PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Restorasi gigi diselesaikan sebelum dipasang di dalam rongga mulut untuk
mendapatkan tiga manfaat dari perawatan gigi, kesehatan mulut, fungsi, dan
estetika.
Restorasi dengan kontur dan pemolesan yang baik akan meningkatkan kesehatan
mulut dengan jalan mencegah akumulasi sisa makanan dan bakteri patogen. Ini
diperoleh melalui reduksi daerah permukaan total dan mengurangi kekasaran
permukaan restorasi. Permukaan yang lebih mulus akan lebih mudah dijaga
kebersihannya dengan tindakan pembersihan preventif yang biasa dilakukan
sehari-hari karena benang gigi dan sikat gigi akan mendapat jalan masuk yang
lebih baik ke semua permukaan dan daerah tepi. Dengan beberapa bahan gigi
tertentu, aktivitas karat dan korosi dapat dikurangi cukup besar jika seluruh
restorasi dipoles dengan baik. Fungsi rongga mulut akan meningkat jika restorasi
dipoles dengan baik karena makanan akan meluncur lebih bebas pada permukaan
oklusal dan embrasur selama mastikasi. Yang lebih penting lagi, daerah kontak
restorasi yang halus akan mengurangi tingkat keausan pada gigi tetangga maupun
antagonisnya. Ini khususnya berlaku untuk bahan restorasi seperti keramik yang
mengandung fase yang lebih keras daripada email gigi dan dentin. Permukaan
yang kasar menyebabkan terjadinya tekanan kontak yang tinggi yang dapat
menimbulkan hilangnya kontak fungsional dan stabilisasi antara gigi-gigi.
Akhirnya, kebutuhan estetik dapat membuat dokter gigi menangani permukaan
restorasi yang tampak jelas dengan cara berbeda daripada permukaan yang sulit
dijangkau. Walaupun pemolesan yang mirip cermin diinginkan demi alasan di
atas, jenis permukaan ini mungkin secara estetik kurang baik karena tidak cocok
dengan gigi-gigi di sebelahnya bila berada di daerah yang mudah kelihatan seperti
permukaan labial dari gigi-gigi aterior atas. Meskipun demikian, permukaan ini
tidak terkena tekanan kontak yang tinggi dan mudah dibersihkan. Ciri dan corak
anatomi yang samar dapat ditambahkan pada daerah ini tanpa mempengaruhi
kesehatan maupun fungsi rongga mulut.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui alat dan bahan yang digunakan dalam Polishing di bidang
kedokteran gigi
2.Mengetahui faktor yang berpengaruh dalam Polishing di bidang kedokteran
gigi
3. Mengetahui komposisi dari bahan Polishing di bidang kedokteran gigi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Bahan Abrasif
Bahan yang menyebabkan abrasi; bahan yang digunakan untuk mengikis, mengasah,
dan menggosok.
2.2 Manfaat Bahan Abrasif
dari Italia dan digunakan untuk memoles email gigi, lempeng emas,
amalgam gigi, dan resin akrilik.
8. Quartz
Bentuk quartz yang paling sering digunakan adalah yang sangat keras,
tidak berwarna, dan transparan. Ini adalah bentuk mineral yang sangat
banyak dan tersebar luas. Partikel-partikel kristalin quatrz dilumatkan
untuk membentuk partikel angular yang tajam yang bermanfaat dalam
membuat disk abrasif. Abrasif quartz digunakan terutama untuk merapikan
logam campur dan dapat digunakan untuk mengasah email gigi.
9. Pasir
Pasir adalah campuran partikel mineral kecil yang terutama terdiri atas
silika. Partikel ini berwarna-warni, membuat abrasif pasir mempunyai
penampilan yang khas. Partikel pasir mempunyai bentuk bulat atau
angular. Diaplikasikan tekanan udara untuk menghilangkan bahan tanam
dari logam campur pengecoran. Juga dapat dilapiskan pada disk kertas
untuk mengasah logam campur dan bahan plastik.
10. Tripoli
Abrasif ini berasal dari endapan batu silika yang ringan dan rapuh.
Berwarna putih, abu-abu, pink, merah, atau kuning. Jenis yang berwarna
abu-abu dan merah adalah yang paling sering digunakan dalam kedokteran
gigi. Batu ini digiling menjadi partikel yang sangat halus dan dibentuk
dengan pengikat lunak menjadi batang-batang senyawa pemoles.
Digunakan untuk memoles logam campur dan beberapa bahan plastik.
11. Zirkonium silikat
Zirkon atau zirkonium silikat dipasok sebagai mineral berwarna putih
kekuningan. Bahan ini digiling menjadi partikel dengan berbagai ukuran
dan digunakan untuk melapisi disk abrasif serta ampelas. Sering
digunakan sebagai komponen pasta profilaksis gigi
12. Cuttle
Cuttlefish, cuttle bone, atau cuttle adalah nama yang umum untuk abrasif
ini. Merupakan bubuk putih calcareus yang terbuat dari bagian dalam
rumah kerang laut Mediterania dari genus Sepia. Tersedia sebagai abrasif
lapisan dan digunakan untuk prosedur abrasi yang halus seperti memoles
tepi logam dan restorasi amlgam gigi.
13. Kieselguhr
Bahan ini terdiri atas sisa-sisa silika dari tanaman laut kecil yang disebut
diatom. Bentuk yang lebih kasar disebut tanah diatomaceus, yang
digunakan sebagai bahan pengisi pada beberapa bahan gigi seperti bahan
cetak hidrokoloid. Merupakan abrasif yang sangat halus. Risiko silikosis
pernapasan karena pemajanan kronis terhadap partikel bahan ini yang ada
di udara cukup besar karena itu tindakan pencegahan harus selalu
dilakukan.
14. Silikon Karbid
Silikon Karbid adalah abrasif yang sangat keras dan merupakan abrasif
sintetik yang pertama kali dibuat. Baik yang berwarna hijau atau hitambiru mempunyai sifat fisik yang setara. Bentuk hijau sering lebih disukai
karena substrat terlihat lebih nyata di balik warna hijau tersebut. Silikon
karbid sangat keras dan rapuh. Patikel-partikelnya tajam dan mudah pecah
untuk membentuk partikel baru yang tajam. Ini menghasilkan efisiensi
pemotongan yang sangat tinggi untuk berbagai bahan, termasuk logam
campur, keramik, dan bahan plastik. Silikon karbid tersedia sebagai
abrasif pada disk dan instrumen bonding vitreous serta karet.
15. Oksida Aluminium
Oksida aluminium adalah abrasif sintetik kedua yang dikembangkan
sesudah silikon karbid. Oksida aluminium sintetik (alumina) dibuat berupa
bubuk berwarna putih. Dapat lebih keras daripada korundum (alumina
alami) karena kemurniannya. Alumina dapat diproses dengan berbagai
sifat melalui sedikit mengubah reaktan pada proses pembuatannya. Ada
beberapa jenis ukuran butiran dan alumina sudah semakin banyak
menggantikan bahan amril untuk abrasif. Oksida aluminium digunakan
secara luas dalam kedokteran gigi. Oksida ini dipakai untuk membuat
abrasif bonding, abrasif berbentuk lapisan, dan abrasif yang dijalankan
dengan motor udara. White stone dibuat dari oksida aluminium yang
10
2.6 Alat dan bahan yang digunakan dalam Polishing di bidang kedokteran gigi
2.6.1 Alat
Straight dan Contra (Hand piece), Polishing Machine
Material mata bur :
Logam
Stainless steel
Murah, mudah aus dan keropos, penggunaan dengan kecepatan
lebih dari 50.000 rpm dapat merusak bur.
Karbid wolfram
Dapat digunakan dengan kecepatan sangat tinggi dan dengan
material yang halus maupun kasar (untuk bur laboratorium,
pemotongan akrilik, presisi tinggi)
Almunium oksida
Keras seperti intan, tetapi lebih mudah untuk menggrinda
akrilik, matriks resin dari komposit dan logam, kurang baik untuk
porselen.
Intan
Dapat memotong hampir semua benda, menimbulkan panas
tinggi, dan dapat melelehkan beberapa material tertentu.
2.6.2 Bahan
1. Pasta
Tin Oxide
Zirkonium Oxide
2. Powder
Silikon carbide dapat tersedia dalam bentuk puder, atau digabungkan
dengan karet membentuk batu (stone) atau wheel/lempeng yang dipergunakan di
laboratorium kedokteran gigi.
11
12
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat Dan Bahan
Alat Resin Akrilik :
1. Mata bur
2. Straight hp beserta mata bur
3. masker
4. mesin pulas
Bahan Resin Akrilik :
1. kertas gosok
2. pumice dan cryet
3. resin akrilik
3.2 Cara Kerja
1. Lempeng resin akrilik yang digunakan adalah lempeng resin akrilik dari tahap
pekerjaan skill lab.
13
2. Merapikan lempeng akrilik menggunakan bur straight hand piece dan mata
bur frazeer, bentuk lempeng sesuai dengan outline dan bebaskan daerah mukosa
bergerak dan tak bergerak
3. Tahap selanjutnya adalah polishing, meratakan permukaan lempeng akrilik
dengan menggunakan kertas gosok. Setelah rata dan halus pulas dengan mesin pulas
dengan menggunakan pumice dan cryet
4. Hasil yang maksimal adalah lempeng akrilik yang halus, rata, dan mengkilat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Penyelesaian / finishing
Pada tahap ini dilakukan pemotongan bagian-bagian yang berlebih.
Merapikan pinggiran akrilik dan meratakan permukaan akrilik dengan bor
stone, fraiser dan amplas halus.
2. Pemolesan/ polishing
Pemolesan ini merupakan tahap terakhir dalam manipulasi resin akrilik. Bahan
yang digunakan untuk pemolesan pertama kali adalah pumish yang merupakan
bahan dari batu apung yang dipergunakan dalam suspensi dalam air. Bahan
selanjutnya dipoles dengan bahan yang lebih halus yaitu whiting yang
dipergunakan dalam bentuk suspensi dalam air. Pemolesan ini dilakukan sampai
permukaan akrilik halus dan mengkilap. Setelah itu diaplikasikan dalam model
rahang yang baik yaitu pada waktu dilepas mudah dan pada waktu posisi terbalik
akrilik tetap pada model rahang atau tidak jatuh.
14
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum polishing yang telah dilakukan dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Bahan yang menyebabkan abrasi; bahan yang digunakan untuk mengikis,
mengasah, dan menggosok
2. Fungsi Polishing di bidang kedokteran gigi
Proses pemotongan
Proses pengasahan
Proses penyelesaian
Proses pemulasan
3. Manfaat Polishing di bidang kedokteran gigi: kesehatan mulut, fungsi, dan
estetika
4. Bahan Abrasif : pasta, powder, dan instrument
5. Faktor yang berpengaruh dalam Polishing di bidang kedokteran gigi
- Kekerasan partikel abrasif
- Bentuk partikel bahan abrasif
- Besar partikel bahan abrasif
- Sifat-sifat mekanis bahan abrasive
- Kecepatan gerakan menggosok
- Tekanan yang diberikan sewaktu menggosk
- Sifat-sifat bahan yang hendak digosok
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, Kenneth J. 2003. Philips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi Edisi
10. Jakarta : EGC.
15
16