Anda di halaman 1dari 18

REFERAT VENEROLOGI

URETRITIS NON SPESIFIK

Pembimbing:
Dr. dr. Linda Julianti Wijayadi, Sp.KK, FINSDV, FAADV

Disusun oleh:
Rudi (406192037)
Tiara Bambang Ginanti (220201001)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


PERIODE 18 JULI 2022 - 13 AGUSTUS 2022
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN

Referat Venerologi
Uretritis Non Spesifik

Disusun oleh:
Rudi (406192037)
Tiara Bambang Ginanti (220201001)

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Jakarta, 5 Agustus 2022

Dr. dr. Linda Julianti Wijayadi, Sp.KK, FINSDV, FAADV


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah yang dilimpahkan Nya,

sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan Referat Venerologi dengan topik

“Uretritis Non Spesifik”.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak

kekurangan. Oleh karena itu, dengan hati terbuka penulis menerima segala kritik dan saran

yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan makalah ini. Oleh karena itu penulis

mengucapkan terima kasih atas segala bentuk dukungan yang telah diberikan selama proses

penyusunan referat ini dari awal hingga akhir, kepada:

1. Dr. dr. Linda Julianti Wijayadi, Sp.KK, FINSDV, FAADV selaku dokter pembimbing
yang telah membimbing kami selama proses penyusunan referat dan kepaniteraan Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara periode 18
Juli 2022 - 13 Agustus 2022.

Akhir kata, semoga referat ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan
bagi pada pembaca.

Jakarta, 5 Agustus 2022


Penulis,
BAB 1
PENDAHULUAN

Sebelum tahun 1970 hampir 90% kasus uretritis belum diketahui penyebabnya, sedangkan
10% sudah diketahui penyebabnya, yaitu Gonokok, Trichomonas vaginalis, Candida albicans
dan benda asing. Dengan semakin majunya fasilitas diagnostik sesudah tahun 1970, penyebab
uretritis sudah diketahui 75%, sedangkan sisanya 25% lagi masih dalam taraf penelitian. 1
Uretritis merupakan kondisi inflamasi yang terjadi pada uretra yang dapat disebabkan oleh
proses infeksi atau non infeksi dengan manifestasi discar, disuria, atau gatal pada ujung
uretra. Temuan laboratorium menunjukkan adanya peningkatan jumlah leukosit
polimorfonuklear dengan pengecatan Gram pada usapan uretra atau dari sedimen pancaran
urin awal. Untuk memudahkan dalam perawatan, seringkali infeksi uretritis diklasifikasikan
menjadi Uretritis Gonococcal dan Uretritis Non-gonococcal (disebut pula uretritis non
spesifik).2
Uretritis Nonspesifik (U.N.S.) atau Non-specific Urethritis (N.S.U.) karena
peradangan hanya terjadi pada uretra dengan pemeriksaan laboratorium sederhana yang
disebabkan oleh kuman non-spesifik. lnfeksi Genital Nonspesifik (I.G.N.S.) atau Nonspecific
Genital Infection (N.S.G.I.) adalah infeksi menular seksual berupa peradangan di uretra,
rektum, atau serviks yang disebabkan oleh kuman nonspesifik. IGNS pada wanita umumnya
menunjukkan infeksi pada serviks, meskipun infeksi menular seksual nonspesifik pada
wanita dapat menyerang uretra maupun vagina.1,3
Uretritis nonspesifik banyak ditemukan pada orang dengan keadaan sosial ekonomi
lebih tinggi, usia lebih muda, dengan pola aktivitas seksual aktif. Angka kesakitan pada laki-
laki lebih banyak daripada perempuan dan golongan heteroseksual lebih sering daripada
golongan homoseksual.1 Di Amerika Serikat, C. trachomatis tetap menjadi IMS (Infeksi
Menular Seksual) yang paling sering dilaporkan, dengan lebih dari 1,4 juta kasus dilaporkan
pada tahun 2012. Menurut data National Health and Nutrition Examination Survey
(NHANES), prevalensi keseluruhan infeksi klamidia antara 2007 dan 2012. Prevalensi
klamidia pada wanita yang aktif secara seksual berbanding terbalik dengan usia, dengan
tingkat infeksi tertinggi terjadi antara usia 14 dan 24 tahun. Selain itu, 1 dari 7 wanita kulit
hitam non-Hispanik dan 1 dari 22 wanita Meksiko-Amerika antara usia 14 sampai 24 tahun
terinfeksi klamidia dibandingkan dengan 1 dari 55 wanita kulit putih non-Hispanik.4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
lnfeksi Genital Nonspesifik (I.G.N.S.) atau Nonspecific Genital Infection (N.S.G.I.) adalah
infeksi menular seksual berupa peradangan di uretra, rektum, atau serviks yang disebabkan
oleh kuman nonspesifik.1 Uretritis Nonspesifik (U.N.S.) atau Non-specific Urethritis (N.S.U.)
merupakan peradangan hanya terjadi pada uretra dengan pemeriksaan laboratorium sederhana
yang disebabkan oleh kuman non-spesifik.1,3 lnfeksi Genital Nongonokok (I.G.N.G.) atau
Nongonococcal Genital Infection (N.G.G.I.) merupakan peradangan di uretra, rektum, dan
serviks yang disebabkan bukan oleh kuman gonokok. Uretritis Nongonokok (U.N.G.) atau
Non-gonococcal Urethritis (N.G.U.) merupakan peradangan di uretra yang disebabkan oleh
kuman lain selain gonokok.1
Yang dimaksud dengan kuman spesifik adalah kuman yang dengan fasilitas
laboratorium biasa/ sederhana dapat ditemukan seketika, misalnya gonokok, Candida
albicans, Trichomonas vaginalis dan Gardnerella vaginalis. IGNS pada wanita umumnya
menunjukkan infeksi pada serviks, meskipun infeksi menular seksual nonspesifik pada
wanita dapat menyerang uretra maupun vagina. Istilah UNS dan UGN lebih sering digunakan
untuk pasien pria.1,3

2.2 Epidemiologi
Di beberapa negara ternyata insidens I.G.N.S cukup tinggi, angka perbandingan dengan
uretritis gonore kira-kira 2:1. Uretritis nonspesifik banyak ditemukan pada orang dengan
keadaan sosial ekonomi lebih tinggi, usia lebih muda, dengan pola aktivitas seksual aktif.
Angka kesakitan pada laki-laki lebih banyak daripada perempuan dan golongan heteroseksual
lebih sering daripada golongan homoseksual.1
Chlamydia trachomatis merupakan sumber jumlah terbesar infeksi menular seksual
dan sebagian besar kebutaan terkait infeksi di seluruh dunia. 5 Di Amerika Serikat, C.
trachomatis tetap menjadi IMS (Infeksi Menular Seksual) yang paling sering dilaporkan,
dengan lebih dari 1,4 juta kasus dilaporkan pada tahun 2012. Menurut data National Health
and Nutrition Examination Survey (NHANES), prevalensi keseluruhan infeksi klamidia
antara 2007 dan 2012. Prevalensi klamidia pada wanita yang aktif secara seksual berbanding
terbalik dengan usia, dengan tingkat infeksi tertinggi terjadi antara usia 14 dan 24 tahun.
Selain itu, 1 dari 7 wanita kulit hitam non-Hispanik dan 1 dari 22 wanita Meksiko-Amerika
antara usia 14 sampai 24 tahun terinfeksi klamidia dibandingkan dengan 1 dari 55 wanita
kulit putih non-Hispanik. Alasan perbedaan ras tersebut tidak diketahui tetapi mungkin
karena perbedaan seksual, penurunan akses ke perawatan, dan pasangan yang tidak tepat.4

2.3 Etiologi
Organisme penyebab uretritis nonspesifik ialah:
- Chlamydia trachomatis. (30-50%)
- Ureaplasma urealyticum. (10-40 %)

Lain Lain (20-30 %):


- Trichomonas vaginalis (jarang)
- Ragi (jarang)
- Virus herpes simplex (jarang)
- Adenovirus (jarang)
- Haemophilus sp (jarang)
- Bacteroides ureolyticus (jarang)
- Mycoplasma gertilatum (jarang)
- Bakteri lain
- Tak diketahui.

Dengan kemajuan pemeriksaan laboratorium saat ini, diagnosis infeksi genital


nonspesifik makin lebih tajam dan kecil insidensnya. Pemeriksaan Chlamydia trachomatis di
Indonesia ditegakkan melalui pemeriksan ELISA, IF, Gene Probe, dan PCR, tetapi masih
dalam jumlah yang terbatas.3

Chlamydia trachomatis
Chlamydia adalah infeksi menular seksual umum yang memiliki implikasi dalam berbagai
sistem organ. Penyakit primer yang mempengaruhi selaput lendir mata, genitourinari, dan
sistem pernapasan. Tergantung pada sistem organ yang terkena, ada manifestasi klinis yang
berbeda yang terjadi. Telah terbukti bahwa lebih dari 50 daripada semua kasus U.N.S.
disebabkan oleh kuman ini. Chlamydia trachomatis merupakan parasit intraobligat,
menyerupai bakteri Gram-negatif.4 Chlamydia trachomatis penyebab U.N.S. ini termasuk
subgrup A dan mempunyai tipe serologik D-K. Dalam perkembangannya Chlamydia
trachomatis mengalami 2 fase:
- Fase I disebut fase noninfeksius, terjadi keadaan laten yang dapat ditemukan pada
genitalia maupun konjungtiva. Pada saat ini kuman terdapat intraselular dan berada di
dalam vakuol yang letaknya melekat pada inti sel hospes, disebut badan inklusi (BI).
- Fase II disebut fase penularan, bila vakuol pecah kuman keluar dalam bentuk badan
elementer (BE) yang dapat menimbulkan infeksi pada sel hospes yang baru.1,3

Ureaplasma urealyticum dan Mycoplasma hominis


Ureaplasma urealyticum merupakan 25% penyebab U.N.S. dan sering bersamaan dengan
Chlamydia trachomatis. Dahulu dikenal dengan nama T-strain mycoplasma. Mycoplasma
hominis juga sering bersama-sama dengan Ureaplasma urealyticum. Mycoplasma hominis
sebagai penyebab U.N.S. masih diragukan, karena kuman ini bersifat komensal, dan dapat
menjadi patogen dalam kondisi tertentu. Sampai saat ini masih terdapat pro dan kontra
tentang ureaplasma sebagai penyebab uretritis. Ureaplasma urealyticum merupakan
mikroorganisme paling kecil Gram-negatif, dan sangat pleomorfik, karena tidak mempunyai
dinding sel yang kaku. Kuman ini lebih banyak diisolasi pada penderita NGU dari pada orang
yang sehat. atau pada orang-orang yang mempunyai pengalaman seks yang berlebihan.1,3

Alergi
Ada dugaan bahwa U.N.S. disebabkan oleh reaksi alergi terhadap komponen sekret genital
pasangan seksualnya. Alasan ini dikemukakan karena pada pemeriksaan sekret tersebut,
temyata steril dan pemberian obat antihistamin serta penambahan kortikosteroid mengurangi
gejala penyakit.1

Bakteri
Mikroorganisme penyebab U.N.S. adalah Staphylococcus dan difteroid. Sesungguhnya
bakteri ini dapat tumbuh komensal dan menyebabkan uretritis hanya pada beberapa kasus.1

2.4. Gejala Klinis


Laki laki
Keluhan baru timbul biasanya setelah 1-5 minggu kontak seksual sebelum timbulnya gejala
dan umumnya tidak seberat gonore. Juga penting untuk mengetahui apakah telah melakukan
hubungan seksual dengan istri pada waktu keluhan sedang berlangsung, mengingat hal ini
dapat menimbulkan penularan secara fenomena pingpong. Gejala berupa disuria ringan yang
bervariasi dari rasa terbakar sampai rasa tidak enak pada saluran kencing waktu
mengeluarkan urin, rasa tidak enak di lubang uretra, sering kencing akibatnya peradangan
pada saluran kencing, dan keluarnya duh tubuh seropurulen. Keluhan yang paling umum
ialah waktu pagi hari atau morning drops, tetapi bisa juga berupa bercak di celana dalam.
Bila peradangan hebat bisa bercampur darah, atau bila infeksi sampai pada pars membranasea
uretra, maka pada waktu muskulus sfinkter uretra berkontraksi timbul perdarahan kecil.
Selain itu timbul perasaan ingin kencing pada malam hari atau nokturia. Keluhan gatal di
saluran kencing mulai dari gatal yang sangat sampai ringan dan terasa hanya pada ujung
kemaluan.1,3 Terdapat nyeri dan bengkak pada testis yang bertanda adanya infeksi. 6 Keluhan
lain yang jarang ialah adanya perasaan demam, pembesaran dan nyeri kelenjar getah bening
inguinal.
Pada pemeriksaan klinis muara uretra tampak tanda peradangan berupa edema dan
eritema, dapat ringan sampai berat. Sekret uretra bisa banyak atau sedikit sekali, atau kadang-
kadang hanya terlihat pada celana dalam penderita. Sekret umumnya serosa, seromukous,
mukous, dan kadang bercampur nanah. Kalau tidak ditemukan sekret, bisa dilakukan
pengurutan saluran uretra yang dimulai dari daerah proksimal sampai distal sehingga nampak
keluar sekret.
Dibandingkan dengan uretritis gonore, perjalanan penyakit lebih lama karena masa
inkubasi yang lebih lama dan ada kecenderungan kambuh kembali. Pada beberapa keadaan
tidak terlihat keluarnya cairan duh tubuh, sehingga menyulitkan diagnosis. Dalam keadaan
demikian sangat diperlukan pemeriksaan laboratorium penunjang.1,3

Gambar 1. Uretritis Nonspesifik7


Perempuan
lnfeksi lebih sering terjadi di serviks dibandingkan dengan vagina, kelenjar Bartholin, atau
uretra sendiri. Sebagian kecil dengan keluhan keluamya duh tubuh vagina, disuria ringan,
sering kencing, nyeri di daerah pelvis dan dispareunia.
Pada pemeriksaan serviks dapat dilihat tanda-tanda servisitis berupa mukosa yang
hiperemis dan edema, disertai adanya folikel-folikel kecil yang mudah berdarah, dan duh
tubuh serviks yang mukopurulen. Pada perempuan atau laki-laki yang melakukan kontak
seksual secara anogenital dan orogenital, infeksi dapat juga terjadi secara langsung pada
mukosa rektum dan faring. Pemeriksaan klinis harus tetap menjadi standar, agar pasien cepat
mendapatkan tatalaksana.1

2.5 Diagnosis
Diagnosis secara klinis sukar untuk membedakan infeksi karena gonore atau non-gonore.
Menegakkan diagnosis servisitis atau uretritis karena klamidia sebagai penyebab, perlu
pemeriksaan khusus untuk menemukan adanya C. trachomatis.
IGNS persisten ialah suatu keadaan masih terdapat tanda uretritis selelah dilakukan
pengobatan selama 4 minggu. IGNS rekurens adalah suatu keadaan setelah 2 minggu
pengobatan selesai keluhan uretritis timbul lagi. pada waktu itu penderita telah melakukan
hubungan seksual.3

2.6 Diagnosis Banding


Diagnosis banding untuk penyakit kelamin lainnya dapat dilihat pada gambar berikut:4
Tabel 1. Differential Diagnosis for All Mucosal-Based Venereal Disease4

Diagnosis banding untuk penyakit kelamin lainnya dibagi menjadi dua yakni penyakit
yang terlokalisir dan penyakit sistemik. Untuk penyakit yang terlokalisir antara lain infeksi
traktus urinarius, gonorea, pelvic inflammatory disease, trikomoniasis, virus herpes simpleks,
vaginosis bakterial, vaginitis, endometriosis, infeksi mikoplasma, orchitis, dan epididimitis.4

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan laboratorium sederhana dan relatif mudah, serta cepat adalah dengan
pemeriksaan pewarnaan Gram, kriteria yang dipakai adalah:
a. Tidak ditemukan diplokokus Gram-negatif intrasel maupun ekstrasel PMN.
b. Tidak ditemukan blastospora, pseudohifa dan trikomonas.
c. Jumlah lekosit PMN> 5/LPB, pada spesimen duh uretra atau PMN>30/LPB pada spesimen
duh serviks.
d. Belum ada panduan untuk infeksi faring dan anal.1

Pemeriksaan yang digunakan sejak lama adalah pemeriksaan sediaan sitologi


langsung dan biakan dari inokulum yang diambil dari spesimen urogenital. Pada tahun 1980-
an ditemukan teknologi pemeriksaan terhadap antigen dan asam nukleat C.trachomatis.
Pemeriksaan sitologi langsung ini dengan pewarnaan Giemsa memiliki sensitivitas tinggi
untuk konjungtivitis (95%), sedangkan untuk infeksi genital rendah (laki-laki 15%,
perempuan 41%). Sitologi dengan Papaniculou sensitivitasnya juga rendah, yaitu 62%.
Hingga saat ini pemeriksaan biakan masih dianggap sebagai baku emas pemeriksaan
klamidia. Spesifisitasnya mencapai 100%, tetapi sensitivitasnya bervariasi bergantung pada
laboratorium yang digunakan (berkisar antara 75-85%).
Prosedur, teknik, dan biaya pemeriksaan biakan mahal serta perlu waktu 3-7 hari.
Untuk teknik deteksi antigen klamidia terdapat beberapa cara, yaitu:
1. Direct fluorescent antibody (DFA)
Tes tersebut menggunakan antibodi monoklonal atau poliklonal dengan mikroskop imuno-
fluoresen (I.F.). Tampak badan elementer (BE) atau retikulat (BR), hasil dinyatakan positif
bila ditemukan BE > 10. Waktu pemeriksaan diperlukan kurang lebih 30 menit, perlu
tenaga terlatih dan biaya lebih murah. Sensitivitasnya berkisar antara 80-90% dan
spesifisitasnya 98-99%.1
Gambar 2. Deteksi Chylamydia trachomatis oleh imunofloresensi langsung dengan antibodi monoklonal 4

2. Enzyme immuno assay/enzyme linked immuno sorbent assay (EIA/ELISA)


Pemeriksaan tersebut mulai dikembangkan pada akhir tahun 1980-an, menggunakan
antibodi monoklonal atau poliklonal dan alat spektrofotometri, lama tes 3 sampai 4 jam.
Metode Elisa Chlamydiazyme sensitivitasnya 92,3% dan spesifisitasnya 99,8% terhadap
biakan yang membutuhkan waktu 30 menit atau kurang, yang dikenal dengan istilah rapid
test dan dapat dikerjakan di tempat praktik. Beberapa rapid test yang dikenal adalah
"Clearview”, "Genix" "One step CT test strip (AmeriTek) dan "QuickStripe" Chlamydia
Ag. Sensitivitas pemeriksaan ini lebih rendah dibandingkan dengan ELISA
Chlamydiazyme.1

Metode yang terbaru adalah dengan cara mendeteksi asam nukleat C. trachomatis.
1. Hibridisasi DNA Probe/ Gen Probe
Metode tersebut mendeteksi DNA CT, lebih sensitif dibandingkan dengan cara ELISA,
karena dapat mendeteksi DNA dalam jumlah kecil melalui proses hibridisasi.
Sensitivitasnya tinggi (85%) dan juga spesifisitasnya (98-99%).

2. Amplifikasi asam nukleat


Termasuk dalam katagori tersebut tes Polimerase Chain Reaction (PCR) dan Ligase
Chain Reaction (LCR). PCR mempunyai sensitifitas 90% dan spesivisitas 99-100%,
sedangkan LCR sensitifitas 94% dan spesifisitas 99-100%. Uretritis yang persisten paska
terapi doksisiklin harus dipikirkan tentang kemungkinan infeksi oleh U. Urealiticum atau
M. Genitalium yang resisten doksisiklin, T. vaginalis dapat juga sebagai penyebab infeksi
uretra pada laki-laki. Dalam hal ini, diindikasikan pemeriksaan kultur atau NAAT dari
bahan duh genital, swab uretra, first void urine, atau semen.1
2.8 Tatalaksana
Pedoman tatalaksana pada infeksi genital nonspesifik

Medikamentosa
Obat yang paling efektif adalah golongan makrolide.
Pilihan utama
- Doksisiklin 2x100 mg sehari selama 7 hari, atau
- Tetrasiklin sampai saat ini masih efektif untuk pengobatan Chlamydia dan Ureaplasma
urealyticum. Dosis yang dianjurkan ialah 4 kali 500 mg sehari selama 1 minggu alau
lebih. Tetrasiklin dan doksisiklin tidak boleh diberikan untuk wanita hamil.
- Azitromisin 1 gram dosis tunggal, atau
- Eritromisin untuk penderita yang tidak tahan tetrasiklin, ibu hamil, atau berusia kurang
dari 12 tahun, 4 x 500 mg sehari selama 1 minggu atau 4 x 250 mg sehari selama 2
minggu. Eritromisin lebih efektif terhadap Ureaplasma dibandingkan terhadap
Chlamydia.1,3

Tabel 2. Tatalaksana Infeksi Chlamydia4

Pengobatan kombinasi
Mengingat insidens infeksi campuran dengan infeksi gonore yang cukup banyak. Obat yang
digunakan ialah:
1. Siprofloksasin 500 mg hari pertama, lalu doksisiklin 2 x 100 mg selama 7 hari, atau
Azithromizin 1 gram dosis tunggal
2. Azithromizin 2 gram dosis tunggal.
3. Tiamfenikol. Dosis 2,5 g hari pertama kemudian 3 kali 500 mg selama 5 hari.3

Nonmedikamentosa:
- Bila memungkinkan periksa dan lakukan pengobatan pada pasangan tetapnya (notifikasi
pasangan)
- Anjurkan abstinensia sampai infeksi dinyatakan sembuh secara laboratoris, bila tidak
memungkinkan, dapat dianjurkan penggunakan kondom
- Kunjungan ulang untuk follow up di minggu 1-2 sampai 3 kali berturut-turut tidak
ditemukan adanya keluhan dan pemeriksaan laboratorium menjadi negatif. Pengobatan
untuk IGNS dapat dilanjutkan sampai 4 minggu.1,8
- Lakukan konseling mengenai infeksi, komplikasi yang dapat terjadi, dan pentingnya
keteraturan berobat
- Lakukan Provider Initiated Testing and Counseling/PITC terhadap infeksi HIV dan
kemungkinan mendapatkan infeksi menular seksual lain.
- Indikasikan pemeriksaan penapisan untuk IMS lainnya.1,3

2.9 Komplikasi
PID (Pelvic inflammatory disease) merupakan komplikasi dari infeksi C.trachomatis serta
infeksi gonokokal. PID adalah klinis menyeluruh yang mencakup kombinasi endometritis,
salpingitis, dan peritonitis. Sekuele dari kedua bentuk PID termasuk infertilitas, kehamilan
ektopik, dan nyeri panggul kronis akibat inflamasi dan jaringan parut. 4 Infeksi klamidia pada
kehamilan juga dapat meningkatkan risiko ketuban pecah dini (KPD), premature prelabour
rupture of membranes (PPROM), dan persalinan prematur.9 Komplikasi pada pria dapat
terjadi berupa prostatitis, vesikulitis, epididimitis, dan striktur uretra. 1,3 Infeksi klamidia dapat
menjadi infeksi perinatal yang menyebabkan konjungtivitis dan pneumonia. Konjungtivitis
neonatus atau oftalmia neonatorum dapat terjadi selama kelahiran dari orang yang terinfeksi
jalan lahir. Biasanya muncul 1 sampai 2 minggu setelah lahir dan ditandai dengan cairan
mata purulen dengan eritema dan pembengkakan kelopak mata.
Pneumonia klamidia neonatus biasanya muncul dalam 8 minggu kelahiran dan
ditandai dengan gejala ISPA, takipnea, dan batuk. Kultur positif C. trachomatis dapat
diperoleh dari spesimen nasofaring. Infeksi genital dengan C. trachomatis merupakan
spesifik patogen intraseluler yang bertanggung jawab untuk 30-40% untuk dapat
menyebabkan artritis reaktif.4,10 Artritis reaktif adalah artritis yang diperantarai imun akibat
infeksi mukosa, uretritis pada kasus klamidia, dengan konjungtivitis dan lesi kulit yang
melibatkan genital. Individu dengan histokompatibilitas marker HLA-B27 berada pada
peningkatan risiko terjadinya arthritis reaktif. Ureaplasma spp. dapat menyebabkan penyakit
diseminata, terutama pada pejamu dengan sistem imun yang lemah yang memiliki defisiensi
dalam produksi antibodi. Penyakit diseminata dapat menyebabkan invasi saluran pernapasan,
osteomielitis, atau artritis infeksi.4

2.10 Prognosis
Kadang-kadang tanpa pengobatan, penyakit lambat laun berkurang dan akhirnya sembuh
sendiri (50-70% dalam waktu kurang lebih 3 bulan). Setelah pengobatan ± 10% penderita
akan mengalami eksaserbasi/rekurens.1
BAB 3
KESIMPULAN

Uretritis Nonspesifik (U.N.S.) atau Non-specific Urethritis (N.S.U.) karena peradangan hanya
terjadi pada uretra dengan pemeriksaan laboratorium sederhana yang disebabkan oleh kuman
non-spesifik. Kasus uretritis yang diketahui kuman spesifik dan sudah diketahui penyebabnya
adalah kuman yang dengan fasilitas laboratorium biasa/ sederhana dapat ditemukan seketika,
misalnya gonokok, Candida albicans, Trichomonas vaginalis dan Gardnerella vaginalis.
IGNS pada wanita umumnya menunjukkan infeksi pada serviks, meskipun infeksi menular
scksual nonspesifik pada wanita dapat menyerang uretra maupun vagina. Istilah UNS dan
UGN lebih sering digunakan untuk pasien pria.1,3
Di beberapa negara ternyata insidens I.G.N.S cukup tinggi, angka perbandingan
dengan uretritis gonore kira-kira 2:1. Uretritis nonspesifik banyak ditemukan pada orang
dengan keadaan sosial ekonomi lebih tinggi, usia lebih muda, dengan pola aktivitas seksual
aktif. Angka kesakitan pada laki-laki lebih banyak daripada perempuan dan golongan
heteroseksual lebih sering daripada golongan homoseksual.1 Di Amerika Serikat, C.
trachomatis tetap menjadi IMS (Infeksi Menular Seksual) yang paling sering dilaporkan,
dengan lebih dari 1,4 juta kasus dilaporkan pada tahun 2012.4
Diagnosis uretritis nonspesifik ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang yang dapat berupa pemeriksaan sediaan sitologi langsung dan
biakan dari inokulum yang diambil dari spesimen urogenital, pemeriksaan laboratorium
dengan pemeriksaan pewarnaan Gram, teknologi pemeriksaan terhadap antigen dan asam
nukleat C.trachomatis.1
Untuk penatalaksanaannya sesuai dengan pedoman tatalaksana pada infeksi genital
nonspesifik yang terbagi menjadi medikamentosa dan non medikamentosa. Obat yang paling
efektif adalah golongan makrolid yaitu azitromisin untuk Chlamydia dan eritromisin yang
lebih efektif terhadap Ureaplasma dibandingkan terhadap Chlamydia. Bila memungkinkan
periksa dan lakukan pengobatan pada pasangan tetapnya, anjurkan abstinensia sampai infeksi
dinyatakan sembuh secara laboratoris, kunjungan ulang untuk follow up di minggu 1-2
sampai 3 kali berturut-turut, lakukan Provider Initiated Testing and Counseling/PITC
terhadap infeksi HIV dan kemungkinan mendapatkan infeksi menular seksual lain serta
lakukan konseling mengenai infeksi, komplikasi yang dapat terjadi, dan pentingnya
keteraturan berobat.1,3
PID (Pelvic inflammatory disease) merupakan komplikasi dari infeksi C.trachomatis
serta infeksi gonokokal. Sekuele dari kedua bentuk PID termasuk infertilitas, kehamilan
ektopik, dan nyeri panggul kronis akibat inflamasi dan jaringan parut. Ureaplasma spp. dapat
menyebabkan penyakit diseminata, terutama pada pejamu dengan sistem imun yang lemah
yang memiliki defisiensi dalam produksi antibodi. Penyakit diseminata dapat menyebabkan
invasi saluran pernapasan, osteomielitis, atau artritis infeksi.4
DAFTAR PUSTAKA

1. Menaldi SLSW, Bramono K, Indriatmi W, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Edisi ke-7. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2019.p.439-442.
2. Fauci KB, Jameson HB, Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16 th ed. United
States: McGraw Hill Companies; 2005.
3. Daili SF, Makes WIB, Zubier F, editor. Infeksi Menular Seksual. Edisi ke-4. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2014.p.77-83.
4. Kang S, Amagai M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ et al.
Fitzpatrick’s Dermatology. 9th ed. United States: McGraw-Hill Education; 2019.
5. Owusu-Edusei K, Chesson HW, Gift TL, Tao G, Mahajan R, Ocfemia MC, et al. The
estimated direct medical cost of selected sexually transmitted infections in the United
States. United States: Sex Transm Dis; 2013:40(3):197-201.
6. Usatine RP, Smith MA, Mayeaux EJJ, Chumley H. The Color Atlas of Family Medicine.
2nd ed. McGraw-Hill Education; 2000.
7. Non-specific urethritis (NSU) - Better Health Channel. (n.d.). Retrieved August 3, 2022,
from https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatments/non-specific-
urethritis-nsu
8. Warren H. Non-specific urethritis and mycoplasma genitalium. London: Sexual Health;
2020.
9. Rours GI, Duijts L, Moll HA, Arends LR, de Groot R, Jaddoe VW, et al. Chlamydia
trachomatis infection during pregnancy associated with preterm delivery: a population-
based prospective cohort study. Eur J Epidemiol; 2011:26(6):493-502.
10. Xu WH, Chen JJ, Sun Q, Wang LP, Jia YF, Xuan BB, et al. Chlamydia trachomatis,
Ureaplasma urealyticum and Neisseria gonorrhoeae among Chinese women with urinary
tract infections in Shanghai: A community-based cross-sectional study. Shanghai:
Journal of Obstetrics and Gynaecology Research; 2017.

Anda mungkin juga menyukai