Topik : Amalgam
Kelompok : A6
Penyusun :
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2017
0
1. TUJUAN
a. Mahasiswa mampu melakukan manipulasi bahan restorasi amalgam dengan benar
menggunakan perbandingan antara bubuk amalgam dan merkuri dengan tepat.
b. Mahasiswa mampu membedakan antara hasil triturasi bahan restorasi amalgam
secara manual dengan mekanik.
c. Mahasiswa mampu melakukan aplikasi bahan restorasi amalgam dalam kavitas
(cetakan model) dengan tepat.
Gambar 2.1 Bahan praktikum amalgam : cairan merkuri (kiri) dan bubuk amalgam (kanan)
2.2 Bahan
a. Mortar dan pestle amalgam
b. Kondenser amalgam
c. Kain kasa
d. Pistol amalgam
e. Cetakan model
f. Dispenser bubuk amalgam
g. Dispenser cairan merkuri
h. Stopwatch
i. Sonde
j. Spatula semen
k. Brander
l. Burnisher
1
m. Pinset
n. Pisau model
o. Timbangan digital
p. Amalgamator
Gambar 2.3. Alat praktikum amalgam: a. kain kassa, b. spatula semen, c. pinset, d. pistol
amalgam, e. condenser, f. burnisher, g. sonde, h. pisau model, i. mortar, j. pestle amalgam,
k. kapsul, l. brander, m. korek, n. Cetakan, o. timbangan digital
3. CARA KERJA
3.1.1 Triturasi Secara Manual
a. Cairan merkuri dikeluarkan dari dispenser sebanyak 1 kali tekanan (arah
tegak lurus) dimasukkan dalam mortar sampai 0,48 - 0,56 gram.
b. Bubuk amalgam dikeluarkan dari dispenser sebanyak 1 kali tekanan
(arah tegak lurus) dimasukkan dalam mortar yang telah berisi cairan
merkuri sebanyak cairan merkuri.
c. Bubuk amalgam dan cairan diaduk dengan cara menekan pestle pada
dinding mortar (pen-type grip) dengan gerakan memutar sampai
homogen. Pada saat mulai pengadukan waktu dicatat.
d. Adonan yang telah diaduk dimasukkan ke dalam kain kasa. Kelebihan
merkuri dikeluarkan dengan cara memeras kain kasa. Kain kasa dijepit
kuat dengan pinset kemudian kain kasa diputar dan digerakkan ke atas,
maka sisa merkuri akan keluar dari kasa. Pekerjaan ini dilakukan
beberapa kali sampai tidak ada sisa merkuri yang keluar dari kasa.
2
e. Adonan di dalam kain kasa diambil dengan amalgam pistol ke dalam
cetakan model. Penempatan adonan amalgam dalam cetakan model
sedikit demi sedikit sambil dilakukan kondensasi menggunakan
kondenser sampai adonan padat. Pekerjan ini dilakukan berulang-ulang
sampai cetakan model penuh, kemudian dihaluskan dengan burnisher.
Kekerasan permukaan diamati dengan menggurat permukaan amalgam
menggunakan sonde hingga tidak ada guratan.
f. Waktu yang diperlukan sampai amalgam mengeras dicatat.
4. HASIL PRAKTIKUM
3
Pada percobaan triturasi amalgam, dilakukan 2 jenis triturasi, yaitu secara
manual dan mekanik. Namun percobaan triturasi secara mekanik, terdapat dua
variabel, yaitu triturasi mekanik dengan high speed dan low speed. Pada percobaan
dengan cara triturasi manual, didapatkan rata-rata setting time 14 menit 20 detik. Pada
percobaan dengan cara triturasi mekanik high speed, setting time yang didapatkan
adalah 10 menit 32 detik, sedangkan pada percobaan dengan cara triturasi mekanik
low speed, setting time yang didapatkan adalah 15 menit 30 detik.
5. PEMBAHASAN
Menurut (Anusavice, 2003, p. 522-523) penyebab utama penuangan merkuri
yang tidak akurat adalah merkuri yang terkontaminasi, yang menyebabkan bahan
pencemar terperangkap di dalam dispenser dan mulut dispenser. Jika hal-hal tersebut
tidak dikontrol maka keluarnya merkuri dapat bervariasi 3% atau 4%. Apabila
digunakan metode rasio cairan merkuri : bubuk amalgam yang rendah, variasi
persentase merkuri dapat menghasilkan adonan amalgam yang tidak dapat dipakai.
Ketidaktepatan rasio bubuk dan cairan karena ketidakakuratan timbangan yang
digunakan, dapat membuat adonan amalgam lebih cepat atau lebih lambat waktu
settingnya
Pada proses pemerasan, tiap-tiap orang memiliki kekuatan yang berbeda-beda.
Kemungkinan, jumlah cairan merkuri yang keluar dari kedua percobaan tidak sama,
sehingga rasio bubuk dan cairan tidak sesuai. Menurut (Anusavice, 2003, p.521-522)
pada tahap awal, pembuangan kelebihan merkuri dilakukan dengan memeras
campuran amalgam dalam kain kasa sebelum dimasukkan ke dalam preparasi yang
telah dibuat. Selain itu, kelebihan merkuri akan terdorong ke atas pada saat proses
kondensasi, dan kelebihan ini dibuang sementara campuran amalgam terbentuk
menjadi restorasi. Sekalipun dihasilkan restorasi yang bagus dari prosedur tersebut,
namun jumlah merkuri yang dibuang dengan menggunakan kain kasa dan saat
kondensasi bervariasi. Oleh karena itu, ada kemungkinan terjadi kesalahan. Pada
proses kondensasi, pemberian kekuatan tekanan yang berbeda akan mengurangi
kepadatan pada cetakan sehingga akan mempengaruhi waktu setting.
4
Amalgam adalah jenis logam campur khusus yang mengandung merkuri dengan
satu atau lebih logam lain. Dental amalgam dihasilkan oleh percampuran antara cairan
merkuri dengan bubuk partikel padat dari logam campur perak, tin, tembaga, kadang-
kadang ditambah zinc, palladium, indium, dan selenium. Kombinasi logam yang solid
tersebut disebut amalgam alloy ( McCabe 2008, hal. 181).
Tabel 4.1 Standar komposis amalgam alloy berdasarkan spesifikasi ISO 1559.
(Mc Cabe 2008, hal. 182)
5
Triturasi menggunakan tangan tidak dipakai secara umum di negara-negara
berkembang. Triturasi secara mekanik jauh lebih umum digunakan di sini. Pada
teknik triturasi secara mekanik, merkuri dan alloy dimasukkan dalam sebuah kapsul
yang akan digetarkan pada mesin yang disebut amalgamator. Waktu triturasi yang
normal adalah sekitar 5-20 detik, tergantung kecepatan yang dimiliki amalgamator.
(Mc Cabe and Walls,2008, p.191-192). Dalam percobaan triturasi manual, cairan
merkuri dituang pada bubuk amalgam yang ada di mortar, kemudian diaduk dengan
cara menekan pestle pada dinding mortar hingga homogen selama 40 detik. Posisi
pestle yang dipakai untuk mengaduk, bagian permukaanya yang tidak rata berada di
bawah (berhadapan langsung dengan mortar). Dalam percobaan triturasi mekanik,
kapsul berisi bubuk amalgam dan cairan merkuri yang telah ditakar diletakkan pada
tempat pengaduk pada amalgamator.
Amalgamator dapat diatur lama triturasi dan kecepatannya sesuai dengan
yang dibutuhkan. Keuntungan triturasi secara mekanik antara lain : didapatkan hasil
pencampuran yang seragam (homogen), waktu untuk proses triturasi lebihpendek
daripada triturasi secara manual, dan rasio alloy dan merkuri yanglebih besar dapat
digunakan dalam teknik triturasimekanik . (Mc Cabe andWalls, 2008, p.192). Selain
itu, triturasi secara mekanik dapat mengurangi adanya kontaminasi antara merkuri
dengan pekerja.
6. KESIMPULAN
Manipulasi bahan restorasi amalgam dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
secara mekanik dan manual. Manipulasi dengan cara manual dimulai dari menakar
w:p dengan rasio 1:1, triturasi diaduk serta ditekan pada dinding, memeras, kemudian
dilakukan kondensasi. Beberapa tahapan tersebut dapat menjadi faktor yang
memengaruhi setting time. Manipulasi dengan cara mekanik dimulai dari bubuk
amalgam dan merkuri dalam kapsul diletakkan pada amalgamator. Manipulasi dengan
cara mekanik lebih cepat setting dibandingkan dengan cara manipulasi secara manual.
1. Pada triturasi secara manual adonan amalgam lebih cepat mengeras pada
percobaan ketiga karena jumlah cairan merkuri dan bubuk amalgam lebih sedikit
dari percobaan pertama dan kedua.
6
2. Pada triturasi secara mekanik adonan amalgam lebih cepat mengeras pada
percobaan kedua karena kecepatan yang digunakan adalah kecepatan yang high.
Semakin cepat kecepatan yang digunakan maka proses pengerasan pada adonan
juga semakin cepat.
Hasil yang akan diperoleh dari pencampuran cairan merkuri dan bubuk
amalgam tergantung pada sedikit banyaknya jumlah cairan merkuri dan bubuk
amalgam yang digunakan, kondensasi, dan triturasi baik secara manual dan mekanik.
7
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, KJ. 2003. Science of Dental Materials. 11th ed. St Louis. WB Saunders. pp 513,
521-523.
McCabe, JF and Angus WG. 2008. Applied Dental Materials. 9th ed. USA : Blackwell. Pp
181-182, 191-192.