Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KIMIA POLIMER

DAKRON PET (Polyethylene Terephthalate)

DISUSUN OLEH :
(KELOMPOK VII)
IKA ERMAYANTI (A1C11731)
SUCI DESMARANI (A1C117081)

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Yusnaidar, S.Si., M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kimia Polimer yang
berjudul “DAKRON PET (Polyethylene Terephthalate)“ Penyusunan makalah ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak. Maka, penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Mengenai penjelasan lebih lanjut tentang kimia polymer pada senyawa Dakron Polyethylene
Terephthalate (PET) kami memaparkannya dalam bagian pembahasan makalah ini mengenai:
bentuk struktur, struktur kimia, susunan monomer, toksisitas, sifat thermal, prilaku molekul
dan method synthesis. Dengan harapan makalah ini dapat bermanfaat. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, namun demikian kami berharap makalah
ini dapat bermanfaat untuk semua kalangan khususnya para pendidik. Oleh karena itu, penulis
berharap Bapak/Ibu Dosen dan para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun/konstruktif demi perbaikan makalah kedepan.

Jambi, Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2

BAB II ISI
2.1 Sejarah PET (polyethylene terephthalate ) ......................................................... 3
2.3 Sifat-Sifat PET (polietilen treftalate) ................................................................... 4
2.3 Struktur polimer Dacron ..................................................................................... 5
2.4 Bagaimana pengaturan monomer ........................................................................ 8
2.5 Tositisitas dari Dacron ........................................................................................ 13
2.6 Perilaku termal dari Dacron ................................................................................ 15
2.7 Proses polimerisasi molekul ................................................................................ 16
2.8 Metode sintesis Darcon ....................................................................................... 18
2.9 Kegunaan Darcon dalam kehidupan sehari-hari ................................................. 20
2.10 Cara mengatasi polipropilena ketika menjadi limbah (daur ulang) .................. 21
2.11 Kelebihan dan kekurangan dari Darcon ............................................................. 22

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 23
3.2 Saran .................................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 24

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan ilmu kimia polimer pada hakikatnya seiring dengan usaha manusia untuk
meningkatkan kesejahteraan hidupnya dengan memanfaatkan ilmu kimia dan teknologi.
Semakin berkembangnya zaman semakin maju teknologi dan perkembangan ilmu
pengetahuan, dimana pada saat sekarang kita hidup dalam era polimer yang semakin
canggih. Dimansa bahan-bahan polimer alam yang sejak dulu telah dikenal dan dimanfaatkan,
seperti kapas, wol, dan damar sekarang telah banyak di kembangkan menjadi produk industry
yang lebih canggih. Seperti adanya botol yang mana dibuat dari polimer sintesis.
Polimer sintesis mulai dikenaltahun 1925. Sintesis berbagai jenis bahan polimer dapat
dimanfaatkan dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam penggunaannya polimer sintesis
menggantikan logam, kayu, kulit dan bahan alami lainnya dengan harga yang jauh lebih
murah. Berbagai macam barang yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dapat dibuat
dari polimer sintetis, misalnya perabot rumah tangga (dari plastik), bahan pakaian (nilon,
pliester), alat pembungkus, alat transportasi, bahan organ manusia seperti ginjal, jantung dan
tulang dari bahan polimer sintesis.
Suatu serat poliester sintetik yang banyak digunakan untuk kain, pita elektronik, dan
bahan dasar film potret. Kain dacron digunakan untuk pakaian, layar, jaring, jok, dan kain
penapis. Dacron tahan terhadap bahan kelantang, sabun, detergen lain, dan kebanyakan pelarut
binatu tanpa-air. Dacron juga tak dipengaruhi oleh jamur, bakteri maupun ngengat. Bahan ini
antikusut dan tidak mulur.
Dacron merupakan kopolimer yang terbuat dari etilena glikol dan dimetil terftalat.
Polimernya disebut polietilena terftalat. Dalam bentuk aslinya, polimer ini bersifat amorf.
Kemudian dibuat benang dengan melelehkan dan memeras ke luar (ekstrusi) lewat pemintal.
Benang itu kemudian diregangkan sampai empat kali panjang semula. Dengan pengolahan ini
molekul-molekul yang mirip rantai ini akan bersikap sejajar, sehingga diperoleh polimer
kristalin. Kemudian mengenai pembahasan lebih lanjut tentang polimer dakron ini akan
dijelaskan lebih luas di dalam makalah ini.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Dacron (polietilen treftalate)?
2. Apa saja sifat-sifat dari Dacron?
3. Bagaimana Struktur Kimia Dacron?
4. Bagaimana Struktur Polimer Dacron?
5. Bagaimana Pengaturan Monomer?
6. Bagaimana Tositisitas dari Dacron?
7. Bagaimana Perilaku Termal Dari Dacron?
8. Bagaimana proses polimerisasi molekul Dacron?
9. Bagaimana Metode Sintesis Dacron?
10. Apa saja kegunaan Dacron dalam kehidupan sehari-hari?
11. Bagaimana cara mengatasi polipropilena ketika menjadi limbah?
12. Apa saja Apa saja kekurangan dan kelebihan dari Dacron?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa itu Dacron (polietilen treftalate)
2. Untuk mengetahui apa saja sifat-sifat dari Dacron
3. Untuk mengetahui bagaimana Struktur Kimia Dacron
4. Untuk mengetahui bagaimana Struktur Polimer Dacron
5. Untuk mengetahui bagaimana Pengaturan Monomer
6. Untuk mengetahui bagaimana Tositisitas dari Dacron
7. Untuk mengetahui bagaimana Perilaku Termal Dari Dacron
8. Untuk mengetahui bagaimana proses polimerisasi molekul Dacron
9. Untuk mengetahui bagaimana Metode Sintesis Dacron
10. Untuk mengetahui saja kegunaan Dacron dalam kehidupan sehari-hari
11. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi polipropilena ketika menjadi limbah
12. Untuk mengetahui apa saja kekurangan dan kelebihan dari Dacron

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah PET (polyethylene terephthalate )

Contoh produk polyethylene terephthalate

PET pertama kali disintesis di AS selama pertengahan 1940-an oleh ahli kimia DuPont,
yang sedang mencari polimer yang dapat digunakan untuk membuat serat tekstil baru. DuPont
nantinya akan menyebut serat poliester ini sebagai "Dacron." Pada akhir 1950-an, para
peneliti menemukan cara untuk merentangkan selembar PET yang diekstrusi tipis untuk
membuat film PET, yang saat ini digunakan secara luas sebagai video, fotografi dan film
sinar-X, serta untuk kemasan film. Pada awal 1970-an, teknologi ini dikembangkan untuk
memungkinkan pencetakan blow-stretch PET menjadi botol yang kuat, ringan dan tahan
pecah. Pada tahun 1973, botol PET dipatenkan dan dengan cepat memperoleh penerimaan
pasar. Pada tahun 1977, botol PET pertama didaur ulang. Saat ini PET adalah salah satu bahan
yang paling umum digunakan, serbaguna, dan tepercaya di dunia. Lebih dari setengah serat
sintetis dunia terbuat dari PET, dan hampir semua botol minuman ringan berkarbonasi dan
berukuran 2 liter yang dijual di AS terbuat dari resin PET.
PET adalah polimer. Ini berarti makromolekul yang terbuat dari ribuan unit berulang
yang disebut monomer. Untuk menghasilkan kimiawan PET gunakan dua jenis monomer:
asam tereftalat dan etilen glikol. Kedua unit mengalami reaksi yang disebut esterifikasi, di
mana asam organik dan alkohol bergabung membentuk ester dan air. Ester biasanya senyawa
dengan aroma yang bagus dan buah. Tapi PET bukan ester normal - ini adalah polimer,
karenanya poli-ester - dan sifatnya sangat berbeda.

3
PET adalah resin yang sangat fleksibel, tidak berwarna dan semi-kristal dalam keadaan
alami. Tergantung pada bagaimana diproses, itu bisa semi-kaku menjadi kaku. Ini
menunjukkan stabilitas dimensi yang baik, tahan terhadap benturan, kelembaban, alkohol dan
pelarut. PET yang merupakan singkatan dari polyethylene terephthalate , adalah plastik
bening, kuat dan ringan milik keluarga poliester. Biasanya disebut "poliester" bila digunakan
untuk serat atau kain, dan "PET" atau "PET Resin" bila digunakan untuk botol, botol, wadah
dan aplikasi pengemasan. PET adalah pilihan kemasan dunia untuk banyak makanan dan
minuman karena itu higienis, kuat, ringan, tahan pecah, dan mempertahankan kesegaran. Ini
paling sering digunakan untuk mengemas minuman ringan berkarbonasi dan air. Konsumen
dapat mengidentifikasi wadah PET dengan kode identifikasi resin segitiga # 1 yang ditemukan
di bagian bawah botol dan botol PET.
Polyethylene terephtalate (PET) merupakan keluarga polyester seperti halnya PC. PET
berbahan dasar glikol (EG) dan terephtalic acid (TPA) atau dimetyl ester atau asam terepthalat
(DMT). Beberapa jenis PET memiliki sifat antara lain :
1) PET Polymer biasanya dilapisi fiber glass atau filler mineral agar lebih kuat.
2) Untuk film PET-nya berwarna jernih, tak tembus air (liat), kuat, berdimensi stabil,
tahan api, tak toxic, bersifat permiabel terhadap gas, kadar air dan baunya rendah.
3) untuk engineer resin PET-nya bersifat kaku, sangat kuat, berdimensi stabil, daya tahan
terhadap panas dan bahan kimia tinggi, memiliki sifat elektrikal yang bagus. Namun
semua jenis PET mempunyai daya serap yang rendah terhadap uap air dan air
(Bambang, A, 2015).
2.2 Sifat-sifat dari polietilen treftalate (PET)
Sifat-sifat PET dapat berwujud padatan amorf (transparan) atau sebagai bahan semi-
kristal yang putih dan tidaktransparan, tergantung kepada proses dan riwayattermalnya.
o Densitas : + 1,4 g/cm3
 1,370 g/cm3 (amorf)
 1,455 g/cm3 (kristal)
o Modulus young (E) : 2800-3100 MPa
o Tensile strength (σt) : 55-75 MPa
o Temperatur glass (Tg) : 75 oC
o Titik leleh : 260 oC

4
o Konduktivitas thermal : 0,24 W /(m.K)
o Kapasitas panas spesifik : 1,0 kJ / (kg.K)
o Penyerapan air (ASTM) : 0,16
o Viscositas intrinsik : 0,629 dl/g
o Index rerfraksi (nD) : 1,57 – 1,58
o Batas elastisitas : 50 – 150 %
o PET mudah larut dalam asam sulfat, asam nitrat, trifluoro asetat, fenol, meta kresol, dan
tetrakloroetan.
o Bila dipanaskan pada suhu tinggi dengan adanya air, PET akan terhidrolisaPET unggul
karena titik leleh yang relatif tinggi,kesetabilan dimensi baik, kekakuan-
kekuatanmekanik-ketahanan impact tinggi, serapan air-koefisien ekspansi termal rendah
o Resistensi yang sangat baik terhadap alkohol, hidrokarbon alifatik, minyak, lemak dan
asam encer
o Resistensi sedang terhadap alkali encer, hidrokarbon aromatik & terhalogenasi

2.3 Struktur polimer Dacron


A. Homopolimer
Homopolimer merupakan polimer yang terdiri dari satu macam monomer, dengan
struktur polimer. . . – A – A – A – A – A – A –. . . Salah satu contoh pembentukan
homopolimer dari polivinil klorida.

B. Kopolimer
Kopolimer merupakan polimer yang tersusun dari dua macam atau lebih monomer.
Contoh: polimer SBS (polimer stirena-butadiena-stirena). Berikut merupakan jenis-jenis
kopolimer.
a) Kopolimer acak, yaitu kopolimer yang mempunyai sejumlah satuan berulang yang
berbeda tersusun secara acak dalam rantai polimer. Strukturnya: . . . – A – B – A – A –
B – B – A – A –. . . .
b) Kopolimer bergatian, yaitu kopolimer yang mempunyai beberapa kesatuan ulang yang
berbeda berselang-seling adanya dalam rantai polimer. Strukturnya:. . . – A – B – A – B
–A–B–A–B–...

5
c) Kopolimer balok (blok), yaitu kopolimer yang mempunyai suatu kesatuan berulang
berselang-seling dengan kesatuan berulang lainnya dalam rantai polimer. Strukturnya: . .
. – A – A – A – A – B – B – B – B – A – A – A – A –. . .
d) Kopolimer tempel/grafit, yaitu kopolimer yang mempunyai satu macam kesatuan
berulang menempel pada polimer tulang punggung lurus yang mengandung hanya satu
macam kesatuan berulang dari satu jenis monomer.

Polietilen tereftalat tersedia sebagai homopolimer dan juga dapat dimodifikasi untuk
menghasilkan kopolimer (dikenal sebagai PETG atau PET-G - polietilen tereftalat
termodifikasi glikol) sehingga lebih diinginkan untuk aplikasi tertentu. Pengubah umum yang
menggantikan etilen glikol atau asam tereftalat untuk menghasilkan PETG adalah
sikloheksana dimetanol (CHDM) dan asam isofalat. Ada pengubah mengganggu kristalisasi
dan menurunkan suhu leleh polimer.
Dakron merupakan kopolimer yang terbentuk dari 2 monomer yang berbeda, merupakan
polyester yaitu dari reaksi esteifikasi yang membentuk suatu polimer. Dacron terbentuk dari
Monomer bis (2-hidroksietil) tereftalat dapat disintesis dengan reaksi esterifikasi antara asam
tereftalat dan etilen glikol dengan air sebagai produk sampingan, atau dengan reaksi
transesterifikasi antara etilen glikol dan dimetil tereftalat (DMT) dengan metanol sebagai
produk sampingan. Polimerisasi adalah melalui reaksi polikondensasi monomer (dilakukan
segera setelah esterifikasi / transesterifikasi) dengan air sebagai produk samping.

6
Selain PET ( homopolimer ) murni , PET juga dimodifikasi oleh kopolimerisasi. Dalam
beberapa kasus, sifat kopolimer yang dimodifikasi lebih diinginkan untuk aplikasi
tertentu. Sebagai contoh, cyclohexane dimethanol (CHDM) dapat ditambahkan ke tulang
punggung polimer sebagai pengganti etilena glikol . Karena blok bangunan ini jauh lebih
besar (6 atom karbon tambahan) daripada unit etilen glikol yang digantikannya, itu tidak
cocok dengan rantai tetangga seperti halnya unit etilen glikol. Ini mengganggu kristalisasi dan
menurunkan suhu leleh polimer. Secara umum, PET seperti itu dikenal sebagai PETG atau
PET-G (Polyethylene terephthalate glycol-modified; Eastman Chemical, SK Chemicals
Selenis adalah beberapa produsen PETG). PETG adalah termoplastik amorf jelas yang dapat
dicetak injeksi, lembar diekstrusi atau diekstrusi sebagai filamen untuk pencetakan 3D. Itu
bisa diwarnai selama pemrosesan.

Phthalic acid Isophthalic acid Terephthalic acid

Mengganti asam tereftalat (kanan) dengan asam isoftalat (tengah) menciptakan


kekusutan dalam rantai PET, mengganggu kristalisasi dan menurunkan titik leleh polimer.
Pengubah umum lainnya adalah asam isofalat , menggantikan beberapa unit tereftalat
yang terhubung 1,4- ( para- ) . Tautan 1,2- ( orto- ) atau 1,3- ( meta -) menghasilkan sudut
pada rantai, yang juga mengganggu kristalinitas.
Kopolimer seperti itu menguntungkan untuk aplikasi cetakan tertentu,
seperti thermoforming , yang digunakan misalnya untuk membuat baki atau kemasan blister
dari film co-PET, atau lembaran PET amorf (A-PET / PETA) atau lembaran PETG. Di sisi
lain, kristalisasi penting dalam aplikasi lain di mana stabilitas mekanik dan dimensi penting,
seperti sabuk pengaman. Untuk botol PET, penggunaan sejumlah kecil asam isoftalat,
CHDM, dietilen glikol (DEG) atau komonomer lain dapat bermanfaat: jika hanya sejumlah
kecil komonomer yang digunakan, kristalisasi diperlambat tetapi tidak dicegah
sepenuhnya. Hasilnya, botol dapat diperoleh melalui stretch blow moulding ("SBM"), yang

7
keduanya cukup jernih dan kristal untuk menjadi penghalang yang memadai untuk aroma dan
bahkan gas, seperti karbon dioksida dalam minuman berkarbonasi.
Dakron memiliki struktur yang linier dan tidak ada percabangan. Di bawah ini
merupakan struktur molekul polimer PET.

(Siddhartha et al,2011)
Dacron adalah polimer linier yang biasanya mengandung sekitar 80 unit per rantai,
padatan yang dapat dicairkan tanpa dekomposisi. Polimer cair dipaksa melalui lubang-lubang
kecil di spinneret dan mendingin dan membeku dalam bentuk serat tipis. Serat-serat ini
kemudian direntangkan hingga sekitar lima kali panjang aslinya. Selama proses peregangan,
masing-masing molekul polimer menjadi sejajar sehingga mereka semua sejajar dengan
sumbu serat; ini memungkinkan molekul untuk saling berdekatan, membuat benang lebih
kuat. Pengepakan yang lebih dekat dari molekul-molekul polimer juga membuat molekul-
molekul lain lebih sulit menembus serat, dan Dacron yang ditarik lebih tahan secara kimia dan
menyerap lebih sedikit air daripada polimer yang tidak ditarik. Contohnya di Eropa, poliester
ini disebut Terylene, dan serat Fortrel dan Kodel yang dibuat di Amerika Serikat memiliki
struktur yang serupa.

2.4 Bagaimana pengaturan monomer

Mekanisme polimerisasi graft yang diinduksi radiasi untuk PET

Polimerisasi graft kimia paling sering menggunakan peroksida untuk menghasilkan


radikal yang berpusat pada oksigen melalui pemotongan ikatan rangkap O-O. Radikal bebas

8
ini dapat mengabstraksikan hidrogen dari kain atau monomer yang menghasilkan elektron
tidak berpasangan yang memulai polimerisasi (25-27) (Fastow, dkk,2019).
Dalam penelitian ini, metode polimerisasi cangkok satu-langkah yang diinduksi radiasi
untuk mencangkokkan monomer yang kaya amina ke substrat kain. Awalnya, setiap kain
dipotong menjadi segmen 50-mg. Sebelum mencangkok, sampel PET dan HDPE memerlukan
pra-pemrosesan untuk menghilangkan lapisan asam polilaktat (PLA) yang siap larut.
Merefluks baik PET dan HDPE dalam tetrahydrofuran (THF) dengan perbandingan 20 ml
cairan per 50 mg sampel selama 4 jam pada 708C menghilangkan selubung PLA. Pembilasan,
pengadukan, dan sonikasi dilakukan pada setiap kain secara terpisah dalam botol 20 ml yang
diisi dengan metanol untuk menghilangkan sisa THF dan PLA. Semua kain dibilas dengan
metanol dan air deionisasi untuk menghilangkan potensi kontaminasi organik yang
terakumulasi ketika memotong kain menjadi segmen 50-mg di atmosfer. Kain dikeringkan
dalam desikator di bawah vakum, dimasukkan ke dalam botol kaca 12-ml dan dibersihkan
dengan argon untuk menciptakan atmosfer lembam untuk pencangkokan ( graft) . Setelah pra-
pemrosesan dan persiapan sampel, kopolimer dibentuk menggunakan polimerisasi graft tidak
langsung yang diinduksi radiasi, yang telah dimodelkan dalam karya yang diterbitkan
sebelumnya, di mana bahan disintesis untuk sorben selektif (18, 24, 39). Fasilitas Radiasi
Industri Medis (MIRF) di Institut Nasional Indonesia
Gambar di bawah ini menunjukkan kapasitas dari keenam polimer baru yang disintesis:
PET, HDPE dan nilon 6 yang dicangkokkan dengan allylamine dan butenylamine.

9
Semua kopolimer graft baru yang dimodifikasi dengan butenylamine menunjukkan
kapasitas CO2 yang tidak nol. Namun, hanya PET dan nilon yang dicangkokkan dengan
allylamine yang secara statistik menunjukkan kapasitas CO2 non-nol yang signifikan; HDPE
allylamine-grafted tidak, karena bilah galatnya melampaui 0 mmol (g 1). Dalam semua kasus,
sampel yang dicangkokkan butenylamine menunjukkan kapasitas CO2 maksimum yang lebih
tinggi daripada kain yang dicangkokkan allylamine. Meskipun perbedaan struktural antara
allylamine dan butenylamine menunjukkan yang pertama harus menunjukkan sorbensi CO2
yang lebih besar, butenylamine mencapai kapasitas yang lebih tinggi mengingat perlekatan
monomer yang jauh lebih besar. ( Fastow,dkk, 2019)

(Ramachandran ,2016).

Selain itu juga susunan monomer graft ini dapat dibentuk sebagai mana dari reaksi
gambar diatas, yaitu pada method ke empat dan kedua yang mana hasil reaksinya
menghasilkan bentuk struktur monomer graft. Dalam metode 2 (M2), modifikasi awal sama
dengan M1, tetapi pencangkokan asam metakrilat dilakukan pada tulang punggung polimer
pada langkah terakhir. Dalam metode 4 (M4), perlakuan plasma oksigen digunakan untuk
memperkenalkan kelompok peroksida reaktif di mana asam akrilik dicangkokkan. Pengenalan
kelompok karboksil dikonfirmasi oleh fourier transform infrared spectroscopy (FTIR) dan
diperkirakan menggunakan uji Toluidine blue O (TBO) (Ramachandran, 2017).

10
Polimerisasi graft radikal adalah metode yang efektif untuk modifikasi permukaan serat
inert dan hidrofobik poli (etilen tereftalat) (PET), tetapi kurang efisiensi dan kontrol
penyambungan. Beberapa elemen kunci yang interaktif dan mengendalikan dari reaksi
polimerisasi graft diidentifikasi, dan karakter afinitas yang sesuai dari masing-masing
komponen reaksi dikuantifikasi dengan menggunakan teori kelarutan Hansen. Kontrol yang
tepat dari reaksi polimerisasi graft radikal pada permukaan serat PET telah tercapai.
Proses inisiasi yang paling umum adalah dekomposisi termal dari inisiator melalui
pembelahan homolitik ikatan kovalen lemah dalam molekul menjadi radikal bebas. Inisiator-
inisiator ini terutama jatuh ke dalam molekul-molekul peroksi karena ciri-ciri struktural dan
kecenderungan dalam abstrak hidrogen aktif pada polimer. Pada pemanasan ke suhu
dekomposisi, ikatan O-O yang lemah dalam inisiator alkil peroksida (RO – OR ′) membentuk
dua radikal RO˙ yang sangat aktif, yang memiliki energi tinggi dan preferensi untuk atom-H
abstrak dari substrat polimer (PET-H ). Karena pembentukan ikatan yang kuat (RO-H), jalur
reaksi seperti itu akan mengurangi energi bebas Gibbs keseluruhan dari reaksi (Δ G <0),
menjadikannya reaksi yang menguntungkan secara termodinamik dibandingkanreaksi adisi
radikal langsung terhadap monomer vinil. Serat memiliki area permukaan yang terbatas,
biasanya kurang dari 1% berat total massa. Untuk mencapai fungsi yang diinginkan pada serat
yang dimodifikasi secara kimia, hasil tinggi dari grafting permukaan mutlak
diperlukan. Dengan demikian, memiliki kontrol yang tepat pada reaksi polimerisasi graft
radikal pada permukaan serat sangat penting untuk meningkatkan hasil reaksi
okulasi. Menurut kondisi reaksi polimerisasi graft yang diinginkan, sangat penting untuk
memiliki semua reaktan terkait (inisiator dan monomer) pada jarak yang sangat dekat dari
permukaan PET.
Dengan demikian, afinitas yang tinggi dari molekul (inisiator dan monomer) terhadap
PET sangat penting, yang dapat meningkatkan aksesibilitasnya ke rantai polimer dan
memfasilitasi abstraksi atom-H dari dan pencangkokan monomer fungsional berikutnya pada
permukaan PET. Berdasarkan distribusi energi dari semua ikatan yang mungkin dalam PET,
kami berspekulasi bahwa reaksi abstraksi-H sebagian besar terjadi pada CH2 kelompok
komponen etilen glikol. Selain itu, reagen harus terdifusi dengan baik ke permukaan serat
untuk kontak molekul yang intim dan meningkatkan efisiensi reaksi. Dengan semua kondisi
yang disebutkan, pelarut organik yang dapat membengkak PET dan memfasilitasi difusi

11
inisiator dan monomer ke dalam polimer mungkin diperlukan dalam membantu reaksi
okulasi. Sejumlah kecil pelarut tersebut diusulkan untuk ditambahkan dalam formulasi sistem
pengolahan dan dapat dihilangkan dan mungkin didaur ulang selama perawatan kain. Dengan
demikian, afinitas pelarut pada inisiator, monomer dan PET adalah penting dan harus
dipertimbangkan juga.
Dalam penelitian ini, parameter kelarutan Hansen (HSP) digunakan sebagai alat untuk
mengukur afinitas inisiator, pelarut, dan molekul monomer terhadap PET. Inisiasi radikal dan
polimerisasi okulasi dilakukan pada proses curing di bawah suhu tinggi (di atas suhu gelas
PET) dalam oven pada kain PET di mana inisiator, pelarut, dan monomer dimuat secara
merata. Pengawetan kain di bawah suhu tinggi memastikan pembengkakan serat oleh pelarut
yang dipilih, peningkatan difusi inisiator dan monomer ke dalam serat dan penguapan pelarut
berikutnya (H2O dan pelarut organik). Inisiator difusi dalam serat PET dapat menjamin
abstraksi efektif H effective dari ikatan C-H lemah PET ketika suhu mendorong pembentukan
radikal inisiator. Studi yang berbeda telah menunjukkan bahwa jika nukleofilisitas radikal
yang menyerang meningkat, itu akan mendukung abstraksi hidrogen daripada penambahan
sistem tak jenuh (cincin benzena atau ikatan rangkap). Radikal PET˙ yang dihasilkan
selanjutnya dapat bereaksi dengan monomer, yang mengarah pada pencangkokan dan
menghindari homo-polimerisasi yang tidak diinginkan dari monomer. Proses perawatan
keseluruhan dan mekanisme reaksi radikal yang diusulkan dapat dilihat pada Skema berikut
(Maryam, 2017).

12
2.5 Tositisitas dari Dacron
Botol PET/PETE ini disarankan hanya satu kali digunakan, sebab jika berulang kali
digunakan terutama untuk makanan/minuman hangat atau panas, dapat menyebabkan lapisan
polimer pada botol meleleh dan menghasilkan zat karsinogenik (penyebab kanker) (Bambang
Admadi Harsojuwono, 2015). Mayoritas bahan plastik PET di dunia untuk serat sintetis
(sekitar 60 %), dalam pertekstilan PET biasa disebut dengan polyester (bahan dasar botol
kemasan 30 %). Botol Jenis PET/PETE ini direkomendasikan HANYA SEKALI PAKAI. Bila
terlalu sering dipakai, apalagi digunakan untuk menyimpan air hangat apalagi panas, akan
mengakibatkan lapisan polimer pada botol tersebut akan meleleh dan mengeluarkan zat
karsinogenik (dapat menyebabkan kanker).
 Titik lelehnya 85ºC
 Di dalam membuat PET, menggunakan bahan yang disebut dengan antimoni trioksida,
yang berbahaya bagi para pekerja yang berhubungan dengan pengolahan ataupun daur
ulangnya, karena antimoni trioksida masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernafasan,
yaitu akibat menghirup debu yang mengandung senyawa tersebut.
 Terkontaminasinya senyawa ini dalam periode yang lama akan mengalami: iritasi kulit
dan saluran pernafasan.
 Bagi pekerja wanita, senyawa ini meningkatkan masalah menstruasi dan keguguran, pun
bila melahirkan, anak mereka kemungkinan besar akan mengalami pertumbuhan yang
lambat hingga usia 12 bulan (Karuniastuti, 2015)

Menurut penelitian Jesica Tapiory (2019) Logam berat (katalis PET) seperti antimon
telah terdeteksi dalam banyak botol air dan memunculkan masalah kesehatan. Antimon
digunakan sebagai katalis dalam kegiatan produksi plastik, termasuk PET, sebuah poliester
dari asam tereftalat dan etilena glikol, yang digunakan dalam kontainer botol air. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh ditemukan adanya peluluhan Antimon (Sb) dari botol kemasan
jenis PET kedalam air kemasan yang disimpan dalam ruang penyimpanan dengan temperatur
tinggi dalam waktu yang lama. Penelitan lain yang mendukung, dilakukan oleh Rowell et al.
menyimpulkan bahwa dalam 12 hari pemanasan sinar matahari ditemukan peningkatan kadar
Antimon (Sb), Arsen (As) dan Tl yang melebihi pedoman air minum oleh United States
Environmental Protection Agency’s (US EPA) dalam botol sample.

13
Berdasarkan hasil penelitian, kadar antimon setelah pemanasan dengan sinar matahari di
hari pertama masih berada di bawah kadar maksimum menurut Permenkes RI No. 492 tahun
2010. Pada hari kelima kadar antimon mencapai 0,02 ppm dengan rata-rata suhu 32,5oC.
Jumlah tersebut sudah mencapai angka kritis karena batas maksimum yang diperbolehkan
adalah 0,02 ppm, sedangkan pada hari kesepuluh kadar antimon pada air kemasan PET telah
melebihi batas maksimum yang diperbolehkan yaitu 0,026 ppm dengan rata-rata suhu 32,6oC.
Sembilan puluh persen dari pembuatan Polyethylene Terephthalate (PET) di seluruh
dunia, poliester asam tereftalat dan etilen glikol, menggunakan antimon trioksida sebagai
katalisator. Antimon trioksida dapat terbentuk jika antimon berikatan dengan oksigen yang
ada pada H2O, berikut merupakan reaksi pembentukkannya :
2Sb (s) + 3H2O (g) Sb2O3 (s) + 3H2
Antimon trioksida menawarkan aktivitas katalis yang tinggi, tidak menghasilkan warna yang
tidak diinginkan, dan memiliki kecenderungan yang rendah untuk reaksi sampingan.
Antimon dan berbagai bentuk senyawanya adalah toxik dan dampak dari keracunan
antimon serupa dengan keracunan arsen. Dalam kadar yang kecil, keracunan antimon dapat
menyebabkan sakit kepala, pusing dan depresi. Dalam dosis besar menimbulkan violent dan
muntah secara berkala serta dapat menyebabkan kematian dalam beberapa hari. Obat yang
mengandung antimon jika diberikan melalui oral dalam dosis yang tinggi dapat bersifat toksik
pada saluran pencernaan. Paparan antimon dalam jangka pendek pada kadar yang melebihi
kadar maksimum dapat menyebabkan efek samping seperti mual, muntah dan diare. Paparan
oral terhadap antimoni trivalen berasosiasi pada kerusakan syaraf optik, radang uvea, dan
pendaraan retina, nyeri kepada, batuk-batuk, anoreksia, dan fertigo . Antimon bersifat
karsinogenik
Contoh kasus keracunan antimon yang pernah terjadi adalah beberapa pekerja meminum
lemonade yang sudah terkontaminasi oleh antimon trioxide dari wadah minuman dan
menyebabkan 50-60 orang harus dibawa ke rumah sakit. Kasus keracunan serupa pernah
terjadi dengan melibatkan 150 anak-anak yang mengkonsumsi lemonade yang terkontaminasi
antimon mengalami mual, muntah dan diare. Dari berbagai penjelasan diatas, kami sangat
merekomendasikan konsumen untuk tidak menyimpan air minum dalam kemasan PET pada
tempat yang terpapar panas karena dapat meningkatkan peluang untuk terlepasnya senyawa
antimon dari kemasan PET masuk ke dalam air kemasan. Hal ini perlu menjadi catatan

14
terutama bagi para pedagang dan distributor minuman agar mereka dapat benar-benar
memahami makna dari anjuran untuk menyimpan air kemasan pada tempat yang tidak
terpapar sinar matahari serta bagi masyarakat umum untuk menghindari menyimpan air
minum kemasan PET di dalam mobil yang terjemur sinar matahari.

2.6 Perilaku termal dari Dacron


PET adalah polimer yang mengkristal secara perlahan yang bisa diperoleh dengan
berbagai derajat kristalinitas (0–50%) sebagai akibat dari spesifik perlakuan termal (Harshita
Agrawal, 2014). Poli (etilena tereftalat) adalah poliester termoplastik, dikomersialkan sebagai
Dacron. Dacron memiliki banyak aplikasi medis seperti jahitan dan cangkok pembuluh darah,
dapat dilihat pada gamabar berikut.

Adapun sifat-sifat dari dakron seperti kekerasan, kekakuan, stabilitas bio, kimia, dan
dimensi, dan biokompatibilitas membuat materi lebih menjanjikan untuk aplikasi biomedis
(Sethuraman dan Subramaniam, 2014). Poli (etilen tereftalat) (PET) adalah polimer semi
kristalin termoplastik, pertama kali dikomersialkan dengan nama dagang Dacron. Tg secara
umum diterima menjadi 70oC, sedangkan titik lelehnya (Tm) adalah sampai 250oC.
Meskipun ringan, PET memiliki kekuatan luluh sekitar 40 MPa dan kekuatan tarik sekitar
170 MPa. Selain itu, sangat tahan arus dan memiliki modulus lenturtinggi. PET cukup kedap
terhadap sebagian besar gas dan cairan, dan sifat ini dapat ditingkatkan baik dengan
meningkatkan kristalinitasnya atau dengan kopolimerisasi dengan monomer lain. Setelah
dicetak dan diatur,PET tidak mudah menyerap air karena sifat kristalnya, dan juga tahan
terhadap pembubaran oleh pelarut umum (Samavedia, dkk, 2014).
Poli (etilen tereftalat) (PET) adalah polimer termoplastik, yang banyak digunakan dalam
industri tekstil dan pengemasan . Serat yang terbuat dari polimer ini digunakan untuk produksi
kain dan benang yang tidak ditenun misalnya. Terylene & Trevira. Mereka juga digunakan
dalam pengobatan sebagai nonde-elemen jahitan atau prostesis bertahap, misalnya Dacron.
Stabilitas tinggi dalam tubuh manusia dan susceps sangat rendah adalah degradasi enzimatik
dan hidrolitik yang menjadi salah satu kerugian terbesar dari bahan ini.

15
2.7 Proses polimerisasi molekul
Dacron Serat poli (etilen tereftalat) (PET) memiliki perilaku hidrofobik, energi
permukaan rendah, dan keterbasahan yang buruk karena kurangnya gugus polar dalam
strukturnya. Modifikasi permukaan serat PET dapat meningkatkan dan mengubah sifat atau
memperkenalkan fungsi-fungsi baru seperti hidrofilisitas, super-hidrofobisitas,
biokompatibilitas, konduktivitas, pewarnaan, anti-pengotoran, dan sifat antibakteri pada serat.
(Maryam Tamizifar ,2017).
Reaksi klasik di bawah ini menghasilkan serat Dacron (poly ethylene terephthalate).

Serat poliester [poli (etilen tereftalat), PET yang sekarang menjadi serat sintetis terkemuka
dunia, diproduksi dengan laju tahunan lebih dari 1,5 juta ton, dibawah ini adalah bentuk baal
and stick poly ethylene terephthalat (Dacron)

PET umumnya diproduksi menggunakan proses dua langkah. Dimetil tereftalat


dipanaskan dengan etilena glikol yang memberikan campuran oligomer termasuk
dihidroksietil tereftalat. Campuran tersebut kemudian dipanaskan hingga lebih dari 250 C di
bawah vakum dengan adanya katalis untuk menghasilkan produk akhir. Serat PET diproduksi
jika produk didorong melalui lubang kecil. Ketika poliester muncul dari lubang, ketegangan
diterapkan membantu rantai polimer untuk menyelaraskan, memberikan bahan dengan
kekuatan tambahan. Kristalisasi resin poliester dapat dicapai melalui pemanasan sampai

16
sekitar 190 C diikuti dengan pendinginan yang lambat. Pendinginan cepat, yang disebut
quenching, menghasilkan lebih banyak material amorf dari mana film transparan dapat
diproduksi (Christopher, 2016).
Poly ethylene terephthalat (Dacron) Ini digunakan sebagai film magnetik dalam sinar-X
dan aplikasi fotografi lainnya, dan dalam aplikasi makanan seperti kemasan makanan
termasuk makanan mendidih dalam kantong. Film yang lebih tebal digunakan dalam
pembuatan banyak botol minuman tunggal berkarbonasi karena PET dapat dicetak-injeksi dan
karena memiliki permeabilitas karbon dioksida yang rendah. PET memiliki titik leleh 240 C,
sehingga PET sulit sekali untuk dibentuk. Pembuatan PET biasanya dibuat seperti yang
dijelaskan dalam Persamaan dibawah ini.

Kemudian alasan kedua PET sulit untuk dibentuk karena titik leburnya yang tinggi (Tm
240 C). PET juga mengkristal relatif lambat sehingga perawatan ekstra harus dilakukan untuk
memastikan bahwa produk cetakan PET sepenuhnya dikristalisasi atau bagian yang
dikristalisasi parsial akan menjadi lokasi yang disukai untuk cracking, crazing, penyusutan,
dll. Dengan demikian, zat nukleasi dan akselerator kristalisasi telah digunakan untuk
meningkatkan laju kristalisasi. Postannealing telah digunakan jika perlu.
PET sekarang banyak digunakan sebagai bahan pembotolan untuk minuman ringan
karena permeabilitas karbon dioksida yang rendah. Permeabilitas karbon dioksida berkurang
dengan meningkatnya ketebalan dan kristalinitas film. Untuk mencapai kristalinitas yang
diperlukan, PET kristalin parsial digunakan dalam proses pencetakan blow stretch dengan
proses pencetakan yang dilakukan untuk mempromosikan pembentukan kristal lebih lanjut.
Serat yang terbuat dari polimer Poli (etilen tereftalat) (PET) ini digunakan untuk produksi kain
dan benang yang tidak ditenun misalnya. Terylene & Trevira. Mereka juga digunakan dalam
pengobatan sebagai nonde- elemen jahitan atau prostesis bertahap mis dacron. Stabilitas tinggi

17
dalam tubuh manusia dan susceps sangat rendah adalah degradasi enzimatik dan hidrolitik
sering salah satu kerugian terbesar dari bahan ini (Charles, 2003).

2.8 Metode sintesis Dacron


Polimerisasi merupakan suatu jenis reaksi kimia dimana monomer-monomer bereaksi
untuk membentuk rantai yang besar. Dua jenis utama dari reaksi polimerisasi adalah
polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi.
Polimer kondensasi terjadi dari reaksi antara gugus fungsi pada monomer yang sama
atau monomer yang berbeda. Dalam polimerisasi kondensasi kadang-kadang disertai dengan
terbentuknya molekul kecil seperti H2O, NH3, atau HCl. Di dalam jenis reaksi polimerisasi
yang kedua ini, monomer- monomer bereaksi secara adisi untuk membentuk rantai.
Namun demikian, setiap ikatan baru yang dibentuk akan bersamaan dengan dihasilkannya
suatu molekul kecil – biasanya air – dari atom-atom monomer.
Pada reaksi semacam ini, tiap monomer harus mempunyai dua gugus fungsional
sehingga dapat menambahkan pada tiap ujung ke unit lainnya dari rantai tersebut. Jenis reaksi
polimerisasi ini disebut reaksi kondensasi.

PET adalah poliester alifatik. Ini diperoleh dari reaksi polikondensasi monomer yang
diperoleh baik dengan:
 Reaksi esterifikasi antara asam tereftalat dan etilena glikol, OR
 Reaksi trans-esterifikasi antara etilena glikol dan dimetil tereftalat

18
Reaksi menghasilkan PET dalam bentuk massa kental yang dapat dengan mudah
dipintal langsung ke serat atau diekstrusi atau dicetak ke dalam hampir semua bentuk. Blok
bangunan dasar PET adalah etilen glikol dan asam tereftalat, yang digabungkan untuk
membentuk pelet PET. Pelet resin ini kemudian dipanaskan menjadi cairan cair yang dapat
dengan mudah diekstrusi atau dicetak menjadi barang-barang dalam bentuk apa pun secara
praktis.
Lebih khusus lagi, ketika dua bahan baku PET digabungkan di bawah suhu tinggi dan
tekanan vakum rendah, rantai panjang polimer terbentuk. Saat campuran menjadi lebih tebal,
rantai tumbuh lebih lama. Setelah panjang rantai yang sesuai tercapai, reaksi dihentikan.
Untaian spaghetti seperti PET kemudian diekstrusi, didinginkan dengan cepat, dan dipotong
menjadi pelet kecil.
Ketika pelet resin dipanaskan kembali ke tahap cair, rantai polimer dapat diregangkan
dalam satu arah (untuk serat) atau dalam dua arah (untuk botol dan film). Jika polimer
didinginkan dengan cepat saat diregangkan, rantai dibekukan dengan orientasinya yang utuh.
Setelah diatur dalam bentuk memanjang, materialnya sangat tangguh. Jika PET dipegang
dalam bentuk yang diregangkan pada suhu yang tinggi, ia perlahan mengkristal dan mulai
menjadi buram, lebih kaku dan kurang fleksibel. Bentuk kristal PET ini sering digunakan
untuk wadah makanan dan nampan yang dibawa pulang dan disiapkan yang dapat dipanaskan
kembali dalam oven atau microwave.
Dacron adalah polimer hidrofobik lembam tanpa kelompok fungsional. Oleh karena itu,
modifikasi kimia harus dilakukan untuk memperkenalkan kelompok fungsional untuk
mengubah sifat permukaan. Modifikasi tersebut dapat membuat kelompok yang dapat

19
membentuk hubungan kovalen dengan berbagai biomolekul seperti karbidrat, peptida dan
protein. Misalnya, sintesis komposit partikel Dacron magnetik yang dijelaskan oleh Carneiro
Leão et al. awalnya dilakukan dengan mengubah polimer menjadi Dacron-hidrazida. Partikel
magnetik Dacron-hydrazide-Hep untuk berfungsi sebagai alat alternatif untuk pemurnian
afinitas AT. Partikel magnetik Dacron-hydrazide-Hep memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan dengan turunan resin, termasuk sintesis mudah menggunakan reagen biaya
rendah dan, penghapusan mudah dari campuran inkubasi dengan menggunakan magnet, dan
partikel dapat digunakan kembali.
Inilah reaksi proses dacron (Polyethylene terephthalate) menghasilkan Partikel magnetik
Dacron-hydrazide-Hep.

(Aurenice, 2016)

2.9 Kegunaan Dacron dalam kehidupan sehari-hari


Di dunia kebanyakan plastik PET dipakai dalam bidang tekstil sebagai serat sintetis
yaitu sebesar 60%. PET atau dikenal dengan polyester biasanya untuk bahan dasar botol atau
gelas kemasan yang jernih yaitu sekitar 30%. PET daur ulang dapat dikonversi menjadi serat,
kain, lembaran untuk pengemasan dan pembuatan komponen otomotif. Secara kimia,
Polyethylene terephthalate sangat mirip dengan Polybutylene Terephthalate.

20
PET (polyethylene terephthalate ) Biasa dipakai untuk botol plastik yang
jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air mineral, botol jus, dan hampir semua botol
minuman lainnya. Jenis PET/PETE ini direkomendasikan HANYA SEKALI PAKAI.
Biasanya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur ulang dengan angka 1
di tengahnya dan tulisan PETE atau PET (polyethylene terephthalate) di bawah segitiga
(Karuniastuti, 2015).

2.10 Cara mengatasi polipropilena ketika menjadi limbah (daur ulang)


Produk-produk Polyethylene Terephthalate atau PET adalah 100% dapat didaur ulang
dan merupakan plastik paling daur ulang di seluruh dunia. PET dapat dengan mudah
diidentifikasi dengan kode daur ulang # 1.

Koefisien difusi rendah membuat PET jauh lebih cocok daripada bahan plastik lainnya
untuk digunakan sebagai bahan daur ulang. Botol PET paska konsumen dikumpulkan dan
diproses melalui serangkaian proses pencucian khusus atau dengan perlakuan kimia untuk
memecah PET menjadi bahan baku atau zat antara yang selanjutnya digunakan untuk
menghasilkan serpihan PET daur ulang (rPET).

Fasilitas Daur Ulang PET


Kemudian serpih PET atau rPET daur ulang ini digunakan dalam beberapa aplikasi,
beberapa di antaranya meliputi:
 Serat untuk karpet, jaket bulu, isian selimut, dan tas jinjing

21
 Wadah untuk makanan, minuman (botol), dan barang bukan makanan
 Film dan lembaran
 Tegap
Perlakuan panas lebih lanjut dari serpihan PET daur ulang menghilangkan volatil yang
membuatnya aman dan memenuhi persyaratan agar aman untuk kontak makanan langsung.

2.11 Kekurangan dan kelebihan dari Dacron


 Kekurangan atau keterbatasan PET
1. Ini memiliki kekuatan dan kekakuan yang lebih tinggi daripada PBT
2. Ini sangat kuat dan ringan & karenanya mudah dan efisien untuk diangkut
3. Ia dikenal karena sifat gasnya yang baik (oksigen, karbon dioksida) dan penghalang
kelembaban
4. Ini menunjukkan sifat isolasi listrik yang sangat baik
5. PET memiliki kisaran suhu penggunaan yang luas, dari -60 hingga 130 ° C
6. Dibandingkan dengan PBT, ia juga memiliki suhu distorsi panas (HDT) yang lebih
tinggi
7. Ini memiliki permeabilitas gas yang rendah, terutama dengan karbon dioksida
8. PET cocok untuk aplikasi transparan, saat pendinginan selama pemrosesan
9. PET tidak patah atau patah. Ini praktis tahan pecah dan karenanya, pengganti kaca
yang cocok di beberapa aplikasi
10. Dapat didaur ulang dan transparan untuk radiasi gelombang mikro
11. PET disetujui sebagai aman untuk kontak dengan makanan dan minuman oleh FDA,
Health Canada, EFSA & agensi kesehatan lainnya
 Kekurangan atau keterbatasan PET
1. Kekuatan dampak lebih rendah dari PBT
2. Kemampuan cetakan lebih rendah daripada PBT, karena laju kristalisasi yang lambat
3. Terkena air mendidih
4. Diserang oleh basa dan basa kuat
5. Diserang pada suhu tinggi (> 60 ° C) oleh keton, hidrokarbon aromatik dan diklorinasi
dan asam dan basa encer
6. Perilaku membakar yang buruk

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

PET adalah polimer. Ini berarti makromolekul yang terbuat dari ribuan unit berulang
yang disebut monomer. Untuk menghasilkan kimiawan PET gunakan dua jenis monomer:
asam tereftalat dan etilen glikol. Polietilen tereftalat tersedia sebagai homopolimer dan juga
dapat dimodifikasi untuk menghasilkan kopolimer (dikenal sebagai PETG atau PET-G -
polietilen tereftalat termodifikasi glikol) sehingga lebih diinginkan untuk aplikasi tertentu.
Pengubah umum yang menggantikan etilen glikol atau asam tereftalat untuk menghasilkan
PETG adalah sikloheksana dimetanol (CHDM) dan asam isofalat. Ada pengubah mengganggu
kristalisasi dan menurunkan suhu leleh polimer.

Botol PET/PETE ini disarankan hanya satu kali digunakan, sebab jika berulang kali
digunakan terutama untuk makanan/minuman hangat atau panas, dapat menyebabkan lapisan
polimer pada botol meleleh dan menghasilkan zat karsinogenik (penyebab kanker). PET
adalah poliester alifatik. Ini diperoleh dari reaksi polikondensasi monomer yang diperoleh
baik dengan: Reaksi esterifikasi antara asam tereftalat dan etilena glikol, OR dan reaksi trans-
esterifikasi antara etilena glikol dan dimetil tereftalat. PET (polyethylene terephthalate ) Biasa
dipakai untuk botol plastik yang jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air mineral,
botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya. Jenis PET/PETE ini direkomendasikan
HANYA SEKALI PAKAI

3.2 Saran
Demikianlah makalah ini, semoga bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis
khususnya. Dan pemakalah sangat menyadari bahwa makalah ini masih juah dari kata
sempurna untuk kami mohon kritik dan saran yan membangun demi perbaikan dalam
penulisan kedepanya amin.

23
DAFTAR PUSTAKA

Carraher's, Jr. 2003. Polymer Chemistry. New York. This Book Is Printed On Acid-Free
Paper Headquarters Marcel Dekker, Inc

Christopher William Krohe.2016. The Influence of Branching Agent Concentration and


Geometry on the Non-Isothermal Crystallization Behavior of Branched Poly(ethylene
terephthalate). Lehigh University Lehigh Preserve

Fastow, E., Cook, S. 2019. Single-Step Synthesis Of Atmospheric CO2 Sorbents


Through Radiation- Induced Graft Polymerization On Commercial-Grade
Fabrics. RADIATION RESEARCH 192, 000–000

Harsojuwono, B. 2015. Industri Pertanian Teknologi Polimer. Denpasar. Universitas


Udayana

Karuniastuti, N. 2015. Bahaya Plastik Terhadap Kesehatan Dan Lingkungan. Forum


Teknologi Vol. 03 No. 1

Maryam Tamizifar dan Gang Sun. 2017. Kontrol polimerisasi graft radikal permukaan pada
serat poliester dengan menggunakan parameter kelarutan Hansen sebagai pengukuran
afinitas bahan kimia terhadap bahan. Ilmu Serat dan Polimer, Divisi Tekstil dan Pakaian,
Universitas California

Mercêsa, A., Dkk. 2016. Synthesis And Characterisation Of Magnetised Dacron-


Heparincomposite Employed For Antithrombin Affinity Purification. Journal Of
Chromatography B, 1038 (2016) 73–79

Ramachandran dan Vignesh.2016. A comparative study of different methods of


carboxylation on polyethylene terephthalate to improve antifouling property. Indian
Institute of Technology Madras, Department of Biotechnology, Bhupat and Jyoti
Mehta School of Biosciences, India

Samavedi, S., Dkk. 2014. Synthetic Biomaterials For Regenerative Medicine Applications.
Journal Principles Of Regenerative Medicine And Cell, Tissue, And Organ
Bioengineering

Siddhartha., Aarya, S. 2011. Effect Of Cobalt-60 C Radiation On The Physical And


Chemical Properties Of Poly(Ethylene Terephthalate) Polymer. Journal Of Applied
Polymer Science DOI 10.1002

24
Tamizifar, M., Sun, G. 2016. Control Of Surface Radical Graft Polymerization On
Polyester Fibers By Using Hansen Solubility Parameters As A Measurement Of The
Affinity Of Chemicals To Materials. Fiber And Polymer Science, Division Of Textiles
And Clothing, University Of California

Tapiory, J., Darjati. 2019. Influence Of Sunlight On Drinking Water In Packaging In


Plastic Type Of Polyethylene Terephtalate Related To Antimon Content. Jurnal
Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume 10 Nomor 1. P-ISSN 2086-3098 E-ISSN
2502-7778

25

Anda mungkin juga menyukai