Anda di halaman 1dari 19

ABRASIVE MATERIALS

MAKALAH
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
ITMKG

disusun oleh
Amira Pradsnya Paramita
160110130124





FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2014
i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. karena berkat
rahmat-Nya makalah yang berjudul Abrasive Materials ini dapat diselesaikan
dengan tepat waktu.
Penulisan makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas salah satu mata
kuliah ITMKG.
Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Penulis sangat menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka
dari itu, penulis sangat mengharapkan dan bersedia menerima kritik dan saran
yang membangun.

Bandung, Oktober 2014


Penulis

1

PENDAHULUAN
Abrasive materials adalah suatu substansi keras yang digunakan untuk
mengikis material yang berlebih. Permukaan kasar dapat dibuat halus melalui
proses abrasi, dimana partikel-partikel keras dan tajam dari bahan abrasive
bertindak sebagai alat pemotong halus.
Proses abrasi adalah aksi pemotongan, dimana setiap partikel bahan
abrasive merupakan suatu ujung yang tajam yang dapat mengikis suatu
permukaan. Jika diberikan gaya normal, maka butiran-butiran partikel abrasive
akan menancap masuk ke permukaan dan jika gaya tangensial diberikan, maka
partikel abrasive tersebut akan terdorong maju dan mengikis permukaan
sehingga timbul goresan-goresan pada permukaan.

2

PEMBAHASAN
Pengertian Finishing dan Polishing
Finishing mengacu pada kontur bahan material yang masih kasar lalu
direduksi untuk mencapai kontur yang diinginkan,sedangkan polishing mengacu
pada reduksi dari roughness dan goresan goresan pada permukaan bahan
material. Secara umum finishing didefinisikan sebagai suatu proses untuk
menghilangkan kerusakan atau cacat atau goresan pada permukaan material
selama proses pembentukan kontur melalui alat cutting atau grinding maupun
keduanya.
Polishing merupakan penghalusan dari proses finishing dengan tujuan
untuk mendapatkan permukaan yang halus. Polishing adalah proses terakhir dari
finishing. Polishing sangat penting dalam proses manipulasi bahan dental
material pada gigi karena dengan permukaan yang halus dapat mencegah
menumpuknya plak dan menjaga dengan baik oral hygiene.

Keuntungan Finishing dan Polishing
Restorasi yang melalui proses finishing dan polishing memberikan tiga
keuntungan dalam aspek kedokteran gigi, yaitu kesehatan oral, fungsi oral, dan
estetika. Dalam segi kesehatan oral, restorasi dengan finishing dan polishing
mencegah akumulasi debris dari makanan dan bakteri patogenic. Hal ini terjadi
melalui reduksi luas permukaan total dan kekasaran pada restorasi. Permukaan
yang lebih halus memiliki daerah retensi yang lebih sedikit dan lebih mudah
untuk mempertahankan keadaan higienis ketika perawatan di rumah mulut
dipraktekkan karena dental floss dan bulu sikat gigi dapat meningkatkan akses
lengkap ke seluruh permukaan dan daerah marginal. Aktivitas penodaan dan
korosi bahan kedokteran gigi dapat berkurang secara signifikan jika seluruh
restorasi sudah dipoles secara sempurna.
Restorasi yang dipoles dengan baik memperlihatkan tarnish dan korosi
yang lebih sedikit. Fungsi oral meningkat seiring dengan restorasi yang semakin
baik. Permukaan kasar akan meningkatkan kontak tegangan tinggi yang akan
menyebabkan hilangnya fungsi dan stabilitas kontak antar gigi. Meningkatkan
kekuatan restorasi, terutama pada area yang berada di bawah tekanan (tension).
Finishing dan polishing membuat lusture di permukaan yang terlihat pada
restorasi serta meningkatkan optical property material.
3

A high mirror like polish is preferred in highly visible areas such as
labial surfaces of the maxillary anterior teeth.These surface are
not subject to high contact stresses and they are easily accessible
for cleaning.
Fitur anatomi penting dan tekstur dapat ditambahkan pada area ini tanpa
mempengaruhi kesehatan dan fungsi oral.

Prinsip Cutting, Grinding, Finishing, dan Polishing
Proses cutting,grinding,finishing dan polishing tergantung dari
hardness,bentuk,ukuran dari partikel abrasive yang digunakan serta kecepatan
dari handpiece. Semakin cepat dan besar tekanan dari handpiece maka semakin
cepat menghilangkan materi dari permukaan gigi/bahan restorasi. Tujuan dari
proses finishing dan polishing adalah mendapatkan gambaran anatomi yang
diinginkan,oklusi yang tepat,dan mengurangi roughness dan garis garis yang
dihasilkan dari kontur bahan maupun alat finishing. Alat yang digunakan untuk
proses finishing dan polishing adalah :
Fluted carbide burs
Diamond burs
Stones
Coated abrasive disk and strips
Polishing pastes
Soft and hard polymeric cusp
Points
Wheels impregnated
Permukaan yang dipoles harus halus agar dapat beradaptasi dengan
jaringan lunak mulut dan tahan terhadap perlekatan bakteri serta akumulasi
plak. Ketika terdapat pertumbuhan/deposit plak maka harus mudah di hilangkan
menggunakan sikat gigi dan flossing.
4


Proses grinding membuang partikel kecil yang menempel pada substrat.
Tipe burs yang berbeda menghasilkan efek yang berbeda pada permukaan,
16flute carbide bur menghasilkan permukaan yang lebih halus dibanding 8flute
carbide bur. Diamond bur yang kasar menghilangkan partikel lebih cepat tapi
permukaannya akan menjadi lebih kasar.
Proses polishing menghilangkan partikel halus pada permukaan. Polishing
abrasive bekerja pada daerah permukaan yang tipis. Polishing membuat goresan
menjadi tidak terlihat. Contoh instrument polishing adalah rubber abrasive
points, fine-particle disks arid strips, dan fine-particle polishing paste. Polishing
pasta diaplikasikan dengan soft felt point, muslin (woven cotton fabric) wheels,
prophylaxis rubber cups, dan buffing wheels. Non abrasive material digunakan
saat kita menggunakan pasta. Felt, leather, rubber dan synthetic foam
merupakan aplikator untuk buffing.
5


Reduksi dalam jumlah besar didapat dengan pengunaan diamond,
carbide, and steel burs, abrasive-coated disks, or separating disks. Diamond dan
abrasive-coated disks mereduksi dengan cara grinding (penggilingan). Steel dan
carbide mereduksi dengan cara memotong material dengan pisau. Abrasive-
coated disks sering digunakan untuk mereduksi resin-based composite
restorations. Untuk bulk reduction pilihlah 8-12 fluted carbide burs, dengan
ukuran partikel 100m dan 9-10 Mohs hardness.

6

Contouring dapat dilakukan saat proses bulk reduction, tapi pada
beberapa kasus diperlukan finer cutting instrument atau abrasive. Setelah
contouring, anatomi yang diinginkan dan margin dapat diketahui. Permukaan
yang halus ditentukan oleh instrument yang digunakan dan butuh extra steps
untuk mendapatkan permukaan yang lebih halus. Biasanya digunakan 12-
16fluted carbide bur atau abrasives yang ukurannya 30-100m.
Finishing membutuhkan beberapa tahap untuk mendapatkan permukaan
yang halus. Memberikan goresan halus pada permukaan dapat menghilangkan
goresan yang lebih dalam. Dengan finishing, noda dapat hilang dan permukaan
menjadi halus. Dalam finishing digunakan 18-30 flute carbide bur, fine, dan
superfine diamond, abrasive dengan ukuran 8-20 m.
Polishing berguna untuk meningkatkan enaml-lilze (berkilau) restorasi.
Partikel yang lebih kecil dapat menghasilkan permukaan yang lebih halus dan
lebih berkilau. Abrasive yang digunakan berkisar sampai 20m dengan
pembesaran lemah. Permukaannya harus dibersihkan terlebih dahulu, karena
terdapat sisa partikel abrasive yang digunakan pada step sebelumnya yang dapat
membuat goresan. Kualitas permukaan tergantung pada kekasaran permukaan
yang dapat dihitung dengan profilometer, optical microscope, atau scanning
electron micloscope (SCM). Pada prakteknya, kilauan permukaan dilihat tanpa
pembesaran apapun. Permukaan yang halus belum tentu dapat berkilau.
Reflectometer digunakan untuk mengukur kilauan permukaan.
Pemanasan selalu dilakukan saat cutting, contouring, finishing, dan
polishing, oleh karena itu permukaan harus didinginkan untuk mencegah efek
negatif pada pulpa. Permukaan didinginkan menggunakan minyal pelumas, air-
water spray, dan menghindari kontak terus menurus antar high-speed dengan
substrat.Dengan kontak yang berselang (tidak terus menerus) dapat
menghilangkan debris yang berada diantar high-speed dan substrat. Dengan
menghilangkan debris, hasil polishing akan lebih baik.

Abrasi dan Erosi
Abrasi
Wear adalah proses removal material yang terjadi ketika
permukaan saling bersentuhan. Proses finishing sebuah restorasi
melibatkan abrasi dengan penggunaan partikel yang keras. Pada
kedokteran gigi, permukaan material dari instrumen yang mengalami
7

pengikisan disebut abrasive. Material yang mengalami finishing disebut
substrat. Arah rotasi dari instrumen abrasive adalah faktor penting untuk
mengontrol aksi dari intrumen pada permukaan substrat.

Abrasi dibagi menjadi proses two body dan three body. Two-body
abrasion terjadi saat partikel abrasive terikat dengan kuat pada
permukaan instrumen abrasive dan tidak ada partikel abrasive lain yang
digunakan. Three-body abrasion terjadi saat partikel abrasive dapat
bebas bertranslasi dan berotasi antara dua permukaan. Lubricant sering
digunakan untuk meminimalisasi resiko dari pergeseran yang tidak
dikehendaki dari two-body ke three-body atau sebaliknya. Maka dari itu,
efisiensi dari pemotongan dan penggerindaan dapat ditingkatkan dengan
lubricant. Air, glycerin, atau silicone dapat digunakan sebagai lubricant.
Untuk intraoral, lubricant yang laur air lebih baik digunakan. Jumlah
lubricant yang berlebihan dapat mengurangi efisiensi pemotongan
dengan mengurangi kontak antara substrat dan abrasive.
Erosi
Erosive wear terjadi karena partikel keras bertabrakan dengan
permukaan substrat, yang dibawa oleh aliran cairan aliran udara.
Kebanyakan lab dental memiliki unit air-driven-grit-blasting yang
8

menggunakan erosi hard-particle untuk menghilangkan surface material.
Berbeda dengan chemical erosion. Chem erosion melibatkan bahan kimia
dibanding partikel untuk menghilangkan substrat material.



Hardness of Abrasive
Kekuatan dari pisau pemotong atau partikel abrasive pada dental
instrumen harus cukup baik untuk menghilangkan partikel pada substrat material
tanpa mengubahnya jadi tumpul dan fraktur terlalu cepat. Durabilitas dari
abrasive berhubungan dengan hardness dari partikel tersebut atau hardness dari
permukaan material. Hardness merupakan sebuah ukuran permukaan terhadap
resistensi sebuah material untuk dideformasi secara plastis dengan indentasi
atau scratching material lain.

Types of Abrasives
9

Chalk
Berasal dari calsium carbonate (CaCO3)
Merupakan bahan abrasive halus untuk pemolesan akrilik
Pemolesan dilakukan dengan cara menempatkan pasta kapur ke seluruh
permukaan restorasi (akrilik) dengan bantuan sikat poles
Penggunaan dicampur dengan air membentuk pasta
Diamond
Merupakan materi terkeras karena memiliki nilai 10 pada skala Mohs
Di bidang Kedokteran Gigi diamond dipakai sebagai bahan pemotong utama
pada pekerjaan preparasi gigi
Tersedia dalam berbagai bentuk mata bor ( diamond burs ) dan cakram
Emeri
Emeri mengandung bahan utama alumunium oksida
Bahan lain yang terkandung : magnetite dan nematite, magnesia, titania, dan
silika
Digunakan dalam cakram abrasif dalam berbagai ukuran bentuk untuk
menyelesaikan restorasi logam atau prothesa akrilik
Garnet
Merupakan bahan abrasif keras sehingga efektif digunakan untuk
menggerinda bahan logam maupun plastik (akrilik)
Termasuk kelompok mineral silikat
Tersedia dalam bentuk ampelas maupun cakram
Pumice
Berasal dari batuan vulkanik mengandung silika 60-70%
Bubuk pumice merupakan bahan abrasif yang digunakan untuk memoles
material halus
Aksi abrasi meningkat sesuai dengan ukuran partikelnya, tetapi mudah rusak
jika digunakan untuk memoles material keras
10

Merupakan bahan abrasif pilihan untuk memoles akrilik dan logam emas
Bubuk pumice biasa dicampur air atau glycerin pada penggunaan nya untuk
mencegah timbulnya panas
Sand
Sand/Quartz merupakan bahan abrasif dari silika murni, tersedia dalam
bentuk ampelas dengan berbagai macam tingkat kekerasan
Sand juga biasa digunakan dalam proses sand blasting
Tripoli
Merupakan mineral dengan kadar silika yang tinggi
Mempunyai sifat yang hampir sama dengan kieselguhr (tripoli berasal dari
material inorganik sedang kieselguhr berasal dari tanaman air)
Digunakan sebagai bahan abrasif ringan / poles ( dalam pasta gigi)
Zirconium Silicate (ZrSi04)
Merupakan bahan abrasif keras tetapi dalam bentuk partikel yang halus
dapat digunakan sebagai bahan poles
Kieselguhr
Dikenal sebagai tanah diatome
Bahan abrasif medium/ringan dipergunakan pada pasta gigi
Silicon Carbide
Berbagai tipe carbide merupakan material pilihan pada proses abrasi, seperti
silicone carbide ( SiC), baron carbide (B4C), Kedua produk tsb diproses
dengan cara pemanasan silicone dan baron pada temperatur tinggi sehingga
dapat bersatu dengan carbon
Silicon carbide tersedia dalam bentuk batu gurinda atau cakram
Silicone carbide juga digunakan untuk memotong gigi (bor baja)
Alumunium Oksida (Al203)
Berasal dari bauksit
11

Diproduksi dalam berbagai macam ukuran berupa kertas ampelas maupun
cakram, berwarna merah-coklat dengan tingkat kekasaran yang berbeda,
mulai dari yang kasar-halus
Digunakan untuk memoles spesimen dari logam, resin komposit, dan
keramik
Rouge
Berasal dari iron oxida (Fe203) Berupa bubuk halus berwarna merah
Bahan abrasif halus dan dipergunakan untuk memoles emas dan alloy logam
Tin Oxide
Tin Oxide (Sn02) merupakan mineral yang digunakan sebagai bahan poles
untuk gigi dan restorasi metal yang berada didalam mulut
Penggunaan nya dengan cara dicampur air, alkohol, atau glycerin sehingga
membentuk adonan seperti pasta
Arkansas stone
Semitransulen
Berwarna abu-abu terang
Batu endapan silika
Mengandung quartz mikrokristal
Padat, keras, dan teksturnya seragam
Mengasah email gigi dan alloy
Corundum
Bentuk mineral aluminium oksida
Berwarna putih
Untuk mengasah alloy
Tersedia sebagai bonded abrasives
Digunakan pada instrumen white stone
Cuttle
12

Bubuk putih calcareus
Terbuat dari bagian dalam rumah kerang laut Mediterania
Digunakan untuk memoles tepi logam dan restorasi amalgam gigi
Abrasive pastes
Abrasive paste terdiri dari aluminium oxide (alumina) dan partikel intan.
Alumina pasta sebaiknya digunakan pada alat berotasi dan meningkatkan
jumlah air untuk mengubah dari kasar menjadi abrasive halus
Pasta intan abrasive digunakan pada kondisi kering

Abrasive Instrument Design
Abrasive Grift
Serbuk abrasif berasal dari material abrasif yangtelah dihancurkan
untuk mendapatkan ukuran partikel abrasive yang berbeda-beda.
Klasifikasinya meliputi Coarse, Medium Coarse, Medium, Fine, Superfine.
Bonded Abrasives
Bonded abrasives terdiri dari partikel abrasive yang berikatan
melalui pengikat untuk membentuk alat pengasah seperti point, roda
(wheels), cakram pemotong (separating disks), dan lainnya. Partikel
berikatan dengan 4 metode; sintering, vitreous bonding, resinoid
bonding, ruber bonding.
Sintering merupakan mekanisme yang paling kuat di mana saat
terjadinya pengikatan bersama-sama. Vitreous bonding digabung dengan
kaca atau keraik, tekanan dingin atau tekanan panas. Retnoid bonding
tekanan dingin atau tekanan panas dan setelah itu, dipanaskan untuk
memperbaiki resin. Rubber bonding seperti pengikatan resin.
Coated Abrasive Disks and Strips
Coated abrasive dibuat dengan cara membentuk flexing backing
material dengan material adhesif yang kompatibel. Tersedia dalam
bentuk disk dan strip. Manfaat menggunakan abrasive disk atau strip
13

adalah kekakuannya tidak menurun oleh degradasi air. Moisture
bertindak sebagai lubricant untuk meningkatkan efisiensi pemotongan.




Nonbonded Abrasives
Pasta polishing sebagai nonbonded abrasive dan terutama
digunakan dalam polishing akhir. Perlu digunakan pada substrat dengan
alat nonabrasif seperti foam sintetis, karet, felt, atau chamois cloth.
Partikel abrasif terdispersi dalam medium larut air seperti gliserin. Contoh
nonbonded abrasives adalah alumunium oksida dan intan.

Abrasives Motion
Klasifikasi instrumen abeasive motion adalah rotary (bur), planar
(disk), dan reciprocal (handpiece). Ukuran yang berbeda dapat
14

digabungkan dengan tiap otion. Reciprocating handpiece memiliki
keuntunagn karena dapat mengakses area interproksimal dan
subgingival.

Prosedur Finishing dan Polishing
Akrilik
Akrilik merupakan bahan restorasi terlunak sehingga harus
diperlakukan dengan hati-hati. Finishing dan polishing yang kurang hati-
hati dapat menghasilkan panas yang dapat mengakibatkan distorsi karena
sifat thermal stability akrilik yang rendah. Akrilik dapat dikontur dengan
steel burs pada handpiece. Smoothing dapat dilakukan dengan
menggunakan slurry dari pumice. Final polishing untuk menghasilkan
permukaan yang mengkilat menggunakan tripoli atau tin oxide paste
pada rag wheel.

Amalgam
Tidak semua amalgam dapat langsung dipoles, hal ini dipengaruhi
setting time amalgam yang digunakan. Burnishing saja tidak bisa
menghasilkan permukaan restorasi amalgam yang bebas goresan dan
bebas retensi. Perlu digunakan slow-speed handpiece. Spherical amalgam
lebih cepat setting dan di finishing dan polishing. Hasil finishing dan
polishingnya adalah permukaan yang seperti velvet dan berkilau saat
terabrasi secara normal di dalam mulut.
Setalah amalgam mengeras, polishing dapat dilakukan sebagai
berikut:
1. Kontur dengan menggunakan slow-speed green stones atau
diamond burs, brown, and green rubber points.
2. Aplikasikan campuran pumice dan air atau alkohol dengan rotary
brush atau felt felt wheel untuk memoles permukaannya.
3. Selama tahap final polishing restorasi harus tetap lembap untuk
menghindari overheating.
4. Beberapa fast-setting amalgam dapat dipoles sekitar 8-12 menit
setelah placement.

15

Composite
Composites adalah campuran dari polimer yang lembut ( seperti
akrilik ) dan polimer yang keras (partikel pengisi yang kasar). Kekerasan
dari komposit tergantung pada komposisi keseluruhannya tetapi dalam
kisaran 5 sampai 7 dalam skala Mohs ( Mohs scale). Kekerasan dari
komposit ini melebihi kekerasan enamel yang nantinya akan
menimbulkan masalah klinis, yaitu hubungan occlusal yang tidak tepat.
Contoh bahan komposit alamiah adalah dentin dan emaik.
Kandungan utama bahan komposit adalah amtriks dan partikel pengisi.
Komposit didukung juga dengan bahan-bahan lain seperti coupling agent,
initiator, dan accelerator.
Resin sulit untuk dipoles karena terdiri dari matriks resin yang
lunak dengan partikel filler yang keras sehingga terjadi masalah pada
selective grinding. Penyelesaian akhir restorasi tergantung pada filler dan
matriks, desain perencanaan, efektivitas curing, dan post-curing time
yang dibutuhkan bahan untuk mencapai sifat akhirnya. Untuk beberapa
bahan komposit, penundaan selama 10 menit diperlukan setelah curing
agar proses polimerisasi dapat selesai sempurna.
Selama tahap finishing dan polishing, operator harus
mengerjakannya pada satu arah saja. Setelah penggunaan bahan abrasive
yang selanjutnya, polishing dilanjutkan dalam arah yang tegak lurus
dengan arah pertama. Teknik finishing terdiri dari tiga tahap:
1. Kontur restorasi dengan 12-flute carbide bur atau 30-100m
diamond bur atau coarse abrasive-coated disk
2. Selesaikan dengan 16 atau 30 carbide bur, fine, dan extra fine
diamond bir, white stone, white Akansas stone, atau medium dan
fine abrasive-coated disk
3. Poles dengan fine dan extra fine polishing paste, fine dan extra
fine abrasive coated disk, silicon carbide-impregnated brushes,
atau diamond-mpregnated rubber polishing disk, cups, atau point.
Metal Inlay
Untuk finishing dan polishing gold alloy digunakan slow-speed
handpiece. Tekniknya sebagai berikut:
Kontur dengan carbide bur, green stone atau heatless stone
16

Selesaikan dengan pink stone atau medium grade abrasive
impregnated rubber wheel dan point
Lapisi dengan fine abrasive impregnated rubber wheel
Jika perlu lpisi dengan tripoli atau rouge dengan rag/leather
wheel
Glass Ionomer
Roughness restorasi glass ionomer yang dipoles lebih tinggi
daripada composite dan hybrid ionomer, terutama karena ukuran filler
yang lebih besar. Teknik finishing restorasi glass ionomer seperti
composite, kecuali beberapa produk harus ditunda selama 24 jam
sebelum polishing untuk setting lebih lama.
Ceramic
Permukaan restorasi ceramic harus dibuat sehalus mungkin untuk
mendapatkan hasil permukaan yang ideal. Di dalam mulut minor
roughness sudah terpoles tanpa merusak permukaan ceramic. Polishing
dapat meningkatkan strength dalam permukaan prosthesis ceramic
karena polishing menghilangkan pori dari microcrack. Teknik finishing dan
polishing yang dapat dilakukan:
1. Kontur dengan diamond disk yang fleksibel, diamond bur, heatless
atau polymer stone, atau green stone
2. Selesaikan dengan white stone
3. Poles dengan fine-abbrasive impregnated lubber disk, jika perlu,
gunakan brush atau felt wheel dengan diamond paste
4. Lapisi dengan lapisan overglaze jika perlu


17

DAFTAR PUSTAKA
Anusavice. 2003. Phillips Dental Materials. Philadelphia: WB Saunders.

Anda mungkin juga menyukai