kehutanan maupun ketertiban saya, dan saya akan berhadapan dengan orang" yang bisa dibilang
banyak mempunyai pengalaman tentang hutan jadi saya harus siapkan mental saya agar bisa
menghadapinya. Kedua saya akan mempersiapkan atau mengetahui lebih banyak materi-materi
yang berhubungan dengan hutan agar saya bisa tidak kesusahan saat turun ke lapangan
Menurut saya penetapan oleh pemerintah tentang KPH itu sangat bagus karena yang mengatur dan
mengurus sesuatu yang berkaitan dengan hutan itu pemerintah yang berada di tempat itu sendiri
dan tujuannya itu juga untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya serta serbaguna dan
lestari untuk kemakmuran rakyat
Ekosistem Esensial merupakan ekosistem kawasan atau wilayah yang merupakan ekosistem alami
atau buatan, berfungsi sebagai sistem penyangga kehidupan yang memiliki keunikan dan atau fungsi
penting dari habitat atau jenis yang berada di luar Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan
Pelestarian Alam (KPA). Peranannya di kawasan pulau-pulau kecil itu sangat penting guna menopang
kehidupan masyarakat, karena yang diharapkan nantinya dapat diperoleh strategi konservasi
sumberdaya hutan guna menjaga keutuhan sumberdaya hutan baik flora, fauna, dan lingkungannya
serta bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat.
Potensi Flora : Flora : Merupakan vegetasi hutan dataran tinggi dan hutan
dan Fauna tropis Diptherocarpaceae,vegetasi Matoa (Pometia pinnata),
Samama (Antocephalus macrophyllus), Anggrek Alam dan
Cengkeh Alam (Cengkeh avo)
Fauna : Kera Bacan ( Macaca nigra ), Bayan (Electus roratus),
Burung Raja (Cicinnurus regius), Kakatua Alba ( Cacatua
alba), Nuri ternate (Lorius garrulus), Perkicit Violet (Eos
squamata)
Ada 3 yaitu :
1. Seksi Konservasi Wilayah I di Ternate (Provinsi Maluku Utara) Meliputi seluruh
wilayah kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara Ada 6 Kawasan Konservasi dengan
Total Luas Kawasan 55.361,03 Ha
2. Seksi Konservasi Wilayah II di Masohi (Provinsi Maluku) Meliputi Wilayah
Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram
Bagian Timur, Kabupaten Buru, Kabupaten Buru Selatan, Kota Ambon. Ada 11
Kawasan dengan Luas Kawasan 46.256,69 Ha
3. Seksi Konservasi Wilayah III di Saumlaki (Provinsi Maluku) Meliputi Wilayah
Kabupaten Maluku Tenggara, Kabupaten Kepulauan Aru, Kabupaten Maluku
Tenggara Barat/Kabupaten Kepulauan Tanimbar dan Kabupaten Maluku Barat Daya
Ada 12 Kawasan dengan luas Kawasan 226.661,19 Ha
(1) Cagar alam gunung sibela, Gunung Sibela ditetapkan sebagai kawasan Cagar Alam
dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 326/Kpts-II/1987 tanggal 15
Oktober 1987, Luas kawasan CA Gunung Sibela 23.024,00 Ha.
(2) Cagar alam pulau seho, Penunjukan CA Pulau Seho dengan Surat Keputusan Mentan
No. 492/Kpts/Um/10/1972 tanggal 14 Oktober 1972 dan ditetapkan sebagai CA
dengan Surat Keputusan Menhut No.320/Kpts-II/1987 tanggal 10 Desember 1987,
Luas kawasan CA Pulau Seho 1.250,00 Ha.
(3) Cagar alam lifamatola, Kawasan Hutan Lifamatola ditetapkan sebagai kawasan
konservasi dengan status Cagar Alam berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kehutanan No. 285/Kpts-II/1995 tanggal 6 Juli 1995, Luas kawasan CA Lifamatola
1.690,53 Ha.
(4) Cagar alam taliabu, Kawasan Cagar Alam Taliabu ditunjuk dengan Surat Keputusan
Menhut No. 149/Kpts-II/199, Luas kawasan CA Taliabu 9.743,00 Ha.
(5) Suaka alam masbait, Ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.
149/Kpts-II/1999, Luas kawasan CA Masbait 5.875,00 Ha.
(6) Suaka alam gunung sahuwai, Ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kehutanan No. 805/Kpts-II/1993 tanggal 30 Nopember 1993, Luas kawasan CA
Gunung Sahuwai 18.620,00 Ha
(7) Cagar alam tanjung sial, Ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan
No. 149/Kpts-II/1999, Luas kawasan CA Tanjung Sial 1.314,16 Ha.
(8) Taman wisata alam pulau pombo, Ditunjuk berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian
No. 327/Kpts/7/1973 tanggal 26 Juli 1973 dan ditetapkan dengan Keputusan Menhut
No 392/Kpts-VI/1996 30 Juli 1999, Luas kawasan TWA Pulau Pombo 1.000 Ha.
(9) Suaka margasatwa pulau kassa, Ditunjuk berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian
No. 653/Kpts/Um/10/1978 tanggal 25 Oktober 1978 dan ditetapkan berdasarkan SK
Menhut No.014/Menhut-II/2006, Luas kawasan SM Pulau Kassa 52,80 Ha.
(10) Taman wisata alam laut pulau kassa, Ditunjuk berdasarkan Keputusan Menteri
Pertanian No. 653/Kpts/Um/10/1978 tanggal 25 Oktober 1978, Luas kawasan TWAL
Pulau Kassa 1.100,00 Ha
(11) Taman wisata alam laut pulau marsegu, Ditunjuk berdasarkan Keputusan
Menhutbun No. 114/Kpts-II/1999 tanggal 5 Maret 1999, Luas kawasan TWAL Pulau
Marsegu 16.000 Ha.
(12) Taman wisata alam gunung api banda, Ditunjuk berdasarkan Keputusan
Menteri Kehutanan No. 1135/Kpts-II/1992 tanggal 28 Desember 1992, Luas kawasan
TWA Gunung Api Banda adalah 671,08 Ha.
(13) Suaka margasatwa pulau manuk, Ditunjuk berdasarkan Keputusan Menhut
No. 444/Kpts/Um/5/1981 tanggal 21 Mei 1981, Luas kawasan SM Pulau Manuk
105,30 Ha.
(14) Suaka alam daab, Ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.
249/Kpts-II/1985 tanggal 11 September 1985, Luas kawasan CA Daab 14.218,00 Ha.
(15) Cagar alam angwarmase, Ditunjuk berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian
No. 609/Kpts/Um/10/1978 tanggal 5 Oktober 1978 dan ditetapkan berdasakan SK
Menhut No 403/Kpts-II/1988 tanggal 11 Agustus 1988, Luas kawasan CA
Angwarmase 295 Ha
(16) Cagar alam nustaram, Ditunjuk berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No.
609/Kpts/Um/10/1978 tanggal 5 Oktober 1978 dan ditetapkan berdasakan SK Menhut
No. 403/Kpts-II/1988 tanggal 11 Agustus 1988, Luas kawasan CA Nustaram 2,420.00
Ha.
(17) Cagar alam nuswotar, Ditunjuk berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No.
609/Kpts/Um/10/1978 tanggal 5 Oktober 1978 dan ditetapkan berdasarkan SK
Menhut No.403/Kpts-II/1988 tanggal 11 Agustus 1988, Luas kawasan CA Pulau
Nuswotar 2,052.00 Ha.
(18) Cagar alam gunung bekauhuhun, Ditunjuk berdasarkan Kepmenhut
No.415/Kpts-II/1999 tanggal 5 Juni 1999, Luas kawasan CA Gunung Bekauhuhun
59.633,00 Ha.
(19) Suaka alam tafermar, Ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan
No. 312/Kpts-II/2003 tanggal 18 September 2003, Luas kawasan CA Tafemar
3.039,30 Ha.
(20) Suaka alam pulau larat, Ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri
Kehutanan No. 169/Kpts-II/1995 tanggal 23 Maret 1995, Luas kawasan CA Pulau
Larat 4.505,00 Ha.
(21) Suaka margasatwa gunung api kisar, Kawasan hutan Gunung Api Kisar
ditetapkan sebagai kawasan Suaka Margasatwa dengan Staatsblad No. 157 tanggal 12
Maret 1937 dengan luas 80 ha, Luas kawasan SM Gunung Api Kisar 80,00 Ha.
(22) Suaka margasatwa tanimbar, Ditunjuk berdasarkan Keputusan Menhut No.
149/Kpts-II/1999, Luas kawasan SM Tanimbar 65.671,00 Ha.
(23) Suaka margasatwa pulau baun, Ditunjuk berdasarkan Keputusan Menteri
Pertanian No. 711/Kpts/Um/11/1974 tanggal 25 Nopember 1974, Luas kawasan SM
Pulau Baun 9,986,84 Ha.
(24) Suaka margasatwa pulau kobron, Ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri
Kehutanan No. 172.1/Kpts-II/1993 tanggal 27 Februari 1993, Luas kawasan SM
Pulau Kobror 61.675,00 Ha.
unit pelaksana teknis di bawah Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata
Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.
BPKH adalah unit pelaksana teknis dibawah direktorat jendral planologi kehutanan dan tata
lingkungan kementrian lingkungan hidup dan kehutanan republik Indonesia.
Tugasnya : melaksanakan pengukuhan kawasan hutan, penyiapan bahan perencanaan kehutanan
wilayah, penyiapan data perubahan fungsi serta perubahan status kawasan hutan, penyajian data
dan informasi pemanfaatan kawasan hutan, penilaian kawasan penggunaan hutan, penyajian data
informasi sumber daya alam.
1. Penafsiran
2. Peta penutupan lahan N-1
3. Penafsiran penutupan laha
4. QC/QA
5. Kompilasi nasional
6. Registry
7. Dokumentasi
1. Persiapan
2. Pengukuran titik kontrol, titik cek, tanda batas dan premark
3. Akuisisi data (pemotretan udara nirwak)
4. Pengolahan data
menggali/ memutar anakan alam dengan lebar 10 cm dan sedalam 20 cm dari batang
dengan menggunakan linggis atau parang. Cabutan selanjutnya dimasukan ke dalam
polybag.
ketika benih yang disemai sudah menumbuhkan dua daun pertama dan
dua daun sejati. Dan apabila kita mengangkat benih tersebut dan akarnya
terikut dengan tanah maka bibit tersebut siap dipindahkan.
Cabutan (anakan) yang digunakan harus memiliki batang dan akar tunggang serta berdaun pertama
2-5 lembar. Untuk menghindari agar akar tidak banyak yang putus disarankan tanah di bawah
tegakan harus basah (yang paling baik cabutan dilakukan pada saat musim hujan). Sebelum
kelapangan harus disapih dulu dipersemaian selama 2-3 bulan.