Anda di halaman 1dari 37

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Bahan bakar minyak (BBM) adalah suatu senyawa organik yang
dibutuhkan dalam suatu pembakaran untuk mendapatkan energi/tenaga. Bahan
bakar minyak ini merupakan hasil dari proses destilasi minyak bumi (Crude
Oil) menjadi fraksi-fraksi yang diinginkan. Bahan bakar minyak mempunyai
peran yang sangat penting dalam mendukung pembangunan nasional terutama
di sektor industri dan sektor transportasi. Hal ini sesuai dengan Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas
Bumi, yang diantaranya berbunyi sebagai berikut : Bahwa minyak dan gas
bumi merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan yang dikuasai
oleh negara serta merupakan komoditas vital yang menguasai hajat hidup
orang banyak dan mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional
sehingga pengelolaannya harus secara maksimal memberikan kemakmuran
dan kesejahteraan rakyat (Paramita, 2011).
Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia minyak bumi memiliki
peran yang penting dan strategis. Peran penting ini dalam hal ini migas
(minyak bumi dan gas) menyangkut hajat hidup orang banyak dan strategis
karena migas merupakan sumber energi bagi kegiatan ekonomi nasional,
disamping sebagai sumber daya devisa Negara yang secara keseluruhan terkait
langsung dengan pertahanan dan keamanan nasional. Perusahaan yang
bergerak dalam migas di Indonesia adalah PT Pertamina (Paramita, 2011).
Sebagai lokomotif perekonomian bangsa Pertamina merupakan
perusahaan milik negara yang bergerak di bidang energi meliputi minyak, gas
serta energi baru dan terbarukan.Pertamina menjalankan kegiatan bisnisnya
berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola korporasi yang baik sehingga dapat
2



berdaya saing yang tinggi di dalam era globalisasi (www.pertamina.com,
2014).
Pertamina merupakan perusahaan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang
mendistribusikan hasil produksinya keseluruh Indonesia yang merupakan
Negara berpulau-pula. Sehingga dalam pendistribusian BBM mengharuskan
Pertamina melakukan kerja sama dengan pihak ketiga sebagai mitra kerja atau
dalam praktek dikenal dengan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Untuk Umum
(SPBU), Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBB) dan Solar Packed Dealer
untuk Nelayan/Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Nelayan (SPDN/SPBN)
yang akan menyalurkan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Bahan Bakar
Khusus (BBK), serta produk lain yang disediakan dan dijual oleh
PERTAMINA, khususnya BBM jenis solar bersubsidi (Hardik, 2012).
Luasnya wilayah Indonesia dalam pendistribusian BBM dan BBK
serta produk lain, pemerintah membangun beberapa dealer pengisian Bahan
Bakar. Salah satunya Pemerintah Provinsi Jawa Tengah segera membangun
tiga dealer pengisian bahan bakar yang tersebar di Pati, Pemalang, dan Brebes.
Pembangunan Solar Packet Dealer Nelayan (SPDN) itu sepenuhnya didanai
Pemprov Jateng melalui APBD tahun ini. Pembangunan tersebut dibangun
untuk melayani kebutuhan bahan bakar kapal-kapal nelayan setempat.
Hendaknya pembangunan SPDN dimaksimalkan untuk memenuhi kebutuhan
solar nelayan (Suara Merdeka, 2005).
Penulis menggunakan data Penjualan BBM Solar pada Kabupaten
Pemalang karena Kabupaten Pemalang merupakan salah satu daerah
pendukung perikanan di Pantai Utara Jawa, yang memiliki perairan potensi
untuk daerah penangkapan ikan. Kabupaten Pemalang memiliki luas wilayah
sebesar 111.530 km. Panjang garis pantai yang dimiliki Kabupaten Pemalang
35 km, yang berbatasan langsung dengan laut Jawa, sehingga sebagian
masyarakat bermata pencaharian sebagai nelayan. Adapun wilayah kecamatan
yang merupakan daerah pesisir pantai atau berbatasan langsung dengan laut
Jawa ada empat Kecamatan pesisir yaitu Kecamatan Pemalang, Kecamatan
Taman, Kecamatan Petarukan dan Kecamatan Ulujami (Putri dkk, 2013).
3



Nelayan-nelayan Kramat (Tegal), Waru Condong, Taman (Pemalang),
Wonokerto dan Pelabuhan Nusantara (Pekalongan), Klidang Lor dan
Gringsing (Batang), Tawang Sewu dan bandengan (Kendal), Tambak Lorok
(Semarang), Moro dan Wedung (Demak), Bandengan (Jepara), Juwana (Pati),
Gisik Agung dan Sarang (Rembang) masih keluhkan keterbatasan bahan bakar
minyak (BBM) karena ketersediaan di stasiun pengisian bahan bakar nelayan
(SPBN) terbatas hanya untuk kapal besar, sedangkan perahu kecil lebih
banyak mencari BBM di SPBU dengan jeriken (Safuan, 2013).
Di dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 jo Undang-Undang
Nomor 45 Tahun tentang Perikanan, nelayan kecil didefinisikan sebagai
mereka yang menangkap ikan di laut dan menggunakan perahu di bawah 5
Gross Tonage (GT). Sedangkan di lapangan, justru nelayan berkapasitas
maksimal 5 Gross Tonage (GT) inilah yang kesulitan mengakses Bahan Bakar
Minyak Bersubsidi (BBM) bersubsidi (Syahid, 2014).
Kesulitan nelayan dalam mengakses Bahan Bakar Minyak (BBM)
bersubsidi salah satu faktornya karena kasus penimbunan BBM bersubsidi.
Satuan tugas Polres Pemalang berhasil menyita 4.722 liter BBM jenis solar
dan premium yang ditimbun saat menggelar Operasi Dian Candi 2013. BBM
tersebut disita dari dua pria, dari tangan Fadloli, petugas menyita BBM
sebanyak 1.386 liter dan Nur Falahi sebanyak 3.336 liter. BBM tersebut,
ditaruh dalam 157 jeriken yang berkapasitas 30 liter untuk satu jeriken dan
sudah ditumpuk didalam gudang sejak awal bulan Juni. Mereka sudah
mencicil sejak awal Juni dan akan menjualnya setelah harga BBM naik.
(Permadi, 2013).
Terkait ditemukannya penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM)
Bersubsidi dan temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dalam penyaluran
BBM bersubsidi kepada kapal diatas 30 Gtoss Tonage (GT) yang tidak sesuai
dengan Perpres Nomor 15 Tahun 2012 tentang Harga Jual Eceran dan
Konsumen Pengguna Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu. Sehingga Badan
Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), memutuskan untuk
melarang kapal diatas 30 Gross Tonage (GT) menggunakan Bahan Bakar
4



Minyak (BBM) Bersubsidi. Kapal dengan ukuran diatas 30 GT merupakan
kapal-kapal besar yang dimiliki oleh perusahaan besar bukan kapal-kapal
nelayan kecil. Kapal yang semestinya mendapatkan Bahan Bakar Minyak
(BBM) bersubsidi adalah kapal-kapal kecil (Cesare, 2014).
Keputusan yang diambil Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi
(BPH Migas) menimbulkan berbagai macam protes dari berbagai nelayan,
maka seluruh kapal nelayan yang berukuran 30 Gross Tonage (GT) ke atas,
bisa kembali mengisi bahan bakar minyak (BBM) subsidi. Kapal-kapal yang
sebelumnya tidak melaut akibat mahalnya solar, kini sudah bisa melaut
kembali. ketentuan itu menyusul terbitnya Permen ESDM No 6/2014 tanggal
20 Februari 2014, sebagai revisi Permen 18/2013. Dalam aturan itu disebutkan
bahwa nelayan di atas 30 GT sudah dapat dilayani BBM subsidi sepanjang
kapal tersebut terdaftar dan memiliki rekomendasi dari Satuan Kerja
Perangkat Desa (SKPD) terkait (Handayani, 2014).
Salah satu titik lemah dalam distribusi BBM subsidi ini adalah
recording data tentang jumlah penyaluran secara keseluruhan serta
pengawasan di lapangan apakah sudah tepat sasaran. Beberapa masalah
berikut yang berkaitan dengan BBM bersubsidi perlu diteliti seperti:
Pertama, total realisasi BBM subsidi untuk kapal ikan per tahun
dengan kuota 2,5 juta ton sudah cukup atau kurang bahkan lebih. Pihak KKP
seharusnya memiliki angka akurat agar tiap tahun dapat melakukan verifikasi
apakah subsidi sudah disalurkan secara tepat. Jika KKP tidak memiliki
instrumen untuk merecord data penyaluran subsidi tersebut, apabila konsumsi
BBM subsidi tidak mencapai kuota atau melebihi. Bisa jadi ketidak jelasan
angka ini merupakan titik rawan karena dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak
tertentu, misalnya saja kelebihan kuota disalurkan ke kapal lain.
Kedua, pengawasan pemanfaatan BBM subsidi setelah disalurkan ke
kapal apakah tidak dipindahkan ke kapal lain. Perlunya pengawasan ketat di
lapangan untuk menghindari kecurangan, terutama kapal ikan yang memiliki
(Surat Izin Penangkapan Ikan) SIPI dan mendapatkan kuota tetapi tidak
melaut atau melaut tapi tidak menangkap ikan namun dipindahkan di laut ke
5



kapal lain. Apalagi jika dalam satu perusahaan memiliki banyak kapal,
kemungkinan hal tersebut sangat besar. Oleh karenanya perlu mekanisme
yang dapat menghindari penyimpangan, misalnya dengan menerapkan sistem
pengawasan terpadu antara rekomendasi BBM subsidi, penerbitan Sertifikat
Laik Operasi (SLO) dan Surat Persetujuan Berlayar serta hasil rekam jejak
VMS (Vessel Monitoring System) (Sularso, 2012).
Pemerintah telah membangun beberapa dealer pengisian Bahan Bakar
Minyak di provinsi Jawa tengah salah satunya di Kabupaten Pemalang. Di
bangunnya dealer pengisian bahan bakar tersebut bertujuan untuk
mempermudah nelayan dalam membeli bahan bakar tanpa harus ke SPBU
melainkan cukup di SPDN tersebut dan mencukupi kebutuhan para nelayan
untuk memperoleh Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi. Ternyata kebutuhan
para nelayan belum tercukupi memperoleh Bahan Bakar Minyak (BBM)
subsidi, khususnya nelayan-nelayan kecil yang ukura kapalnya dibawag 5 GT.
Setelah diselidiki oleh kepolisian terdapat kecurangan, dimana ditemukannya
penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi untuk nelayan. Untuk
mensejahterakan kapal-kapal berukuran GT kecil, BPH Migas melarang kapal
berukuran diatas 30 Gross Tonage (GT) menggunakan BBM subsidi. Tapi
banyak nelayan-nelayan kapal besar yang memprotes kebijakan dari BPH
migas tersebut. Sehingga pemerintah menerbitkan Permen ESDM No 6/2014
tanggal 20 Februari 2014, sebagai revisi Permen 18/2013, sehingga nelayan
dengan ukuran GT kapal diatas 30 dapat menggunkan BBM subsidi. Bila
masih menggunakan sistem yang sama, maka kemungkinan akan muncul
permasalahan yang sama.
Oleh karena itu penulis akan melakukan penelitian dimana menurut
(Sri, 2005) Ciri penggunaan Crosstab adalah data input yang beresekala
nominal atau ordinal, seperti tabulasi antar gender seseorang dengan sikap
orang tersebut dengan suatu produk tertentu, dan lainnya. Selain itu data
interval atau rasio secara prinsip bisa juga dilakukan Crosstab dengan
mengklasifikasikan menjadi data ordinal. Alat statistik yang sering digunakan
6



pada sebuah Crosstab adalah chi-square. Alat ini pada praktek statistik bisa
diterapkan untuk menguji ada tidaknya hubungan antara baris dan kolom dari
sebuah Crosstab. Sehingga penelitian ini penulis menggunakan Crosstab
dengan Chi-Square. Digunakan untuk menguji hubungan independensi
variabel baris dan kolom dari tabel Crosstabnya.yaitu variabel ukuran GT
dengan variabel pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) solar bersubsidi.
Dalam kasus ini penulis menggunakan data pada SPDN Asemdoyong
Pemalang. Penulis mengambil data untuk ukuran GT kurang dari sama
dengan 5, karena penulis ingin melihat hubungan ukuran GT untuk nelayan
kecil, karena nelayan kecil yang sangat membutuhkan bahan Bakar Minyak
(BBM) subsidi. Sehingga untuk penelitian penulis berjudul, Analisis Uji
Independensi dengan Crosstab Chi Square Pada Penggunaan BBM
Nelayan dengan Besar GT di Kabupaten Pemalang Tahun 2013. Penulis
mengambil sampel pada Data Kabupaten Pemalang yang diperoleh dari
PT.Pertamina (Persero) pada bidang BBM Retail untuk data tahun 2013.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang dapat
diidentifikasi ialah sebagai berikut:
a. Bagaimana sebaran nelayan di SPDN Asemdoyong kabupaten Pemalang
pada tahun 2013.
b. Adakah independensi antara ukuran GT kapal nelayan dengan jumlah
pembelian BBM solar bersubsidi pada nelayan Asemdoyong Pemalang
pada tahun 2013.

1.3 Batasan Masalah
Agar batasan permasalahan dalam penelitian tidak meluas, peneliti
memberikan batasan-batasan masalah sebagai berikut:
a. Ruanglingkup studi kasus dilakukan di PT. Pertamina (Persero) Regional
IV Semarang.
7



b. Data yang akan diolah merupakan rekap data penjualan BBM solar
bersubsidi dari SPDN Asemdoyong kabupaten Pemalang pada tahun
2013.

1.4 Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis melakukan Analisis Uji
Independensi menggunakan Crosstab dengan tujuan sebagai berikut:
1. Melihat jumlah penggunaan BBM solar pada kabupaten Pemalang
dengan nomer SPDN 49 523 02 Asemdoyong tiap bulannya dalam
grafik.
2. Menganalisis apakah antara besar ukuran GT dengan jumlah penggunaan
BBM solar oleh kapal nelayan kabupaten Pemalang saling independen.

1.5 Manfaat
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Memberikan pengalaman kepada penulis untuk menerapkan dan
memperluas wawasan penerapan teori dan pengetahuan yang telah
diterima didalam perkuliahan pada kegiatan nyata.
2. Analisis yang dilakukan dapat membantu Pertamina dalam mengambil
keputusan yang tepat sasaran, terkait dengan pendistribusian Bahan Bakar
Minyak (BBM) subsidi yang dibutuhkan nelayan.
3. Penelitian ini bermanfaat untuk nelayan-nelayan kecil, agar lebih
diperhatikan oleh pihak pertamina maupun pihak Pemerintah, sehingga
nelayan kecil mendapatkan haknya menerima Bahan Bakar Minyak
(BBM) subsidi.
4. Pemerintah dapat mengetahui kecuranga-kecurangan yang terjadi di
lingkup nelayan, sehingga pemerintah dapat mencegah terjadinya
kecuranga-kecurangan lagi. Pemerintah dapat membuat peraturan yang
tepat sasaran tanpa ada yang dirugikan.

8



BAB II
TINJAUAN PERUSAHAAN

2.1 Sejarah PT Pertamina (Persero)
PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki
Pemerintah Indonesia (Nasional Oil Company) yang berdiri sejak tanggal 10
Desember 1957 dengan nama PT.PERMINA. Tahun 1961 perusahaan ini
berganti nama menjadi PN PERMINA dan setelah marger dengan PN
PERTAMINA di tahun 1968 namanya berubah menjadi PN PERTAMINA.
Dengan adanya Undang-Undang No.8 tahun 1971 sebutan perusahaan
menjadi PERTAMINA. Sebutan ini tetap dipakai hingga PERTAMINA
berubah status hokum menjadi PT PERTAMINA (PERSERO) pada tanggal
17 September 2003 berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
22 Tahun 2001 ada 23 November 2001 tentang minyak dan gas bumi.
PERTAMINA (PERSERO) didirikan berdasarkan akta Notaris Lenny
Janis Ishak, SH No.20 tanggal 17 September 2003 dan didirikan oleh Mentri
Hukum dan HAM melalui Surat Keputusan No.C 24025 HT.01.01 ada
tanggal 9 Oktober 2003. Pendirian Perusahaan ini dilakukan menurut
ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang No.1 tahun 1995
tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah No.12 tahun 1998 tentang
Perusahaan Perseroan (Persero), dan Peraturan Pemerintah No.12 tahun 1998
dan Peralihannya berdasarkan PP No.13 tahun 2003 tentang pengalihan
bentuk perusahaan pertambangan minyak dan gas bumi Negara
(PERTAMINA) menjadi perusahaan perseroan.

2.2 Visi dan Misi
2.2.1 Visi Perusahaan
Menjadi perushaan energi nasional kelas dunia (www.pertamina.com,
2014)
9



2.2.2 Misi Perusahaan
Menjalankan usaha Minyak, Gas, serta Energi baru dan
terbarukan secara terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial
yang kuat.
Untuk mewujudkan visi perseroan sebagai perusahaan kelas
dunia, maka perseroan sebagai perusahaan milik negara terut
melaksanakan dan menjunjung kebijakan dan program pemerintah
dibidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya,
terutama di bidang penyelenggarakan usaha energi, yaitu energi baru
dan terbarukan, Minyak dan Gas Bumi baik di dalam maupun di luar
negeri serta kegiatan lain yang terkait atau menjunjung kegiatan usaha
di bidang energi, yaitu Energi Baru dan terbarukan, Minyak dan Gas
tersebut serta pengembangan optimalisasi sumber daya yang di milki
perseroan untuk menghasilkan barang atau jasa yang bermutu tinggi
dan bersaing kuat serta mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai
perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.
Misi perseroan menjalankan usaha inti Minyak, Gas, Bahan
Bakar Nabati serta kegiatan pengembangan, eksplorasi, produksi, dan
niaga energi baru dan terbarukan (new and renewable energy) secara
terintegrasi (www.pertamina.com, 2014 )

2.3 Tujuan dan Tugas PT Pertamina
2.3.1 Tujuan PT Pertamina
Tujuan Perusahaan ini adalah membangun dan melaksanakan
pengusahaan minyak dan gas bumi yang meliputi eksplorasi,
pemurnian, pengolahan, pengangkutan dan penjualan dan arti seluas-
luasnya untuk menciptakan kemakmuran rakyat dan Negara serta
ketahanan Republik Indonesia.
Dalam UU No.44/PRP tahun 1960, terdapat tujuan Pertamina yaitu:
10



1. Mencukupi kebutuhan minyak dan gas bumi dalam negeri yang terus
meningkat sebagai akibat pertambahan penduduk dan pelaksanaan
pembangunan nasional.
2. Memenuhi kebutuhan data dan devisi pembangunan nasional.
3. Melaksanakan penimbangan yang menguntungkan antara konsumsi
dalam negeri dan ekspor.
4. Mempertahankan kedudukan Indonesia dalam pasar dunia.
5. Memperbesar pendapatan Negara yang berasal dari minyak dan gas
bumi.
6. Turut memecahkan masalah pengangguran.
7. Turut meningkatkan pendapatan nasional dan pendapatan perkapita
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.

2.3.2 Tugas Pokok PT Pertamina
Melaksanakan pengusahaan minyak dan gas bumi dengan
memperoleh hasil yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat dan
Negara serta menyediakan, melayani dan memenuhi kebutuhan bahan
bakar minyak dan gas bumi untuk dalam negeri.
Dalam kegiatan pertambangan di Indonesia, Pertamina dapat
melakukan perluasan bidang-bidang usaha masih ada hubungannya
dengan pengusahaan minyak dan gas bumi serta berdasarkan rencana
kerja dan anggaran perusahaan. Kuasa pertambangan tersebut
diberikan pada batas dan wilayah serta syarat-syarat yang ditetapkan
oleh Presiden atau usul Mentri Pertambangan dan Energi.

2.4 Bisnis PT Pertamina
Dalam menyelenggarakan usaha yang bergerak dalam bidang energy
dan petrokimia, maka PERTAMINA membagi usahanya dalam dua sector
yaitu usaha hulu dan usaha hilir.

11



2.4.1 Usaha Hulu
Kegiatan usaha Pertamina Hulu meliputi eksplorasi dan
produksi minyak, gas, dan panas bumi.Untuk kegiatan eksplorasi dan
produksi minyak dan gas dilakukan di beberapa wilayah Indonesia
maupun di luar negeri.Pengusahaan di dalam negeri dikerjakan oleh
Pertamina Hulu dan melalui kerjasama dengan mitra sedangkan untuk
pengusahaan di luar negeri dilakukan melalui aliansi strategis bersama
dengan mitra.Berbeda dengan kegiatan usaha di bidang minyak dan
gas bumi, kegiatan eksplorasi dan produksi panas bumi masih
dilakukan di dalam negeri.Untuk mendukung kegiatan intinya,
Pertamina Hulu juga memiliki usaha di bidang pemboran Minyak dan
Gas.Kegiatan eksplorasi ditujukan untuk mendapatkan penemuan
cadangan Migas Baru sebagai pengganti hidrokarbon yang telah
diproduksikan.Upaya ini dilakukan untuk menjaga agar
kesinambungan produksi migas dapat terus dipertahankan.
Aktivitas eksplorasi dan produksi dilakukan melalui operasi
sendiri dan konsep kemitraan dengan pihak ketiga. Pola kemitraan
dalam bidang minyak dan gas berupa JOB-EOR (Joint Operating
Body for Enhanced Oil Recovery), JOB-PSC (Joint Operating Body
for Production Sharing Contract), TAC (Technical Assistance
Contract), BOB (Badan Operasi Bersama), penyertaan berupa IP
(Indonesian Participation) dan PPI (Pertamina Participating
Interest), serta proyek pinjaman; sedangkan pengusahaan panasbumi
berbentuk JOC (Joint Operating Contract).
Pengusahaan minyak dan gas melalui operasi sendiri dilakukan
di 7 (tujuh) Daerah Operasi Hulu (DOH).Ketujuh daerah operasi
tersebut adalah DOH Nangroe Aceh Darussalam (NAD) Sumatra
Bagian Utara yang berpusat di Rantau, DOH Sumatra Bagian Tengah
berpusat di Jambi, DOH Sumatra Bagian Selatan berpusat di
12



Prabumulih, DOH Jawa Bagian Barat berpusat di Cirebon, DOH Jawa
Bagian Timur berpusat di Cepu, DOH Kalimantan berpusat di
Balikpapan, dan DOH Papua berpusat di Sorong.
Pengusahaan bidang panas bumi dilakukan di 4 (empat) area
panas bumi dengan total kapasitas terpasang sebesar 402 MW.
keempat Area Panas Bumi tersebut adalah Area Kamojang-Jawa Barat
(200 MW), Lahendong - Sulawesi Utara (80 MW), Sibayak -
Sumatera Utara (12 MW) dan Ulubelu - Lampung (110 MW).
Sampai akhir tahun 2004 jumlah kontrak pengusahaan migas
bersama dengan mitra sebanyak 92 kontrak yang terdiri dari 6 JOB-
EOR, 15 JOB-PSC, 44 TAC, 27 IP/PPI (termasuk BOB-CPP) dan 5
proyek loan. Sedangkan untuk bidang panas bumi terdapat 8
JOC.Dalam hal pengembangan usaha, Pertamina telah mulai
mengembangkan usahanya baik di dalam dan luar negeri melalui
aliansi strategis dengan mitra. Pertamina juga memiliki usaha yang
prospektif di bidang jasa pemboran minyak dan gas melalui Pertamina
Drilling Service (PDS) yang memiliki 26 unit rig pemboran serta anak
perusahaan PT Usayana yang memiliki 7 rig pemboran. Dalam
kegiatan transmisi gas, Pertamina memiliki jaringan pipa gas dengan
panjang total 3800 km dan 64 stasiun kompresor.
2.4.2 Usaha Hilir (Pengolahan, Pemasaran & Niaga dan Perkapalan)
Kegiatan usaha Pertamina Hilir meliputi pengolahan, pemasaran &
niaga dan perkapalan serta distribusi produk Hilir baik didalam
maupun keluar negeri yang berasal dari kilang PERTAMINA maupun
impor yang didukung oleh sarana transportasi darat dan laut.Usaha
hilir merupakan integrasi Usaha Pengolahan, Usaha Pemasaran, Usaha
Niaga, dan Usaha Perkapalan.

13



2.5 Struktur Organisasi PT Pertamina (Persero)

Gambar 2.5 Struktur Organisasi PT Pertamina (Persero)
Presi dent Di rector & CEO
746919 - KAREN AGUSTIAWAN
a Staf Ahl i Di rektur Utama
a -
a
a Staf Ahl i Di rektur Utama
a -
a
a Staf Ahl i Di rektur Utama
a -
a
a Staf Ahl i Di rektur Utama
a -
a
a Staf Ahl i Di rektur Utama
a -
a
a Komi sari s Utama
a 99000052 - SUGIHARTO
a
a Di rektur Pengol ahan
a 749543 - CHRISNA DAMAYANTO
a
a Staf Ahl i Di rektur Utama
a -
a
a
Di rektur Perencanaan Invest &
Man Resi ko
a 747988 - M. AFDAL BAHAUDIN
a
a Di rektur Sumber Daya Manusi a
a 749545 - EVITA M. TAGOR
a
a Di rektur Hul u
a 748941 - MUHAMAD HUSEN
a
a Di rektur Umum
a 749546 - LUHUR BUDI DJATMIKO
a
a Di rektur Keuangan
a 749455 - ANDRI T. HIDAYAT
a
a Chi ef Legal Counsel & Compl i ance
a 748930 - ALAN FREDERIK
a
a Corporate Secretary
a 707684 - NURSATYO ARGO
a
a
Executi ve Secretary of Presdi r &
CEO
a 721015 - ATI HADIYATI
a
a Staf Ahl i Di rektur Utama
a -
a
a Head of Pertami na Foundati on
a -
a
a Di rektur Gas
a 749547 - HARI KARYULIARTO
a
a Di rektur Pemasaran dan Ni aga
a 749544 - HANUNG BUDYA
a
a Petrochemi cal Project Coordi nator
a 704727 - DHANI PRASETYAWAN
a
a Chi ef Audi t Executi ve
a 720773 - ALAM YUSUF
a
a Staf Utama Di perbantukan
a 746920 - GENADES PANJAITAN
14



2.6 Gambaran Umum PT Pertamina (Persero) Region IV Semarang
PT Pertamina (Persero) Region IV yang berpusat di Semarang
merupakan salah satu dari unit pemasaran yang bertanggung jawab langsung
kepada Direktorat dan Niaga PT Pertamina (Pesero) di Jakarta. Bisnis
utamanya adalah menyalurkan dan memasarkan BBM, BBK, dan non BBM
keseluruh wilayah Jateng dan DIY.
2.6.1 Budaya Kerja dan Tujuan PT Pertamina ( Persero ) Region IV
Semarang
1. Budaya kerja
Menjadi unit terbaik yang mempunyai organisasi dan sumber daya
manusia yang bersih, berdaya saing tinggi, efisien, focus pada
pelanggan, percaya diri, dan berwawasan lingkungan.
2. Tujuan
Sebagai entitas untuk menyalurkan dan memasarkan produk-
produk pertamina dalam rangka memperoleh revenue/ laba dan
sekaligus sebagai pengemban misi pemerintah dalam memenuhi
kebutuhana masyarakat akan BBM di wilayah Jawa Tengan dan
DIY.







15



2.6.2 Struktur Organisasi PT Pertamina (Persero) Region IV Semarang



















Gambar 2.6.4 Struktur Organisasi PT Pertamina (Persero) Region IV
Semarang
GM Marketing
Operation Region IV
HSEE Area Manager JBT
Domestic Gas Reg Manaj
IV
Industrial Fuel Mktg Area
JBT
Retail Feul Marketing Reg
Man. IV
Technical Service Area Man.
JBT
Secretary
Marketing Branch Man.
DIY& SURAKARTA
Staf Utama diperbantukan
Aviation Area Manj JBT
S & D Reg Manj IV
Bussines Support Area manj
JBT
16



2.6.3 Tugas dan wewenang
Tugas dari tiap-tiap bagian PT Pertamina ( PERSERO ) Reg IV
Semarang sebagai berikut :
a) General Manager pms. BBM Retail Reg IV
Mengkoordinasikan penyaluran BBM serta menyediakan
kebutuhan yang disesuaikan dengan BBM bersubsidi yang
ditentukan oleh pemerintah.
b) HSE (Health Safety Environment)
c) Business Support Area
d) Retail Fuel Marketing
Bertugas untuk mendistribusikan BBM ke seluruh wilayah masing-
masing yang telah ditentukan, memacu SPBU untuk memberikan
rekomendasi, memantau stock BBM SPBU.
e) Industrial Fuel Marketing Area Mang
f) S & D Reg Manager
Supply & mendistribusikan produk-produk Pertamina ke berbagai
wilayah
g) Aviasi Reg IV
Bergerak sebagai specialis bahan bakar untuk pesawat
h) Gas Domestic Reg
Bergerak sebagai spesialisasi elpigi.
i) Technical Service Area JBT
Bertugas untuk melakukan support terhadap perusahaan-
perusahaan khusus untuk depot-depot serta untuk mendistribusikan
BBM.
j) Sekretaris
Bertugas untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan
kesekretariatan di Reg IV.
k) Marketing Branch Manager DIY & Surakarta
l) Staff Utama Diperbantukan
17



m) External Relation
Bertugas untuk membangun hubungan yang baik internal maupun
external yang berkaitan dengan image perusahaan.
n) Sales Adm. & General Affair
SebagaiAdministrasi yang berfungsi sebagai mendistribusikan
BBM serta mengolah data-data berdasarkan kuota, bagian yang
mengirimkan perizinan bila ada yang mendirikan SPBU,
memberikan informasi kepada SPBU apabila harga BBM naik.
o) Statistic Market Support
Bertugas mengolah data yang bersal dari Sales Adm & General
Affair dan mendatanya dalam bentuk statistic dan merealisasikan
langsung ke SPBU selain itu senior Market suppot bertugas untuk
mendata anggaran-anggran yang dikeluarkan untuk promosi dan
sosialisasi.
p) Sales Reg IV Pelumas
Bertugas untuk mendistribusikan pelumas
q) SAM Jatemg & DIY Pms.BBM Indusri & Marine
Sebagai pengirim kebutuhan untuk BBM Kapal dan Industri
r) Keuangan Pms Reg IV
Bertugas melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
transaksi-transaksi yang dilakukan oleh Pertamina Pms Reg IV.
s) HR Area JBT
Berfungsi unruk me-mantance ketenaga kerjaan, rekruitmen
maupun PHK pada area Jawa Bagian Tengah
t) IT M & T Semarang
Bertugas dalam menangani hal yang berhubungan dengan IT,
Hardware, maupun software
u) Legal Affair Central Java
Berfungsi turut serta dalam bidang hukum yang berkaitan dengan
kontrak, beserta aturan-aturan.
v) HR Service JBT
18



Bertugas sebagai Perol atau merupakan system pengupahan akan
tetapi pembayaran tetap dilakukan oleh keuangan.
w) Medical JBT
Memberikan layanan kesehatan untuk para karyawan Pertamina di
area Jawa Bagian Tengah.
x) Program kemitraan & Bina Lingkungan ( PKBL )
Bertugas untuk memberikan kredit dengan bunga rendah untuk
pengembangan usaha kecil dan koperasi di lingkungan Pertamina,
serta mengelola dana laba BUMN yang disetorkan oleh pemerintah
sebanyak 5 % kepada PT Pertamina ( PERSERO ) FRM IV,
kemudian dana tersebut di salurkan krpada pengusaha kecil
kembali sebagai lahan pembinaan bagi Pertamina.

2.6.4 Penempatan Kerja Praktek pada bagian Marketing Operation
Selama Kerja Praktek di PT Pertamina ditempatkan pada Marketing
Operation bagian BBM Retail, namun selama Kerja Praktek diminta
bantuan oleh bagian yang lain. Tugas yang dikerjakan selama kerja
praktek seperti:
- Mensortir data dan menginput data Totalisator
- Input data penyaluran BBM kapal nelayan selama tahun 2013.
- Latihan forecasting data penjualan Premium dan Solar.







19



BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Pengertian Nelayan
Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan
penangkapan ikan. Dalam perstatistikan perikanan perairan umum, nelayan
adalah orang yang secara aktif melakukan operasi penangkapan ikan di
perairan umum. Orang yang melakukan pekerjaan seperti membuat jaring,
mengangkut alat-alat penangkapan ikan ke dalam perahu atau kapal motor,
mengangkut ikan dari perahu atau kapal motor, tidak dikategorikan sebagai
nelayan (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2002) (Nn.2014).
3.2 Pengertian Kapal Perikanan
Kapal Perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang
digunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi
penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan,
pelatihan perikanan, dan penelitian/eksplorasi perikanan (UU No.31 tahun
2004 jo. UU No. 45 :2009) (Maulana, 2013).

3.3 Klasifikasi Kapal Perikanan
Berdasarkan statistik perikanan tangkap Indonesia kategori dan ukuran
perahu/ kapal perikanan untuk setiap jenis alat tangkap dibedakan berdasarkan
2(dua) kategori, yaitu:
1. Perahu tanpa motor (non-powered boat)
2. Perahu/ kapal (powered boat)



20



Tabel 3.1 Kategori dan ukuran perahu/ kapal
No Kategori Perahu/ Kapal
1 Kapal Tanpa Motor
Jukung
Perahu Papan Kecil, sedang, besar
2 Perahu/ Kapal
Motor tempel
Kapal Motor < 5 GT, 5-10 GT,10-
20 GT, 20-30 GT,30-
50 GT, 50-100
GT,100-200 GT, 200-
300 GT, 300-500 GT,
500-1000 GT,
1000 GT
(Mukhtar, 2013).
3.4 Pengukuran GT Kapal
Penentuan GT kapal menurut cara pengukuran dalam negeri, diukur dan
dihitung sesuai dengan ketentuan dalam Keputusan Dirjen Perhubungan Laut
Nomer PY.67/1/16-02. Berdasarkan cara pengukuran dalam negeri, GT kapal
diperoleh dan ditentukan sesuai dengan rumus GT=0,25 x V, V adalah jumlah
isi dari ruangan di bawah gledak utama ditambah dengan ruangan-ruangan d
iatas hladak utama yang tertutup semourna dan berukuran tidak kurang dari 1
m
3
(Nanda, 2004).

3.5 Statistika Deskriptif
Statsitika deskriptif hanya menguraikan (to describe) mengenai sesuatu
keadaan atau masalah, sedangkan statistik inferensi juga dibagi dua yaitu teori
perkiraan (estimation theory) dan hipotesis pengujian (testing hypothesis)
yang merupakan pengambilan keputusan karakteristik populasi berdasarkan
sampel.
Statistika deskriptif lebih berhubungan dengan pengumpulan dan peringkasan
data, serta penyajian hasil peringkasan tersebut. Data-data statistik yang dapat
21



diperoleh dari hasil survei, sensus, atau pengamatan secara langsung
(observation), yang umumnya masih acak atau data mentah yang belum
terorganisir dengan baik. Data-data yang diperoleh tersebut harus diringkas
dengan baik dan teratur, baik dalam bentuk tabel atau presentasi grafik sebagai
dasar untuk pengambilan keputusan (Statistik Inferensi).
Penyajian Tabel dan Grafik yang digunakan dalam statistik Deskriptif seperti:
1. Tables
2. Distribusi Frekuensi
3. Presentase grafik seperti Histogram, Pie Chart dan lainya.
Selain tabel dan grafik, dapat diketahui juga deskriptif data diperlukan ukuran
yang lebih eksak, yang bisa disebut summary statistics (ringkasan statistik).
Dua ukuran penting yang sering dipakai dalam pengambilan keputusan adalah:
1. Mencari Central Tendency (Kecenderungan Terpusat) seperti Mean,
Median dan modus.
2. Mencari ukuran Dispersi seperti Standard Deviasi Varians. (Rahayu,
2005)

3.6 Crosstab
Crosstab (Tabel Silang) adalah sebuah table silang yang terdiri atas satu baris
atau lebih dan satu kolom atau lebih. Fasilitas Crosstab pada SPSS bisa
sekedar menampilkan kaitan antara dua atau variabel, sampai dengan
menghitung apakah ada hubungan antara baris dan kolom.
Ciri penggunaan Crosstab adalah data input yang beresekala nominal atau
ordinal, seperti tabulasi antar gender seseorang dengan sikap orang tersebut
dengan suatu produk tertentu, dan lainnya. Sebenarnya data interval atau rasio
secara prinsip bisa juga dilakukan Crosstab dengan mengklasifikasikan
menjadi data ordinal. Alat statistik yang sering digunakan pada sebuah
Crosstab adalah chi-square. Alat ini pada praktek statistik bisa diterapkan
untuk menguji ada tidaknya hubungan antara baris dan kolom dari sebuah
22



Crosstab. Selain chi square, beberapa alat uji lainnya adalah Kendall, Kappa,
dan sebagainya (Rahayu, 2005).

3.7 Statistika Pada Crosstabs
Pilihan perhitungan yang dapat ditampilkan bersama dengan tabulasi silang,
yaitu:
1. Nominal
Bila menggunakan data nominal maka memilikibeberapa opsi pilihan
statistic, antara lain koefisien kontigensi, Phi, dan Cramers V, Uncertainly
Cofficient, Lamda.
2. Data
Bila menggunakan data ordinal menggunakan beberapa opsi pilihan
statistik, antara laian Gamma, Sommersd, Kendalls tau c, dan Kendalls
tau b.
3. Chi Kuadrat
Chi Kuadrat digunakan untuk menguji ketergantungan antara dua variabel
(baris dan kolom) yang sering berhubungan. Bila menggunakan dua kolom
dan dua baris pilih Chi Kuadrat untuk menghitung Chi Kuadrat Person,
Chi Kuadrat Rasio Likelihood, uji eksak Fishers dan Chi Kuadrat Yates.
Bila menggunakan tanpa baris atau kolom gunakan uji eksak Fishers
4. Correlations
Bila menggunakan table dengan baris dan kolom yang memiliki nilai
bertingkat, maka gunakan koefisien korelasi Spearman, yaitu rho ( hanya
untuk data numerik). Korelasi ini merupakan nilai dengan hubungan
bertingkat (Wahana Komputer, 2004).

3.8 Chi Kuadrat untuk Uji Independen
Tabel kontigensi dua arah secara umum disajikan dalam tabel berikut. Pada
tabel tertera b dan k adalah banyaknya taraf faktor, taraf faktor ke b pada
faktor A dan taraf faktor ke k pada faktor B.

23



Tabel 3.2 Tabel kontigensi b x k Faktor A dan Faktor B
Faktor A
Faktor B
Jumlah
B
1
B
2
B
k

A
1
n
11
n
12
n
1k
n
1o

A
2
n
22
n
22
n
22
n
2o

.
.










A
b
n
b1
n
b2
n
bk
n
bo

Jumlah n
o1
n
o2
n
ok
N
Berkaitan dengan tabel tersebut, untuk menguji apakah Faktor A dan Faktir B
saling independen yang dapat dihipotesis sebagai berikut:
H
0
: Faktor A dan Faktor B independen
H
1
: Faktor A dan Faktor B tidak independen
Penjelasan hipotesis statistic dan statistik uji akan disampaikan pada
pembahasan berikut.
Dalam tabel kontigensi dua arah, Chi Kuadrat dapat digunakan untuk menguji
independensi dua variabel marginal. Uji Chi-Square sering dinamakan
goodness-of-fit test tetapi sebenarnya yang diuji adalah badness-of-fit test,
karena besarnya nilai Chi-Square mengindikasikan ketidak sesuaian antar
frekuensi observasi (n
ij
) dan frekuensi harapan (e
ij
). Terdapat dua statistic Chi-
Kuadrat yaitu Pearson Chi-Kuadrat (
2
) dan likelihood ratio Chi-Kuadrat(G
2
).
1. Statistik Chi Kuadrat Person

adalah frekuensi observasi sel pada baris ke I dan kolom ke j.


merupakan parameter dari rata-rata frekuensi sel pada baris ke I dan kolom
ke j. Statistik

digunakan untuk menguji H


0
(variabel baris dan kolom
24



saling independen), Statistik ini disampaikan pada tahun 1900 oleh Karl
Pearson. Statsitik ini mempunyai nilai minimal nol ketika

. Pada
sampel terbatas, besarnya nilai selisih

menghasilkan nilai


yang besar dan bertentangan dengan H
0.
Oleh karena itu nilai

yang
besar mengindikasikan bahwa sampel tidak sesuai dengan H
0.
Pada sampel
besar

mempunyai distribusi mendekati distribusi Chi-Square dengan


derajat bebas (b-1)(k-1). Pendekatan ini akan baik jika

semakin besar
dan

Distribusi Chi Square mempunyai mean dama dengan


derajat bebas (df=degrees of freedom) dan variansinysa sama dengan 2 kali
df. Semakin besar df maka semakin mendekati distribusi normal.
2. Statistik rasio Likelihood
Uji rasio likelihood menentukan nilai parameter yang memaksimalkan
fungsi likelihood dibawah asumsi H
0
benar. Statistik ujinya merupakan
logaritma dari rasio fungsi likelihood.


Statistik uji ini mempunyai nilai non negative dan berdistribusi Chi
Square dengan derajat bebas (b-1)(k-1).

disebut statistic likelihood-


rasio Chi-Square yang bernilai besar ketika H
0
salah.

mempunyai nilai
minimal nol ketika

. Besarnya nilai

menandakan besarnya
kecenderungan menolak H
0.
Ketika H
0
benar dan

besar, statistic

dan

mempunyai distribusi yang sama yaitu Chi-Square dan nilainyapunjuga


relative sama (Nugraha, 2013)
Penelitian Terdahulu
3.9 Penelitian Pengaruh GT kapal dan Hasil Produksi Penangkapan Ikan
Jumlah sampel data pada penelitian sebelumnya sebanyak 95 sampel
data dari 136 jumlah kapal Purse Seine yang ada di perairan Prigi. Jumlah
sampel data sebelumnya sudah cukup dan mewakili semua populasi data yang
25



ada dilapangan. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa rata-rata jumlah
anak buah kapal (ABK) kapal Purse Seine yang beroperasi di perairan prigi
sebanyak 24 orang dengan tugas nakoda kapal 1 orang, juru mesin 1 orang,
juru kemudi 1 orang, penata jaring 2 orang, juru bersih 2 orang dan sisanya
sebagai ABK biasa.
Daya mesin yang digunakan oleh nelayan Purse Seine di Prigi berkisar
antara 80-160 PK. Kapal Purse Seine sebagian besar menggunakan mesin
mobil (truk) sebagai tenaga penggerak dengan memodifikasi sistem pendingin
dari pendingin udara menjadi pendingin air.
Dari penelitian terdahulu ada beberapa faktor yang diduga berpengaruh
terhadap hasil produksi penangkapan ikan dengan menggunakan armada Purse
Seine di perairan Prigi meliputi panjang jaring (X
1
), Jumlah ABK (X
2
), PK
Mesin (X
3
), dan GT kapal (X
4
) (Suryana dkk, 2013).

3.10 Penelitian BBM Solar dengan Analisis Deskriptif
Penelitian terdahulu untuk Analisis Deskriptif ini terkait adanya
penurunan daya beli masyarakat baik dari Pedesaan maupun Perkotaan
akibat dari adanya kenaikan harga BBM. Penurunan daya beli ini berkisar
antara 40% sampai dengan 64%. Kalau dilihat lebih lanjut penurunan daya
beli masyarakat pedesaan lebih banyak sekitar 10% dibandingkan dengan
masyarakat perkotaan. Penurunan daya beli ini lebih dirasakan pada
masyarakat dengan tingkat pengeluaran yang rendah yaitu sekitar 59%
sampai dengan 64% untuk masyarakat pedesaan dan sekitar 54% untuk
masyarakat perkotaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dampak kenaikan
harga BBM ini lebih dirasakan masyarakat pedesaan golongan pengeluaran
atau pendapatan rendah (Sawitri, 2005).



26



BAB IV
METODE PENELITIAN
1.1 Rencana Penelitian
Untuk mengetahui adanya hubungan antara ukuran GT kapal nelayan dengan
banyaknya konsumsi BBM solar subsidi yang digunakan pada daerah
kabupaten Pemalang dengan mengambil sampel pada SPDN Asemdoyong
untuk tahun 2013. Untuk menyelesaikan masalah ini maka penulis
menggunakan analisis Crosstab Chi Kuadrat. Objek penelitian ini
menggunakan data sekunder yang diperoleh dari bagian BBM Retail. Dalam
Crosstab data minimal data nominal, sedangkan penulis melakukan analisis
dengan data ordinal, yang awalnya data rasio, penulis ubah menjadi data
ordinal.
1.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Kerja Praktek ini dilaksanakan di PT. Pertamina (Persero) Region IV, di Jalan
Pemuda No.114 Semarang, dengan pertimbangan bahwa PT. Pertamina
(Persero) saat ini adalah perusahaan minyak nasional yang dimiliki oleh
Pemerintah Indonesia. Kantor cabang PT.Pertamina (Persero) telah ada
dimana-mana, di berbagai pulau di Indonesia hampir ada semua. Penelitian
ini dilaksanakan selama satu bulan yaitu mulai dari tanggal 3 Februari 2014
sampai tanggal 28 Februari 2014.

1.3 Grafik Batang Pembeliaan BBM Solar
Untuk data dalam Grafik dibawah ini merupakan data penjualan BBM
solar bersubsidi pada kabupaten Pemalang. Penulis mengambil sampel pada
SPDN Asemdoyong. Data yang dipaparkan dalam grafik dibawah ini
merupakan data penjulan solar selama tahun 2013. Dengan menampilkan
Grafik penjualan BBM solar bersubsidi pada SPDN Asemdoyong dengan
27



tujuan untuk mengetahui pergerakan penjualan solar bersubsidi tiap bulannya
selama tahun 2013. Berikut ini data dari bulan Januari- desember 2013:
Tabel 4.1 Penjualan BBM di SPDN Asemdoyong tahun 2013
Bulan
Penjualan
(Liter)
Januari 183212
Februari 167503
Maret 191013
April 191077
Mei 191126
Juni 191473
Juli 239365
Agustus 152437
September 241367
Oktober 225972
November 258945
Desember 239373
Jumlah 2472863

Pada Kabupaten Pemalang untuk penjualan BBM Premium/Solar di SPDN
Asemdoyong tahun 2013 menunjukan jumlah penjualan sebanyak 2.472.863
Liter. Untuk pergerakan jumlah penjualan BBM di SPDN Asemdoyong tiap
bulannya seperti berikut.
28




Gambar 4.1 Jumlah penjualan BBM di SPDN Asemdoyong tahun 2013.
Bila dilihat pada gambar 4.1 Pada bulan Januari sampai bualan Juni penjualan
BBM solar bersubsidi relatif stabil, mengalami peningkatan pada bulan Juli.
Namun pada bulan Agustus mengalami penurunan, karena cuaca buruk nelayan
banyak yang tidak berlayar mencari ikan. Pada bulan September sampai
Desember penjualan BBM solar bersubsidi relatif stabil naik dari pada bulan
Januari sampai Juni.
1.4 Crosstab GT kapal dan jumlah penjualan BBM Solar
Dalam subab Crosstab penulis mengumpulakn data penjualan BBM
solar oleh pertamina di SPDN Asemdoyong dengan melihat besar GT kapal.
Awalnya ukuran GT dan banyak penjualan BBM solar bersekala rasio, namun
penulis mengubahnya menjadi skala ordinal. Untuk bentuk sekala ordinal
penulis menggunakan GT kapal dengan ukuran GT: 3,4, dam 5 dengan
Penjualan BBM solar sebesar: (200-300) Liter, (301-400) Liter, (401-500)
Liter dan (501-600) Liter. Untuk analisis menggunakan Crosstab dengan uji
hipotesis chi-square. Peneliti mendapatkan output pada Tabel 4.2, Tabel 4.3
dan table 4.5.

0
50000
100000
150000
200000
250000
300000
Penjualan
Penjualan
29



Tabel 4.2 Data penjualan solar dengan GT kapal
GT
kapal
Jumlah penjualan solar (liter)
200-300
301-
400
401-
500
501-600
3 188 92 31 15
4 370 165 116 5
5 146 92 54 17
Tabel 4.3 Case Processing Summary

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent
jualan * gtt 1291 100.0% 0 .0% 1291 100.0%

Dilihat dari Tabel 4.3 diatas pada kolom valid menunjukan data yang valid di
input dalam analisis ini sebanyak 1.291 dan untuk kolom missing adalah data
yang kosong, dan outputnya menunjukan tidak ada data yang kosong.
Sehingga total data yang digunakan dalam analisis sebesar 1.291.
Tabel 4.4 Crosstab GT kapal dengan Penjualan solar

jualan * gtt Crosstabulation
Count

gtt
Total

3.00 4.00 5.00
Jualan 200-300 188 370 146 704
301-400 92 165 92 349
401-500 31 116 54 201
501-600 15 5 17 37
Total 326 656 309 1291
30



Tabel kontigensi diatas untuk mempermudah dalam membaca data, dan
mengetahui hubungan antara variabel baris dan kolom. Dalam tabel kontigensi
diatas menujukan bahwa:
- Banyak kapal yang berukuran GT 3 dan membeli BBM solar bersubsidi
pada SPDN Asemdoyong sebanyak 200-300 liter adalah 188 kapal.
- Banyak kapal yang berukuran GT 3 dan membeli BBM solar bersubsidi
pada SPDN Asemdoyong sebanyak 301-400 liter adalah 92 kapal.
- Banyak kapal yang berukuran GT 3 dan membeli BBM solar bersubsidi
pada SPDN Asemdoyong sebanyak 401-500 liter adalah 31 kapal.
- Banyak kapal yang berukuran GT 3 dan membeli BBM solar bersubsidi
pada SPDN Asemdoyong sebanyak 501-600 liter adalah 15 kapal.
- Banyak kapal yang berukuran GT 4 dan membeli BBM solar bersubsidi
pada SPDN Asemdoyong sebanyak 200-300 liter adalah 370 kapal.
- Banyak kapal yang berukuran GT 4 dan membeli BBM solar bersubsidi
pada SPDN Asemdoyong sebanyak 301-400 liter adalah 165 kapal.
- Banyak kapal yang berukuran GT 4 dan membeli BBM solar bersubsidi
pada SPDN Asemdoyong sebanyak 401-500 liter adalah 116 kapal.
- Banyak kapal yang berukuran GT 4 dan membeli BBM solar bersubsidi
pada SPDN Asemdoyong sebanyak 501-600 liter adalah 5 kapal.
- Banyak kapal yang berukuran GT 5 dan membeli BBM solar bersubsidi
pada SPDN Asemdoyong sebanyak 200-300 liter adalah 146 kapal.
- Banyak kapal yang berukuran GT 5 dan membeli BBM solar bersubsidi
pada SPDN Asemdoyong sebanyak 301-400 liter adalah 92 kapal.
- Banyak kapal yang berukuran GT 5 dan membeli BBM solar bersubsidi
pada SPDN Asemdoyong sebanyak 401-500 liter adalah 54 kapal.
- Banyak kapal yang berukuran GT 5 dan membeli BBM solar bersubsidi
pada SPDN Asemdoyong sebanyak 501-600 liter adalah 17 kapal.




31



Tabel 4.5 Chi-Square Tests

Chi-Square Tests

Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 37.240
a
6 .000
Likelihood Ratio 40.589 6 .000
Linear-by-Linear
Association
8.958 1 .003
N of Valid Cases 1291

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 8.86.
Untuk uji independensi hanya melihat pada nilai p-value pearson Chi-
Square saja, berikut ini uji hipotesisnya:
Hipotesis
H
0
: Ukuran GT independen dengan jumlah penjualan BBM
solar
H
1
: Ukuran GT tidak independen dengan jumlah penjualan
BBM solar.
Tingkat signifikansi
Dengan menggunakan = 0.05
Daerah kritis
Ketika p-value < 0.05
Statistika uji
p-value < (Maka tolak H
0
)
0.000< 0.05 (dilihat pada tabel 4.5 nilai signifikansi
Person Chi-Square = 0.000)
Keputusan
Karena nilai p-value < maka tolak H
0
.
Kesimpulan
32



Dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95% menunjukan
bahwa variabel besar ukuran GT kapal tidak independen terhadap
variabel jumlah penjualan BBM solar di APDN Asemdoyong.




























33



BAB V
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diperoleh kesimpulan berikut:
- Pada bulan Januari sampai bualan Juni penjualan BBM solar bersubsidi
relatif stabil, mengalami peningkatan pada bulan Juli. Namun pada bulan
Agustus mengalami penurunan, karena cuaca buruk nelayan banyak yang
tidak berlayar mencari ikan. Pada bulan September sampai Desember
penjualan BBM solar bersubsidi relatif stabil naik dari pada bulan Januari
sampai Juni.
- Penulis telah melakukan analisis independensi dengan Crosstab Chi
Kuadrat, menunjukan pada hasil uji hipotesis nilai p-value lebih kecil dari
nilai alpha. Hal ini menunjukan bahwa tolak H
0.
Dimana H
0
nya Ukuran
GT independen dengan jumlah penjualan BBM solar. Ini berarti ada
hubungan antara banyaknya pembelian BBM solar bersubsidi dengan
ukuran GT kapal.

1.2 Saran
- Untuk PT. Pertamina (Persero) Region IV Semarang diharapkan dapat
merekap, mengolah, dan menyajikan data data penjualan BBM solar
untuk nelayan lebih baik lagi yang bisa dilakukan oleh tenaga ahli yang
berkompeten di bidangnya, sehingga dapat dijadikan salah satu dasar
dalam pengambilan kebijakan yang diperlukan.
- Untuk penelitian berikutnya, diharapkan dapat menganalisis dengan baik,
dan membandingkan dengan hasil nyata dilapangan sehingga dapat
mengambil keputusan dengan tepat.
- Untuk kasus pada penelitian ini, diharapkan PT. Pertamina (Persero)
Region IV Semarang dapat mendata kembali banyaknya kapal nelayan
dengan ukuran GT dari yang terkecil sampai terbesar, sehingga BBM solar
subsidi dapat terpenuhi untuk konsumen dan selain itu BBM solar subsidi
34



dapat diterima oleh yang membutuhkan, sehingga nelayan-nelayan kecil
dapat memperoleh BBM solar subsidi tersebut. Selain itu perlunya
pengawasan dilapangan bila ada kecurangan-kecurangan untuk
memperkecil kerugian baik untuk PT. Pertamina dan untuk nelayan.





















35



DAFTAR PUSTAKA

Cesare. 2014. http://esdm.seruu.com/read/2014/02/06/202318/alasan-bph-migas-
larang-kapal-di-atas-30-gt-gunakan-bbm-subsidi. Jakarta: Seruu.com. (9
Mei 2014, 06.35)
Handayani, L.S. 2014. http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-barat-
nasional/14/02/23/n1fxg1-kapal-nelayan-diatas-30-gt-bisa-kembali-isi-
bbm-subsidi. Indramayu:Republika. (23 April 2014, 22.18).
Hardik.2012. Tinjauan Yuridis Terhadap Kelangkaan Pendistribusian Bahan
Bakar Miyak (BBM) Jenis Solar Bersubsidi.Pontianak:Universitas
Tanjungpura.
Maulana,Rizky.2013.http://rizkymaulanaattiv.wordpress.com/2013/06/06/definisi-
kapal-perikanan-uu-no-31-tahun-2004-jo-uu-no-45-2009/. Jakarta: SMK
Pelayaran. (14 Mei 2014/ 12.15 WIB)
Mukhtar.2013. http://mukhtar-api.blogspot.com/2013/06/kapal-perikanan.html.
(23 April 2014, 01.06 WIB).
Nanda, Andesna.2004.Pengukuran dan Penggunaan GT Kapal Ikan Di
Indonesia.Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Nn .2014. http://makalah-makalah-makalah.blogspot.com/2014/03/pengaruh-
musim-hujan-terhadap_29.html. (23 April 2014, 04.00 WIB)
Nn.2005.http://www.suaramerdeka.com/harian/0504/14/nas12.htm. Semarang:
Suara Merdeka. (23 April 2014, 20.48 WIB)
Nugraha, Jaka. 2013. Pengantar Analisis Data Kategorik. Yogyakarta:
Deepublish.
Paramita, Citra. 2011. Analisis Perbandingan metode Peramalan Penjualan bahan
Bakar minyak dengan Standar Kesalahan Peramalan (SKP) pada PT
36



Pertamina (Persero) Region IV Jateng dan DIY. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Permadi,Yusuf B. 2013. .https://id.berita.yahoo.com/polres-pemalang-sita-ribuan-
liter-bbm-hasil-timbunan-075815343.html . Pekalongan: Tribunnews.( 8
Mei 2014, 20.00 WIB)
Putri, M.N, Busono Herry, Sardiyatmo.2013. Analisis Hubungan panjang Kapal
dan panjang jarring paying Jabur Terhadap Hasil Tangkap Ikan yang
didapatkan Di Pelabuhan Perikanan Pantai Asemdoyong Pemalang.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Rahayu, Sri.2005. SPSS Versi 12.00 dalam Riset Pemasaran.Bandung: Alfabeta.
Rasyad, Rasdihan.Metode Statistika Deskriptif. Jakarta: Grasindo
Safuan,Akhmad.2013.http://202.158.49.22/metronews/read/2013/04/29/6/150094/
Nelayan-Pantura-Minta-Jaminan-Ketersediaan-BBM. Semarang
:Metrotvnwes.( 23 April 2014, 8.11WIB)
Sawitri, H.H. 2005. Kajian Dampak Ekonomi Kenaikan Harga Bahan Bakar
Minyak (BBM) Pada Kesejahteraan Masyrakat Desa Versus Kota. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Sularso,Aji.2012.http://ajisularso.com/perlukah-subsidi-bbm-bagi-kapal-
ikan/.Jakarta:Perikanan.( 9 Mei 2014/ 12.30 WIB).
Suryana, S.A, Rahardjo, I.P, Sukandar.2013. Pengaruh Panjang Jaring, Ukuran
Kapal, PK Mesin dan Jumlah ABK Terhadap Produksi Ikan pada Alat
Tangkap Purse Seine Di Perairan Prigi Kabupaten Tenggalek Jawa
Timur. Malang: Universitas Brawijaya.
Syahid, Mungky.2014.http://www.gresnews.com/berita/politik/124222-nelayan-
kecil-terpinggirkan-permen-esdm-ngawur/. Jakarta:Gresnews. (23 April
2014/ 18.50 WIB)
37



Wahana Komputer. 2004. Pengolahan data Statistik dengan SPSS 12.
Yogyakarta: ANDI

Anda mungkin juga menyukai