Anda di halaman 1dari 36

3

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Bahan Abrasif


2.1.1 Pengertian Abrasif
Abrasi adalah suatu proses untuk pelepasan suatu bahan

yang

dikenakan pada permukaan suatu bahan oleh bahan yang lain dengan
penggosokan, pencungkilan, pemahatan, pengasahan atau dengan caxra
mekanis lainnya secara berulang ulang oleh suatu gesekan (Anusavice, 2004).

2.1.2 Macam-macam Bahan Abrasif


Ada beberapa jenis bahan abrasif yang tersedia tetapi hanya yang
umum yang digunakan dalam kedokteran gigi. Abrasif alamiah
mencakup batu Arkansas, kapur, korundum, intan, akik, pumis dll.
Abrasif buatan pabrik adalah bahan disintesa yang umumnya lebih
disukai karena mempunyai sifat fisik yang lebih dapat ditebak
(Naibaho, 2004).
2.1.2.1 Bahan Abrasif Alami
Bahan Abrasif Alami menurut Anusavice tahun 2004 yaitu :
1. Batu Arkansas.
Batu Arkansas adalah batu endapan silika yang berwarna abu-abu
muda dan semi transluler yang ditambang di Arkansas.

2. Kapur.
Salah satu bentuk mineral dari calcite disebut kapur. Kapur adalah
abrasif putih yang terdiri atas kalsium karbonat.

3. Korundum.
Bentuk mineral dari oksida aluminium yang biasanya berwarna
putih. Sifat fisiknya lebih rendah daripada oksida alfa-aluminium,
yang sudah banyak menggantikan korundum dalam aplikasi dental.

4. Intan.
Intan adalah mineral tidak berwarna, transparan yang terdiri atas
karbon. Ini adalah senyawa yang paling keras. Intan disebut super
abrasif karena kemampuannya untuk mengasah substansi apapun.
5. Amril.
Abrasif ini berupa korundum berwarna hitam keabuan yang dibuat
dalam bentuk butiran halus. Amril digunakan khususnya dalam
bentuk disk abrasif dan tersedia dalam berbagai ukuran kekasaran.
6. Akik.
Istilah akik mencakup sejumlah bahan yang berbeda yang
mempunyai sifat fisik dan kristalin yang sama. Mineral ini adalah
silika dari aluminium, kobalt, besi, magnesium, dan mangan.

7. Pumis.
Aktivitas gunung berapi menghasilkan bahan silica berwarna abuabu muda. Digunakan terutama dalam bentuk pasir tetapi juga
dapat ditemukan pada abrasif karet.

2.1.2.2 Jenis Bahan Abrasif Buatan


Bahan Abrasif Buatan menurut Anusavice tahun 2004 yaitu :
1. Silikon karbid
Abrasif yang sangat keras dan merupakan abrasif sintetik yang
pertama kali dibuat. Silikon tersebut sangat keras dan rapuh.
Partikel-partikelnya tajam dan mudah pecah untuk membentuk
partikel baru yang tajam. Ini menghasilkan efesiensi pemotongan
yang sangat tinggi untuk berbagai bahan termasuk, keramik, dan
bahan plastik. Silikon karbid tersedia sebagai bahan abrasif pada
disk dan instrumen bonding vitraus serta karet.

2. Oksida Alumunium
Abrasif sintetik kedua yang dikembangkan sesudah silikon karbid.
Oksida aluminium sintetik ( alumina) dibuat berupa bubuk
berwarna putih. Dapat lebih keras daripada korundum (alumina
alami) karena kemurnianya. Oksida ini dipakai untuk oksida
bonding, abrasif berbentuk lapisan. White stone dibuat dari oksida
aliminium yang disintering untu merapikan email gigi, logam
campur, maupun bahan keramik.

3. Rouge
Oksida besi adalah senyawa abrasif yang halus dan berwarna
merah dalam rouge, bahan ini dipadukan seperti tripoli, dengan
berbagai pengikat lunak menjadi bentuk bedak. Digunakan untuk
memoles logam campur mulia yang berkadar tinggi.

4. Oksida timah
Abrasif yang sangat halus ini digunakan sebagai bahan pemoles
untuk gigi dan restorasi logam di dalam mlut. Bahan ini dicampur
dengan air, alkohol, atau gliserin untuk membentuk pasta abrasif
ringan.

5. Abrasif intan sintetik


Intan buatan digunakan khusus sebagai bahan abrasif yang
memiliki lima kali tingkat abrasif dibandingkan intan alami.
Digunakan pada gergaji intan, bur intan(Anusavice, 2004).

2.1.2.3 Macam-Macam Bahan Abrasif Berdasarkan Kegunaannya


a. Bahan Abrasif Finishing
Merupakan bahan abrasif yang umumnya keras, kasar yang
digunakan

pada

permulaan

untuk

menghasilkan

suatu

kontur/bentuk dari sebuah restorasi tau preparasi gigi dan untuk


membuang segala komponen permukaan yang tidak teratur.
Contoh : sand/pasir, carbides, zirconium silikat, emery.
b. Bahan Abrasif Polishing
Mempunyai ukuran partikel yang lebih halus dan bahan abrasi yang
digunakan umumnya kurang kekerasannya daripada bahan abrasi
yang digunakan untuk finishing. Bahan abrasi polishing ini digu
nakan untuk permukaan yang lebih halus yang telah diasah terlebih
dahulu oleh bahan abrasi finishing.
Contoh : aluminium oksid, garnet, pumice, kalsit, dll.
c. Bahan Abrasif Cleansing
Merupakan bahan yang halus dengan partikel yang berukuran kecil,
dan diharapkan mampu menghilangkan deposit-deposit halus yang
melekat di enamel atau pada suatu bahan restorasi.
Contoh : kaolin, kieselguhr (Naibaho, 2004)..
1. Berdasarkan Jenis dan Komposisi yang Dinilai Menurut Kekerasan
a.
1.
2.
3.
b.
1.
2.
3.

dan Ukuran dari Partikel Bahan Abrasif


Bahan Abrasif Keras
Diamond
Carbides : boron, tungsten, silikon
Oxide
: aluminium, cornundum
Bahan Abrasif Sedang
Silikat : magnesium, pumice, tripoli
Zircates : zirconium silikat
Kieselguhr (Naibaho, 2004).

2.1.2.4 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Daya abrasi Pembersih Gigi


Menurut Anusavice tahun 2004 faktor- faktor yang mempengaruhi
daya abrasi pembersih gigi yaitu :
1. Faktor- Fakor Ekstraoral
a. Jenis,Ukuran, dan Jumlah partikel pada pembersih gigi.
Jenis partikel bahan abrasif yang mempunyai tepi tajam akan
lebih efisien daripada partikel yang bersudut tumpul,ukuran
partikel bahan abrasif lebih besar atau lebih lebar

akan

menghasilkan goresan yang lebih dalam daripada bahan abrasif


yang lebih kecil dan jumlah bahan abrasif dalam pasta gigi
membantu untuk menambah kekentalan pasta gigi.
b. Jumlah pembersih yang digunakan
Pembersih yang banyak digunakan adalah pasta dan pasta gigi,
ini disebabkan karena konsentrasi bahan abrasif pada pasta dan
pasta gigi berbentuk gel adalah 50-75 % lebih rendah daripada
bubuk.Oleh karena itu,bubuk lebih jarang digunakan karena
lebih memungkinkan terjadinya abrasi dentin dan sensitivitas
pulpa.
c. Jenis sikat gigi
Jenis sikat gigi yang mempunyai bulu-bulu lebih lentur akan
lebih mudah menekuk dan membawa lebih banyak partikel
abrasif untuk berkontak dengan struktur gigi dengan tekanan
yang relatif lebih ringan daripada jenis sikat gigi yang lebih
kasar.
d. Metode penyikatan gigi dan tekanan yang digunakan selama
penyikatan
Kecepatan gerakan menggosok selama penyikatan partikel
abrasif yang perlahan menghasilkan goresan yang lebih dalam
dan tekanan yang diberikan selama penyikatan,tekanan yang
terlalu besar dapat membuat partikel abrasif pecah dan
meningkatkan panas yang timbul karena gesekan.
e. Frekuensi dan Lama penyikatan

Yang terpenting didalam penyikatan gigi tidak perlu kuat tetapi


lama minimal 2 menit setiap kali menyikat gigi,ini adalah salah
satu cara untuk mengurangi daya abrasi.
f. Kemampuan koordinasi pasien
Kemampuan
koordinasi
pasien

misalnya

dengan

menghilangkan kebiasaan buruk yang dapat mengikis email


gigi, seperti menggigit pensil pulpen atau korek gigi dan tusuk
gigi, Meskipun gigi bagian terkeras, tapi gigi juga rentan
terhadap kekuatan lemah yang dilakukan secara konstan.
2. Faktor Intraoral
a. Konsistensi saliva dan jumlahnya (variasi normal).
b. Xerostomia akibat obat, patologi kelenjar saliva, dan terapi
radiasi.
c. Keberadaan, jumlah, dan kualitas deposit gigi yang ada (pelikel,
plak, kalkulus).
d. Permukaan akar gigi yang terbuka
Adanya bahan restorasi, protesa gigi, dan alat ortodonsi.
2.1.2.5 Kelebihan dan Kekurangan Bahan Abrasif
A. Kelebihan Bahan Abrasif
1.
2.
3.
4.

Ekonomis
Mudah digunakan
Estetika baik.
Kesehatan Oral (Vanable dan Lopresti, 2005).

B. Kekurangan Bahan Abrasif


1. Tekanan yang berlebihan dapat menyebabkan potongan yang lebih
dalam pada area tersebut, menyebabkan kekasaran permukaan yang
berisiko menempelnya plak dan permukaan terlihat kusam
2. Menggunakan bahan abrasif yang lebih lunak dari pada permukaan
akan merusak bahan abrasif tersebut
3. Luka pada pulpa gigi dikarenakan menggosok material terlalu cepat
4. Risiko silikosis pernapasan karena pemajanan kronis terhadap
partikel bahan ini yang ada di udara cukup besar karena itu tindakan

10

pencegahan harus selalu dilakukan. Misalnya: Kieselguhr, karena


bahan yang paling halus (Vanable dan Lopresti, 2005).
2.1.3 Manfaat Bahan Abrasif
Restorasi gigi diselesaikan sebelum dipasang di dalam rongga mulut
untuk mendapatkan tiga manfaat dari perawatan gigi yakni: kesehatan mulut,
fungsi, dan estetika. Restorasi dengan kontur dan pemolesan yang baik akan
meningkatkan kesehatan mulut dengan jalan mencegah akumulasi sisa
makanan dan bakteri patogen. Ini diperoleh melalui reduksi daerah
permukaan total dan mengurangi kekasaran permukaan restorasi. Permukaan
yang lebih mulus akan lebih mudah dijaga kebersihannya dengan tindakan
pembersihan preventif yang biasa dilakukan sehari-hari karena benang gigi
dan sikat gigi akan mendapat jalan masuk yang lebih baik ke semua
permukaan dan daerah tepi. Dengan beberapa bahan gigi tertentu, aktivitas
karat dan korosi dapat dikurangi cukup besar jika seluruh restorasi dipoles
dengan baik. Fungsi rongga mulut akan meningkat jika restorasi dipoles
dengan baik karena makanan akan meluncur lebih bebas pada permukaan
oklusal dan embrasur selama mastikasi. Yang lebih penting lagi, daerah
kontak restorasi yang halus akan mengurangi tingkat keausan pada gigi
tetangga maupun antagonisnya. Ini khususnya berlaku untuk bahan restorasi
seperti keramik yang mengandung fase yang lebih keras daripada email gigi
dan dentin. Permukaan yang kasar menyebabkan terjadinya tekanan kontak
yang tinggi yang dapat menimbulkan hilangnya kontak fungsional dan
stabilisasi antara gigi-gigi. Akhirnya, kebutuhan estetik dapat membuat dokter
gigi menangani permukaan restorasi yang tampak jelas dengan cara berbeda
daripada permukaan yang sulit dijangkau. Walaupun pemolesan yang mirip
cermin diinginkan demi alasan di atas, jenis permukaan ini mungkin secara
estetik kurang baik karena tidak cocok dengan gigi-gigi di sebelahnya bila
berada di daerah yang mudah kelihatan seperti permukaan labial dari gigi-gigi
aterior atas. Meskipun demikian, permukaan ini tidak terkena tekanan kontak
yang tinggi dan mudah dibersihkan. Ciri dan corak anatomi yang samar dapat
ditambahkan pada daerah ini tanpa mempengaruhi kesehatan maupun fungsi
rongga mulut (Naibaho, 2004).

11

2.2 Bahan Polish


2.2.1 Pengertian Bahan Polish
Polishing merupakan rangkaian prosedur yang berfungsi untuk
mengurangi atau menghilangkan goresan-goresan yang terjadi dari proses
pekerjaan sebelumnya. Pekerjaan ini dilakukan sedemikian rupa sehingga
dapat menghasilkan permukaan restoratif yang mengkilat (Dwitanti, 2011).
2.2.2 Fungsi Bahan Polish
Restorasi dengan kontur dan pemolesan yang baik akan :
1. Meningkatkan kesehatan mulut dengan jalan mencegah akumulasi sisa
makanan dan bakteri patogen. Ini diperoleh melalui reduksi daerah
permukaan

dan

mengurangi

kekasaran

permukaan

restorasi.

Permukaan yang lebih halus akan lebih mudah dijaga kebersihannya


dengan tindakan pembersihan preventif yang biasa dilakukan seharihari karena dental flos dan sikat gigi akan mendapat jalan masuk yang
lebih baik ke semua permukaan dan daerah tepi.
2. Fungsi rongga mulut akan meningkat jika restorasi dipolis dengan
baik sisa makanan tidak mudah melekat pada permukaan restorasi
selama proses mastikasi. Yang terpenting, daerah kontak restorasi
yang halus akan mengurangi tingkat keausan pada gigi tetangga
maupun antagonisnya. Hal ini terjadi pada restorasi porselen yang
mempunyai

kekerasan

yang

lebih

dibanding

email

dan

dentin.permukaan yang kasar menyebabkan terjadinya tekanan yang


tinggi pada gigi sehingga dapat menimbulkan hilangnya kontak
fungsional dan stabilitas antar gigi (Dwitanti, 2011).
2.2.3

Macam-macam Bahan Abrasif yang digunakan dalam proses


Polishing di Kedokteran Gigi
Kapur
Merupakan salah satu bentuk mineral dari calcite. Kapur adalah
abrasif putih yang terdiri atas kalsium karbonat. digunakan
sebagai pasta abrasif ringan untuk memoles email gigi, lembaran

emas, amalgam, dan bahan plastis (Mac Cabe, 2008).


Pumice

12

Merupakan bahan silika yang berwarna abu-abu muda yang


dihasilkan dari aktivitas gunung berapi. Digunakan terutama
dalam bentuk pasir tetapi juga dapat ditemukan pada abrasif karet.
Kedua bentuk ini digunakan pada bahan plastik. Tepung pumis
adalah derivat batu volakanik yang sangat halus dari Italia dan
digunakan untuk memoles email gigi, lempeng emas, amalgam
gigi, dan resin akrilik (Mac Cabe, 2008).

Cuttle
Cuttlefish, cuttle bone, atau cuttle adalah nama yang umum untuk
abrasif ini. Merupakan bubuk putih calcareus yang terbuat dari
bagian dalam rumah kerang laut Mediterania dari genus Sepia.
Merupakan bubuk putih calcareus yang digunakan untuk prosedur
abrasi yang halus seperti memoles tepi logam dan restorasi
amalgam gigi (Mac Cabe, 2008).

Aluminium oxide
Adalah abrasif sintetik kedua yang dikembangkan setelah silikon
karbid. Aluminium oxide berupa bubuk berwarna putih. Dapat
lebih

keras

daripada

korundum

(alumina

alami)

karena

kemurniannya. Aluminium oxide banyak digunakan untuk


merapikan email gigi, logam campur, maupun bahan keramik.
Emery yang merupakan suatu aluminium oxide alam yang sering
disebut corundum,aluminium oxide adalah bahan abrasive murni
dari berbentuk emery,garnet dibentuk dari sejumlah mineral
digunakan pada polishing gigi (Mac Cabe, 2008).

13

Amril.
Abrasif ini berupa korundum berwarna hitam keabuan yang
dibuat dalam bentuk butiran halus. Amril digunakan khususnya
dalam bentuk disk abrasif dan tersedia dalam berbagai ukuran
kekasaran. Dapat digunakan untuk memoles logam campur atau
bahan plastis (Mac Cabe, 2008).

Quartz.
Bentuk quartz yang paling sering digunakan adalah yang sangat
keras, tidak berwarna, dan transparan. Ini adalah bentuk mineral
yang sangat banyak dan tersebar luas. Partikel-partikel kristalin
quatrz dilumatkan untuk membentuk partikel angular yang tajam
yang bermanfaat dalam membuat disk abrasif. Abrasif quartz
digunakan terutama untuk merapikan logam campur dan dapat
digunakan untuk mengasah email gigi (Mac Cabe, 2008).

Tripoli.
Abrasif ini berasal dari endapan batu silika yang ringan dan
rapuh. Berwarna putih, abu-abu, pink, merah, atau kuning. Jenis
yang berwarna abu-abu dan merah adalah yang paling sering
digunakan dalam kedokteran gigi. Batu ini digiling menjadi
partikel yang sangat halus dan dibentuk dengan pengikat lunak
menjadi batang-batang senyawa pemoles. Digunakan untuk
memoles logam campur dan beberapa bahan plastik (Mac Cabe,
2008).

Rouge.
Oksida besi adalah senyawa abrasif yang halus dan berwarna
merah dalam rouge. Bahan ini dipadukan seperti tripoli, dengan
berbagai pengikat lunak menjadi bentuk bedak. Digunakan untuk

14

memoles logam campur mulia yang berkadar tinggi (Mac Cabe,


2008).

Oksida Timah.
Abrasif yang sangat halus ini digunakan secara luas sebagai
bahan pemoles untuk gigi dan restorasi logam di dalam mulut.
Bahan ini dicampur dengan air, alkohal, atau gliserin untuk
membentuk pasta abrasif ringan (Mac Cabe, 2008).

2.2.4

Faktor yang berpengaruh dalam Polishing di bidang kedokteran


gigi
Kekerasan partikel abrasif; misalnya, diamond adalah bahan
yang paling keras, sedangkan batu apung, batu akik, dan lainlain relatif lebih lunak
Bentuk partikel bahan abrasif; partikel yang mempunyai tepi
tajam akan lebih efisien daripada partikel yang bersudut tumpul.
Besar partikel bahan abrasif; partikel yang lebih besar sanggup
menghasilkan goresan yang lebih dalam.
Sifat-sifat mekanis bahan abrasif; bila bahan abrasif pecah,
hendaknya dihasilkan tepi baru yang tajam. Jadi kerapuhan
suatu bahan abrasif dapat merupakan suatu keberuntungan.

15

Kecepatan gerakan menggosok; gerakan partikel abrasif yang


perlahan menghasilkan goresan yang lebih dalam.
Tekanan yang diberikan sewaktu menggosok, tekanan yang
terlalu besar dapat membuat partikel abrasif pecah dan
meningkatkan panas yang timbul karena gesekan.
Sifat-sifat bahan yang hendak digosok; bahan yang rapuh dapat
digosok dengan cepat, sedangkan bahan yang lunak dan kenyal
(misalnya, emas murni) akan mengalir dan bukannya terasah
oleh abrasif (Syafiar L, 2011).

2.3 Aplikasi dan Bahan Abrasif dan Polish pada Resin Akrilik Resin
Komposit dan Tumpatan Semen
2.3.1 Aplikasi dan Bahan Abrasif dan Polish padaResin Akrilik
Aplikasi dan BahanAbrasifdanPolishpada Resin Akrilik menurut
Anusavice tahun 2004 yaitu :
1. Batu Arkansas
Batu endapan silika warna abu-abu muda dan semitranslusen yg
ditambang di Arkansas. Mengandung quartz mikrokristal. Corak
padat,keras, seragam. Potongan kecil dicekatkan pd batang logam lalu
ditruin keberbagai bentuk untuk mengasah email gigi dan logam
campur.
2. Pasir
Campuran partikel mineral kecil terutama silika. Berwarna
warnisehingga punya penampilan yg khas. Bentuk bulat atau
angular.Diaplikasikan dengan tekanan udara untuk menghilangkan
bahan tanamdari logam campur pengecoran. Dapat dilapiskan pada
disk kertas untuk mengasah logam campur dan bahan plastik.
3. Pumis
Silika abu-abu muda. Dalam bentuk pasir atau abrasif karet. Untuk
bahan plastik. Bubuknya adalah derivat batu vulkanik yg sangat halus
dariitalia dan digunakan memoles email, lempeng emas, amalgam,
dan resin akrilik.

16

Ada 2 versi dalam apalikasi bahan abrasive dan polish :


1. Kelebihan atau tonjolan akrilik dihilangkan

dengan

menggunakan Arkansas stone yang telah dipasang pada mini


drill. Kemudian, permukaan akrilik bagian luar dihaluskan
dengan Arkansas stone, lalu diratakan dengan rempelas kasar
dan halus. Permukaan akrilik bagian dalam (fitting surface) yang
menempel pada gusi pasien tidak boleh dihaluskan karena akan
mengakibatkan protesa longgar.Selanjutnya Vilt cone dipasang
pada minidrill, ambil pumice yang telah dicampur dengan air,
oleskan pada vilt cone dan digosokkan ke seluruh permukaan
luar resinakrilik. Setelah tampak halus, permukaan digosok
dengan kain wol atau flannel sampai terlihat mengkilat tinggi
(hooglans) atau seperti permukaan kaca (Tim Pengajar
Teknologi Kedokteran Gigi, 2010).
2. Finishing Dan Polishing Resin Akrilik
a. Finishing :
Pasang bur Arkansas di mini drill.

Kerjakan finishing pada resin akrilik, mata bur akan


menggerus tonjolan atau

permukaan kasar pada resin

akrilik.
Lakukan finishing dengan bur Arkansas hingga tidak ada lagi

permukaan kasar.
Setelah tidak ada permukaan kasar ataupun tonjolan, basahi
ampelas halus dengan air lalu perhalus lagi permukaan resin

akrilik dengan ampelas halus tersebut.


b. Polishing :
Setelah proses finishing, lakukan polishing untuk membuat

resin akrilik semakin halus dan mengkilat.


Tahap awal polishing adalah dengan menggunakan pumice
(yang dicampur dengan air). Pumice perbandingannya lebih
banyak dari air. Poleskan pumice pada permukaan mata brush
atau dengan menggunakan mesin brush

17

Lakukan polishing secara perlahan, yaitu memoles area


permukaan resin akrilik hingga terlihat halus dan terasa halus

ketika diraba.
Untuk membuat resin akr ilik menjadi mengkilat, gunakan
kain wol atau kain flannel yang sudah dibasahi air. Gosok

2.3.2

permukaan resin akrilik dengan kain tersebut (USU, 2012).


Aplikasi dan Bahan Abrasif dan Polish pada Resin Komposit
Aplikasi dan Bahan Abrasif dan Polish pada Resin Komposit menurut
Anusavice 2004 yaitu :
1. Intan
Mineral tidak berwarna, transparan yang terdiri atas karbon.
Senyawa paling keras, disebut super abrasif karena dapat mengasah
substansi apapun. Digunakan pada bahan keramik dan resin
komposit
2. Abrasif intan sintetik
Digunakan khusus sebagai abrasif dan dibuat 5 kali lebih besar dari
tingkat abrasif intan alami. Digunakan pada gergaji intan, roda, dan
bur intan. Blok yang ditanami partikel intan digunakan untuk
mengasah jenis abrasi yang lain. Pasta pemoles intan juga dibuat dari
partikel yang diameternya lebih kecil dari 5 um dan digunakan untuk
memoles bahan keramik. Abrasive intan sintetik digunakan terutama
untuk struktur gigi, bahan keramik, dan bahan resin komposit.
3. Instrument Poles : abrasif karet, disk dengan partikel halus atau
amplas, dan pasta poles dengan partikel halus.
Ada 2 versi dalam apalikasi bahan abrasif dan polish.
1. Finishing Dan Polishing Resin Komposit
Finishing dapat dilakukan 5 menit setelah dicuring. Finishing
dilakukan dengan menggunakan pisau atau diamond stone.
Finishing yang terakhir dapat dilakukan dengan mengunakan
karet abrasif atau rubber cup dan disertai pasta pemolis atau disk
aluminium oksida (USU, 2012).
2. Finishing Dan Polishing Composite
Finishing meliputi shaping, contouring, dan penghalusan
restorasi. Sedangkan polishing digunakan untuk membuat
permukaan restorasi mengkilat. Finishing dapat dilakukan segera

18

setelah komposit aktivasi sinar telahmengalami polimerisaasi atau


sekitar 3 menit setelah pengerasan awal (USU, 2012).
Alat-alat yang biasa digunakan antara lain :
1

Alat untuk shaping : sharp amalgam carvers dan scalpel blades,


seperti 12 atau12b atau specific resin carving instrument yang

terbuat dari carbide, anodized aluminium, atau nikel titanium.


Alat untuk finishing dan polishing : diamond dan carbide burs,
berbagai tipe dari flexibe disks, abrasive impregnated rubber
point dan cups, metal dan plastic finishing strips, dan pasta
polishing (Manappallil, 2003).
a

Diamond dan carbide burs


Digunakan untuk menghaluskan ekses-ekses yang besar
pada resin komposit dan dapat digunakan untuk membentuk
anatomi pada permukaan restorasi.

Discs
Digunakan untuk menghaluskan permukaan restorasi.
Bagian yang abrasive dari disk dapat mencapai bagian
embrasure dan area interproksimal. Disk terdiri dari
beberapa jenis dari yang kasar sampai yang halus yang bisa
digunakan secara berurutan saat melakukan finishing dan
polishing.

Impregnated rubber points dan cups


Digunakan secara berurutan seperti disk. Untuk jenis yang
paling kasar digunakan untuk mengurangi ekses-ekses yang
yang besar sedangkan yang halus efektif untuk membuat
permukaan menjadi halus dan berkilau. Keuntungan yang
utama dari penggunaan alat ini adalah dapat membuat
permukaan yang terdapat ekses membentuk groove,
membentuk bentuk permukaan yang diinginkan serta
membentuk permukaan yang konkaf pada lingual gigi
anterior.

Finishing stips

19

Digunakan untuk mengcontur dan memolish permukaan


proksimal

margin

gingival

untuk

membuat

kontak

interproksimal. Tersedia dalam bentuk metal dan plastik.


Untuk metal biasa digunakan untuk mengurangi ekses yang
besar namun dalam menggunakan alat ini kita harus berhatihati karena jika tidak dapat memotong enamel, cementum,
dan dentin. Sedangkan plastic strips dapat digunakan untuk
finishing dan polishing. Juga tersedia dalam beberapa jenis
dari yang kasar sampai halus yang dapat digunakan secara
berurutan (Manappallil, 2003).
Prosedur finishing dan polishing resin komposit:
1

Sharp-edge

hand

instrument

digunakan

untuk

menghilangkan ekses-ekses di area proksimal, dan margin


gingival dan untuk membentuk permukaan proksimal dari
2

resin komposit.
12b scalpel blade digunakan untuk menghilangkan flash

dari resin komposit pada aspek distal


Alumunium oxide disk digunakan untuk membentu kontur
dan untuk polishing permukaan proksimal dari restorasi

resin komposit.
Finishing diamond digunakan untuk membentuk anatomi

oklusal
Impregnated rubber points dengan aluminium oxide
digunakan

untuk

menghaluskan

permukaan

oklusal

restorasi
Aluminum oxide finishing strips untuk conturing atau
finishing atau polishing permukaan proksimal untuk
membuat kontak proksimal (Manappallil, 2003).

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :


1

Untuk

membuat

contur

yang

baik,

kita

harus

menyesuaikan bentuk restorasi sesuai dengan anatomi gigi


yang benar dan tepat agar diperoleh hasil yang maksimal.

20

Kita harus berhati-hati dan senantiasa memperhatikan hal-hal


seperti tactil, kontak dengan gigi di samping nya, serta kontak
oklusal dengan gigi antagonisnya (Manappallil, 2003).

2.3.3
a

Aplikasi dan Bahan Abrasif dan Polish pada Tumpatan Semen


(GIC)
Klasifikasi :
Tipe I (konvensional) sebagai bahan perekat restorasi. Tipe II
sebagai bahan restorasi
Ada 4 macam : Ionomer Kaca konvensional, Ionomer Kaca
hybrid, Kaca tricure Ionomer, Kaca metal
Komposisi :
Liquid : Terdapat cairan asam tartaric yang dapat meningkatkan
stabilitas material, poliakrilik acid.
Powder : Kaca kalsium fluoro aluminosilikat yang larut dalam
asam (poliakrilik acid) (Vanable, 2004).

Manipulasi :
Ada 2 Mekanis : Menggunakan amalgamator Manual : Ada 3
cara (sircular motion , figure eight, fold and press motion)
Menggunakan alat (semen spatel untuk mengaduk), plastis
instrument (untuk memasukkan ke dalam cavitas) Powder
:Liquid = 1,3 : 1 atau sesuai anjuran pabrik Pencampurannya
hingga tampak glossy (mengkilat) tidak boleh hingga buram
(Vanable, 2004).

2.4 Pasta Gigi


2.4.1 Definisi
Pasta gigi didefinisikan sebagai bahan semi-aqueous yang digunakan
bersama-sama sikat gigi untuk membersihkan deposit dan memoles seluruh
permukaan gigi. Pasta gigi yang digunakan pada saat menyikat gigi berfungsi
untuk mengurangi pembentukan plak, memperkuat gigi terhadap karies,
membersihkan dan memoles permukaan gigi, menghilangkan atau mengurangi

21

bau mulut, memberikan rasa segar pada mulut serta memelihara kesehatan
gingiva. Di Indonesia pasta gigi sering juga disebut odol, yaitu salah satu merk
pasta gigi. Walaupun merk ini sudah berpuluh-puluh tahun tidak lagi dijual di
Indonesia, nama odol telah menjadi nama generik (Syamsuni, 2006).
Pasta gigi pertama kali diproduksi di Jerman oleh Dresden Chemical
Laboratory Lingner, yang sekarang dikenal sebagai Lingner Werke AG. Pada
tahun 1892 sebagai cairan pencuci mulut/ mouthwash odol, mouthwash pada
tahun 1900-an adalah merk ternama dan yang paling luas penggunaanya
dihampir seluruh daratan Eropa (Syamsuni, 2006).
Karl August Lingner adalah orang yang menciptakan mouthwash dan
dia adalah orang yang giat mengkampanyekan hidup higienis. Dia juga dikenal
sebagai orang pertama yang mengadakan International Hygiene Exhibition
pada tahun 1911. Dia mendirikan museum The German Hygiene (Syamsuni,
2006).
2.4.2 Fungsi Pasta Gigi
Untuk membersihkan gigi.
Untuk mengurangi pembentukan plak.
Memperkuat gigi terhadap karies.
Membersihkan dan memoles permukaan gigi
Menghilangkan atau mengurangi bau mulut
Memberikan rasa segar pada mulut, serta
Memelihara kesehatan gingiva (Anonymous, 2001).
2.4.2

Macam-Macam Pasta Gigi


1 Pasta gigi baking soda.
Pasta gigi baking soda mengandung sodium bicarbonat memiliki
banyak keuntungan salah satunya dapat memberikan efek kontrol
karies, oleh karena komposisinya terdiri dari baking soda-flouride,
dimana baking soda terdiri dari hydrate silica yang aksinya sesuai
dengan aksi flouride (Maulani, 2006).
2. Pasta gigi Therapeutik

22

Pasta gigi therapeutik dibagi menjadi 2 kelompok :


a. Pasta gigi therapeutik yang tidak mengandung flouride seperti
pasta gigi yang mengandung klorofil ,antibiotik, amonium dan
enzim inhibitor.
b. Pasta gigi therapeutik yang mengandung flouride untuk mencegah
terjadinya karies gigi, contohnya Sodium Flouride (NaF),
Stannous

Flouride

(SnF2),

Sodium

monofluorophosphate

(Na2PO3F), Amine Fluoride (NH4-F) (Maulani, 2006).


3. Mentasent.
Merupakan campuran 0,75 % gel peroksida dengan baking soda
dan 1100 ppm sodium fluoride. Produk ini sudah banyak dipakai
masyarakat karena konsentrasi yang rendag dengan hydrogen
peroksida tidak membuat alergi (Maulani, 2006).
4. Triclosan
Triclosan memiliki agen anti bakterial dengan spektrum luas, efektif
untuk melawan banyak jenis bakteri sehingga digunakan sebagai
agen anti bakterial dalam perawatan kesehatan rongga mulut. Produk
pasta yang mengandung zinc sitrat dan triclosan yang dikeluarkan
unilever efektif juga untuk mereduksi pembentukan plak dan
preventif pada gingivitis (Maulani, 2006).
5.Anti tartar atau Kalkulus (karang gigi)
Pasta gigi yang berfungsi sebagai anti kalkulus terdiri dari kombinasi
tetrasodium phosphat dan disodium dihydrogen pyrophosphat.
Kristal pyrophosphate dapat menjadi agen inhibitor dalam
menghambat pertumbuhan kalkulus. Produk yang sama fungsinya di
pasaran sekarang terdiri dari NaF, zinc sitrat, trrihydrate contohnya
seperti close-up. Tetapi perlu diingat kristal pyrophosphate dan
phosphonate dapat juga menghambat remineralisasi (Maulani, 2006).
6. Anti hipersensitif

23

Pasta gigi yang berfungsi sebagai anti kalkulus terdiri dari kombinasi
tetrasodium phosphat dan disodium dihydrogen pyrophosphat.. Agen
aktifnya terdiri dari potasium nitrat, strontium chloride, dan sodium
sitrat. Contoh lainnya yang direkomendasikan pada therapeutik
dental adalah sensodyne-F, dengan kombinasi agen aktif yang
memberikan efek anti hipersensitif dan preventif karies (Maulani,
2006).

7. Pemutih dan pengkilap gigi


Pasta yang berfungsi sebagai pemutih gigi dan pemoles gigi dibagi
menjadi 2 kategori, yaitu pasta dengan peroksida dan pasta tanpa
peroksida. Pasta tanpa peroksida lebih bersifat abrasif yang terasa
pada waktu pertengahan pemakaian pasta ini. Pasta dengan
peroksida dikenal sebagai tooth whiteners (bahan yang dapat
memutihkan gigi). Efeknya dapat dirasakan setelah pemakaian 2-3
kali. Produk ini terdiri dari hydrogen peroksida atau carbamide
peroksida yang berfungsi sebagai bleaching dan whitening.
Carbamide peroksida dirusak dan dibentuk menjadi urea dan
hydrogen peroksida. Hydrogen peroksida kembali menjadi radikal
bebas yang berikatan dengan oksigen yang nantinya menjadi
molekul bleaching yang aktif. Penggunaan peroksida yang banyak
dapat menyebabkan warna hitam pada permukaan lidah dan
berbahaya untuk pulpa dan jaringan lunak di rongga mulut (Maulani,
2006).

2.4.3

Komposisi Pasta Gigi


1. Bahan abrasif (20-50%)
Bahan abrasif yang terdapat pada pasta gigi umumnya berbentuk
bubuk pembersih yang dapat memolis dan menghilangkan stain dan
plak. Bentuk dan jumlah bahan abrasif dalam pasta gigi membantu

24

untuk menambah kekentalan pasta gigi. Contoh bahan abrasif antara


lain silica atau hydrated silica, sodium bikarbonat, aluminium oxide,
dikalsium fosfat dan kalsium karbonat (Herdiyati dan Sasmita, 2010).
2. Air (20-40%)
Air dalam pasta gigi berfungsi sebagai pelarut (Herdiyati dan
Sasmita, 2010).
3. Humectant atau pelembab (20-35%)
Humectant adalah bahan penyerap air dari udara dan menjaga
kelembaban. Digunakan untuk menjaga pasta gigi tetap lembab
(Herdiyati dan Sasmita, 2010).
4. Bahan perekat (1-2%)
Bahan perekat ini dapat mengontrol kekentalan dan memberi
bentuk krim dengan cara mencegah terjadinya pemisahan dalam solid
dan liquid pada suatu pasta gigi. Contohnya glyserol, sorbitol dan
polyethylene glycol (PEG) dan cellulose gum (Herdiyati dan Sasmita,
2010).
5. Surfectan atau Deterjen (1-3%)
Bahan deterjen yang banyak terdapat dalam pasta gigi di pasaran
adalah Sodium Lauryl Sulphate (SLS) yang berfungsi menurunkan
tegangan

permukaan,

mengemulsi

(melarutkan

lemak)

dan

memberikan busa sehingga pembuangan plak, debris, material alba


dan sisa makanan menjadi lebih mudah. Sodium Lauryl Sulphate ini
juga memiliki efek antibakteri (Herdiyati dan Sasmita, 2010).

25

6. Bahan penambah rasa ( 0-2%)


Biasanya pasta gigi menggunakan pemanis buatan untuk
memberikan cita rasa yang beraneka ragam. Misalnya rasa mint,
stroberi, kayu manis bahkan rasa permen karet untuk pasta gigi anak.
Tambahan rasa pada pasta gigi akan membuat menyikat gigi menjadi
menyenangkan (Herdiyati dan Sasmita, 2010).
7. Bahan terapeutik (0-2%)
Bahan terapeutik yang biasa ditambahkan dalam pasta gigi adalah
flour, bahan desensitisasi, bahan anti-tartar, bahan antimikroba, bahan
pemutih, bahan pengawet. Manfaat masing bahan terapeutik adalah :
a) Fluoride
Penambahan fluoride pada pasta gigi dapat memperkuat enamel
dengan cara membuatnya resisten terhadap asam dan menghambat
bakteri untuk memproduksi asam. Jenis fluoride yang terdapat
dalam pasta gigi adalah Stannous fluoride, Sodium fluoride dan
Sodium monofluorofosfat. Stannous. Stannous fluoride atau Tin
fluor merupakan fluor yang pertama ditambahkan dalam pasta gigi
yang digunakan secara bersamaan dengan bahan abrasif (kalsium
fosfat). Fluor ini bersifat antibakterial namun kelemahannya dapat
membuat stein abu-abu pada gigi. Sodium fluoride atau NaF
merupakan fluor yang paling sering ditambahkan dalam pasta gigi,
tapi tidak dapat digunakan bersamaan dengan bahan abrasive
(Herdiyati dan Sasmita, 2010).

26

b) Bahan desensitisasi
Jenis bahan desensitisasi adalah bahan yang digunakan untuk
perawatan hipersensitivitas dentin/hipersensi. Bahan sensitivitas
yang sering digunakan dalam pasta gigi adalah Potassium citrate
yang dapat memblok transmisi nyeri di antara sel-sel syaraf dan
Stronsium chloride yang dapat memblok tubulus dentin (Herdiyati
dan Sasmita, 2010).
c) Bahan anti-tartar
Bahan ini digunakan untuk mengurangi kalsium dan magnesium
dalam saliva sehingga keduanya tidak dapat berdeposit pada
permukaan gigi, misalnya Tetrasodium pyrophosphate (Herdiyati
dan Sasmita, 2010).
d) Bahan antimikroba
Bahan

ini digunakan untuk

membunuh

dan menghambat

pertumbuhan bakteri, misalnya Trikolsan (bakterisidal), Zinc


citrate atau Zinc phosphate (bakteriostatik). Selain itu, ada
beberapa herbal yang ditambahkan sebagai anti mikroba dalam
pasta gigi misalnya daun sirih dan siwak (Herdiyati dan Sasmita,
2010).
8. Bahan pemutih (0.05-0,5%)
Bahan pemutih yang biasa digunakan antara lain Sodium carbonat,
Hidrogen peroksida, citroxane, dan sodium hexametaphospate
(Herdiyati dan Sasmita, 2010).
9. Bahan pengawet (0,05-0,5%)
Bahan pengawet ini berfungsi untuk mencegah pertumbuhan
mikroorganisme dalam pasta gigi. Bahan pengawet yang sering
ditambahkan

dalam

pasta

gigi

adalah

Sodium

benzoate,

Methylparaben dan Etihylparaben (Herdiyati dan Sasmita, 2010).

27

2.4.4 Sifat Pasta Gigi


Menurut Retno tahun 2007 sifat pasta gigi yaitu :
1. Kekentalan (Viskositas)
Sediaan pasta gigi direncanakan memiliki viskositas atau kekentalan
yang tinggi dimana pasta merupakan sediaan yang bagian padatanya
lebih besar dibanding bagian cair. Oleh karena itu pasta gigi harus
cukup kental agar mencegah terjadinya pengerasan atau pengeringan
pada pasta gigi.
2. pH
Derajat keasaman atau pH sediaan pasta gigi ini diusahakan untuk
disamakan dengan pH fisiologis mulut atau bila berbeda, pH yang
ada haruslah aman bila digunakan. Karena semakin jauh beda antara
pH pasta gigi dengan pH fisiologis mulut (dapat jauh lebih tinggi/
jauh lebih rendah) maka sediaan dapat menimbulkan efek samping
yang negatif
3. Warna
Sediaan pasta gigi ini direncanakan untuk memiliki warna putih. Hal
ini disesuaikan dengan bahan-bahan yang tidak mengandung pewarn
dan sesuai dengan kebutuhan gigi yang bagus apabila tetap berwarna
putih bersih. Apabila ditambahkan pewarna dikhawatirkan dapat
mempengaruhi warna asli gigi.
4. Kemudahan penggosokan dan penimbulan busa
Mudah dalm polishing untuk dapat menghilangkan partikel makanan
yg menempel pada gigi dan menimbulkan busa.
5. Bau dan rasa
Pasta gigi biasanya beraroma menthol dan rasanya aga pedas sejuk
karena paper minta oil yg dikandungnya. tidak toksik.

2.4.5

Ciri-ciri pasta gigi yang baik


Menurut Dwi tahun 2011 ciri-ciri pasta gigi yang baik yaitu:

Mengandung banyak fluor, kecuali untuk anak batita pada pasta gigi

yang digunakan jika mengandung banyak fluor tidak baik.


Tidak banyak berbusa.

28

Ketika digunakan untuk sikat gigi dapat menghilangkan partikelpartikel asing, sisa-sisa makanan yang menempel pada gigi, plak

atau karanggigi dan dapat membersihkan gigi.


Haruslah tidak bersifat toksik, memiliki rasa yang menyenangkan
dan setelah menggunakan terasa segar di mulut.

2.4.6

Mengaplikasikan Pasta Gigi


Aplikasi pasta gigi berfluoride sepanjang bulu sikat gigi untuk dewasa,

atau sebesar biji jagung untuk anak dibawah usia 6 tahun, karena beberapa
pasta gigi memiliki sifat abrasif, apalagi pada pasta gigi yang mencegah
terbentuknya stain atau noda pada permukaan gigi. Jangan lupa pilihlah pasta
gigi berfluoride (Tjahajawati, dkk. 2009).
2.4.6.1 Cara Menyikat Gigi
Sikat gigi adalah alat untuk membersihkan gigi yang berbentuk
sikat kecil dengan pegangan. Pasta gigi biasanya ditambahkan ke sikat
gigi sebelum menggosok gigi. Sikat gigi banyak jenisnya, dari yang
bulunya halus sampai kasar, bentuknya kecil sampai besar, dan berbagai
desain pegangan. Kebanyakan dokter gigi menganjurkan penggunaan
sikat yang lembut karena sikat keras dapat merusak lapisan enamel dan
melukai gusi (Tjahajawati, dkk. 2009).
Salah satu cara untuk menjaga kesehatan gigi adalah dengan
menyikat gigi. Dengan menyikat gigi, kebersihan gigi dan mulut pun
akan terjaga, selain menghindari terbentuknya lubang-lubang gigi dan
penyakit gigi dan gusi. Banyak jenis dan ragam sikat gigi yang dijual di
pasaran, dari yang manual maupun elektrik. Sebetulnya, apa saja syarat
sikat gigi yang bagus, yang terpenting adalah bulu sikat dan lebar
kepala sikat. Untuk bisa menjangkau daerah-daerah gigi bagian
belakang, ukuran kepala sikat gigi yang ideal adalah 35 40 mm.
Bahkan, orang dewasa sebaiknya juga memakai sikat gigi anak, karena
ukurannya yang kecil akan membantu menjangkau bagian gigi yang
paling dalam (Tjahajawati, dkk. 2009).

29

Berikut ini adalah cara menggosok gigi yang baik dan benar ketika
menggosok gigi yaitu :

Pegang sikat gigi senyaman mungkin, oleskan pasta gigi. Sikat


atau sapukan sikat gigi pada bagian gigi depan secara niak turun
dan pelan-pelan. Menyikat gigi dengan cara yang kasar atau
terlalu keras bisa menipiskan lapisan gusi dan gigi menjadi
sensitif. Pelan-pelan saja dan pastikan semua kotoran bagian-

bagian telah dibersihkan dengan baik.


Setelah bagian depan selesai, pindah ke bagian gigi kanan
kemudian bagian kiri, cara menyikatnya sama seperti di bagian

depan yaitu dengan cara naik turun dari atas ke bawah.


Setelah bagian depan, kanan dan kiri sudah selesai dibersihkan
sekarang menuju ke bagian gigi geraham. Sapukan secara pelanpelan dan pastikan semua kotoran tersapu bersih oleh bulu sikat

dan tak ada kotoran yang tertinggal.


Setelah gigi geraham selesai dibersihkan, kita menuju gigi

bagian dalam atas dan bawah. Sikat secara pelan dan merata.
Selain membersihkan gigi, jangan lupa juga bersihkan lidah dan
langit-langit lidah serta bagian pipi samping kanan dan kiri.
Lakukan dengan pelan saja. Membersihkan gigi dan lidah ini

juga bisa mengurangi bau mulut hingga 80 persen.


Dalam menyikat gigi sebaiknya gunakan sikat yang berbulu

lembut, terutama untuk gigi yang sensitif.


Ritme menggosok gigi yang baik adalah dari 8-10 gosokan dan

jeda waktunya 2-3 menit.


Untuk hasil yang maksimal anda juga bisa memakai obat kumur
untuk membersihkan secara menyeluruh bakteri yang menempel

di gigi dan gusi.


Simpan sikat gigi di tempat yang bersih untuk menghindari sikat
yang terinfeksi bakteri luar. Jangan lupa ganti juga sikat gigi
setiap 3 bulan sekali. Dan terakhir, pakai sikat gigi hanya untuk
seorang saja, tidak boleh bergantian. Hal ini untuk menghindari
berpindahnya bakteri dari orang yang satu ke lainnya
(Tjahajawati, dkk. 2009).

30

Berikut kesalahan-kesalahan yang mungkin kita lakukan dalam


menyikat gigi:

Menyikat gigi terlalu keras


Kebiasaan menyikat gigi terlalu keras atau dengan tekanan yang
terlalu kencang dan dilakukan terus-menerus dapat melukai
jaringan lunak di sekitar gigi, seperti gusi yang menjadi turun
atau resesi. Kegiatan menyikat gigi cukup dengan tekanan yang
ringan saja.

Menyikat gigi dengan arah menyamping


Menyikat gigi dengan arah yang salah juga merupakan hal yang
tidak benar karena tidak efektif membersihkan permukaan gigi
dari plak perusak gigi tersebut. Menyikat gigi yang benar adalah
dengan arah vertikal dari gusi ke gigi dengan sudut 45 derajat
terhadap gigi. Perlu diketahui bahwa plak banyak terkumpul
pada daerah leher gigi dan sela-sela gigi. Menyikat gigi dengan
arah menyamping juga dapat menyebabkan posisi gusi menjadi
lebih turun.

Menggunakan bulu sikat yang keras atau kasar


Pandai-pandailah memilih sikat gigi, gunakan sikat gigi dengan
bulu sikat yang lembut agar tidak merusak jaringan lunak di
sekitar gigi. Selain itu bulu sikat yang keras dan kasar juga tidak
nyaman untuk kita gunakan.

Sikat gigi tidak menjangkau seluruh permukaan gigi


Perhatikanlah saat kita menyikat gigi, sudahkah kita yakin
bahwa seluruh permukaan gigi kita terjangkau oleh sikat gigi.
Daerah-daerah yang sering terabaikan atau terlupakan saat

31

menyikat gigi adalah permukaan gigi bagian dalam yang


menghadap ke lidah dan juga gigi geraham atau gigi belakang
karena sulit terjangkau. Jadi pastikan semua permukaan gigi
bersih setelah kita menyikat gigi. Untuk daerah sela-sela gigi
dapat dibantu dibersihkan dengan benang gigi atau dental floss.

Waktu yang salah saat menyikat gigi


Masihkah kita menyikat gigi saat pagi dan sore hari atau
disamakan dengan rutinitas mandi kita? Kebiasaan menyikat
gigi paling baik dilakukan pada pagi hari setelah sarapan dan
malam hari tepat sebelum tidur (Tjahajawati, dkk. 2009).

2.5 Flour
2.5.1 Definisi Flour
Fluor adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang F dan nomor atom 9. Namanya berasal dari bahasa Latin fluere,
berarti "mengalir".
Fluor merupakan gashalogen univalen beracun berwarna kuning-hijau
yang paling reaktif secara kimia dan electron negatif dari seluruh unsur.
Dalam bentuk murninya dia sangat berbahaya, dapat menyebabkan
pembakaran kimia parah begitu berhubungan dengan kulit (Herdiyati dan
Sasmita, 2010).
Secara detail, fluor merupakan salah satu bahan pasta gigi berfungsi
memberikan efek deterjen sebagai satu dari tiga bahan utamanya disamping
bahan abrasi sebagai pembersih mekanik permukaan gigi dan pemberi rasa
segar pada mulut (Herdiyati dan Sasmita, 2010).
Penambahan fluor pada pasta gigi dapat memperkuat enamel dengan
cara membuatnya resisten terhadap asam dan menghambat bakteri untuk

32

memproduksi asam. Jenis fluor yang terdapat dalam pasta gigi adalah
stannous fluoride, Sodium fluoride dan sodium monofluorofosfat.Stannous
fluoride atau tin fluor merupakan fluor yang pertama ditambahkan dalam
pasta gigi yang digunakan secara bersamaan dengan bahan abrasif (kalsium
fosfat).Fluor ini bersifat antibakterial namun kelemahannya dapat membuat
stein abu-abu pada gigi.Sodium fluoride atau NaF merupakan fluor yang
paling sering ditambahkan dalam pasta gigi, tapi tidak dapat digunakan
bersamaan dengan bahan abrasif (Herdiyati dan Sasmita, 2010).
2.5.2 Manfaat Flour
Fluor berperan untuk mengurangi kerusakan gigi, mengurangi restorasi
gigi, mengurangi kehilangan atau pencabutan gigi, mengurangi kesakitan dan
kelainan iatrogenik lebih rendah pada umumnya geligi lebih estetis
pencegahan yang efektif (biaya).Selain itu flour berfungsi sebagai
penghambat karies di dalam lingkungan mulut (Herdiyati dan Sasmita, 2010).
2.5.3 Jenis-jenis Flour
Penambahan fluor pada pasta gigi dapat memperkuat enamel dengan
cara membuatnya resisten terhadap asam dan menghambat bakteri untuk
memproduksi asam. Adapun macam- macam fluor yang terdapat dalam pasta
gigi adalah sebagai berikut:

1. Stannous fluor
Tin fluor merupakan fluor yang pertama ditambahkan dalam pasta
gigi yang digunakan secara bersamaan dengan bahan abrasif
(kalsium fosfat).Fluor ini bersifat antibakterial namun kelemahanya
dapat membuat stein abu-abu pada gigi (Herdiyati dan Sasmita,
2010).
2. Sodium fluoride

33

NaF merupakan fluor yang paling sering ditambahkan dalam pasta


gigi, tapi tidak dapat digunakan bersamaan dengan bahan abrasif
(Herdiyati dan Sasmita, 2010).
3. Sodium monofluorofosfat (Herdiyati dan Sasmita, 2010).
2.5.4

Cara Pemberian Flour


A. Pemberian Fluor Secara Sistemik.
Fluoride sistemik adalah fluoride yang diperoleh tubuh melalui
pencernaan dan ikut membentuk struktur gigi. Fluoride sistemik juga
memberikan perlindungan topikal karena fluoride ada di dalam air liur
yang terus membasahi gigi. Fluoride sistemik ini meliputi fluoridasi air
minum dan melalui pemberian makanan tambahan fluoride yang
berbentuk tablet, tetes atau tablet isap. Namun di sisi lain, para ahli
sudah mengembangkan berbagai metode penggunaan fluor, yang
kemudian dibedakan menjadi metode perorangan dan kolektif. Contoh
penggunaan kolektif yaitu fluoridasi air minum (biasa kita peroleh dari
air kemasan) dan fluoridasi garam dapur (Herdiyati dan Sasmita, 2010).
Terdapat tiga cara pemberian fluor secara sistemik, yaitu :

Fluoridasi air minum


Telah dibuktikan, apabila dalam air minum yang dikonsumsi oleh

suatu daerah,atau kota tertentu dibubuhi zat kimia fluor maka penduduk
itu akan terlindung dari karies gigi. Pemberian fluor dalam air minum
ini jumlahnya bervariasi antara 1-1,2 ppm (part per million). Selain
dapat mencegah karies, fluor juga mempunyai efek samping yang tidak
baik yaitu dengan adanya apa yang disebut mottled enamel pada
mottled enamel gigi-gigi kelihatan kecoklat-coklatan, berbintik-bintik
permukaannya dan bila fluor yang masuk dalam tubuh terlalu banyak,
dapat menyebabkan gigi jadi rusak sekali (Herdiyati dan Sasmita,
2010).
Konsentrasi optimum fluorida yang dianjurkan dalam air minum
adalah 0,71,2ppm. Menurut penelitian Murray and Rugg-gun cit.

34

Linanof bahwa fluoridasi airminum dapat menurunkan karies 4050%


pada gigi susu (Angela, 2005).

Pemberian fluor melalui makanan


Kadang-kadang makanan yang kita makan sudah mengandung fluor

yang cukup tinggi, hingga dengan makanan itu saja sudah mencegah
terjadinya karies gigi. Jadi harus diperhatikan bahwa sumber yang ada
sehari-hari seperti di rumah, contohnya di dalam air mineral, minuman
ringan dan makanan sudah cukup mengandung fluoride. Karena itu
makanan fluoride harus diberikan dengan hati-hati. Makanan tambahan
fluoride hanya dianjurkan untuk mereka (terutama anak-anak) yang
tinggal di daerah yang sumberairnya rendah fluor atau tidak
difluoridasi. Fluoride dapat berbahaya jika dikonsumsi secara
berlebihan. Apabila pemakaian fluoride tidak terkontrol dan tidak
disiplin, maka tidak akan mencapai sasaran dan dapat menyebabkan
kerusakan gigi. Contohnya adalah fluorosis. (Herdiyati dan Sasmita,
2010)

Pemberian fluor dalam bentuk obat-obatan


Pemberian fluor dapat juga dilakukan dengan tablet, baik itu

dikombinasikandengan vitamin-vitamin lain maupun dengan tablet


tersendiri. Pemberian tablet fluor disarankan pada anak yang berisiko
karies tinggi dengan air minum yang tidak mempunyai konsentrasi fluor
yang optimal (2,2 mg NaF, yang akan menghasilkan fluor sebesar 1 mg
per hari) (Angela, 2005).
Tablet fluor dapat diberikan sejak bayi berumur 2 minggu hingga
anak 16 tahun.Umur 2 minggu-2 tahun biasanya diberikan dosis 0,25
mg, 2-3 tahun diberikan 0,5 mg,dan 3-16 tahun sebanyak 1 mg
(Herdiyati dan Sasmita, 2010).
B. Penggunaan Fluor Secara Topikal
Menurut Angela (2005), tujuan penggunaan fluor adalah untuk
melindungi gigi darikaries, fluor bekerja dengan cara menghambat
metabolisme bakteri plak yang dapat memfermentasi karbohidrat

35

melalui perubahan hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor apatit


yang lebih stabil dan lebih tahan terhadap pelarutan asam. Reaksi
kimia: Ca10(PO4)6(OH)2+F Ca10(PO4)6(OHF) menghasilkan enamel
yang

lebih

tahan

asam

sehingga

dapat

menghambat

proses

demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi.


Remineralisasi adalah proses perbaikan kristal hidroksiapatit
dengan cara penempatan mineral anorganik pada permukaan gigi yang
telah

kehilangan mineral

tersebut

(Kidd

dan Bechal, 1991).

Demineralisasi adalah proses pelarutan kristal hidroksiapatit email gigi,


yangterutama disusun oleh mineral anorganik yaitu kalsium dan fosfat,
karena penurunan pH plaksampai mencapai pH kritis (pH 5) oleh
bakteri yang menghasilkan asam (Rosen, 1991;Wolinsky, 1994).
Penggunaan fluor sebagai bahan topikal aplikasi telah dilakukan
sejak lama dan telah terbukti menghambat pembentukan asam dan
pertumbuhan mikroorganisme sehingga menghasilkan peningkatan
yang signifikan dalam mempertahankan permukaan gigi dari proses
karies. Penggunaan fluor secara topikal untuk gigi yang sudah erupsi,
dilakukan dengan beberapa cara (Herdiyati dan Sasmita, 2010):

Topikal aplikasi yang mengandung fluor


Topikal aplikasi fluor adalah pengolesan langsung fluor pada

enamel. Setelah gigi dioleskan fluor lalu dibiarkan kering selama 5


menit, danselama 1 jam tidak boleh makan, minum atau berkumur
(Herdiyati dan Sasmita, 2010).
Sediaan fluor dibuat dalam berbagai bentuk yaitu NaF, SnF, APF
yang memakainya diulaskan pada permukaan gigi dan pemberian
varnish fluor. NaF digunakan pertama kali sebagai bahan pencegah
karies. NaF merupakan salah satu yang sering digunakan karena dapat
disimpan untuk waktu yang agak lama, memiliki rasa yang cukup baik,
tidak mewarnai gigi serta tidak mengiritasi gingiva. Senyawa ini
dianjurkan penggunaannnya dengan konsentrasi 2%, dilarutkan dalam
bentuk bubuk 0,2 gram dengan air destilasi 10 ml (Herdiyati dan
Sasmita, 2010).

36

Sekarang SnF jarang digunakan karena menimbulkan banyak


kesukaran, misalnyarasa tidak enak sebagai suatu zat astringent dan
kecenderungannya mengubah warna gigi karena beraksinya ion Sn
dengan sulfida dari makanan, serta mengiritasi gingiva. SnF juga akan
segera dihidrolisa sehingga harus selalu memakai sediaan yang masih
baru. Konsentrasi senyawa ini yang dianjurkan adalah 8%. Konsentrasi
ini diperoleh dengan melarutkan bubuk SnF2 0,8 gram dengan air
destilasi 10ml. Larutan ini sedikit asam dengan pH 2,4-2,8 (Kidd dan
Bechal, 1991).
APF lebih sering digunakan karena memiliki sifat yang stabil,
tersedia dalam bermacam-macam rasa, tidak menyebabkan pewarnaan
pada gigi dan tidak mengiritasi gingiva. Bahan ini tersedia dalam
bentuk larutan atau gel, siap pakai, merupakan bahantopikal aplikasi
yang banyak di pasaran dan dijual bebas. APF dalam bentuk gel sering
mempunyai tambahan rasa seperti rasa jeruk, anggur dan jeruk nipis
(Herdiyati dan Sasmita, 2010).
Pemberian varnish fluor dianjurkan bila penggunaan pasta gigi
mengandung fluor, tablet fluor dan obat kumur tidak cukup untuk
mencegah atau menghambatperkembangan karies. Pemberian varnish
fluor diberikan setiap empat atau enam bulansekali pada anak yang
mempunyai

resiko

karies

tinggi.

Salah

satu

varnish

fluor

adalahduraphat (colgate oral care) merupakan larutan alkohol varnis


alami yang berisi 50 mgNaF/ml (2,5 % sampai kira-kira 25.000 ppm
fluor). Varnish dilakukan pada anak-anak umur 6 tahun ke atas karena
anak dibawah umur 6 tahun belum dapat menelan ludah dengan baik
sehingga dikhawatirkan varnish dapat tertelan dan dapat menyebabkan
fluorosis enamel (Angela, 2005).

Sikat gigi menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor


Penyikatan gigi dua kali sehari dengan menggunakan pasta gigi

yang mengandung fluor terbukti dapat menurunkan karies (Angela,


2005).

37

Akan tetapi pemakaiannya pada anak pra sekolah harus diawasi


karena pada umunya mereka masihbelum mampu berkumur dengan
baik sehingga sebagian pasta giginya bisa tertelan. Kebanyakan pasta
gigi yang kini terdapat di pasaran mengandung kira-kira 1 mg F/g
(1gram setara dengan 12 mm pasta gigi pada sikat gigi) (Kidd dan
Bechal, 1991).

Berkumur dengan obat kumur yang mengandung fluor


Obat kumur yang mengandung fluor dapat menurunkan karies

sebanyak 20-50%. Penggunaan obat kumur disarankan untuk anak yang


berisiko karies tinggi atau selama terjadi kenaikan karies (Angela,
2005). Berkumur fluor diindikasikan untuk anak yang berumur diatas
enam tahun karena telah mampu berkumur dengan baik dan orang
dewasa yang mudah terserang karies, serta bagi pasien-pasien yang
memakai alat ortho (Kidd danBechal, 1991).
2.5.5 Efek Samping Pemberian Fluor
1. Fluorosis gigi
Fluorosis adalah kelainan yang terjadi pada permukaan gigi akibat
kelebihan fluor. Dengan tanda tanda permukaan enamel gigi menjadi
kasar dan terlihat sebagai lubang-;ibang kecil dari putih kapur sampai
kecoklat-coklatan. Dibanding dengan enamel yang sehat maka pada
fluoris gigi secara histologi akan diapati hal-hal sebagai berikut:
a. Berkurangnya jumlah sel-sel ameloblast (hipoplasi) yang mengganggu
pembentukan dari matriks sehingga menyebabkan terjadinya lubanglubang kecil (Kidd dan Bechal, 1991).
b. Pengurangan dan deposit-deposit mineral (hipokalsifikasi) dan disertai
perkembangan gigi sehingga menyebabkan warna seperti kabur (Kidd
dan Bechal, 1991).
Fluorosis merupakan keadaan ireversibel yang disebabkan oleh
pemasukan Plum yang berlebihanselama periode perkembangan gigi.Fluor
menyebabkan fluorosis dengan merusak sel pembentuk email yaitu
ameloblas

sehingga

terjadi

gangguan

mineralisasi

gigi

dengan

38

terbentuknya porus pada permukaan email. Terjadi perubahan struktur dari


kristal email. Meskipun sel tubuh lain seperti tulang dapat mengalami
gangguan fungsi oleh pemakaian fluor yang berlebih, namun organ email
merupakan bagian tubuh yang paling sensitif terhadap efek toksik dati
fluor. Makin tinggi derajat fluorosis, risiko karies juga meningkat karena
adanya ceruk dan hilangnya lapisan permukaan email (mottled email)
(Herdiyati dan Sasmita, 2010).
Konsentrasi fluor yang tinggi, lebih dari 2ppm dapat mempengaruhi
gigi-gigi yang sedang terbentuk sehingga terjadi fluorisis.Dari alasan
diatas maka pemberian fluor ini harus hati-hati (Kidd dan Bechal, 1991).
2. Toksisitas fluor
Zat fluor seperti juga zat kimia lainnya, dapat dipakai sebagai zat
makanan,obat atau racun tergantung pada dosisnya, karena zat fluor ini
biasanya dipakai sebagai racun untuk mematikan tikus, maka banyak
penelitian diadakan untuk mengetahui sampai dimana fluor ini dapat
dipergunakan dengan tidak merugikan kesehatan manusia (Kidd dan
Bechal, 1991).
Zat fluor ini bahayanya untuk manusia kalau sekaligus dimakan
250 mgr yaitu dapat menimbulkan gejala-gejala nausea dan muntahmuntah sedangkan dosis lethal diperkirakan sekitar 1mg F/kg BB (Kidd
dan Bechal, 1991).

Anda mungkin juga menyukai