Anda di halaman 1dari 15

PERSPEKTIF 2

EKONOMI MARITIM

DISUSUN OLEH

SALMAWATI

NIM : B1B122163

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI 2023
PERSPEKTIF 2

EKONOMI MARITIM

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia belum mampu memberdayakan


potensi ekonomi maritim. Negeri ini juga belum rnampu mentransformasikan sumber
kekayaan laut menjadi sumber kemajuan dan kemakmuran rakyat Indonesia. Indonesia
bagaikan negara raksasa yang masih tidur.

sebagai negara kepulauan terbesar di dunia Indonesia memiliki wilayah laut seluas 5,8 juta
km persegi yang terdiri dari wirayah teritorial sebesar 3,2 juta km prersegi dan wilayah
Zona Ekonomi Eksktusif brdonesia (ZEEl) 2,7 juta km persegi. selain itu terdapat 17.504
pulau di lrdonesia dengan garis pantai sepanjang 81.000 km persegi. Dengan cakupan yang
demikian besar dan luas, tentu saja maritim Indonesia mengandung keanekaragaman alam
lautyang potensial baik hayati dan nonhayati.

Sehingga sudah seharusnya sektor kelautan dijadikan sebagai penunjang perekonomian


negara ini. Berdasarkan catatan Kementerian Kelautan dan Perikanan (ICG) sumbangan
sektor perikanan terhadap produk domestik bruto (PDB) memiliki Peranan strategis.
Terutama dibandingkan sektor lain dalam sektor perikanan maupun PDB nasional

Pada tahun 2008 saja tercatat PDB pada subsektor perikanan mencapai angka Rp 136,43
triliun. Nilai ini memberikan kontribusi terhadap PDB kelompok pertanian menjadi sekitar
19,13 persen atau kontribusi terhadap PDB nasjonal sebesar 2,75 persen. Hingga triwulan
ke III 2009 PDB perikanan mencapai Rp128,8 triliun atau memberikan kontribusi 3,36
persen terhadap PDB tanpa migas dan 3,12 persen terhadap PDB nasional.

Di antaranya, tanamanbahan makanan sebesar Rp347,841, triliun, perikanan Rp136,a35


triliun, tanarnan perkebunan Rp106,186 triliun, petemakan Rp82,835 triliun, dan
kehutanan Rp32,942 kiliun. Kemudian hingga triwulan m 2009, PDB kelompok pertanian,
peternakan, kehutanan, dan perikanan sebesar Rp654,664 triliun. Dengan rincian, tanaman
bahan makanan Rp331,955 triliun, perikanan Rp12&808 triliun, tanaman perkebunan
Rp84 936 triliun,petemakan Rp 76,022 triliun, dan kehutanan Rp 128,808 triliun. Dari jenis
sektor dalam kelompok pertanian, perikanan yang memiliki kenaikan rata-rata tertinggi
sejak tahun 2004-2008 sebesar 27,06 persen. Kemudiansektor tanamanbahan makanan
2O56 persen, tanaman perkebunan 21,22 Persen, peterrtakan 19,87 persen dan kehutanan
18,81 persen. Catatan ini, semakin menguatkan anggapan bahwa sektor maritim sangat
potensial dikembangkan sebagai penunjang ekonomi nasional.
Ironis, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan sumber daya alam
berlimpah,perekonomian Indonesia malah semakin terpuruk. Hutang negaraPun terus
menggunung. jumlahnya tidak tanggung-tanggung, mencapai Rp164,4 triliun atau
mengambil 13,68 persen dari anggaran belanja negara 2011.

Agar pemanfaatan sumber kekayaan brdonesia sebagai negara kepulauan bisa menutupi
hutang yang menumpuk diperlukan komitrnen yang mengarahkan pemerintah harus fokus
pada perekonomian nasional di bidang maritim. Ini karena Indonesia memiliki potensi
pembangunan ekonomi maritim yang besar dan beragam serta belum sepenuhnya dikelola.
Berbagai sektor dapat dikembangkan dalam upaya memajukan dan memakmurkan
perekonomian negara, mulai dari perikanan tangkap, perikanan budidaya, industri
pengolahan hasil perikanan, industri bioteknologi maritim, pertambangan dan energi,
parwisata bahari, angkutan laut, jasa perdagangan, industri maritim, pembangunan
maritim (konstruksi dan rekayasa), benda berharga dan warisan budaya (cultural heitage),
jasa lingkungan konservasi sampai dengan biodiversitasnya.

tiga hal yang harus dilakukan pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi
nasional berbasis maritim, yaitu

 memperbesar dan memperluas diversifikasi sektor-sektor maritim


 memperbanyak investasi dengan memberikan stimulus pada sektor-sektor yang
memPunyai Incrementa lCapital output Rafio (ICOR) yang relatif rendah (perikanan
dan pariwisata)
 meningkatkan efisiensi yang mencakup alokasi usaha optimum berdasarkan jenis
usaha, lokasi dan compatibility antar sektor maritim. Adapun selama ini kontribusi
bidang maritim masih didominasi sektor pertambangan, diikuti perikanan dan
sektor-sektor lain. Hal itu mengindikasikan jika sektor tersebut dipisah, maka gub
bidang yang ada akan memiliki kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan PDB
nasional.

EKONOMI MARITIM INDONESIA DIKUASAI ASING


Salah satu potensi perekonomian maritim terbesar yang dimiliki Indonesia adalah sumber
minyak bumi dan gas. Sayangnya Indonesia belum bisa memanfaatkannya secara
maksimal. Ironisnya, sebagran besar sumber-sumber,energi tidak terbaharukan ini di
kuasai pihak asing. Padahal sangat jelas, Pasal 33 Ayat (3) LruD 1945 menyebut "Bumi dan
air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesarbesar kemakmuran rakyat" Alih-alih memakmurkan rakyat,
membayar hutang negara pun tidak mampu.
Sikap pemerintah yang berpihak pada kepentingan perusahaan asing terlihat dari
beberapa kebijakannya.

 Pertama, Pertamina sejak Mei 2008 telah lima kali meminta kepada pemerintah
agar blok West Madura sepenuhnya dikelola BUMN. Sayang, hingga kini pemerintah
belum mengabulkan permintaan tersebut. Di sisi lain proses pengalihan saham dari
Kodeco dan CNOOC ke PT Sinergindo Citra Harapan (SCH) dan Pure Link
Investment Ltd (PLI) hanya berlangsung dalam beberapa hari saja. Itupun tanpa
tender yang transparan.
 Kedua porsi saham Pertamina diWestMadura adalah yang paling besar. Namun
pada kenyataannya yang menjadi pengelola adalah Kodeco dengan kemampuan
produksi hanya berada pada level 13- 14 ribu bph. Di sisi lain, Pertamina
menyatakan sangguP menyedot minyak di ladang itu hingga 30 ribu barel per hari.
 Ketiga, potensi cadangan blok tersebut menurut Federasi Serikat Pekerja Pertamina
Bersatu (FSPPB) cukup besar, yalai 22,22 iutabarel minyak dan gas sebesar 219,8
BCFG. Jika diasumsikan harga minyak mentah 100 dolar AS per barrel dan gas 4
dolar AS per MMbhr, maka nilai potensi migas blok tersebut dapat mencapai Rp28
triliun.

Dari aspek sumber daya alam, indonesia merupakan negara kaya. Tanah subur kaya
mineral, lautan kaya ikan, berbagai barang tambang strategis, minyak dan gas tertimbun di
perut bumi indonesia. Berdasarkan data Indonesia Energy Statistic 2009, y angdikeluarkan
Kementerian ESDIvI, total cadangan minyak Indonesia mencapai 2998 MMSTB (million
standard tanker barrel). Iumlah ini menempatkan Indonesia sebagai negara penghasil
minyak terbesar ke-29 di dunia. Sementara cadangan gas mencapai 159,63 TSCF (triliun
standard cubic feet) atau terbesar ke- 11 dunia. Indonesia merupakan produsen batu bara
terbesar ke-15 dunia. Per 2009 cadangan batubara mencapai 126 miliar ton. Indonesia juga
kaya dengan energi.panas bumi (geotermal) yang telsebar di berbagai penjuru nusantara,
potensinya mencapai 28,1 GW. Barang tambang seperti nikel, emas, perak, timah, tembaga
dan biji besi juga jumlahnya sangat melimpah. Bahkan Indonesia diketahui memiliki
kualitas nikel terbaik di dunia. Namun, kekayaan alam tersebut justru lebih banyak
dinikmati negara lain ketimbang penduduk Indonesia. Berdasarkan Neraca Energi 2009

dari 346 juta barel minyak mentah yang diproduksi di dalam negeri, 38 persen diekspor ke
luar negeri. Ironisnya pada saat yang sama Indonesia harus mengimpor minyak mentah
129 juta BOE, atau 35 persen dari total produksi dalarn negeri. tri terjadi karena 85 persen
produksi minyak Indonesia dikuasai swasta termasuk asing. Di sisi lain, rakyat terus dibuat
sengsara akibat harga minyak dinaikkan agar sesuai derrgan standar intemasional.
Demikian pula dengan gas alam Indonesia. Produksinya dimonopoli swasta asing. Sebagian
besar hasilnya dijual ke luar negeri dengan kontrak-kontrak jangka paniang. Dari total
produksi 459 juta BOE (banel of oil equfualent) pada 2009, hampir 60 persen diekspor ke
luar negeri yang terdiri dari gas alam (12 persen) dan dalam bentuk LNG 48 persen.
Sisanya dibagi-bagi untuk industri (19 persen), PLN (10 persen) dan lain-lain. Padahal
dengan jumlah tersebut, kebutuhan domestik sangat tidak memadai. Seiumlah industri
menjerit-jerit kekurangan pasokan gas. Hal yang sama juga dialami PLN. Akibat
kekurangan gas, PLN terpaksa menggunakan minyak yang biaya produksinya jauh lebih
mahal. Negeri ini amat kaya, namun perut penduduknya kelaparan. Ibarat anak ayam
matidi lumbung padi.

INDUSTRI DAN JASA MARITIM


Melihat besarnya potensi laut nusantara, sudah seharusnya Indonesia mempunyai
infrastruktur maritim kuat, seperti, pelabuhan yang lengkap dan modern,sumber daya
manusia (SDM) di bidang maritim yang berkualitas serta kapal berkelas, mulai untuk jasa
pengarigkutan manusia, barang, migas, kapal penangkap ikan sampai dengan armada TNI
Angkatan Laut (AL). Namun kondisi ideal tersebut sulit tercapai. Hai ini terjadi karena
industri maritirn Indonesia tidak dikelola dengan benar. Sehingga tak satu pun negara yang
segan dan menghormati Indonesia sebagai bangsa maritim. Negara asing menempatkan
bangsa Indonesia sebagai pasar produk mereka. Ironisnya, pemerintah hanya berdiam diri
tanpa melakukan langkah perbaikan. Padahal, kedepan industri kelautan Indonesia akan
semakin strategis, seiring dengan pergeseran pusat ekonomi dunia dari bagian Atlantik ke
Asia-Pasifik. Potensi ini dimanfaatkan Singapura dengan membangun pelabuhan pusat
pemindahan (tr anshipment ) kapal-kapal perdagangan dunia. Negara yang luasnya hanya
692.7 km persegi, dengan penduduk 4,16 juta jiwa itu telah menjacli pusat jasa
transportasi laut terbesar di dunia. Hal ini bisa jadi karena ada pembiaran dari pembuat
kebijakan di bidang investasi. Bisa pula karena para pembuat kebijakan di negeri ini tidak
paham strategisnya dunia maritim bagi Indonesia. Tersiar kabar pula ada agen-agen dari
Singapura dibeberapa tempat strategis yang siap memotong bila ada kebijakan maritim
yang menguntungkan Indonesia atau sebaliknya merugikan negeri tersebut.

Penghambat Industri Maritim

 sistem finansial. Kebijakan sektor perbankan atau lembaga keuangan di Indonesia


yang sebagian besar keuntungannya diperoleh dari penempatan dana di Sertifikat
Bank Indonesia (SBI), untuk pembiayaan industri maritim sangat tidak mendukung.
Ini karena bunga pinjaman sangat tings.Berkisar antara 11-12 persen per tahun
dengan 100 persen kolateral (senilai pinjaman). bandingkan dengan sistem
perbankan Singapura yang hanya mengenakan bunga dua persen+LIBOR dua
persen (total sekitar 4 persen) per tahun. Equity-nya hanya 25 persen sudah bisa
mendapatkan pinjaman tanpa kolateral terpisah. Sebagai contoh bagi pengusaha
kapal, kapal yang dibelinya bisa menjadi jaminan. Tidak heran, jika p,engusaha
nasional kesulitan mencari pembiayaan untuk membeli kapal, baik baru maupun
bekas melalui sistem perbankan Indonesia.
 sesuai dengan Kepmmkeu No 370/KMK.03/2003 tentang Pelaksanaan Pajak
Pertambalnn Nilai yang Dibebaskan atas impor dan/atau Penyerahan Barang Kena
Pajak Tertentu danl atau Penyerahan jasa Kena Pajak tertentu, bahwa sektor
perkapalan mendapat pembebasan pajak. Namun, semua pembebasan pajak itu
kembali harus dibayar jika melanggar pasal 16 tentang Pajak Pertambahan Nilai
yang terhutang pada impor atau pada saat perolehan Barang Kena Pajak Tertentu
disetor kas negara apabila dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak impor
digunakan tidak sesuai dengan tujuan semula atau dipindahtangankan.
 buruknya kualitas sumber daya maritim Indonesia menyebabkan biaya langsung
industri maritim menjadi tinggi. Meskipun gaji tenaga Indonesia sepertiga gaji dari
tenaga kerja asing, tetapi karena rendahnya disiplin dan tanggun gSawab,
menyebabkan biaya yang harus ditanggung pemilik kapal berbendera dan berawak
100 persen orang Indonesia (sesuai dengan UU No 17/2008 tentang Pelayaran)
sangat tinggi. Sebaliknya, jika kapal berawak 100 persen asing yang mahal, ternyata
pendapatan perusahaan pelayaran bisa meningkat dua kali lipat.
 persoalan klasifikasi industri maritim di tangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
dengan kendali Kementerian BUMN dan Kementerian Perhubungary PT Biro
Klasifikasi Indonesia (BKI), membuat industri maritim Indonesia semakin terpuruk.
Semua kapal yang diklasifikasi atau disertifikasi PT BKI, diduga tidak diakui
asuransi perkapalan kelas dunia. Kalaupun diakui, pemilik kapal harus membayar
premi asuransi sangat mahal.

Industri Perkapalan
Industri perkapalan merupakan industri padat karya dan padat modal yang
memiliki daya saing tingg. Karena itu dukungan pemerintah sebagai pemegang
kewenangan sangat penting. Faktor kebijakan moneter dan fiskal, masih sulitrya
akses dana perbankan dan tingginya bunga menjadi beban para pelaku usaha.
industri kapal juga diharuskan membayar pajak dua kali lipat. Masalah lain adalah
minimnya keterlibatan perbankan. Perbankan enggan menyalurkan kredit kepada
industri perkapalan. Mereka beranggapan, industri perkapalan penuh risiko karena
kontrol terhadap industri ini sulit.
Selain itu, masalah lahan yang digunakan industri perkapalan terutama galangan
kapal besar berada di daerah kerja pelabuhan dan hak pengelolahan lahan (HPL)
dikuasai PT Pelindo. Sehingga Industri perkapalan masih sangat tergantung pada
HPL. Padahal, jika ada keleluasaan lahan di pelabuhan bukan tidak mungkin industri
kapal lebih berkembang. Dalam pengernbangan jasa maritim hendaknya diarahkan
untuk meraih empat tujuan secara seimbang yakni: (1) pertumbuhan ekonomi
tinggi secara berkelanjutan dengan industri dan jasa maritim sebagai salah satu
penggerak utama (prime mover); (2) peningkatan kesejahteraan seluruh pelaku
usaha, khususnya para pemangku kepentingan yang terkait industri dan jasa
maritim; (3) terpeliharanya kelestarian lingkungan dan sumberdaya maritim; dan
(4) menjadikan industri dan jasa maritim sebagai salah satu modal bagi
pembangunan maritim nasional. Sehingg ada benang merah yang dapat terlihat
antara oceanpolicy dan pengelolaan sumber daya maritim dengan industri dan jasa
maritim sebagai penggerak bagi pertumbuhan sektor maritim.

Pemerintah berupaya mendorong agar industri galangan kapal nasional dapat


menikmati pasar di dalam negeri yang terus berkenrbang. Terlebih lagi, adanya
kebijakan asas cabotage sebenarnya memberi peluang bagi pelaku industri untuk
meningkatkan produksi. Seperti yang diketahui, padaAgustus 2010 empat galangan
kapal nasional mendapat kepercayaan untuk membangun lima unitkapalbaru milik
Pertamina senilai97,38 juta dolarAS. Kelima kapal baru yang dikerjakan di galangan
PT PAL Indonesia, PT DPS, PT DRU dan PT Dumas Tanjung Perak tersebut,
masingmasing berukuran 3.500 Long Ton Dead Weight (LTDW), 6.500 LTDW, dan
17.500 LTDW. Pertambahan kapasitas akan dilakukan oleh beberapa perusahaan
seperti PT Dok dan Perkapalan Surabaya (DPS) dan Galangan Brondong Lamongan
akan menambah kapasitas sebesar 300 ribu DWT. Saat ini, pembangunan fasilitas
galangan kapal baru oleh DPS di Lamongan sudah mencapai 80 persen sehingga
akan,ada tambahan kapasitas terpasang sebesar 300.000 DWT. Bahkan Galangan
Lamongan sudah mampu menampung pesanan kapal Pertamina berukuran 17.500
hingga 30.000 DWT. Di samping itu, PT Samudra Marine Indonesia juga akan
menambah kapasitas galangan kapal Banten menjadi sekitar 150 ribu DWT-200
ribu DWT. Saat ini kapasitasnya baru sekitar 100.000 DWT. Galangan kapal lainnya
berada di Kepulauan Riau. Sementara itu, PT Dok Perkapalan Koja Bahari (DPKB),
ekspansinya akan diarahkan untuk masuk dalam proyek elpiji Blok Masella, dan
kemungkinan kapasitasnya akan tambah sekitar 300 ribu DWT. Pengerjaannya akan
bekerja sama dengan perusahaan Korea Selatan.

Industri Perikanan dan Bioteknologi


Industri perikanan dan bioteknologi diperkirakan memiliki nilai ekonomi sebesar
82 miliar dolar AS per tahun. Namun karena pemerintah belum serius menggarap
sub sektor ini (berdasarkan kajian PKSPL IPB; 2006),Lrdonesia diperkirakan
kehilangan potensi pendapatan dari produk-produk bioteknologi maritim sekitar 1
miliar dolar AS per tahun. Hal ini disebabkan karena lemahnya aplikasi bioteknologi
maritim serta jarangnya pengusaha yang terjun ke sektor tersebut.
Indonesia masih kurang maksimal dalam memanfaatkan sumber daya maritim.
Sebagai contoh, pemanfaatan kurang maksimal yang dilakukan Indonesia adalah
rumput laut. Padahal rumput laut selain sebagai bahan makanan, juga dapat diolah
menjadi lebih dari 500 produk komersil. Sayangny Nilai ekspor rumput laut Filipina
bisa mencapai 700 juta dolar AS, sementara Indonesia hanya 45 juta dolar AS saja.
Padahal 65 persen bahan mentah mereka diimpor dari Indonesia termasuk dari
Sulawesi Utar,Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. Artinya Indonesia kurang kuat
dalam industri end product maritim karena dukungan teknologi serta formulasi
yang tertinggal. Indonesia hanya mampu memanfaatkan potensi maritim sebatas r
bahan baku.
Sumber permasalah lainnya adalah penangkapan ikan ilegal (illegal fishing), oleh
pihak asing -gang nilainya ditaksir mencapai Rp30 triliun per tahun. Hal ini bisa
diatasi bila Indonesia memiliki kapal-kapal tangkapan ikan dengan skala menengah
ke atas. Saat ini jumIah kapal ukuran tersebut hanya tiga persen dari kebutuhan.
Pemerintah harus segera membangun dan memperbaiki infrastruktur perikanan
dan kelautan yang masih lemah ini. Tanpa upaya itu, sektor perikanan Lrdonesia
akan tertinggal jauh negara lain. Sebagai contoh, pembangunan infrastruktur di
Lampung yang meruPakan lumbung udang terbesar harus menjadi perhatian serius
pemerintah.

Industri Pertahanan
Sebagai negara yang disatukan lautan, Indonesia tidak hanya harus bisa menjaga
kedaulatan, tetapi juga melindungi seluruh kekayaan alam yang dimilikinya. Corrnie
Rahakundini Bakrie Analis Pertahanan Maritim melihat banyak sumber daya alam
yang dimiliki hrdonesia bisa dimanfaatkan untuk kepentingan industri maritim.
Salah satunya adalah baja, menurutnya baja adalah salah satu dasar dari industri
pertahanan suatu negara. Connie menilai industri baja sebagai national security,
dasar dari pembangunan industri militer. Baja menjadi bahan dasar kapal-kapal
peran& termasuk kapal induk milik Amerika. Salah jika bangsa lndonesia
menjualnya begitu saja- Sebaiknya potensi logam ini diolah dengan baik, untuk
mendukung industri maritim nasional. Sebelumnya perlu dimengerti paham
pentingnya pertahanan, kita tidak akan pemah sampai semua itu- Kita perlu tentara,
guna memprotek kedaulatan, tentara perlu alutista, khususnya udara dan laut.
Alutista harus kitaproduksi dengan membangun industri baja sebagai dasar dari
pembangunan pertahanan kita. Namun, pihak asing tidak menginginkan Indonesia
besar dengan menguasai bahan logam berharga ini. Sebagai bukti banyak industri
pertambangan dalam negeri dikuasi pihak asing- Mereka memiliki kepentingan
dengan sumber-sumber daya alam dan energi di tanah air. Mereka berusaha dengan
berbagai cara menguasai bangsa ini.

Barang Muatan Kapal Tenggelam


wilayah perairan Indonesia dikenal sebagai salah satu wilayah perairan yang
dipenuhi ratusan hingga ribuan kapal karam, terutama di ialur pelintasan dan
sekitar pusat-pusat perdagangan. Di antara kapal-kapal karam tersebut
diperkirakan membawa benda-benda artefak berupa keramik, logam mulia (emas,
perak, dan perunggu), batuan berharga dan benda lainnya yang diperkirakan
memiliki nilai tinggi, sehingga banyak terjadi pencurian dalam penjualan benda-
benda asal kapal tenggelam secara ilegal. Kapal-kapal karamberikut nruatannya
yang dikenal sebagai Benda Berharga Asal Muatan Kapal yang Tenggelam (BMKT)
tersebut merupakan aset negara yang sangat berharga baik ditinjau dari nilai
ekonomi maupun nilai sejarah dan budaya Pemerintah melalui Panitia Nasional
Pengangkatan dan Pemanfaatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal yang
Tenggelam (PANNAS BMKT) menyelenggarakan pengelolaan BMKT agar kekayaan
laut tersebut dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk negara.

PERIKANAN
Berdasakan data Kementerian Kelautan dan Perikanan, potensi sumberdaya
perikanan tangkap 6,4 juta ton per tahun, produksi perikanan tangkap di laut
sekitar 4,7 .!on per tahup dari jumlah tangkapan yang diperbolehkap maksimum 5,2
juta ton per tahun sehingga hanya tersisa Q5 juta ton per tahun. Produksi Tuna naik
2Q17 persen pada2007, akan tetapi produksi Tuna hanya 4,04 per sen dari seluruh
produksi pedkanan tangkap. Jumlah nelayan (laut dan perairan umum) sebesar
2.755.794 orang, akan tetapi lebih dari 50 persen atau 1.466.666 nelayan berstatus
sambilan utama dan sambilan tambahan. )umlah nelayan naik terus, yaitu 2,06
persen pada tahun 2006-2007, sedangkan ikan makin langka. ]umlah
RTP/Perusahaan Perikanan Tangkap 958.499 buah, naik 2,60 persery tetapi
sebanyak 811.453 RTP atau 85 persen RTp berskala kecil tanpa perahu, perahu
tanpa motor, dan motor tempel. Armada perikanan tangkap di laut sebanyak
590.499 kapal, akan tetapi 94 persen berukuran kurang dari 5 GT dengan sDM
berkualitas rendah dan kemampuan produksi rendah. Potensi tambak seluas
1.224.076 ha, akan tetapi realisasi baru seluas 612.530 ha. potensi budidaya laut
seluas 8.363.501 ha, akan tetapi realisasi hanya seluas 24.s43 ha. Jumlah industri
perikanan lebih dari 12.000 buah, akan tetapi sebagian besar tradisionaf berskala
mikro dan kecil.
sudah seharusnya sektor kelautan dijadikan sebagai penunjang perekonomian
negara ini. Berdasarkan catatan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKtr),
sumbangan sektor perikanan terhadap Produk Domestik Bruto (PDts) memiliki
Peranan strategis. Terutama dibandingkan sektor lain datam sektor perikanan
mauPun PDB nasional. Tentu saja sektor kelautan tidak hanya menghasilkan produk
perikanan. Menurut pengamat maritim Universitas Diponegoro (Undip), Sahala
Hutabarat untuk mengembangkan potensi sumber kekayaan laut pemerintah harus
memiliki visi maritim. Karena jika potensi sumber kekayaan laut dioptimalkan
mampu mensejahterakan masyarakat pesisir.

Ironi Impor Ikan


Di tengah upaya mernbangun industrialisasi perikanan dalam negeri, Kementerian
Kelautan dan Perikanan (KKP) justru tidak bisa membendung masuknya ikan impor.
Bahkan, ikan dalam kemasan pun betras masuk ke tempat Pelelangan Ikan yang di
jual di pasar-pasar tradisional.
Hasil penelitian yang ditakukan FAO pada 2010 menyebutkan kondisi sumber daya
ikan nasional dan dunia saat ini menyusut drastis. Pada 2008 stok ikan laut dunia
yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi tinggal 15 persen. Sebanyak
53 persen stok ikan sudah dimanfaatkan secara maksimal dan tidak mungkin
dieksploitasi lagi- Sisanya, sudah over-exploited atau stoknya menurun.
Tidak mengherankan jika sering terjadi bentrokan fisik antara nelayan tradisional
dan ABK kapal asing akibat berebut wilayah penangkapan di tengah laut. Tidak
hanya itu, konflik antar nelayan tradisional pun kerap terjadi. Berkaitan dengan
industrialisasi, membangun gudang ikan, sebagaimana diusulkan Kamar Dagang
dan idustri hrdonesia (Kadin), di sentra-sentra perikanan tangkap, khususnya di
Indonesia Timur ada dua perspektif industrialisasi perikanan.
Pertama,industrialisasi perikanan dalam arti sempit yakni membangun pabrik-
pabrik pengolahan ikan, yang tuiuannya meningkatkan produksi ikan olahan, baik
untuk pasar domestik maupun ekspor. Hal terpenting adalah pertumbuhan
produksi teriadi, siapa punpelakunya dandari mana punsurnberbahanbakunya.
Kedua, industrialisasi perikanan dalam arti luas, yakni transformasi ke arah
perikanan yang bemilai tambah. Tuiuannya mmingkatkan nilai tambah produksi
perikanan lokal yang dinikmati para pelaku usaha kecil dan menengah. Telpenting
adalah transformasi pelaku di hulu ataupun hilir sehingga nelayan dan
pembudidaya ikan juga menjadi bagian perting dalam proses ini.
Krisis Ikan Mengancam
World Wide Fund for Nature (WWNF) Indonesia melihat potensi paceklik sumber
daya ikan di laut Indonesia semakin tinggi. Indikasinya terlihat dari
ketidaktersedian ikan yang diekspor, sementara permintaan ikan dari importir luar
negeri semakin meningkat. jika hal ini dibiarkan, beberapa tahun ke depan
masyarakat hanya bisa makan sup plankton.

WWF merujuk pada penunrunan tangkapan ikan di perairan Kabupaten Wakatobi,


sulawesi tenggara dan sekitamya. Lokasi tersebut merupakan salah satu tEmpat
pertangkapan ikan Tuna di Indonesia, khususnya ienis tuna sirip kuning
(yellowfinThunnus albacares). Berdasarkan data dari 15 koordinator penerimaan
potongan (loin) ikan tuna pada 2008-2011 terjadi Penurunan hasil tangkapan Pada
2008. Jumlah tuna yang ditangkap rata-rata 4,73 ekor per armada Pada 2009, 4,61
ekor per armada. Pada 2010 hanya 4,29 ekor per armada, dan pada 2011 jumlah
tangkapan semakinberkurang menjadi 3,30 ekor per armada.
Dari evaluasi WWF, kondisi tersebut disebabkan kurangnya Pengetahuan
masyarakat mengenai pentingnya menjaga ekosistem laut dalam menangkap ikan.
Saat ini Indonesia sedang dilirik pasar dunia karena dianggap sangat potensial
menjadi negara pengekspor ikan. WWF pun meluncurkanbuku panduan mengenai
cara menangkap ikan yang benar, cara menzrngani hewan hasil tangkapan
sampingan, dan bagaimana cara mengolah ikan agar bisa dipasarkan baik ke pasar
lokal mauPun intemasional.

Krisis ikan diperkirakan akan mulai dirasakan indonesia pada 2014. Kekurangan
ketersediaan ikan mencapai 11,5 juta ton. Ini akibat meningkatnya konsumsi ikan
tetapi tidak diimbangi dergan pertumbuhan produksi dan perlindungan pasar
dalam negeri.

Di sisi lain, beberapa pihak melihatkekurangan pasokanikanuntuk konsumsi dalam


negeri semakin parah karena orientasi produksi perikanan untuk ekspor. Padahal,
impor perikanan terus naik. Pada triwulan pertama tahun 2010, impor produk
perikanan 7 juta dolar AS, atau naik 32 persen dibandingkan 2009, yakni 58 juta
dolar AS. Peran pemerintah juga diperlukan untuk menjaga terpenuhinya
kebutuhan ikan di dalam negeri. Diperlukan pemetaan produksi dan pemasaran
produk nasional, selain menata distribusi produk perikanan antar pulau dan
menyediakan infrastruktur perdagangan produk ikan antar pulau.
Pemerintah juga perlu memperkuatnelayan dan pengusaha perikanan agar mereka
melebarkan wilayah tangkapannya ke wilayah zona ekonorni eksklusil Indonesia
dan laut lepas. Selain itu, ada jaminan pemasaran produk perikanan ke luar negeri
hanya apabila produksi dan pasokan di dalam negeri mencukupi kebutuhan
nasional.

ZONA EKONOMI EKSLUSIF


Berdasarkan konvensi hukum laut 1982, wilayah perairan lndonesia meliputi
kawasan seluas 3,L juta meter Persegi terdiri atas perairan, kepulauan seluas 2,8
juta km persegi dan laut sekitar 0,3 juta km persegi Indonesia juga memiliki hak
berdaulat atas berbagai sumber kekayaan alam serta berbagai kepentingan yang
melekat ada ZEE seluas 2,7 juta km persegi dan hak partisipasi dalam pengelolaan
kekayaan alam di laut lepas diluar 200 mil ZEE, serta pengelolaan dan pemanfaatan
kekayaan alam dasar laut perairan intemasional. di luar landas kontinen. Tertuang
dalam pasal 192-232 UNCLOS membebankan kewajiban bagi setiap negara pantai
untuk mengelola dan melestarikan suriber daya laut rnereka.
Diketahui Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia adalah daerah di luar Laut Teritorial
Lrdonesia sebagaimana ditetapkan berdasarkan undang-undang No 411960 tentang
Perairan Indonesia, cakupan yang meluas sampai 200 mil laut dari garis pangkal
dari mana lebar Laut Teritorial Indonesia diukur.
Dizona Ekonomi Eksklusif, lndonesia memberlakukan hak berdaulat. Hak berdaulat
Indonesia seba5;aimana dimaksud dalam ayat 2 deklarasi ini, Pemerintah,
sehubungan dengan dasar laut dan lapisan tanalu terus melaksanakan sesuai
dengan ketentuan hukum dan perafuran di ftrdonesia tentang Perairan Indonesia
dan Landas Kontinen Indonesi4 perjanjian intemasional dan hukum intemasional.

ZEE datam Keterbatasan SDM dan Infrastruktur


Konsep dari ZEE muncul dari kebutuhan yang mendesak. Sementara akar
sejarahnya berdasarkan pada kebutuhan yang berkembang semenjak tahun 1945
untuk memperluas batas yurisdiksi negara pantai atas lautnya, sumbemya mengaor
pada persiapan untuk UNCLOS III. Namun dalam pengembangannya tidak begitu
maksimal, karena keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM), Infrastruktur dan
Iptek yang dianggap sebagai faktor utama, sehingga dengan mudahnya negara-
negara yang berbatasan langsung dengan Indonesia masuk kewilayah kedaulatan
Indonesia secara bebas.

Pengamat dari Sekolah Tinggi IlmuMaritim (STIM), Diah S. Koesdinar mengatakan


suatu pengelolaan wilayah laut Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) pertama-tama harus
mengedepankan kedaulatan negara untuk dimanfaatkan sebagai cara
memakmurkan dan mensejahterakan rakyat dan negara. Tanpa adanya kedaulatan,
satu negara tidak ada artinya. Secara prinsip ZEE sudah mencakup berbagai unsur
yang meliputi pertahanan negar4 pengelolaan sumber daya laut dan pengakuan
secara intemasional walaupun masih terbatas
Namun mengingat luasnya wilayah ZEE Indonesia dan adanya overlap dengan ZEE
negara lain maka perlu adanya tindakan tegas pemtirintah Indonesia dalam
menetapkan garis batas ZEE dengan negara-negara yang berbatasan dengan NKRi.
SDM, infrastruktur dan Iptek yang ada harus dikembangkan dan dibuat lebih efektif
dengan master plan jangka panjang yang jelas ndonesia harus bisa berkonsolidasi
dari dalam agar kuat menghadapi'serangan' dari luar danbisa terus
mempertahankan kedaulatan NKRI. Penggunaan teknologi yang maju dan canggih
dan data satelit yang bisa diakses akan dapat memudahkan penentuan batas-batas
yang akurat Pemanfaatan teknologi komunikasi lainnya juga dapat Memonitor
pengelolaan ZEE secara real time.

ZEE Tanggung jawab Bersama


Zona Ekonomi Eksklusif harus mendapat penanganan serius dari semua pihak yang
terkait, Kementerian dan lembaga yang memang dipercaya harus berperan aktif
untuk mengembangkan ZEE dan menjadikan kekayaan laut indonesia bisa
bermanfaat untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.
Kepala Pusat Datadan Informasi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP),
Soe'nan H Pumomo mengatakan konsep ZEE itu tak hanya tugas Kementerian
Keluatan dan Perikanan, tapi tugas bersama misalkan KKP mengenai perikanannya
beserta riset kelautan, lalu Kementerian Pertahanan soal pertahanan artinya TNIAI
mengenai keamanan lautnya sementara Kementrian ESDM bicara mengenai
pertambangan, migas dan energi, Kementerrian Luar Negeri bicara batas wilayah,
lalu kementrian PU bicara merrgerni kawasan perbatasan Bicara ZEE, bukan
berarti bicara Kemenkrian Keluatan dan Perikanan melainkan semua Lembaga baik
kementrian maupun lernbaga lain yang terkait dan semua mempunyai peman
penting Sehingga dalammemperkuat ZEE,menurutnya, perlu ada restrukturisasi
disemua lini remrasuk restrukturisasi amrada laut baik untuk segi pertahanan
maupun segi pengelolahan ikan karena saat ini menunrt Soe'nan banyak nelayan-
nelayan Indonesia yang memang tidak bisa memanfatkan luas Laut karena
terkendala kapal yang tidak memadai .

SUMBER DAYA MIGAS DAN MINERAL


Hasil penelitian Richardson pada 2008 menunjukkan bahwa sekitar 70 persen
produksi minyak dan gas bumi berasal dari kawasan pesisir dan lautan- Dari 60
cekungan yang potensial mengandung migas,40 cekungan terdapat di lepas pantai,
14 di pesisir, dan hanya enam di daratan. Potensi cadangan minyak buminya 11,3
miliar barel dan gas 101,7 triliun kaki kubik. Belum iama ini, ditemukan jenis energi
baru pengganti BBM berupa gas hidrat dan biogenik di lepas pantai barat Sumatera,
selatan Jawa Baraf dan bagian utara Selat Makassar, dengan potensi melebihi
seluruh potensi migas.

Selain itu, Indonesia dapat memanfaatkan potensi laut sebagai sumber energi listrik.
Yaitu, melalui teknologi panas laut pasang surut, arus laut, angin, gelombang laut
serta bioenergi dari ganggang laut. California Energy Commission, misalnya
memperkirakan jumlah tenaga ombak pecah di dunia dapat menghasilkan 2-3 juta
megawatt energi, dimana pada lokasi yang tepat ombak bisa membangkitkan energi
sekitar 65 megawatt per mil Paniang pesisir.

Laut juga menyimpan kandu ngan bahan tambang dan mineral yang bernilai
ekonomi tinggi. Sanra halnya di daratan, potensi mineral dan tambang terbagi atas
tiga kelas sesuai standar indonesia, yaitu A, B, dan C. Yang membedakan adalah
masalah teknis eksploitasi dan penambangannya.
Prof J.A Katili pernah menrperkirakan terdapat berjuta-juta ton emas di dasar
samudra. Para saintis Jepang di The lapan Marine Science andTechnology sudah
lama merilis temuan cadangan mineral yang terbesar di dunia yang mengandung
emas dan perak, justru terdapat di dasar laut di kedalaman di atas 1.400 meter.

PARIWISATA BAHARI
Pembangunan pariwisata bahari pada hakikatrya adalah uPaya mengembangkan
dan memanfaatkan obyek serta daya tarikwisatabahari di kawasan pesisir dan
lautan Indonesia. Apalagi indonesia memiliki kekayaan alam dan panorama
pantainya yang indah dengan gelombang pantai yang menantang dibeberapa
tempat serta keragaman flora dan fauna seperti terumbu karang dengan berbagai
jenis ikan hias.

Sumber daya hayati pesisir dan lautan Indonesia seperti populasi ikan hias yang
diperkirakan sekitar 263 jenis, terumbu karang, padang lamun, hutan mangrove dan
berbagai bentang alam pesisir atau coastal landscape yang unik lainnya membentuk
suatu pemandangan alamiah yang begitu menakjubkan
Kondisi tersebut menjadi daya tarik sangat besar bagi wisatawan sehingga pantas
bila dijadikan sebagai sumber perekonomiarl wisata bahari. Namun potensi wisata
bahari Indonesia yang sangat besar, keanekaragaman hayati, kekayaan alam, dan
keindahannya terhampar luas. Sayang aset berharga bumi khatulistiwa ini belum
terjamah seluruhnya. Banyak potensi alam surgawi yang terbengkalai.

12 Kawasan Wisata Bahari Indonesia Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata


(Kemenbudpar) baru mempetakan 12 kawasan kepulauan di seluruh wilayah
Indonesia sebagai destinasi bahari unggulan, termasuk kepulauan Wakatobi dan
Derawan. Keduabelas pulau ini masuk dalam rencana Pengembangan induk
(blueprint) wisata bahari pemerintah.

 Kepulauan Padaido, Biak, Papua


 Kepulauan Selayal, Takabone Rate, Sulawesi Selatan
 Pulau Nias dan Kepulauan Mentawai, Sumatera Utara
 Kepulauan Raia Ampat, Papua barat
 Kepulauan Ujung Kulon dan Anak krakatau, Banten
 Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur
 Teluk Tomini, Kepulauan Tongean, Sulawesi Tengah
 Kepulauan Bali dan Lombok
 Balerang, Kepulauan Riau
 Kepulauan Seribu, ]akarta
 Kepulauan Wakatobi, Sulawesi Tenggara
 Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur

Anda mungkin juga menyukai