Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Candida albicans merupakan mikroorganisme komensal spesies jamur

yang terdapat pada tubuh manusia dan sering ditemukan di dalam rongga

mulut. Jika terjadi perubahan lingkungan rongga mulut, Candida albicans

yang semula bersifat komensal dapat berubah menjadi patogen. Penyebab

dari perubahan lingkungan seperti ini disebut faktor predisposisi infeksi

jamur. Faktor predisposisi tersebut, seperti usia, gangguan endokrin,

radioterapi, terapi antibiotik, transplantasi, penyakit ganas, penggunaan

peralatan ortodontik, dan paling sering berhubungan dengan penurunan

imunitas (Carvalhinho et al., 2012). Selain itu, hipovitaminosis, kekurangan

zat besi, penyakit sistemik, dan kebersihan mulut yang buruk juga dapat

menjadi faktor predisposisi pertumbuhan Candida albicans (Keten et al.,

2015).

Infeksi yang disebabkan oleh Candida albicans disebut kandidiasis.

Infeksi ini dapat berupa infeksi akut dan kronis. Kandidiasis dapat berupa: 1)

infeksi superfisial pada membran mukosa individu yang terinfeksi ringan

termasuk jaringan kutan, seperti kulit, rambut, dan kuku; 2) infeksi subkutan

pada jaringan di bawah kulit (Jain et al., 2010); 3) infeksi sistemik pada

pasien yang mengalami gangguan sistem imun dengan angka mortalitas

sekitar 30-50% (Williams dan Lewis, 2011). Kandidiasis oral merupakan

1
2

suatu infeksi yang paling sering dijumpai dalam rongga mulut manusia

dengan prevalensi 30%-60% dijumpai pada manusia sehat tanpa gejala

(Gonsalves et al., 2007). Kandidiasis oral juga dikenal sebagai kandidosis

oral, oral thrush, kandidiasis orofaringeal, dan moniliasis (Priya, 2013).

Candida albicans berinteraksi secara sinergis bersama bakteri penyebab plak

gigi, yaitu Staphylococcus aureus. Interaksi ini berdampak pada manusia

dengan imunitas yang menurun, seperti akumulasi plak gigi, perdarahan gusi,

infeksi jamur (kandidiasis oral), dan interdental papillae necrosis (Shirtliff et

al., 2009; Al-Hezaimi et al., 2012). Infeksi Candida albicans pada rongga

mulut tampak sebagai bercak putih pada ginggiva, lidah, dan membran

mukosa oral yang jika dikerok meninggalkan permukaan yang merah dan

berdarah (Newman et al., 2012).

Salah satu langkah preventif terhadap kandidiasis oral adalah dengan

menggunakan obat kumur setelah menggosok gigi. Obat kumur memiliki

manfaat dalam menjaga kebersihan rongga mulut. Pada umumnya, obat

kumur mengandung berbagai macam bahan aktif di dalamnya. Bahan aktif

tersebut ada yang bersifat antimikroba, salah satunya Chlorhexidine.

Chlorhexidine secara luas digunakan dalam endodontik sebagai irigasi dan

obat-obatan intrakanal. Chlorhexidine memiliki berbagai macam aktivitas

untuk melawan organisme aerobik dan anaerobik, termasuk Candida

albicans. Chlorhexidine bekerja dengan melepaskan molekul bermuatan

positif yang memungkinkan molekul Chlorhexidine untuk menembus ke

dalam sel mikroorganisme sehingga mengakibatkan kematian sel (Chua et al.,


3

2014). Penelitian mengenai efektivitas Chlorhexidine sebagai antibakteri

telah banyak dilakukan. Namun, pada penelitian kali ini, peneliti

menggunakan Chlorhexidine yang merupakan bahan aktif yang terkandung di

dalam obat kumur sebagai antifungi.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin menganalisis potensi antifungi

Chlorhexidine yang terdapat di dalam obat kumur terhadap pertumbuhan

Candida albicans dengan hasil penelitian yang didapatkan diharapkan dapat

menjadi pertimbangan dalam pengembangan obat kumur untuk digunakan

sebagai salah satu cara mencegah terjadinya kandidiasis oral dan sebagai

upaya untuk menjaga kebersihan mulut.

B. Perumusan Masalah

Bagaimana perbedaan potensi antifungi Chlorhexidine 0,1% dengan

Chlorhexidine 0,2% dalam obat kumur terhadap pertumbuhan Candida

albicans secara In Vitro?

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui perbedaan potensi antifungi Chlorhexidine 0,1% dengan

Chlorhexidine 0,2% dalam obat kumur terhadap pertumbuhan Candida

albicans secara In Vitro.

D. Manfaat Penelitian

1. Aspek teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah

mengenai potensi antifungi Chlorhexidine yang terkandung di dalam obat

kumur terhadap pertumbuhan Candida albicans secara In Vitro.


4

2. Aspek aplikatif

a. Sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat untuk memilih dan

menggunakan obat kumur sebagai salah satu usaha pencegahan dan

pengobatan penyakit infeksi gigi dan mulut, terutama yang disebabkan

oleh Candida albicans.

b. Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan farmasi dalam

menggunakan Chlorhexidine sebagai salah satu kandungan dalam obat

kumur.

Anda mungkin juga menyukai