Anda di halaman 1dari 7

Potensi Sumberdaya Perikanan Indonesia

Potensi sumber daya ikan (SDI) mencapai 12,01 juta ton per tahun
yang berada di 11 wilayah pengelolaan perikanan (WPP). Dari total
potensi tersebut, jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan sebanyak
8,64 juta ton per tahun.

. Estimasi Potensi Sumber Daya Ikan (SDI) di Indonesia


(2022)

Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP),Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 19 Tahun 2022

Home Sektor Riil Agribisnis & Kehutanan AGRIBISNIS & KEHUTANAN Potensi Perikanan
Indonesia Capai 12,01 Juta Ton pada 2022 Potensi sumber daya ikan (SDI) mencapai 12,01
juta ton per tahun yang berada di 11 wilayah pengelolaan perikanan (WPP). Dari total
potensi tersebut, jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan sebanyak 8,64 juta ton per
tahun. Febriana Sulistya Pratiwi May 11, 2023 - 10:30 AM Data Indonesia menjadi salah
satu negara dengan laut terluas di dunia. Sejalan dengan luasnya lautan tersebut,
Indonesia memiliki potensi sumber daya ikan (SDI) yang sangat besar. Hal itu
sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 19
Tahun 2022. Adapun, potensi tersebut terdiri dari sembilan kelompok SDI, yaitu ikan
pelagis kecil, ikan pelagis besar, ikan demersal, ikan karang, udang penaeid, lobster,
kepiting, rajungan, dan cumi-cumi. Berdasarkan aturan tersebut, potensi SDI mencapai
12,01 juta ton per tahun yang berada di 11 wilayah pengelolaan perikanan (WPP). Dari
total potensi tersebut, jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan sebanyak 8,64 juta ton
per tahun. Potensi ikan terbanyak berada di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara
Republik Indonesia (WPPNRI) 718 dengan estimasi potensi sebesar 2,64 juta ton per
tahun. Jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan di wilayah ini sebanyak 2,11 juta ton
per tahun. Selanjutnya, potensi ikan di WPPNRI 573 mencapai 1,34 juta ton per tahun
dengan jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan sebanyak 985.645 ton per tahun.
Potensi SDI sebanyak 1,31 juta ton per tahun berada di WPPNRI 711 dengan jumlah
tangkapan yang diperbolehkan sebesar 911.534 ton per tahun

Cekungan migas di Indonesia

Wilayah laut Indonesia merupakan aset Nasional yang perlu mendapat perhatian khusus
dalam pengelolaannya, terutama laut terluar yang memiliki arti khusus sebagai batas laut
Teritorial Negara Kepulauan (Archipelagic State, UNCLOS 1982, Pasal 47, ayat 1). Program
utama Kebijakan Energi Nasional (KEN) Tahun 2005 salah satunya adalah peningkatan
Kegiatan Eksplorasi di wilayah baru termasuk frontier areas dan laut dalam. Berkaitan
dengan upaya mendukung keberhasilan proses penyiapan wilayah kerja migas di bawah
wewengan Dirjen Migas ESDM, kajian yang optimal dan komprehensif di wilayah lepas
pantai dan frontier penting dilakukan di wilayah lepas pantai di Cekungan Tarakan yang
berbatasan dengan Malaysia adalah salah wilayah yang semakin menarik seiring makin
tingginya minat investor migas.

Energi Di Hasilkan oleh berbagai jenis sumber daya alam, salah satunya yaitu minyak dan
gas (Goodstein, 2004). Produksi energi dari minyak dan gas didasarkan pada teori
produksi sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Produksi akan mengalami
peningkatan yang sangat pesat pada awal penemuan sumber minyak dan gas.
Peningkatan tersebut berlangsung hingga mencapai titik maksimum. Kemudian setelah
mencapai titik maksimum tertentu, produksi minyak dan gas akan mengalami
penurunan. Hal ini disebabkan karena biaya produksi sebelum adanya eksplorasi dan
eksploitasi minyak dan gas relatif lebih rendah dibandingkan dengan biaya produksi
setelah adanya eksplorasi dan eksploitasi (Reynold & Kolodziej, 2009).Sumber daya
minyak dan gas bumi menduduki posisi yang penting dalam pemenuhan energi dalam
negeri dan sebagai pemasok devisa nasional. Rencana Anggaran Pendapatan

Potensi dan cadangan migas di Indonesia


Industri migas merupakan salah satu cabang industri yang penting bagi negara.
Karenanya, di Indonesia pengelolaan migas mendasarkan pada pengaturan UUD 1945
pasal 33. Bahwa segala bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Bunyi
pasal 33 Ayat 3 UUD 1945 merupakan acuan untuk mengolah sumber daya alam Indonesia
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dengan demikian, dalam implementasinya,
negara sangat berperan dalam pengaturan dan pengelolaan industri migas. Sebuah studi
yang dilakukan oleh Faoziyah (2016) yang dilakukan di Kanbupaten Indramayu dalam
rangka mengetahui Studi. Kawasan Industri Hulu-Hilir Migas PT Pertamina (Persero) dan
Pembangunan Berkelanjutan melalui Implementasi Corporate Social Responsibility di
Kabupaten Indramayu, merupakan sebuah gambaran dalam mengetahui industri hulu-
hilir migas dalam pembangunan berkelanjutan melalui CSR yang dilakukan pada
masyarakat setempat. Kabupaten Indramayu memiliki potensi migas yang strategis
dalam memenuhi kebutuhan pemerintah Indonesia sekaligus menjadi daerah penyangga
perekonomian nasional. Karenanya pemerintah daerah Kabupaten Indramayu
menetapkan beberapa kawasan tersebut sebagai pengembangan wilayah migas dalam
pembangunan di daerahnya. Sektor migas sangat potensial karena kegiatan usaha hulu
sampai hilir berada di Kabupaten Indramayu. Keseluruhan kegiatan industri hulu dan hilir
migas tersebut dikelola oleh PT Pertamina sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Industri kegiatan hulu migas dikelola oleh PT. Pertamina Asset 3 (selanjutnya disebut
Pertamina EP), sedangkan kegiatan hilir migas dikelola oleh PT Pertamina RU VI Balongan
dan PT Pertamina Marketing Operation Region III di Balongan Indramayu. Keberadaan
industri migas tidak hanya memberi dampak posistif terhadap pertumbuhan ekonomi
daerah penghasil migas, tetapi ancaman kerusakan lingkungan hidup dan tatanan sosial
ekonomi masyarakat merupakan bagian dampak negatif keberadaan perusahaan. Pada
akhirnya, keberadaan industri hulu sampai hilir migas menjadi babak baru dalam
perubahan sosial, terutama masyarakat yang berada di ring 1. Optimalisasi potensi migas
terus dikembangkan oleh pemerintahan Kabupaten indramayu. Seperti yang tertuang
dalam dokumen RPJMD Kabupaten Indramayu Tahun 2011-2015 (hal. II: 11-12)
menjelaskan bahwa Kecamatan Balongan merupakan kawasan industri besar, dan Kilang
Minyak Balongan menjadi salah satu kawasan strategis provinsi Jawa Barat dalam
menghasilkan migas. Rencana tata ruang wilayah Kabupaten Indramayu 20 tahun
kedepan telah menetapkan kawasan peruntukan industri yang terdiri dari kawasan
industri, zona industri dan industri rumah tangga.Berkaitan dengan potensi
pertambangan minyak dan gas bumi di Kabupaten Indramayu, hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat beberapa kawasan yang potensial untuk pengembangan
industri hulu migas yang dikelola oleh Pertamina EP, sebagaimana dijelaskan oleh
informan berikut: “Wilayah Kabupaten Indramayu merupakan salah satu aktifitas usaha
hulu migas dibawah kendali PT Pertamina EP Asset 3. Sementara secara keseluruhan, PT
Pertamina EP tersebar di 5 (lima) wilayah di Indonesia, antara lain asset 1 di Sumatera
bagian utara, asset 2 di Sumatera bagian selatan, asset 3 di Jawa bagian barat, asset 4 di
Jawa bagian timur, sedangkan asset 5 membawahi Kalimantan dan Papua kawasan timur
Indonesia. Nah..wilayah kerja PT Pertamina EP asset 3 itu sendiri meliputi field Subang,
Field Tambun Bekasi dan Field Jatibarang. Keseluruhan wilayah kerja hulu migas yang
berada di Kabupaten Indramayu berada dalam lingkup field Jatibarang. Sedangkan
wilayah kerja administratifnya itu tersebar di 7 kabupaten, terdiri dari Cirebon,
Indramayu, Majalengka, Subang, Karawang, Bekasi dan Purwakarta” (Fkr. Okt.2016)

Instalasi Pipa Bawah Laut

Metode Pemasangan Pipa (Lay Method)

Metode S-Lay

Metode yang digunakan untuk instalasi di daerah perairan dangkal/Shallow water dengan
kedalaman sampai dengan 500 ft. Dalam metode S-lay, yang dapat dilihat pada Gambar 1,
proses pengelasan pipa dilakukan di bagian roller pada barge, sedangkan keberadaan
stinger digunakan untuk membentuk overbend dan ketika pipa telah menyentuh dasar
perairan maka akan membentuk sagbend. Overbend dan sag- bend pada proses ini akan
membentuk seperti huruf “S” sehingga disebut metode S-lay.

Gambar 1. Sketsa Metode

Dalam metode S-lay tensioner yang berada pada barge akan menarik pipa yang akan
dipasang ke arah dalam dan memastikan bahwa tegangan dari semua pipa tidak melebihi
tegangan izin. Dalam barge dilengkapi dengan alat pengatur tegangan pipa (tension
machines), abandobmet and recovery winch, dan crane untuk mengangkat pipa.

Dalam proses instalasi setelah pipa ditempatkan pada roller yang kemudian akan
disambungkan dengan pipa melalaui proses las dalam sebuah tempat (welding stasion),
dalam welding station pipa akan mengalami pengelasan, kemudian dilakukan proses
pengecekan kekuatan las dengan non distucted test (NDT), setelah pipa lolos NDT maka
kemudian akan dilakukan pelapisan pada sambungan / field joint coating.

Metode J-Lay
Digunakan untuk instalasi didaerah perairan intermediate dengan kedalaman 500 ft
sampai dengan 1000 ft. Seperti yang terlihat pada sketsa proses J-lay pada Gambar 2,
pada metode J-lay ini tidak terjadi overbend seperti yang terjadi pada metode S-lay, tidak
ada stinger untuk menempatkan pipa dan pipa yang akan dilas dalam posisi mendekati
vertikal yang kemudian akan diturunkan ke laut. Pada barge J-lay dilengkapi dengan
tower yang digunakan untuk memposisikan pipa dan tempat penyambungan pipa.

Gambar 2. Sketsa J-Lay

Metode Reel Lay

Digunakan untuk instalasi didaerah perairan dalam dengan kedalaman lebih dari 1000
feet. Metode reel lay merupakan metode instalasi pipa dengan cara menggulung pipa
panjang pada sebuah gulungan berukuran raksasa yang kemudian pipa tersebut akan
dipasang di dasar laut seperti pada pemasangan kabel bawah laut.Barge yang digunakan
untuk menginstalasi pipa dilengkapi dengan gulungan (reel) raksasa yang terdapat
dibagian tengah barge, dilengkapi pula dengan adanya chute yang berfungsi sebagai
landasan sebelum pipa diturunkan agar pipa tidak tertekuk pada saat instalasi.Pipa yang
dipakai untuk metode ini tidak diselimuti dengan beton akan tetapi pipa harus tetap
didisain supaya stabil setelah proses instalasi, hal ini dimaksudkan agar pipa dapat
digulung dalam reel. Adapun selimut yang digunakan untuk melindungi pipa adalah
digunakan bahan yang dapat digulung tanpa mengalami kerusakan seperti seperti jenis
bahan epoxy.Pada proses instalasi dengan metode ini pipa yang akan dipasang dibuat
terlebih dahulu didarat kemudian akan ditarik dan digulung di reel raksasa dalam barge.
Pada saat penggulungan kurfatur pipa harus didisain agar tidak mengalami buckling dan
ovalisasi yang signifikan, selain itu tekukan pipa yang terjadi harus lebih kecil dari nilai
leleh pipa yang digunakan.
Gambar 3. Metode Reel Lay

Tow Method

Secara umum dapat digambarkan bahwa dalam tow method ini pipa akan dirakit di darat
dengan masing-masing segmen antara 200-300 meter yang kemudian akan diberi akses
menuju perairan melalui launching ramp atau roller yang dibangun sepanjang pantai
menuju surf zone. Setelah itu segmen pipa yang telah siap (telah melewati test) ditarik ke
laut dengan menggunakan barge/tow vessel yang berada 1000 meter atau lebih dari
pantai. Setelah segmen pipa pertama ditarik kemudian ujung segmen yang berada di
darat akan dilas dengan segmen berikutnya, sementara barge berpindah maju untuk
bersiap menarik kembali. Hal ini akan dilakukan sampai panjang pipa yang
direncanakan.Tow method bisa dibagi menjadi beberapa jenis yaitu, bottom tow, off-
bottom tow, mid depth tow, dan surface tow. Metode ini dapat digunakan untuk instalasi
pipa pada daerah laut dangkal ke laut dalam bergantung pada kebutuhan disain.

Metode Shore Pull

Biasanya, untuk instalasi pipa dekat dengan pantai dan arahnya tegak lurus pantai
digunakan teknik dengan menarik pipa dari pantai. Pipa dilas disebuah lay barge dimana
pada ujung pipa pertama yang menuju darat dipasangi pull head, sebuah struktur
tambahan pada pipa dengan bentuk seperti pad-eye besar yang digunakan untuk
mengaitkan tali penarik dari darat.Dalam pelaksanaannya pipa disambungkan di barge
yang kemudian setelah diberi pelampung kemudian diturunkan, sementara winch
menarik pipa dari darat. Hal ini dilakukan sampai pipa terpasang semua, biasanya
sampai dengan pipa sampai ke darat atau ujung trench yang dibuat masuk kearah
darat.Berdasarkan kapasitas dari winch penarik yang digunakan, ada dua variasi dari
metode shore pull, yaitu winch yang diletakan pada lay barge dan winch yang diletakan
didarat.
Pemasangan Kabel Listrik Dan Internet
1. Pilih Lokasi untuk Server

Perangkat jaringan seperti server, modem, sakelar, dan firewall, membutuhkan ruang khusus
yang berada di area pribadi, bukan publik, dan harus terletak di pusat. Dengan begitu,
pengguna mudah untuk menjalankan pemasangan kabel ke zona lain.

2. Tempatkan Nodes dan Ukur Kabel

Temukan lokasi yang tepat untuk node jaringan atau tempat komputer dan peralatan bisa
dihubungkan ke jaringan. Kemudian, ukur panjang kabel berdasarkan jarak antara area server
dan node.

3. Pilih dan Kumpulkan Perangkat Keras yang Diperlukan

Perangkat keras ini meliputi colokan data, konektor, sakelar, pengikat kabel, dan lainnya.
Selain itu ada juga alat yang diperlukan untuk pengaturan jaringan, seperti punch down
tool untuk melubangi dan memotong kawat.

Kemudian, crimping tool untuk menggabungkan koneksi luar, dan network test tool untuk
menguji koneksi.

4. Posisikan Pelat Dinding dan Lubang Potong

Sebelum melakukan tahap ini, putuskan aliran listrik. Cari posisi terbaik untuk pelat dinding
agar mudah diakses dan hindari komponen listrik seperti colokan listrik serta sakelar lampu.

5. Jalankan Kabel Melalui Dinding

Tahap ini akan memakan waktu lama dan harus dilakukan dengan hati-hati agar tak ada
infrastruktur yang rusak.

6. Tes Koneksi
Setelah kabel dijalankan dan terhubung di kedua ujungnya, uji koneksi jaringan untuk
memastikan kabel aktif. Hal ini dilakukan menggunakan alat pengujian jaringan dengan
serangkaian lampu berkedip untuk menunjukkan apakah koneksi aktif atau tidak.

7. Konfigurasikan Jaringan

Setelah jaringan beroperasi, tambahkan lalu konfigurasikan server, ruter, dan komputer.
(ECI)

Anda mungkin juga menyukai