut atau pada
gromerulonefritis akut. Silinder lemak, merupakan penanda untuk
sindroma nefrotik bila ditemukan bersaman dengan proteinuria
nefrotik.
- Kristal

Kristal dalam urin tidak diagnostik untuk penyakit ginjal

- Bakteri

Bakteri dalam urin yang ditemukan dalam urinalisis tidak identik


dengan infeksi saluran kemih, lebih sering hanya disebabkan oleh
kontaminasi.12
b. Bakteriologis

- Mikroskopis, pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan urin


segar tanpa diputar atau pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan positif
bila dijumpai satu bakteri lapangan pandang minyak emersi.
- Biakan bakteri, pembiakan bakteri sedimen urin dimaksudkan untuk
memastikan diagnosis ISK yaitu bila ditemukan bakteri dalam jumlah
bermakna sesuai kriteria Catteli.1,4

10
FKIK UKRIDA – RSUD KOJA
Tabel 3. Kriteria Catteli untuk diagnosis bakteriuria yang bermakna1,4

Wanita, simtomatik

≥102 organisme koliform/mL urin plus piuria


Atau
≥105 organisme patogen apapun/mL urin
Atau
Tumbuhnya organisme patogen apapun pada urin yang diambil dengan

cara aspirasi suprapubik

Laki-laki,simtomatik

≥103 organisme patogen/mL urin

Pasien asimtomatik

≥105 organisme patogen/mL urin pada 2 sampel urin berurutan

c. Tes Kimiawi

Beberapa tes kimiawi dapat dipakai untuk penyaring adanya


bakteriuria, di antaranya yang paling sering dipakai adalah tes reduksi
griess nitrate. Dasarnya adalah sebagian besar mikroba kecuali
enterococci mereduksi nitrat.1,4
d. Tes Plat – Celup (Dip-Slide)

Beberapa pabrik mengeluarkan biakan buatan yang berupa lempengan


plastik bertangkai dimana pada kedua sisi permukaannya dilapisi
pembenihan padat khusus. Lempengan tersebut dicelupkan ke dalam
urin pasien atau dengan digenangi urin. Setelah itu lempengan
dimasukkan kembali kedalam tabung plastik tempat penyimpanan
semula, lalu diletakkan pada suhu 37oC selama satu malam. Penentuan
jumlah kuman/mL dilakukan dengan membandingkan pola
pertumbuhan kuman dengan serangkaian gambar yang
memperlihatkan keadaan kepadatan koloni yang sesuai dengan jumlah
11
FKIK UKRIDA – RSUD KOJA
kuman antara 1000 dan 10.000.000 dalam tiap mL urin yang
diperiksa. Cara ini mudah dilakukan, murah dan cukup adekuat.
Kekurangannya adalah jenis kuman dan kepekaannya tidak dapat
diketahui.1,4

Radiologis dan Pemeriksaan penunjang lainnya

Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk mengetahui


adanya batu atau kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK.
Pemeriksaan ini dapat berupa foto polos abdomen, pielonegrafi intravena,
demikian pula dengan pemeriksaan lainnya, misalnya ultrasonografi dan
CTScan.1,4

PENATALAKSANAAN

Prinsip umum penatalaksanaan ISK adalah :1

- Eradikasi bakteri penyebab dengan menggunakan antibiotik yang sesuai

- Mengkoreksi kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi

Tujuan penatalaksanaan ISK adalah mencegah dan menghilangkan


gejala, mencegah dan mengobati bakteriemia dan bakteriuria, mencegah dan
mengurangi risiko kerusakan ginjal yang mungkin timbul dengan pemberian
obat-obatan yang sensitif, murah, aman dengan efek samping yang minimal.
Oleh karenan itu pola pengobatan ISK harus sesuai dengan bentuk ISK,
keadaan anatomi saluran kemih, serta faktor-faktor penyerta lainnya.
Bermacam cara pengobatan yang dilakukan untuk berbagai bentuk yang
berbeda dari ISK, antara lain :
- Pengobatan dosis tunggal

- Pengobatan jangka pendek (10-14 hari)

- Pengobatan jangka panjang (4-6 minggu)

- Pengobatan profilaksis dosis rendah

- Pengobatan supresif.1

12
FKIK UKRIDA – RSUD KOJA
Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah

Prinsip penatalaksanaan ISK bawah meliputi intake cairan yang


banyak, antibiotik yang adekuat, dan bila perlu terapi simtomatik untuk
alkalinisasi urin :4 Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48
jam dengan antibiotika tunggal, seperti ampisilin 3 gram, trimetroprim 200
mg.
- Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisis (leukosuria)
diperlukan terapi konvensional selama 5-10 hari.
- Pemeriksaan mikroskopis urin dan biakan urin tidak diperlukan bila
semua gejala hilang dan tanpa leukosuria.
Bila pada pasien reinfeksi berulang (frequent re-infection) :4

- Disertai faktor predisposisi, terapi antimikroba yang intensif diikuti


dengan koreksi faktor resiko.
- Tanpa faktor predisposisi, terapi yang dapat dilakukan adalah asupan cairan

- yang banyak, cuci setelah melakukan senggama diikuti terapi antimikroba

- dosis tunggal (misal trimentoprim 200 mg)

- Terapi antimikroba jangka lama sampai 6 bulan

Pasien sindroma uretra akut (SUA) dengan hitung kuman 103-105


memerlukan antibiotika yang adekuat. Infeksi klamidia memberikan hasil
yang baik dengan tetrasiklin. Infeksi yang disebabkan mikroorganisme
anaerobik diperlukan antimikroba yang serasi (misal golongan kuinolon).4
Tabel 4. Antimikroba pada ISK bawah tak berkomplikasi

Antimikroba Dosis Lama terapi


Ampisilin 2x 3g 5 hari
Trimetropim 2x 100mg 5 hari

Infeksi Saluran Kemih (ISK) Atas

Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut memerlukan rawat


inap untuk memelihara status hidrasi dan terapi antibiotika parenteral paling
sedikit 48 jam.4 Indikasi rawat inap pasien pielonefritis akut antara lain:
13
FKIK UKRIDA – RSUD KOJA
- Kegagalan mempertahankan hidrasi atau toleransi terhadap antimikroba oral

- Pasien sakit berat atau debilitasi

- Terapi antimikroba oral selama rawat jalan mengalami kegagalan

- Diperlukan invertigasi lanjutan

- Faktor predisposisi untuk ISK tipe berkomplikasi

- Komorbiditas seperti kehamilan, diabetes melitus dan usia lanjut

The Infection Disease Society of America menganjurkan satu


dari tiga alternatif terapi antibiotika intravena sebagai terapi awal
selama 48-72 jam sebelum diketahui mikroorganisme penyebabnya :4
- Flurokuinolon

- Aminoglikosida dengan atau tanpa ampisilin

- Sefalosporin berspektrum luas dengan atau tanpa


aminoglikosida

Tabel 5 Obat parental pada ISK atas tanpa komplikasi


Antimikroba Dosis Lama terapi

Trimetropim 2 x 200mg 14 hari


Ciprofloxacin 2 x 500 mg 7 hari
Cefalexin 2/3 x 500 mg 7-10 hari
Ceftriaxone 1 x1/2g 7 hari
Gentamicin 1 x 5-7 mg/kg 7 hari
Amikacin 1 x 15 mg/kg 7 hari

KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih antara lain
obstruksi saluran kemih, sepsis, infeksi kuman, gangguan fungsi ginjal, syok
septik9

PROGNOSIS

Prognosis pada pasien yang mengalami pielonefritis akut adalah dubia ad


14
FKIK UKRIDA – RSUD KOJA
bonam karena pasien akan mengalami kesembuhan total dan sangat jarang
mengalami kejadian berulang atau perburukan kecuali pada pasien dengan
penyakit penyerta seperti DM.

DAFTAR PUSTAKA

1. Tessy A, Ardaya, Suwanto. Infeksi Saluran Kemih. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II. Edisi 3. Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2001
2. Purnomo BB. Dasar-Dasar Urologi. Edisi 2. Jakarta : Sagung Seto;2003.Gardjito W,
Puruhito, Iwan A et all. Saluran Kemih dan Alat Kelamin Lelaki. Dalam : Buku Ajar
Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : Penerbit EGC;2005.
3. Rani HAA, Soegondo S, Nasir AU et al. Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi 2004. Jakarta : Pusat Penerbitan IPD FKUI;2004.
4. Sukandar E. Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid 2. Edisi VI. Jakarta : Pusat Penerbit IPD FK UI. 2014;2131-2138.
5. Gardjito W, Puruhito, Iwan A et all. Saluran Kemih dan Alat Kelamin Lelaki. Dalam :
Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : Penerbit EGC;2005.
6. Widayati A, Wirawan IPE, Kurharwanti AMW. Kesesuaian Pemilihan Antibiotika
Dengan Hasil Kultur Dan Uji Sensitivitas Serta Efektivitasnya Berdasarkan Parameter
Angka Lekosit Urin Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Rawat Inap Di Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta (Juli – Desember2004). Yokyakarta : Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma;2005.

7. Pattman R, Snow M, Handy P et al. Oxford Handbook of Genitourinary Medicine,


HIV, and AIDS. 1st Edition. Newcastle : Oxford University Press;2005.
8. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL et al. Harrison’s Principles of InternalMedicine. 17th
edition. USA : The McGraw-Hill Companies;2008.
9. Rani HAA, Soegondo S, Nasir AU et al. Panduan Pelayanan Medik - Perhimpunan
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Edisi 2004. Jakarta : Pusat Penerbitan IPD
FKUI;2006.
10. Liza. Buku Saku Ilmu Penyakit Dalam. Edisi I. Jakarta : FKUI;2006.

11. Cunha JP, Doerr S, Balentine JR. Urinary Tract Infection. Disitasi dari
https://www.emedicinehealth.com/urinary_tract_infection_uti/article_em.htm. Pada
tanggal 21 Juli 2021. Perbaharuan terakhir [Juli 2020]

15
FKIK UKRIDA – RSUD KOJA
12. Siregar P. Manfaat Klinis Urinalisis dalam Nefrologi. Disampaikan pada : Pertemuan
Ilmiah Nasional VII PB. PABDI. Medan;2009.

16
FKIK UKRIDA – RSUD KOJA

Anda mungkin juga menyukai