Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

TEKNOLOGI BAHAN

PENGUJIAN SIFAT

MENGEMBANG DAN MENYUSUT PADA KAYU

DOSEN : NUR AISYAH JALALI, S.ST.,M.Eng

Disusun Oleh :

KELOMPOK 5

AINAYAH ALFAATIHA SAIFUDDIN (41118003)

AKMALUDDIN (41118012)

LULU MARJANIA (41118013)

MUHAMMAD TAUFIQ SYUKUR (41118014)

PROGRAM STUDI PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

2018
PENGUJIAN SIFAT
MENGEMBANG DAN MENYUSUT PADA KAYU

A. DASAR TEORI
Kayu adalah bagian batang atau cabang serta ranting tumbuhan yang mengeras karena
mengalami lignifikasi (pengayuan). Kayu digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari
memasak, membuat perabot (meja, kursi), bahan bangunan (pintu, jendela, rangkaatap),
bahan kertas, dan banyak lagi. Kayu juga dapat dimanfaatkan sebagai hiasan-hiasan
rumah tangga dan sebagainya. Penyebab terbentuknya kayu adalah akibat akumulasi
selulosa dan lignin pada dinding sel berbagai jaringan di batang. Pada kayu terjadi
peroses perubahan dimensi secara alami.
Pada berbagai jenis kayu akan mengelami perubahan dimesni setelah ditebang.
Perubahan dimensi pada kayu terdiri dari pengembangan dan penyusutan,.
Pengembangan dan penyusutan merupakan proses yang benar – benar saling
berkebalikan.

Jika kayu kehilangan air di bawah titik jenuh serat (TJS) yaitu kehilangan air terikat,
kayu menyusut. Sebaliknya, jika air mamasuki struktur dinding sel, kayu mengembang.
Penyusutan dan pengembangan adalah suatu proses yang benar-benar terbalikkan dalam
potongan-pototngan kecil kayu bebas tegangan. Namun di dalam produk-produk panil
kayu, seperti papan serat dan papan partikel, proses tersebut sering tidak terbalikkan
secara sempurna. Hal ini sebagian hasil dari pemampatan yang dialami serat-serat atau
partikel-partikel kayu selama pembuatannya. Dalam potongan-potongan besar kayu yang
utuh, pengembangan dan penyusutan mungkin tidak terbalikkan secara sempurna sebagai
akibat gaya-gaya pengeringan internal. Penyusutan dinding sel dan karenanya seluruh
kayu, terjadi saat molekul-molekul air terikat melepaskan diri dari antara molekul-
molekul selulosa berantai panjang dan molekul-molekul hemiselulosa. Molekul-molekul
rantai ini kemudian dapat bergerak saling mendekat. banyaknya penyusutan yang terjadi
umumnya sebanding dengan jumlah air yang keluar dinding sel (Budianto, 2000).
Pengembangan secara sederhana adalah kebalikan proses ini. Karenalapisan S-2
dinding sel umumnya lebih tebal daripada kombinasi lapisan-lapisan lainnya, orientasi
molekuler di dalam lapisan ini sangat menentukan bagaiman penyusutan terjadi. Di dalam
lapisan S-2 kebanyakan molekul-molekul rantai terorintasi lebih kurang sejajar sumbu
panjang sel. karenanya kedua dimensi transversal berkurang jika molekul-molekul
inibergerak saling mendekat. Dengan alasan yang sama, panjang sel tidak banyak
terpengaruh saat dinding sel menyusut atau mengenbang. Penyusutan dan pengembangan
dinyatakan sebagai persen dimensi sebelum perubahan terjadi. Karenanya:
% penyusutan = pengurangan dalam dimensi atau volume x 100%
dimensi atau volume semula

% pengembangan = pertambahan dalam dimensi atau volume x 100%


dimensi atau volume semula
(Haygreen dan Bowyer, 1996).

B. TUJUAN PENGUJIAN
Adapun tujuan dari pengujian ini adalah sebagai berikut
1. Dapat mengetahui kembang susut kayu dan nilai kembang, nilai susut dari kayu
2. Dapat membandingkan nilai kembang dan nilai susut kayu.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Oven
b. Caliper ( Untuk mengukur dimensi kayu)
c. Gergaji
d. Spidol Permanen
e. Alat tulis dan lembar pengamatan

2. Bahan
a. Disk kayu mahoni ( Swietenia mahagoni ) pada kondisi segar

D. PROSEDUR KERJA

1. Disk yang berkondisi segar disiapkan dengan tebal 4 cm, yang akan digergaji
menjadi sampel pengukuran dimensi kayu

2. Diberi gambar bentuk bujursangkar dengan ukuran 2x2 cm dari salah satu tepi ke tepi
yang lain dengan melalui pusat disk
3. Disk digergaji sesuai dengan gambaran yang telah dibuat sehingga diperoleh sampel
kecil dengan ukuran 2x2x4 cm. Diberi kode dengan penomoran pada masing-masing
sampel tersebut dan beri tanda arah radial, tangensial dan longitudinal

4. Dimensi awal dari contoh uji diukur pada tempat-tempat yang telah diberi garis yaitu
pada arah radial, tangensial, dan longitudinal dengan menggunakan kaliper. Dimensi
awal ini kemudian disebut dengan Drs, Dts, Dls

5. Dimasukkan ke dalam oven/tanur pada suhu103 C ± 2 C, sampai mencapai kondisi


o o

kering tanur

6. Dimensi dari contoh uji yang telah mencapai kondisi kering tanur pada tempat-
tempat yan telah diberi garis yaitu pada arah radial, tangensial dan longitudinal
diukur dengan menggunakan kaliper. Dimensi kering tanur ini kemudian disebut
sebagai Drt, Dtt, dan Dlt

7. Direndam di dalam air selama minimum 3 hari untuk mendapatkan kondisi basah
8. Dimensi basah dari contoh uji diukur pada tempat-tempat yang telah dberi garis yaitu
pada arah radial, tangensial dan longitudinal dengan menggunakan kaliper. Dimensi
basah ini kemudian disebut Drb, Dtb dan Dlb

9. Diisikan data hasil pengukuran yang diperoleh ke dalam buku praktikum

Anda mungkin juga menyukai