Anda di halaman 1dari 7

Judul : Kelangkaan BBM di Indonesia

Mata Pelajaran : Ekonomi Bisnis

Kelas : X. AKL 2

DISUSUN OLEH :

Nama : Selly

No. Absen : 17

Guru Mata Pelajaran : Ester Dhame Chatarine S.Pd

SMK XAVERIUS PALEMBANG

Jl. Betawi Raya No. 1707, Sematang Borang, Palembang

TAHUN PEMBELAJARAN 2019/2020


DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................................. 1
Daftar Isi ............................................................................................................................ 2
Bab I Pendahuluan............................................................................................................. 3
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 3
B. Tujuan .................................................................................................................. 4
D. Manfaat Penulisan ............................................................................................... 4
Bab II Pembahasan ........................................................................................................... 5
Bab III Penutup ................................................................................................................. 7
A. Kesimpulan dan Saran........................................................................................... 7
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelangkaan bahan bakar merupakan salah satu masalah yang berdampak pada
masyarakat, terutama masyarakat yang berkendara baik roda dua karena bahan bakar
minyak adalah salah satu yang perlu digunakan bagi kendaraan. Kelangkaan bahan bakar
minyak yang terjadi belakangan ini telah memberikan dampak yang sangat luas di
berbagai sektor kehidupan. Sektor yang paling cepat terkena dampaknya adalah sektor
transportasi. Fluktuasi suplai dan harga minyak bumi seharusnya membuat kita sadar
bahwa jumlah cadangan minyak yang ada di bumi semakin menipis. Karena minyak
bumi adalah bahan bakar yang tidak bisa diperbarui maka kita harus mulai memikirkan
bahan penggantinya. Indonesia merupakan negara dengan konsumsi energi yang cukup
tinggi di dunia. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan
Konservasi Energi Kementerian ESDM, dalam beberapa tahun terakhir pertumbuhan
konsumsi energi Indonesia mencapai 7% per tahun. Angka tersebut berada di atas
pertumbuhan konsumsi energi dunia yaitu 2,6% per tahun. Konsumsi energi Indonesia
tersebut terbagi untuk sektor industri (50%), transportasi (34%), rumah tangga (12%)
dan komersial (4%) (ESDM, 2012). Konsumsi energi Indonesia yang cukup tinggi tersebut
hampir 95% dipenuhi dari bahan bakar fosil. Dari total tersebut, hampir 50%-nya
merupakan Bahan Bakar Minyak (BBM). Menurut Sekretaris Direktorat Jenderal Energi
Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Sesditjen EBTKE) Djadjang Sukarna, dengan
potensi cadangan energi fosil yang sudah terbatas dan semakin menipis, pemenuhan
kebutuhan energi akan menghadapi kendala yang besar. Bahkan menurut prediksinya,
tahun 2030 Indonesia akan menjadi negara pengimporenergi. Menurut Harm J de Blij,
salah satu indikator yang membedakan negara berkembang dengan negara maju adalah
penggunaan energi per orang. Semakin tinggi penggunaan energinya, semakin maju
negara tersebut. Menghadapi keterbatasan sumber energi berupa minyak, menghemat
energi merupakan langkah cerdas. Namun demikian, tidak dapat pula dipungkiri bahwa
konsumsi energi tetap harus ditingkatkan seiring dengan meningkatnya pertumbuhan
ekonomi Indonesia.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui persoalan dari Bahan Bakar Minyak.
2. Untuk mengetahui solusi untuk kelangkaan BBM.
3. Untuk mengetahui berapa banyak BBM yang dipakai pada kendaraan.
C. Manfaat
1. Untuk mengetahui kelangkaan BBM yang terjadi di Indonesia.
2. Untuk menganalisis sejuh mana kelangkaan BBM yang sering terjadi di Indonesia.
3. Untuk mengetahui kota atau provinsi bagian mana yang terkena kelangkaan BBM.
BAB II PEMBAHASAN

A. Artikel

Kelangkaan BBM Terus Terjadi


Kompas.com - 25/06/2011, 03:57

Bandar Lampung, Kompas - Persoalan distribusi bahan bakar minyak bersubsidi


tak kunjung surut. Kelangkaan atau keterbatasan pasokan terjadi silih berganti di
sejumlah daerah. Tidak hanya menyengsarakan warga, persoalan ini juga mengganggu
usaha, seperti aktivitas melaut nelayan sampai ke pertambangan. Di Bandar Lampung,
Hiswana Migas dan pemerintah daerah akhirnya sepakat membatasi pembelian
premium oleh pedagang eceran di SPBU maksimal 50 liter. ”Dari hasil kesepakatan,
pembelian (premium dan solar) menggunakan jeriken di daerah-daerah kini dibatasi
maksimal 50 liter per hari per orang. Aturan ini berlaku sementara waktu hingga kondisi
kembali normal,” kata Denny Sugita, Service Quality Officer PT Pertamina Depot Panjang,
Jumat (24/6) di sebuah SPBU. Di perkotaan besar, misalnya di Bandar Lampung, SPBU
bahkan tidak diperbolehkan sama sekali melayani pembelian menggunakan jeriken.
Pembeli eceran yang menggunakan jeriken dituding sebagai salah satu pihak yang
mengakibatkan kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) akhir-akhir ini. Mereka
menyimpan BBM untuk dijual kembali. Di Kota Metro, pembelian oleh pedagang eceran
dibatasi pada waktu tertentu, yaitu hanya sore hingga malam hari. Bahkan, berdasarkan
kesepakatan antara polisi dan Wali Kota Metro, setiap kendaraan roda empat kini
dibatasi hanya bisa membeli 40 liter premium sehari. Berdasarkan pantauan Kompas,
kebijakan baru ini berhasil mengurangi antrean di sejumlah SPBU. Di Jambi, kelangkaan
BBM memaksa pengelola tambang batubara menurunkan produksi hingga 20 persen
sebab distribusi hasil tambang tersendat-sendat. Menurut Ketua Asosiasi Pengusaha
Batubara Provinsi Jambi Danil Chandra, usaha tambang batubara berkembang pesat
dalam satu-dua tahun terakhir. Kendaraan pengangkut batubara juga terus bertambah
hingga mencapai setidaknya 400 unit yang setiap hari membutuhkan 200 liter solar. Itu
berarti distribusi batubara membutuhkan 80.000 liter solar per hari. Namun, pasokan
solar dari Pertamina tidak bertambah. Di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, antrean di
SPBU setiap hari terjadi, setidaknya sudah enam bulan terakhir. Masyarakat sudah
berkali-kali mengeluhkan keterbatasan pasokan BBM bersubsidi, tetapi tak ada hasilnya.

Nonsubsidi meningkat
Dari Balikpapan, Kalimantan Timur, dilaporkan, masyarakat di ”kota petro dollar” itu kini
mulai terbiasa membeli BBM nonsubsidi, khususnya solar yang harganya Rp 9.500 per
liter. Arief Fadillah, pengawas BBM di SPBU Coco Sepinggan, mengutarakan, solar
nonsubsidi yang dikeluarkan setiap hari sekarang 5-7 kiloliter (5.000-7.000 liter). Jumlah
ini naik dari bulan lalu, yakni 3-4 kiloliter per hari. ”Pembeli solar nonsubdisi tak lagi
hanya kalangan industri karena ada sejumlah warga membeli. Tampaknya karena
mereka sudah capek antre,” katanya. SPBU Coco milik Pertamina di dekat Bandara
Sepinggan merupakan satu-satunya SPBU di Balikpapan yang menjual solar nonsubsidi.
Dua SPBU lain sudah tutup karena sepi peminat.

B. Sumber
Kompas.com
https://regional.kompas.com/read/2011/06/25/03574886/kelangkaan.bbm.terus.terjadi?pa
ge=all.

C. Hasil Analisis
Persoalan distribusi bahan bakar minyak bersubsidi tak kunjung surut.
Kelangkaan atau keterbatasan pasokan terjadi silih berganti di sejumlah daerah. Pembeli
eceran yang menggunakan jeriken dituding sebagai salah satu pihak yang
mengakibatkan kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) akhir-akhir ini karena mereka
menyimpan BBM untuk dijual kembali.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Persoalan tentang kelangkaan BBM ini juga mengganggu usaha, seperti aktivitas
melaut nelayan sampai ke pertambangan. Di Bandar Lampung, Hiswana Migas dan
pemerintah daerah akhirnya sepakat membatasi pembelian premium oleh pedagang
eceran di SPBU maksimal 50 liter. Pembeli eceran yang menggunakan jeriken dituding
sebagai salah satu pihak yang mengakibatkan kelangkaan bahan bakar minyak (BBM)
akhir-akhir ini. Mereka menyimpan BBM untuk dijual kembali. Berdasarkan kesepakatan
antara polisi dan Wali Kota Metro, setiap kendaraan roda empat kini dibatasi hanya bisa
membeli 40 liter premium sehari. Berdasarkan pantauan Kompas, kebijakan baru ini
berhasil mengurangi antrean di sejumlah SPBU. Masyarakat sudah berkali-kali
mengeluhkan keterbatasan pasokan BBM bersubsidi, tetapi tak ada hasilnya.
B. Saran
Berbagai kejadian yang terjadi karena kelangkaan BBM di Indonesia saat ini
seharusnya menjadi cerminan bagi pemerintah agar ke depannya lebih baik lagi dalam
mengambil keputusan. Hal yang perlu dilakukan sebaiknya tidak merugikan kalangan
masyarakat. Hal penting untuk dilakukan yaitu pemerintah harus memperlancar suplai
dan distribusi persediaan stok dari BBM, dan penyesuaian harga patokan BBM.

Anda mungkin juga menyukai