Anda di halaman 1dari 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Abrasif 2.1.1 Pengertian bahan abrasif

Menurut Philips R.W, abrasi dalam makna denotasinya adalah pemakaian dari satu permukaan yang berulang-ulang oleh karena gesekan.
2.1.2 Fungsi bahan abrasif

Restorasi gigi diselesaikan sebelum dipasang di dalam rongga mulut untuk mendapatkan tiga manfaat dari perawatan gigi, antara lain: kesehatan mulut, fungsi, dan estetika. Restorasi dengan kontur dan pemolesan yang baik akan meningkatkan kesehatan mulut dengan jalan mencegah akumulasi sisa makanan dan bakteri patogen. Ini diperoleh melalui reduksi daerah permukaan total dan mengurangi kekasaran permukaan restorasi. Permukaan yang lebih mulus akan lebih mudah dijaga kebersihannya dengan tindakan pembersihan preventif yang biasa dilakukan sehari-hari karena benang gigi dan sikat gigi akan mendapat jalan masuk yang lebih baik ke semua permukaan dan daerah tepi. Dengan beberapa bahan gigi tertentu, aktivitas karat dan korosi dapat dikurangi cukup besar jika seluruh restorasi dipoles dengan baik. Fungsi rongga mulut akan meningkat jika restorasi dipoles dengan baik karena makanan akan meluncur lebih bebas pada permukaan oklusal dan embrasur selama mastikasi. Yang lebih penting lagi, daerah kontak restorasi yang halus akan mengurangi tingkat keausan pada gigi tetangga maupun antagonisnya. Ini khususnya berlaku untuk bahan restorasi seperti keramik yang mengandung fase yang lebih keras daripada email gigi dan dentin. Permukaan yang kasar menyebabkan terjadinya tekanan kontak yang tinggi yang dapat menimbulkan hilangnya kontak fungsional dan stabilisasi antara gigi-gigi. Akhirnya, kebutuhan estetik dapat membuat dokter gigi menangani permukaan restorasi yang tampak jelas dengan cara berbeda daripada permukaan yang sulit dijangkau. Walaupun pemolesan yang mirip cermin diinginkan demi alasan di atas, jenis permukaan ini mungkin secara estetik kurang baik karena tidak cocok

dengan gigi-gigi di sebelahnya bila berada di daerah yang mudah kelihatan seperti permukaan labial dari gigi-gigi aterior atas. Meskipun demikian, permukaan ini tidak terkena tekanan kontak yang tinggi dan mudah dibersihkan. Ciri dan corak anatomi yang samar dapat ditambahkan pada daerah ini tanpa mempengaruhi kesehatan maupun fungsi rongga mulut (Anusavice, 2003). 2.1.3 Macam-macam Bahan Abrasif Ada beberapa jenis bahan abrasif yang tersedia tetapi hanya yang umum yang

digunakan dalam kedokteran gigi. Abrasif alamiah mencakup batu Arkansas, kapue, korundum, intan, akik, pumis dll.Abrasif buatan pabrik adalah bahan disintesa yang umumnya lebih disukai karena mempunyai sifat fisik yang lebih dapat ditebak. A. Bahan Abrasif Alami Bahan Abrasif Alami menurut Anusavice tahun 2004 yaitu : 1. Batu Arkansas. Batu Arkansas adalah batu endapan silika yang berwarna abu-abu muda dan

semitransluler yang ditambang di Arkansas. 2. Kapur. Salah satu bentuk mineral dari calcite disebut kapur. Kapur adalah abrasive putih yang terdiri atas kalsium karbonat. 3. Korundum. Bentuk mineral dari oksida aluminium yang biasanya berwarna putih. Sifat fisiknya lebih rendah daripada oksida alfa-aluminium, yang sudah banyak menggantikan korundum dalam aplikasi dental 4. Intan. Intan adalah mineral tidak berwarna, transparan yang terdiri atas karbon.Ini adalah senyawa yang paling keras.Intan disebut superabrasif karena kemampuannya untuk mengasah substansi apapun.

5. Amril. Abrasif ini berupa korundum berwarna hitam keabuan yang dibuat dalam bentuk butiran halus. Amril digunakan khususnya dalam bentuk disk abrasif dan tersedia dalam berbagai ukuran kekasaran 6. Akik. Istilah akik mencakup sejumlah bahan yang berbeda yang mempunyai sifat fisik dan kristalin yang sama. Mineral ini adalah silika dari aluminium, kobalt, besi, magnesium, dan mangan. 7. Pumis. Aktivitas gunung berapi menghasilkan bahan siliak berwarna abu-abu muda.Digunakan terutama dalam bentuk pasir tetapi juga dapat ditemukan pada abrasif karet. B. Bahan Abrasif Buatan Bahan Abrasif Buatan menurut Anusavice tahun 2004 yaitu : 1. Silikon karbid Abrasif yang sangat keras dan merupakan abrasif sintetik yang pertama kali dibuat. Silikon tersebut sangat keras dan rapuh. Partikel-partikelnya tajam dan mudah pecah untuk membentuk partikel baru yang tajam. Ini menghasilkan efesiensi pemotongan yang sangat tinggi untuk berbagai bahan termasuk, keramik, dan bahan plastik. Silikon karbid tersedia sebagai bahan abrasif pada disk dan instrumen bonding vitraus serta karet. 2. Oksida Alumunium Abrasif sintetik kedua yang dikembangkan sesudah silikon karbid. Oksida aluminium sintetik ( alumina) dibuat berupa bubuk berwarna putih. Dapat lebih keras daripada korundum (alumina alami) karena kemurnianya. Oksida ini dipakai untuk oksida bonding, abrasif berbentuk lapisan. White stone dibuat dari oksida aliminium yang disintering untu merapikan email gigi, logam campur, maupun bahan keramik. 3. Rouge Oksida besi adalah senyawa abrasif yang halus dan berwarna merah dalam rouge, bahan ini dipadukan seperti tripoli, dengan berbagai pengikat lunak menjadi bentuk bedak. Digunakan untuk memoles logam campur mulia yang berkadar tinggi

4. Oksida timah Abrasif yang sangat halus ini digunakan sebagai bahan pemoles untuk gigi dan restorasi logam di dalam mlut. Bahan ini dicampur dengan air, alkohol, atau gliserin untuk membentuk pasta abrasif ringan. 2.1.4 Proses abrasif Proses abrasif dapat dibedakan menjadi: 1) Proses abrasif pada gigi tiruan Aksi pada bahan abrasi pada dasarnya merupakan aksi pengasahan. Pada aksi pengasahan struktur gigi dapat dilakukan dengan sebuah instrumen tangan atau dengan sejumlah instrumen berputar, sebuah bur gigi dalam sebuah handpiece. Sumbu bilah bor berkontak dengan gigi menekan permukaan dan memotong beberapa struktur gigi. Selanjutnya bilah melakukan hal yang sama pada bagian gigi berikutnya. Jika bilah tajam, permukaan bahan dibuang dengan lebih mudah dan efisien, tetapi tetap dilakukan dengan hati-hati karena jika tidak akan dapat terjadi penetrasi yang dalam dan besar. Pola dari pembuangan gigi berhubungan erat dalam penyusunan bilah bur dengan gigi yang telah dipotong. Beberapa hal yang di harapkan dari aksi pemotongan: 1. Jumlah faktor yang mempengaruhi tingkat pemotongan Misalnya: kecepatan perjalanan bur menyilang permukaan gigi, kecepatan rotasi bur, dan besarnya jumlah pemotongan. 2. Besarnya tekanan yang diberikan oleh bur pada gigi, seperti yang dilakukan oleh operator, akan menjadi dasar pada besarnya pembuangan struktur gigi. 3. Desain dari bur atau bilah Pada saat dental bur menjadi tumpul maka sudut ketajaman akan membualat sehingga akan lama memotong secara efisien. Dalam menggosok logam, struktur kristal dari permukaan dapat menjadi rusak. Butiran-butiran yang tidak diharapkan dan tekanan yang kuat dapat terjadi, dan abrasi yang berlebihan seperti ini tidak diinginkan. Namun tekanan yang terlalu kuat kadang juga diharapkan karena dapat menyebabkan kekerasan superfisial dari permukaan bertambah dan beberapa pecahan atau fraktur kristal dan partikel kemungkinan juga masih tertinggal. Partikel yang kecil dan banyak tersebut disingkirkan dengan sabun dan air.Tindakan pembersihan yang demikian itu selalu dilakukan sebelum pemolesan.Pada gigi tiruan resin, abrasi yang terlalu keras dapat menimbulkan stres.

2) Proses abrasi pada gigi asli Proses abrasi disini dipengaruhi oleh penambahan fisik dan mekanis dari bahan yang mengabrasi. Penambahan seperti kekerasan, kekuatan, kelenturan dan penghantaran panas adalah penting. Panas yang dihasilkan dari karena abrasi sebagian besar dapat mengurangi tekanan, tetapi bila terlalu panas dapat mengurangi proses penekanan sehingga menyebabkan pelengkungan atau pembengkokan, dan akhirnya terjadi pemuaian resin karena itu kadang-kadang dibutuhkan pendinginan, misal: 1. Pada pengasahan jaringan gigi dengan kecepatan tinggi, dibutuhkan semprotan air. 2. Dalam pengasahan bahan polimer harus dicegah timbulnya panas yang berlebih, karena dapat menyebabkan lepasnya stres dan terjadi perubahan bentuk. Selama dilakukannya prosedur abrasi, kemungkinan terjadi luka-luka pada mukosa mulut akibat kekerasan mekanik dimana ada pemutusan kontinuitas membran mukosa. Dalam polishing, finishing, dan cleaning menggunakan bahan abrasif. Permukaan yang tidak teratur akan dibuang dengan bahan abrasif yang lebih kasar dan selanjutnya menggunakan bahan abrasif yang semakin halus menyesuaikan dengan keteraturan permukaan yang diabrasi. 2.1.5 Faktor yang mempengaruhi efisiensi abrasif Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi proses abrasif dalam kedokteran gigi, antara lain: a. Kekerasan partikel abrasif Bahan abrasif seharusnya lebih keras dari permukaan untuk bisa mengabrasi. b. Be ntuk partikel bahan abrasif Partikel yang mempunyai tepi tajam akan lebih efisien daripada partikel yang bersudut tumpul, namun cenderung mengasilkan goresan yang lebih dalam daripada yang tumpul. c. Besar partikel bahan abrasif Partikel abrasif yang lebih besar akan mengabrasif permukaan lebih cepat daripada partikel yang lebih kecil. d. Sifat-sifat mekanis bahan abrasif Bila bahan abrasif pecah, hendaknya dihasilkan tepi baru yang tajam. Jadi kerapuhan suatu bahan abrasif dapat merupakan suatu keuntungan. e. Kecepatan gerak menggosok

Gerakan partikel abrasif yang perlahan menghasilkan goresan yang lebih dalam. f. Tekanan yang diberikan sewaktu menggosok Lebih banyak tekanan yang diberikan maka goresan akan semakin dalam. Tekanan yang terlalu besar dapat membuat partikel abrasif pecah dan meningkatkan panas yang tImbul karena gesekan. g. Sifat sifat bahan yang akan digosok Bahan yang rapuh dapat digosok dengan cepat, sedangkan bahan yang lunak dan kenyal (misal, emas murni) akan mengalir dan bukannya terasah oleh bahan abrasif. 2.1.6 Kelebihan dan kekurangan abrasif 2.2 Bahan Polish 2.2.1 Pengertian bahan polish Polishing merupakan rangkaian prosedur yang berfungsi untuk mengurangi atau menghilangkan goresan-goresan yang terjadi dari proses pekerjaan sebelumnya. Pekerjaan ini dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan permukaan restoratif yang mengkilat. 2.2.2 Fungsi Restorasi dengan kontur dan pemolesan yang baik akan : 1. Meningkatkan kesehatan mulut dengan jalan mencegah akumulasi sisa makanan dan

bakteri patogen. Ini diperoleh melalui reduksi daerah permukaan dan mengurangi kekasaran permukaan restorasi. Permukaan yang lebih halus akan lebih mudah dijaga kebersihannya dengan tindakan pembersihan preventif yang biasa dilakukan sehari-hari karena dental flos dan sikat gigi akan mendapat jalan masuk yang lebih baik ke semua permukaan dan daerah tepi. 2. Fungsi rongga mulut akan meningkat jika restorasi dipolis dengan baik sisa makanan

tidak mudah melekat pada permukaan restorasi selama proses mastikasi. Yang terpenting, daerah kontak restorasi yang halus akan mengurangi tingkat keausan pada gigi tetangga maupun antagonisnya. Hal ini terjadi pada restorasi porselen yang mempunyai kekerasan yang lebih dibanding email dan dentin.permukaan yang kasar menyebabkan terjadinya tekanan yang tinggi pada gigi sehingga dapat menimbulkan hilangnya kontak fungsional dan stabilitas antar gigi.

2.2.2 Macam - macam Bahan yang Digunakan dalam Proses Polishing Bahannya harus bisa membersihkan dan memolish permukaan tanpa menyebabkan efek samping. Penghalusan pertama dilakukan dengan alat abrasif yang lebih kasar atau dapat pula dilakukan dengan alat bur. Pemilihan alat abrasif yang lebih kasar pada proses penghalusan pertama dimaksudkan untuk mempercepat pengikisan. Selanjutnya goresangoresan yang masih tersisa dihilangkan dengan menggunakan alat abrasif yang lebih halus.Semakin halus alat abrasif, semakin kecil partikel yang dilepaskan atau dipotong dari permukaan dan goresan yang dihasilkan lebih halus.Kunci dari kesuksesan polishing dan finishing terdapat pada mengikuti prosedur penggunaan bahan dan alat yang sesuai.
2.2.3 Aplikasi bahan abrasif dan polishing yang di aplikasikan untuk melicinkan resin akrilik

Aplikasi dan Bahan Abrasif dan Polish pada Resin Akrilik menurut Anusavice tahun 2004 yaitu : 1. Batu Arkansas Batu endapan silika warna abu-abu muda dan semitranslusen yg ditambang di Arkansas. Mengandung quartz mikrokristal. Corak padat,keras, seragam. Potongan kecil dicekatkan pd batang logam lalu ditruin keberbagai bentuk untuk mengasah email gigi dan logam campur. 2. Pasir Campuran partikel mineral kecil terutama silika. Berwarna warni sehingga punya penampilan yg khas. Bentuk bulat atau angular.Diaplikasikan dengan tekanan udara untuk menghilangkan bahan tanamdari logam campur pengecoran. Dapat dilapiskan pada disk kertas untuk mengasah logam campur dan bahan plastik. 3. Pumis Silika abu-abu muda. Dalam bentuk pasir atau abrasif karet. Untuk bahan plastik. Bubuknya adalah derivat batu vulkanik yg sangat halus dariitalia dan digunakan memoles email, lempeng emas, amalgam, dan resin akrilik. Ada 2 versi dalam apalikasi bahan abrasive dan polish 1. Kelebihan atau tonjolan akrilik dihilangkan dengan menggunakan Arkansas stone yang telah dipasang pada mini drill. Kemudian, permukaan akrilik bagian luar dihaluskan dengan Arkansas stone, lalu diratakan dengan rempelas kasar dan halus.

Permukaan akrilik bagian dalam (fitting surface) yang menempel pada gusi pasien tidak boleh dihaluskan karena akan mengakibatkan protesa longgar.Selanjutnya Vilt cone dipasang pada minidrill, ambil pumice yang telah dicampur dengan air, oleskan pada vilt cone dan digosokkan ke seluruh permukaan luar resinakrilik. Setelah tampak halus, permukaan digosok dengan kain wol atau flannel sampai terlihat mengkilat tinggi (hooglans) atau seperti permukaan kaca (Tim Pengajar Teknologi Kedokteran Gigi, 2010). 2. Finishing Dan Polishing Resin Akrilik a. Finishing : 1. Pasang bur Arkansas di mini drill. 2. Kerjakan finishing pada resin akrilik, mata bur akan menggerus tonjolan atau permukaan kasar pada resin akrilik. 3. Lakukan finishing dengan bur Arkansas hingga tidak ada lagi permukaan kasar. 4. Setelah tidak ada permukaan kasar ataupun tonjolan, basahi ampelas halus dengan air lalu perhalus lagi permukaan resin akrilik dengan ampelas halus tersebut. b. Polishing : 1. Setelah proses finishing, lakukan polishing untuk membuat resin akrilik semakin halus dan mengkilat. 2. Tahap awal polishing adalah dengan menggunakan pumice (yang dicampur dengan air). Pumice perbandingannya lebih banyak dari air. Poleskan pumice pada permukaan mata brush atau dengan menggunakan mesin brush 3. Lakukan polishing secara perlahan, yaitu memoles area permukaan resin akrilik hingga terlihat halus dan terasa halus ketika diraba. 4. Untuk membuat resin akr ilik menjadi mengkilat, gunakan kain wol atau kain flannel yang sudah dibasahi air. Gosok permukaan resin akrilik dengan kain tersebut (USU, 2012).
2.2.4 Aplikasi bahan abrasif dan polishing yang di aplikasikan untuk melicinkan tumpatan semen

Aplikasi dan Bahan Abrasif dan Polish pada Resin Komposit menurut Anusavice 2004 yaitu : 1. Intan Mineral tidak berwarna, transparan yang terdiri atas karbon. Senyawa paling keras, disebut super abrasif karena dapat mengasah substansi apapun. Digunakan pada bahan keramik dan resin komposit 2. Abrasif intan sintetik Digunakan khusus sebagai abrasif dan dibuat 5 kali lebih besar dari tingkat abrasif intan alami. Digunakan pada gergaji intan, roda, dan bur intan. Blok yang ditanami partikel intan digunakan untuk mengasah jenis abrasi yang lain. Pasta pemoles intan juga dibuat dari partikel yang diameternya lebih kecil dari 5 um dan digunakan untuk memoles bahan keramik. Abrasive intan sintetik digunakan terutama untuk struktur gigi, bahan keramik, dan bahan resin komposit. 3. Instrument Poles : abrasif karet, disk dengan partikel halus atau amplas, dan pasta poles dengan partikel halus. Ada 2 versi dalam apalikasi bahan abrasive dan polish. 1. Finishing Dan Polishing Resin Komposit Finishing dapat dilakukan 5 menit setelah dicuring. Finishing dilakukan dengan menggunakan pisau atau diamond stone. Finishing yang terakhir dapat dilakukan dengan mengunakan karet abrasif atau rubber cup dan disertai pasta pemolis atau disk aluminium oksida. 2. Finishing Dan Polishing Composite Finishing meliputi shaping, contouring, dan penghalusan restorasi. Sedangkan polishing digunakan untuk membuat permukaan restorasi mengkilat. Finishing dapat dilakukan segera setelah komposit aktivasi sinar telahmengalami polimerisaasi atau sekitar 3 menit setelah pengerasan awal. Alat-alat yang biasa digunakan antara lain :

1. Alat untuk shaping : sharp amalgam carvers dan scalpel blades, seperti 12 atau12b atau specific resin carving instrument yang terbuat dari carbide, anodized aluminium, atau nikel titanium. 2. Alat untuk finishing dan polishing : diamond dan carbide burs, berbagai tipe dari flexibe disks, abrasive impregnated rubber point dan cups, metal dan plastic finishing strips, dan pasta polishing. a. Diamond dan carbide burs

Digunakan untuk menghaluskan ekses-ekses yang besar pada resin komposit dan dapat digunakan untuk membentuk anatomi pada permukaan restorasi. b. Discs

Digunakan untuk menghaluskan permukaan restorasi.Bagian yang abrasive dari disk dapat mencapai bagian embrasure dan area interproksimal.Disk terdiri dari beberapa jenis dari yang kasar sampai yang halus yang bisa digunakan secara berurutan saat melakukan finishing dan polishing. c. Impregnated rubber points dan cups

Digunakan secara berurutan seperti disk.Untuk jenis yang paling kasar digunakan untuk mengurangi ekses-ekses yang yang besar sedangkan yang halus efektif untuk membuat permukaan menjadi halus dan berkilau. Keuntungan yang utama dari penggunaan alat ini adalah dapat membuat permukaan yang terdapat ekses membentuk groove, membentuk bentuk permukaan yang diinginkan serta membentuk permukaan yang konkaf pada lingual gigi anterior. d. Finishing stips

Digunakan untuk mengcontur dan memolish permukaan proksimal margin gingival untuk membuat kontak interproksimal. Tersedia dalam bentuk metal dan plastik. Untuk metal biasa digunakan untuk mengurangi ekses yang besar namun dalam menggunakan alat ini kita harus berhati-hati karena jika tidak dapat memotong enamel, cementum, dan dentin. Sedangkan plastic strips dapat digunakan untuk finishing dan polishing.

Juga tersedia dalam beberapa jenis dari yang kasar sampai halus yang dapat digunakan secara berurutan. Prosedur finishing dan polishing resin komposit: 1. Sharp-edge hand instrument digunakan untuk menghilangkan ekses-ekses di area proksimal, dan margin gingival dan untuk membentuk permukaan proksimal dari resin komposit. 2. 12b scalpel blade digunakan untuk menghilangkan flash dari resin komposit pada aspek distal 3. Alumunium oxide disk digunakan untuk membentu kontur dan untuk polishing permukaan proksimal dari restorasi resin komposit. 4. Finishing diamond digunakan untuk membentuk anatomi oklusal

5. Impregnated rubber points dengan aluminium oxide digunakan untuk menghaluskan permukaan oklusal restorasi 6. Aluminum oxide finishing strips untuk conturing atau finishing atau polishing permukaan proksimal untuk membuat kontak proksimal. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : 1. Untuk membuat contur yang baik, kita harus menyesuaikan bentuk restorasi sesuai dengan anatomi gigi yang benar dan tepat agar diperoleh hasil yang maksimal. 2. Kita harus berhati-hati dan senantiasa memperhatikan hal-hal seperti tactil, kontak dengan gigi di samping nya, serta kontak oklusal dengan gigi antagonisnya.

2.2.5 Aplikasi bahan abrasif dan polishing yang di aplikasikan untuk melicinkan tumpatan semen

2.3 Klasifikasi : Tipe I (konvensional) sebagai bahan perekat restorasi. Tipe II sebagai bahan restorasi Ada 4 macam : Ionomer Kaca konvensional, Ionomer Kaca hybrid, Kaca tricure Ionomer, Kaca metal Komposisi :

Liquid : Terdapat cairan asam tartaric yang dapat meningkatkan stabilitas material, poliakrilik acid. Powder : Kaca kalsium fluoro aluminosilikat yang larut dalam asam (poliakrilik acid). 2.4 Manipulasi : Ada 2 Mekanis : Menggunakan amalgamator Manual : Ada 3 cara (sircular motion , figure eight, fold and press motion) Menggunakan alat (semen spatel untuk mengaduk), plastis instrument (untuk memasukkan ke dalam cavitas) Powder :Liquid = 1,3 : 1 atau sesuai anjuran pabrik Pencampurannya hingga tampak glossy (mengkilat) tidak boleh hingga buram.

2.4.1 Teknik polishing dan finishing

Teknik finishing dan polishing merupakan suatu teknik untuk membuang bahan yang berlebih dan menghaluskan permukaan yang kasar.Bahan-bahan yang digunakan untuk finishing adalah terutama bahan abrasif. Proses penyelesaian biasanya membuang bahan-bahan seperti: 1. Noda permukaan dan ketidak seempurnaan 2. Pembentukan ke bentuk ideal 3. Permukaan paling luar dari restorasi dibentuk sesuai yang diinginkan. Proses penyelesaian (finishing) mengubah bahan dari bentuk kasar ke bentuk yang lebih rapi, hasil penyelesaian dapat berarti diperolehnya permukaan akhir atau diaplikasikannya permukaan tersebut pada bahan. Prosedur finishing yang tepat antara lain: 1. Tekstur permukaan yang halus yang akan memantulkan cahaya dengan cara yang sama pada enamel gigi yang berdekatan 2. Kontur atau bentuk suatu restorasi secara psikologi cocok untuk menyangga jaringan 3. Hubungan oklusal yang memperkecil penggunaan stress dalam semua fungsi pergerakan mandibula 4. Ketepatan batas adaptasi dan resin pada batas cavosurface 5. Bentuk umum yang serasi dengan bentuk gigi sehingga meningkatkan estetis

Alat dan bahan yang biasa digunbakan dalam proses finishing : 1. Straight dan contra (hand piece) 2. Material mata bur 3. Logam 4. Stainless steel 5. Karbid wolfram 6. Almunium oksida 7. Intan 8. stone Prosedur pemolesan (polishing) bertujuan untuk menghasilkan permukaan partikel yang paling halus dan bekerja pada region permukaan yang sangat tipis diantaranya sepertiabrasif karet, ampelas, dan partikel halus. Prosedur polishing (penghalusan) yang tepat adalah: 1. Alat-alat polis harus di bersihkan dari semua partikel abrasif yang lebih besar 2. Bahan yang digunakan merupakan tingkatan yang paling halus dan juga sangat efektif dari pumice Alat dan bahan yang biasa digunakan adalah: 1. Disk carborundum 2. Brush 3. Stone 4. Rubber cup (Naibaho, 2004)
2.5 Pasta gigi 2.5.1 Pengertian pasta gigi

Pasta gigi didefinisikan sebagai bahan semiaqueous yang digunakan bersama-sama sikat gigi untuk membersihkan deposit dan memoles seluruh permukaan gigi. Pasta gigi yang digunakan pada saat menyikat gigi berfungsi untuk mengurangi pembentukan plak, memperkuat gigi terhadap karies, membersihkan dan memoles permukaan gigi, menghilangkan atau mengurangi bau mulut, memberikan rasa segar pada mulut serta memelihara kesehatan gingiva. Di Indonesia pasta gigi sering juga disebut odol, yaitu salah satu merk pasta gigi. Walaupun merk ini sudah berpuluh-puluh tahun tidak lagi dijual di Indonesia, nama odol telah menjadi nama generik (Syamsuni, 2006).

Odol pertama kali diproduksi di Jerman oleh Dresden Chemical Laboratory Lingner, yang sekarang dikenal sebagai Lingner Werke AG. Pada tahun 1892 sebagai cairan pencuci mulut/ mouthwash odol, mouthwash pada tahun 1900-an adalah merk ternama dan yang paling luas penggunaanya di hampir seluruh daratan Eropa (Syamsuni, 2006). Karl August Lingner adalah orang yang menciptakan mouthwash dan dia adalah orang yang giat mengkampanyekan hidup higienis. Dia juga dikenal sebagai orang pertama yang mengadakan International Hygiene Exhibition pada tahun 1911. Dia mendirikan museumThe German Hygiene (Syamsuni, 2006).
2.5.2 Fungsi Pasta gigi

1. Fungsi Kosmetik Menyingkirkan materi alba, plak, sisa makanan dan pewarnaan pada permukaan gigi serta untuk penyegaran pernafasan (Syamsuni, 2006). 2. Fungsi Terapeutik Dengan pemakaian obat-oabatan dalam pasta gigi hasil nya terlihat dalam pengurangan plak, kalkulus, karies dan penyakit gingiva. Adapun pasta gigi terapeutik dibagi dalam dua kelompok yaitu pasta gigi terapeutik yang tidak mengandung fluor seperti pasta gigi yang mengandung klorofil, antibiotik ammonium dan enzim inhibitor dan pasta gigi therapeutik yang mengandung fluor untuk mencegah terjadinya karies gigi seperti : a. Sodiun fluoride 0,22% b. Stannous fluoride 0,4% c. Monofloro phospatase 0,76% (Syamsuni, 2006).
2.5.3 Komposisi pasta gigi

Sebuah pasta gigi pada umumnya tersusun atas : 1. Agen Polishing (penggosok). Merupakan salah satu bahan terpenting pasta gigi yang berfungsi untuk menghilangkan partikel makanan yang menempel pada gigi dan juga membantu menghilangkan diskolorisasi pada gigi. Pada umumnya, hampir separuh dari total berat pasta gigi adalah agen ini. Agen yang sering digunakan adalah : kapur presipitasi, trikalsium fosfat, alumunium fosfat, magnesium trisilikat (Syamsuni, 2006). 2. Agen Moistener (pelembab)

Biasanya ditambahkan ke dalam pasta gigi untuk menghindarkan terjadinya pengeringan dan pengerasan pasta. Yang sering digunakan adalah : gliserin, sorbitol, propilen glikol (Syamsuni, 2006). 3. Agen deterjen dan foaming (pembuat busa) Berfungsi untuk membantu aksi agen polishing dengan membasahi gigi dan partikel makanan yang tertinggal di gigi juga berfungsi untuk mengemulsikan mukus (lendir). Jumlah deterjen yang digunakan bervariasi antara 1.5 5 % dari total berat pasta gigi. Bahan deterjen yang paling sering digunakan adalah : sodium lauril sulfat dan magnesium lauril sulfat. Berfungsi untuk membantu aksi agen dengan membasahi gigi dan partikel makanan yang tertinggal di gigi juga berfungsi untuk mengemulsikan lemak.Jumlah deterjen yang digunakan bervariasi antara 1.5 5 % dari total berat pasta gigi. Bahan deterjen yang paling sering digunakan adalah : sodium lauril sulfat dan magnesium lauril sulfat (Syamsuni, 2006). 4. Agen Pengikat Agen ini sangat esensial untuk mencegah terjadinya pemisahan bahan pasta. Yang lazim digunakan adalah: - Pati (Starch) - Gum tragacanth. - Sodium alginat (Manucol SA). - Modified Irish Moss (Sangat bagus dan menjadikan pasta sangat stabil). - Sintetik seperti : Propilen glukol (Syamsuni, 2006). 5. Pemanis Untuk memberikan rasa manis pada pasta. Yang sering digunakan adalah sakarin dengan konsentrasi antara 0.1 1.3 %.Gula juga dapat digunakan namun sayangnya cenderung mengkristal (Syamsuni, 2006). 6. Flavour(Pemberi rasa) Untuk memberikan aroma atau rasa pada pasta dan menghindarkan terjadinya rasa eneg atau mual.Selain itu juga untuk menambah kesegaran pasta.Yang sering digunakan adalah minyak peppermint (Syamsuni, 2006). 7. Pengawet Bahan pengawet haruslah bersifat non toksik dan berfungsi untuk menjaga struktur fisik, kimiawi dan biologi pasta.Misalnya adalah sodium benzoat atau sodium hidroxibenzoat (Syamsuni, 2006). 8. Bahan abrasif

Komponen bahan abrasif pada pasta dan pasta gigi berbentuk gel adalah 50-75% lebih rendah dari bubuk. Oleh karena itu, bubuk lebih jarang digunakan dan digunakan dengan lebih hati-hati oleh pasien (khususnya bila sementum dan dentin terbuka) untuk menghindari terabrasinya dentin dan sensitivitas pulpa. Definisi Abrasif Kalsium karbonat dibasik kalsium fosfat dihidrat alumina hidrat silika hidrat natrium bikarbonat campuran dari dua bahan abrasi tersebut. Daya Abrasi Pembersih gigi yang ideal memberikan kemungkinan terbesar dalam membersihkan permukaan gigi dengan tingkat abrasi yang serendah mungkin.Pembersih gigi tidak perlu terlalu abrasif untuk dapat membersihkan gigi secara efektif.Ini merupakan sesuatu yang menguntungkan karena sementum dan dentin pada permukaan akar yang terbuka terabrasi dengan kecepatan 35 dan 25 kali dibanding email.Uji laboratorium standar sudah dikembangkan untuk mengukur kemampuan pembersihan dan daya abrasi dari pembersih gigi. Hanya uji daya abrasi yang akan dibicarakan dalam bagian ini. Akhir-akhir ini, cara yang lebih disukai untuk mengevaluasi daya abrasi pembersih gigi adalah menggunakan potongan dentin yang sudah diradiasi dan di sikat selama beberapa menit dengan bahan pembersih yang diuji dan bahan pembersih acuan. Fungsi Bahan abrasif Menghilangkan plak / noda warna, memoles permukaan gigi (Syamsuni, 2006).

9. Baking soda Baking soda atau natrium bikarbonat adalah kristal putih halus yang tidak berbau, bersifat abrasif dan alkalis. Penggunaan baking soda pada pasta gigi karena mampu menyerap bau, dan juga mempunyai sifat antibakteri dengan cara membentuk air dan oksigen yang dapat melepaskan perlekatan bakteri plak. baking soda dalam pasta gigi akan terhidrolisa menghasilkan basa yang dapat menetralisir asam dalam mulut (Syamsuni, 2006). 10. Fluor Secara detail, fluor merupakan salah satu bahan pasta gigi berfungsi memberikan efek deterjen sebagai satu dari tiga bahan utamanya disamping bahan abrasi sebagai pembersih mekanik permukaan gigi dan pemberi rasa segar pada mulut (Herdiyati dan Sasmita, 2010).

2.5.4

Sifat-sifat pasta gigi

1. Ketika digunakan untuk sikat gigi, dapat menghilangkan partikel-partikel asing, substansi makanan, plak dan membersihkan gigi. 2. Haruslah tidak bersifat toksik, memiliki rasa yang menyenangkan dan meninggalkan mulut dalam keadaan segar setelah penggunaannya (Wasitaatmadja, 1997).

2.5.5 Ciri-ciri pasta gigi yang baik 2.5.6 Kelebihan dan kekurangan pasta gigi 2.6 Fluor 2.6.1 Pengertian fluor 2.6.2 Fungsi fluor 2.6.3 Komposisi fluor 2.6.4 Macam-macam fluor 2.6.5 Kelebihan dan kekurangan fluor 2.6.6 Indikasi 2.6.7 Kontradiksi 2.6.8 Fluorosis 2.6.9 Tanda-tanda fluorosis

Anda mungkin juga menyukai