3.1 POLIMER
Polimer dibuat dengan mengikat molekul-molekul kecil yang disebut monomer
menjadi polimer dengan proses polimerisasi. Proses ini membentuk ikatan kovalen antar
monomer sehingga terbentuk ikatan yang kuat. Dengan katalis atau proses tertentu,
polimer dapat memiliki struktur yang linier, bercabang, rantai yang pendek, maupun
gabungan dari beberapa struktur tersebut. Polimer berdasarkan sumbernya dapat
dibedakan dalam 3 kelompok, yaitu
1. Polimer alam, yaitu polimer yang terjadi secara alami. Contohnya ialah karet
alami, amilum dalam beras, protein dalam daging, dan selulosa dalam kayu.
2. Polimer semi sintetik, yaitu polimer hasil modifikasi polimer alam dan bahan
kimia. Contohnya ialah selulosa nitrat.
3. Polimer sintesis, yaitu polimer yang dibuat melalui polimerisasi monomer-
monomer polimer. Jenis polimer ini dikembangkan oleh kimiawan
berkebangsaan Belgia yaitu Leo Baekeland. Pengembangan polimer sintesis
dimulai sejak permulaan abad ke-19 Masehi. Polimer sintesis yang pertama kali
bernilai komersial ialah damar dengan kandungan fenol formaldehida.
Berdasar banyak rantai karbonnya, polimer dibedakan dalam beberapa kelompok
sebagaimana padaTabel II.1
Keterangan
: Tegangan (N/cm )
: Beban maksimum yang diberikan (kN)
: Luas penampang (cm )
Pada prinsipnya, Universal Testing Machine akan menarik material yang diuji hingga
putus. Setelah itu, parameter akan menampilkan nilai atau data maksimal kekuatan pada
material tersebut. Selain itu, dapat diketahui perbandingan panjang objek sebelum dan
setelah proses dilakukan dengan persamaan regangan
−
= × 100%
Keterangan
: Regangan (%)
: Panjang akhir (cm)
: Panjang awal (cm)
Pada pengujian daya tekan diperlukan material dengan volume. Pengujian
dilakukan dengan meletakkan material pada bagian lower plate pada mesin, kemudian
UTM akan memberi gaya tekan pada material tersebut.
Keterangan
: Tegangan (N/cm )
: Gaya tekan maksimum yang diberikan (kN)
: Luas penampang (cm )
Setelah material ditekan, parameter data pada monitor akan menampilkan hasil dari
proses pengujian.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bahan S1 S2 S3 S4
Limbah Styrofoam 10 40 40 20
Semen Putih 60 50 50 60
Serbuk Gergaji 30 10 - -
Serbuk Tempurung Kelapa - - 10 20
Hasil eksperimen pembuatan panel komposit pada sampel 1 dengan komposisi styrofoam
hanya 10%, semen putih 30%, dan serbuk gergaji mencapai 60% menunjukkan tidak
terbentuknya rongga. Sedangkan pada sampel 2 dengan komposisi styrofoam sebanyak
40%, semen putih 10%, dan serbuk gergaji 50% menunjukkan terbentuknya rongga.
Terbentuknya rongga dipengaruhi oleh komposisi banyak sedikitnya styrofoam yang
ditambahkan tanpa ada proses kompaksi. Pada sampel 3 dan 4 juga berlaku keadaan yang
sama. Warna yang lebih gelap diakibatkan oleh warna alami dari serbuk tempurung
kelapa yang cenderung berwarna tua.
Sedangkan untuk hasil regangan panel komposit ditunjukkan pada tabel Tabel IV.3
Hasil pengujian daya tekan spesimen panel komposit dari limbah styrofoam dapat dilihat
pada grafik
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
3.11 KESIMPULAN
Pembuatan panel komposit dengan limbah styrofoam tanpa proses kompaksi
mempengaruhi sifat fisik material. Semakin banyak filler yang digunakan, maka
sifat mekanik material semakin baik.
3.12 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2] Najmudin Fauji, Eri Widianto. (2018). Fabrikasi Membran Polimer Berbasis Limbah
Styrofoam sebagau Elektrolit pada Baterai Terbarukan. Barometer, Volume 3 No.1,
Halaman 119 – 121.
[3] Bhagwan D., Agarwal. (1980). Analysis and Performance of Fiber Composite. John
Wiley & Sons. New York.
[4] Mathew, F. L., and R.D. Rawlings. (1994). Composite Materials: Engineering and
Science. Chapman & Hall. London.
[5] Bukit, N. (2012). Mechanical And Thermal Properties Of Polypropylene Reinforced
By Calcined And Uncalcined Zeolite, Makara, Teknologi, 16 (2) : 121-128.
[6] Nicolais, L., et.al. (1993). Science and Technology of Polymer Composite. Di dalam
Guineri Akovali (editor). The Interfacial Interaction in Polymer Composites.
NATOASI Series. Netherlands.