Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Restorasi gigi diselesaikan sebelum dipasang di dalam rongga mulut untuk
mendapatkan tiga manfaat dari perawatan gigi, kesehatan mulut, fungsi, dan
estetika.
Restorasi dengan kontur dan pemolesan yang baik akan meningkatkan kesehatan
mulut dengan jalan mencegah akumulasi sisa makanan dan bakteri patogen. Ini
diperoleh melalui reduksi daerah permukaan total dan mengurangi kekasaran
permukaan restorasi. Permukaan yang lebih mulus akan lebih mudah dijaga
kebersihannya dengan tindakan pembersihan preventif yang biasa dilakukan
sehari-hari karena benang gigi dan sikat gigi akan mendapat jalan masuk yang
lebih baik ke semua permukaan dan daerah tepi. Dengan beberapa bahan gigi
tertentu, aktivitas karat dan korosi dapat dikurangi cukup besar jika seluruh
restorasi dipoles dengan baik. Fungsi rongga mulut akan meningkat jika restorasi
dipoles dengan baik karena makanan akan meluncur lebih bebas pada permukaan
oklusal dan embrasur selama mastikasi. Yang lebih penting lagi, daerah kontak
restorasi yang halus akan mengurangi tingkat keausan pada gigi tetangga maupun
antagonisnya. Ini khususnya berlaku untuk bahan restorasi seperti keramik yang
mengandung fase yang lebih keras daripada email gigi dan dentin. Permukaan
yang kasar menyebabkan terjadinya tekanan kontak yang tinggi yang dapat
menimbulkan hilangnya kontak fungsional dan stabilisasi antara gigi-gigi.
Akhirnya, kebutuhan estetik dapat membuat dokter gigi menangani permukaan
restorasi yang tampak jelas dengan cara berbeda daripada permukaan yang sulit
dijangkau. Walaupun pemolesan yang mirip cermin diinginkan demi alasan di
atas, jenis permukaan ini mungkin secara estetik kurang baik karena tidak cocok
dengan gigi-gigi di sebelahnya bila berada di daerah yang mudah kelihatan seperti
permukaan labial dari gigi-gigi aterior atas. Meskipun demikian, permukaan ini

tidak terkena tekanan kontak yang tinggi dan mudah dibersihkan. Ciri dan corak
anatomi yang samar dapat ditambahkan pada daerah ini tanpa mempengaruhi
kesehatan maupun fungsi rongga mulut.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui alat dan bahan yang digunakan dalam Polishing di bidang
kedokteran gigi
2.Mengetahui faktor yang berpengaruh dalam Polishing di bidang kedokteran
gigi
3. Mengetahui komposisi dari bahan Polishing di bidang kedokteran gigi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Bahan Abrasif
Bahan yang menyebabkan abrasi; bahan yang digunakan untuk mengikis, mengasah,
dan menggosok.
2.2 Manfaat Bahan Abrasif

Restorasi gigi diselesaikan sebelum dipasang di dalam rongga mulut untuk


mendapatkan tiga manfaat dari perawatan gigi : kesehatan mulut, fungsi, dan estetika.
Restorasi dengan kontur dan pemolesan yang baik akan meningkatkan kesehatan
mulut dengan jalan mencegah akumulasi sisa makanan dan bakteri patogen. Ini
diperoleh melalui reduksi daerah permukaan total dan mengurangi kekasaran
permukaan restorasi. Permukaan yang lebih mulus akan lebih mudah dijaga
kebersihannya dengan tindakan pembersihan preventif yang biasa dilakukan seharihari karena benang gigi dan sikat gigi akan mendapat jalan masuk yang lebih baik ke
semua permukaan dan daerah tepi. Dengan beberapa bahan gigi tertentu, aktivitas
karat dan korosi dapat dikurangi cukup besar jika seluruh restorasi dipoles dengan
baik. Fungsi rongga mulut akan meningkat jika restorasi dipoles dengan baik karena
makanan akan meluncur lebih bebas pada permukaan oklusal dan embrasur selama
mastikasi. Yang lebih penting lagi, daerah kontak restorasi yang halus akan
mengurangi tingkat keausan pada gigi tetangga maupun antagonisnya. Ini khususnya
berlaku untuk bahan restorasi seperti keramik yang mengandung fase yang lebih
keras daripada email gigi dan dentin. Permukaan yang kasar menyebabkan terjadinya
tekanan kontak yang tinggi yang dapat menimbulkan hilangnya kontak fungsional
dan stabilisasi antara gigi-gigi. Akhirnya, kebutuhan estetik dapat membuat dokter
gigi menangani permukaan restorasi yang tampak jelas dengan cara berbeda daripada
permukaan yang sulit dijangkau. Walaupun pemolesan yang mirip cermin diinginkan
demi alasan di atas, jenis permukaan ini mungkin secara estetik kurang baik karena
tidak cocok dengan gigi-gigi di sebelahnya bila berada di daerah yang mudah
kelihatan seperti permukaan labial dari gigi-gigi aterior atas. Meskipun demikian,
permukaan ini tidak terkena tekanan kontak yang tinggi dan mudah dibersihkan. Ciri
dan corak anatomi yang samar dapat ditambahkan pada daerah ini tanpa
mempengaruhi kesehatan maupun fungsi rongga mulut.

2.3 Keausan Abrasif, Keausan Erosif, dan Kekerasan Abrasif


2.3.1 Keausan abrasif
Keausan adalah proses penghilangan bahan yang dapat terjadi bila permukaan
saling bergesekan satu sama lain. Proses penyelesaian restorasi melibatkan keausan
abrasi melalui pemakaian partikel keras. Pada kedokteran gigi, partikel paling luar
atau bahan permukaan dari instrumen abrasi disebut sebagai abrasif. Bahan yang
dirapikan disebut substrat. Pada kasus bur intan, partikel intan yang ada pada bur
memiliki abrasif sementara gigi mewakili substrat. Juga diperhatikan bahwa bur pada
hand piece kecepatan tinggi berputar searah jarum jam seperti terlihat dari gerak
kepala hand piece. Arah putaran dari instrumen abrasif putar perlu diperhatikan untuk
mengendalikan aksinya pada permukaan substrat. Jika hand piece dan bur meluncur
pada arah yang sama dengan arah putaran bur pada permukaan, bur cenderung lari
dari substrat, sehingga diperoleh aksi pengasahan yang lebih tidak terkontrol dan
permukaan yang lebih kasar.
Keausan abrasif lebih jauh lagi dibagi menjadi proses keausan dau dan tiga tubuh.
Keausan dua tubuh terjadi jika partikel abrasif berikatan kuat pada permukaan
instrumen abrasif dan tidak digunakan partikel abrasif lain. Bur intan yang mengasah
gigi mewakili contoh dari keausan dua tubuh. Keausan tiga tubuh terjadi jika partikel
abrasif dibiarkan bebas meluncur dan berotasi di antara dua permukaan. Profilaksis
gigi, yang mencakup penggunaan mangkuk karet rotasi dan pasta abrasif pada
permukaan gigi atau bahan, merupakan contoh dari keausan tiga tubuh. Kedua proses
ini tidak ekslusif. Partikel intan dapat terlepas dari bur intan dan menyebabkan
keausan tiga tubuh. Sama seperti beberapa partikel abrasif pada pasta abrasif dapat
terjebak pada permukaan mangkuk karet dan menimbulkan keausan dua tubuh.
Pelumas sering digunakan untuk meminimalkan resiko perubahan tidak disengaja dari
keausan dua menjadi tiga tubuh dan sebaliknya.
2.3.2 Keausan erosif

Keausan erosif disebabkan oleh partikel keras yang menekan permukaan


substrat, baik yang dibawa melalui aliran udara atau aliran air. Kebanyakan
laboratorium gigi mempunyai unit balsting yang dijalankan dengan udara dan
menggunakan arosi partikel keras untuk menghilangkan bahan permukaan. Jenis erosi
ini harus dibedakan dengan erosi kimia, yang melibatkan bahan-bahan kimia seperti
asam dan basa alih-alih dari partikel keras, untuk menghilangkan bahan substrat. Etsa
asam adalah istilah umum yang digunakan lebih sering daripada erosi kimia. Erosi
kimia tidak digunakan sebagai metode penyelesaian bahan gigi. Kegunaan utamanya
adalah untuk mempreparasi permukaan guna meningkatkan bonding atau pelapisan.
2.3.3 Kekerasan Abrasif
Diamond 10 Quartz 7
Silikon Carbide 9-10 Tin Oxide 6-7
Emery 9-10 Porcelain 6-7
Tungsten Carbide 9-10 Garnet 6,5-7
Aluminum Oxide 9 Tripoli 6-7
Zirconium Silicate 7,5-7 Pumice 6
Cuttle 7
2.4 Faktor yang berpengaruh dalam Polishing di bidang kedokteran gigi
a. Kekerasan partikel abrasif; misalnya, diamond adalah bahan yang paling
keras, sedangkan batu apung, batu akik, dan lain-lain relatif lebih lunak.
b. Bentuk partikel bahan abrasif; partikel yang mempunyai tepi tajam akan
lebih efisien daripada partikel yang bersudut tumpul.
c. Besar partikel bahan abrasif; partikel yang lebih besar sanggup
menghasilkan goresan yang lebih dalam.
d. Sifat-sifat mekanis bahan abrasif; bila bahan abrasif pecah, hendaknya
dihasilkan tepi baru yang tajam. Jadi kerapuhan suatu bahan abrasif dapt
merupakan suatu keberuntungan.

e. Kecepatan gerakan menggosok; gerakan partikel abrasif yang perlahan


menghasilkan goresan yang lebih dalam.
f. Tekanan yang diberikan sewaktu menggosk; tekanan yang terlalu besar
dapat membuat partikel abrasif pecah dan meningkatkan panas yang
timbul karena gesekan.
g. Sifat-sifat bahan yang hendak digosok; bahan yang rapuh dapat digosok
dengan cepat, sedangkan bahan yang lunak dan kenyal (misalnya, emas
murni) akan mengalir dan bukannya terasah oleh abrasif.
2.5 Komposisi dari bahan Polishing di bidang kedokteran gigi
Ada beberapa jenis abrasif yang tersedia tetapi hanya yang umum yang
digunakan dalam kedokteran gigi. Abrasif alamiah mencakup batu Arkansas,
kapur, korundum, intan, ampelas, akik, pumice, quartz, pasir, tripoli, dan
zirkonium silikat. Cuttle dan kieselguhr berasal dari sisa organisme hidup. Abrasif
buatan pabrik adalah bahan disintesa yang umumnya lebih disukai karena
mempunyai sifat fisik yang lebih dapat ditebak. Silikan karbid, oksida aluminium,
rouge, dan oksida timah adalah contoh dari abrasif buatan pabrik.
1. Batu Arkansas
Batu Arkansas adalah batu endapan silika yang berwarna abu-abu muda
dan semitranslusen yang ditambang di Arkansas. Mengandung quartz
mikrokristal dan mempunyai corak yang padat, keras, serta seragam.
Potongan kecil dari mineral ini dicekatkan pada batang logam dan ditruing
ke berbagai bentuk untuk mengasah email gigi dan logam campur.
2. Kapur
Salah satu bentuk mineral dari calcite disebut kapur. Kapur adalah abrasif
putih yang terdiri atas kalsium karbonat. Digunakan sebagai pasta abrasif
ringan untuk memoles email gigi, lembaran emas, amalgam, dan bahan
plastik.
3. Korundum
Bentuk mineral dari oksida aluminium yang biasanya berwarna putih.
Sifat fisiknya lebih rendah daripada oksida alfa-aluminium, yang sudah

banyak menggantikan korundum dalam aplikasi dental. Korundum


digunakan terutama untuk mengasah logam campur dan tersedia dalam
bentuk abrasif bonding dengan bermacam bentuk. Paling umum
digunakan pada instrumen yang disebut white stone.
4. Intan
Intan adalah mineral tidak berwarna, transparan yang terdiri atas karbon.
Ini adalah senyawa yang paling keras. Intan disebut superabrasif karena
kemampuannya untuk mengatasi substansi apapun. Abrasif intan dipasok
dalam berbagai bentuk, termasuk instrumen abrasif yang berputar,
ampelas abrasif yang mempunyai backing logam lentur, dan pasta poles
intan. Digunakan pada bahan keramik dan resin komposit.
5. Amril
Abrasif ini berupa korundum berwarna hitam keabuan yang dibuat dalam
bentuk butiran halus. Amril digunakan khususnya dalam bentuk disk
abrasif dan tersedia dalam berbagai ukuran kekasaran. Dapat digunakan
untuk memoles logam campur atau bahan plastis.
6. Akik
Istilah akik mencakup sejumlah bahan yang berbeda yang mempunyai
sifat fisik dan kristalin yang sama. Mineral ini adalah silika dari
aluminium, kobalt, besi, magnesium, dan mangan. Abrasif akik yang
digunakan dalam kedokteran gigi biasanya berwarna merah gelap. Akik
sangat keras dan jika patah selama pengasahan, membentuk bidang
berbentuk pahat yang tajam, membuat bahan ini menjadi abrasif yang
sangat efektif. Akik tersedia dalam bentuk disk dan pita punjung.
Digunakan untuk mengasah logam campur dan bahan plastik.
7. Pumis
Aktivitas gunung berapi menghasilkan bahan silika berwarna abu-abu
muda. Digunakan terutama dalam bentuk pasir tetapi juga dapat
ditemukan pada abrasif karet. Kedua bentuk ini digunakan pada bahan
plastik. Tepung pumis adalah derivat batu volakanik yang sangat halus

dari Italia dan digunakan untuk memoles email gigi, lempeng emas,
amalgam gigi, dan resin akrilik.
8. Quartz
Bentuk quartz yang paling sering digunakan adalah yang sangat keras,
tidak berwarna, dan transparan. Ini adalah bentuk mineral yang sangat
banyak dan tersebar luas. Partikel-partikel kristalin quatrz dilumatkan
untuk membentuk partikel angular yang tajam yang bermanfaat dalam
membuat disk abrasif. Abrasif quartz digunakan terutama untuk merapikan
logam campur dan dapat digunakan untuk mengasah email gigi.
9. Pasir
Pasir adalah campuran partikel mineral kecil yang terutama terdiri atas
silika. Partikel ini berwarna-warni, membuat abrasif pasir mempunyai
penampilan yang khas. Partikel pasir mempunyai bentuk bulat atau
angular. Diaplikasikan tekanan udara untuk menghilangkan bahan tanam
dari logam campur pengecoran. Juga dapat dilapiskan pada disk kertas
untuk mengasah logam campur dan bahan plastik.
10. Tripoli
Abrasif ini berasal dari endapan batu silika yang ringan dan rapuh.
Berwarna putih, abu-abu, pink, merah, atau kuning. Jenis yang berwarna
abu-abu dan merah adalah yang paling sering digunakan dalam kedokteran
gigi. Batu ini digiling menjadi partikel yang sangat halus dan dibentuk
dengan pengikat lunak menjadi batang-batang senyawa pemoles.
Digunakan untuk memoles logam campur dan beberapa bahan plastik.
11. Zirkonium silikat
Zirkon atau zirkonium silikat dipasok sebagai mineral berwarna putih
kekuningan. Bahan ini digiling menjadi partikel dengan berbagai ukuran
dan digunakan untuk melapisi disk abrasif serta ampelas. Sering
digunakan sebagai komponen pasta profilaksis gigi
12. Cuttle
Cuttlefish, cuttle bone, atau cuttle adalah nama yang umum untuk abrasif
ini. Merupakan bubuk putih calcareus yang terbuat dari bagian dalam
rumah kerang laut Mediterania dari genus Sepia. Tersedia sebagai abrasif

lapisan dan digunakan untuk prosedur abrasi yang halus seperti memoles
tepi logam dan restorasi amlgam gigi.
13. Kieselguhr
Bahan ini terdiri atas sisa-sisa silika dari tanaman laut kecil yang disebut
diatom. Bentuk yang lebih kasar disebut tanah diatomaceus, yang
digunakan sebagai bahan pengisi pada beberapa bahan gigi seperti bahan
cetak hidrokoloid. Merupakan abrasif yang sangat halus. Risiko silikosis
pernapasan karena pemajanan kronis terhadap partikel bahan ini yang ada
di udara cukup besar karena itu tindakan pencegahan harus selalu
dilakukan.
14. Silikon Karbid
Silikon Karbid adalah abrasif yang sangat keras dan merupakan abrasif
sintetik yang pertama kali dibuat. Baik yang berwarna hijau atau hitambiru mempunyai sifat fisik yang setara. Bentuk hijau sering lebih disukai
karena substrat terlihat lebih nyata di balik warna hijau tersebut. Silikon
karbid sangat keras dan rapuh. Patikel-partikelnya tajam dan mudah pecah
untuk membentuk partikel baru yang tajam. Ini menghasilkan efisiensi
pemotongan yang sangat tinggi untuk berbagai bahan, termasuk logam
campur, keramik, dan bahan plastik. Silikon karbid tersedia sebagai
abrasif pada disk dan instrumen bonding vitreous serta karet.
15. Oksida Aluminium
Oksida aluminium adalah abrasif sintetik kedua yang dikembangkan
sesudah silikon karbid. Oksida aluminium sintetik (alumina) dibuat berupa
bubuk berwarna putih. Dapat lebih keras daripada korundum (alumina
alami) karena kemurniannya. Alumina dapat diproses dengan berbagai
sifat melalui sedikit mengubah reaktan pada proses pembuatannya. Ada
beberapa jenis ukuran butiran dan alumina sudah semakin banyak
menggantikan bahan amril untuk abrasif. Oksida aluminium digunakan
secara luas dalam kedokteran gigi. Oksida ini dipakai untuk membuat
abrasif bonding, abrasif berbentuk lapisan, dan abrasif yang dijalankan
dengan motor udara. White stone dibuat dari oksida aluminium yang

disintering dan populer untuk merapikan email gigi, logam campur,


maupun bahan keramik.
Abrasif logam aluminium yang berwarna pink dan merah delima
dibuat dengan menambahkan senyawa kromium pada bahan asli. Variasi
ini dipasarkan dalam bentuk bonding viterous sebagai batu tidak
terkontaminasi untuk preparasi logam campur logam-keramik sebelum
menerima porselen. Sisa-sisa abrasif ini tidak boleh mengganggu
pengikatan porselen ke logam campur. Hasil tinjauan ulang dari
Yamamoto (1985) menunjukkan bahwa bur karbid merupakan instrumen
yang paling efektif untuk merapikan jenis logam campur ini karena tidak
mengkontaminasi permukaan logam dengan terjebaknya partikel abrasif.
16. Abrasif Intan Sintetik
Intan buatan digunakan khusus sebagai abrasif dan dibuat lima kali lebih
besar dari tingkat abrasif intan alami. Jenis abrasif ini digunakan pada
pembuatan gergaji intan, roda, dan bur intan. Blok yang ditanami partikel
intan digunakan untuk mengasah jenis abrasif yang lain. Pasta pemoles
intan juga dapat dibuat dari partikel yang diameternya lebih kecil dari 5
m dan digunakan untuk memoles bahan keramik. Abrasif intan sintetik
digunakan terutama untuk struktur gigi, bahan keramik, dan bahan resin
komposit.
17. Rouge
Oksida besi adalah senyawa abrasif yang halus dan berwarna merah dalam
rouge. Bahan ini dipadukan seperti tripoli, dengan berbagai pengikat lunak
menjadi bentuk bedak. Digunakan untuk memoles logam campur mulia
yang berkadar tinggi.
18. Oksida Timah
Abrasif yang sangat halus ini digunakan secara luas sebagai bahan
pemoles untuk gigi dan restorasi logam di dalam mulut. Bahan ini
dicampur dengan air, alkohal, atau gliserin untuk membentuk pasta abrasif
ringan.

10

2.6 Alat dan bahan yang digunakan dalam Polishing di bidang kedokteran gigi
2.6.1 Alat
Straight dan Contra (Hand piece), Polishing Machine
Material mata bur :
Logam
Stainless steel
Murah, mudah aus dan keropos, penggunaan dengan kecepatan
lebih dari 50.000 rpm dapat merusak bur.
Karbid wolfram
Dapat digunakan dengan kecepatan sangat tinggi dan dengan
material yang halus maupun kasar (untuk bur laboratorium,
pemotongan akrilik, presisi tinggi)
Almunium oksida
Keras seperti intan, tetapi lebih mudah untuk menggrinda
akrilik, matriks resin dari komposit dan logam, kurang baik untuk
porselen.
Intan
Dapat memotong hampir semua benda, menimbulkan panas
tinggi, dan dapat melelehkan beberapa material tertentu.
2.6.2 Bahan
1. Pasta
Tin Oxide
Zirkonium Oxide
2. Powder
Silikon carbide dapat tersedia dalam bentuk puder, atau digabungkan
dengan karet membentuk batu (stone) atau wheel/lempeng yang dipergunakan di
laboratorium kedokteran gigi.

11

Alumina dipergunakan sama seperti silikon carbide.


Pasir (silika), ini dipergunakan :
Sebagai ampelas
Empeng kertas abrasive
Pada prosedur sand-blasting, terutama untuk alloy cobaltchromium.
Batu apung diperoleh dari batu gunung berapi. Dipergunakan dalam
bentuk suspensi dalam air, terutama pada penghalusan resin akrilik.
Tripoli adalah batu gunung yang berpori yang dihaluskan, dicampur
dengan malam untuk mendapatkan bahan seperti bata.
Pumice
Tin Oxide
Zirconium Oxide
Garnet
Kieselguhr
3. Instrumen
Di antara bahan abrasif yang diketahui, diamond adalah bahan yang
terkeras partikelnya dapat ditanam dalam bahan pengikat keramik atau
logam, seperti halnya pada bur gigi.
Tungsten carbide dipergunakan terutama untuk pembuatan bur dan
roda abrasif.
Emery adalah campuran alumina dan besi yang tersedia sebagai
suatu abrasif yang dilekatkan pada kain atau kertas.
Batu akik adalah bahan abrasif yang relatif lebih lunak, mengandung
magnesium aluminium silikat, dan dipergunakan sebagai pelapis untuk
lempeng kertas.
Cuttle-fish bone kegunaannya sama dengan batu akik.

12

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat Dan Bahan
Alat Resin Akrilik :
1. Mata bur
2. Straight hp beserta mata bur
3. masker
4. mesin pulas
Bahan Resin Akrilik :
1. kertas gosok
2. pumice dan cryet
3. resin akrilik
3.2 Cara Kerja
1. Lempeng resin akrilik yang digunakan adalah lempeng resin akrilik dari tahap
pekerjaan skill lab.

13

2. Merapikan lempeng akrilik menggunakan bur straight hand piece dan mata
bur frazeer, bentuk lempeng sesuai dengan outline dan bebaskan daerah mukosa
bergerak dan tak bergerak
3. Tahap selanjutnya adalah polishing, meratakan permukaan lempeng akrilik
dengan menggunakan kertas gosok. Setelah rata dan halus pulas dengan mesin pulas
dengan menggunakan pumice dan cryet
4. Hasil yang maksimal adalah lempeng akrilik yang halus, rata, dan mengkilat.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Penyelesaian / finishing
Pada tahap ini dilakukan pemotongan bagian-bagian yang berlebih.
Merapikan pinggiran akrilik dan meratakan permukaan akrilik dengan bor
stone, fraiser dan amplas halus.
2. Pemolesan/ polishing
Pemolesan ini merupakan tahap terakhir dalam manipulasi resin akrilik. Bahan
yang digunakan untuk pemolesan pertama kali adalah pumish yang merupakan
bahan dari batu apung yang dipergunakan dalam suspensi dalam air. Bahan
selanjutnya dipoles dengan bahan yang lebih halus yaitu whiting yang
dipergunakan dalam bentuk suspensi dalam air. Pemolesan ini dilakukan sampai
permukaan akrilik halus dan mengkilap. Setelah itu diaplikasikan dalam model
rahang yang baik yaitu pada waktu dilepas mudah dan pada waktu posisi terbalik
akrilik tetap pada model rahang atau tidak jatuh.

14

BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum polishing yang telah dilakukan dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Bahan yang menyebabkan abrasi; bahan yang digunakan untuk mengikis,
mengasah, dan menggosok
2. Fungsi Polishing di bidang kedokteran gigi
Proses pemotongan
Proses pengasahan
Proses penyelesaian
Proses pemulasan
3. Manfaat Polishing di bidang kedokteran gigi: kesehatan mulut, fungsi, dan
estetika
4. Bahan Abrasif : pasta, powder, dan instrument
5. Faktor yang berpengaruh dalam Polishing di bidang kedokteran gigi
- Kekerasan partikel abrasif
- Bentuk partikel bahan abrasif
- Besar partikel bahan abrasif
- Sifat-sifat mekanis bahan abrasive
- Kecepatan gerakan menggosok
- Tekanan yang diberikan sewaktu menggosk
- Sifat-sifat bahan yang hendak digosok

DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, Kenneth J. 2003. Philips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi Edisi
10. Jakarta : EGC.

15

Combe, EC. 1992. Sari Dental Material. Jakarta : Balai Pustaka.


Craig, Robert, dkk. 1979. Dental Materials Properties And Manipulation. London :
CV. Mosby Company.
Tim Penyusun. 2009. Buku Petunjuik Skill Lab Bahan dan Teknologi Kedokteran
Gigi I. Jember : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.

16

Anda mungkin juga menyukai