OLEH:
KELOMPOK 1
telah memberikan rahmat karunia-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul Kebijakan dan
Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak yang telah
membantu memberikan ide dan saran dalam pembuatan makalah ini. Penulis juga
menyampaikan terima kasih kepada dr. Hasanuddin Ishak, M.Sc, Ph.D sebagai dosen
Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga kekurangan dalam
makalah ini dapat diperbaiki. Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
Kelompok I
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Secara geografis Indonesia membentang dari 60o LU sampai 110o LS dan 920o
sampai 1420o BT, terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil yang jumlahnya kurang lebih
17.504 pulau. Tiga perempat wilayahnya adalah laut (5,9 juta km2), dengan panjang
garis pantai 95.161 km, terpanjang kedua setelah Kanada.
Bahkan Pasal 25A UUD 1945 (hasil amandemen kedua UUD 1945),
menyebutkan bahwa NKRI adalah negara kepulauan yang berciri nusantara dengan
wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan Undang-undang. Ini
semakin mengukuhkan eksistensi Indonesia sebagai negara maritim. Selain itu,
diberlakukannya secara efektif Konvensi Hukum Laut Internasional pada tahun 1994
menetapkan Indonesia, sebagai suatu negara kepulauan yang terbesar di dunia, secara
hukum internasional.
Wilayah laut dan pesisir adalah kawasan yang sangat penting bagi sebagian besar
penduduk Indonesia. Menurut Departemen Kelautan Dan Perikanan (2003), bahwa lebih
dari 14 juta penduduk atau 7,5% dari total penduduk Indonesia menggantungkan
hidupnya pada kegiatan yang ada di kawasan pesisir. Sekitar 26% dari total Produk
Domestik Bruto Indonesia disumbangkan dari kegiatan dan sumberdaya laut dan pesisir.
Namun kekayaan sumber daya pesisir yang dimiliki Indonesia, tidak diimbangi
dengan penjagaan lingkungan wilayah pesisir sehingga kondisi kawasan pantai
diberbagai lokasi di Indonesia sangat mengkhawatirkan yang diakibatkan oleh adanya
kejadian abrasi. Sekitar 100 lokasi di 17 provinsi dengan panjang pantai kurang lebih 400
Km telah mengalami erosi pantai yang mengkhawatirkan. Jumlah catatan kejadian
bencana abrasi di Indonesia mulai dari 1815 sampai dengan 2013 adalah sebanyak 192
kali.
Sebagai contoh, wilayah pesisir Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau, dari tahun
ke tahun mengalami kerusakan yang cukup parah, terutama kawasan yang berhadapan
langsung dengan selat Malaka yang memiliki karakteristik gelombang laut yang cukup
kuat. Selain itu, Menurut Dinas Kehutanan Propinsi Riau (2014), terjadinya kerusakan
kawasan pesisir disebabkan berkurangnya luas Hutan Mangrove di Kecamatan Tebing
Tinggi kabupaten Bengkalis. Kondisi ini diperparah dengan belum adanya peraturan
daerah Kabupaten Bengkalis atau kebijakan dari Pemerintah Daerah maupun dari Dinas
Kehutanan Kabupaten Bengkalis sendiri terhadap perlindungan hutan mangrove.
Sumber daya perikanan di sekitar wilayah pesisir merupakan sumber mata
pencaharian bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir. Mengingat sifat hakikat
perairan disekitar wilayah pantai yang aksesnya terbuka maka sumber daya yang
terkandung didalamnya cenderung untuk mengalami pengurasan, terutama di daerah
perairan pantai yang penduduknya padat.
Sebagai contoh, beberapa titik kawasan pantai di Kota Cirebon Provinsi Jawa
Barat, saat ini menjadi kawasan permukiman nelayan yang mempunyai cirri-ciri
kekumuhan dan tidak sejahtera secara materi. Padahal produk hukum mengenai
lingkungan hidup hingga penataan ruang maupun otonomi daerah sudah ada, sehingga
seharusnya penataan penggunaan kawasan pesisir tidak selayaknya menjadi kumuh dan
mengalami kerusakan.
Disamping itu adanya peraturan hukum mengenai konservasi sumber daya hayati
(UU No. 5 Tahun 1999 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistem) belum
cukup mendukung konservasi kawasan pesisir yang seharusnya efektivisasinya dapat
bersinergi dengan peraturan pengelolaan kawasan pesisir itu sendiri dalam UU No. 27
Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
B. PERTANYAAN MASALAH
1. Apa saja peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang mendasari pengelolaan
Kawasan Pesisir dan kepulauan ?
2. Apa saja dampak lingkungan dan kesehatan yang dapat terjadi jika kebijakan
pembangunan wilayah pesisir dan kepulauan tidak dijalankan ?
3. Bagaimana solusi dalam pengelolaan pembangunan wilayah pesisir dan kepulauan ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang mendasari
pengelolaan Kawasan Pesisir dan kepulauan.
2. Untuk mengetahui faktor penyebab tidak maksimalnya pelaksanaan kebijakan
pembangunan wilayah pesisir dan kepulauan
3. Untuk mengetahui solusi dalam pengelolaan pembangunan wilayah pesisir dan
kepulauan
BAB II
PEMBAHASAN
A. HASIL
Tabel Rekapitulasi
Kebijakan Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Kepulauan di Berbagai Daerah
Sumber : Jurnal Arpan Tombili (1), Liliskarlina (2), Ahmad Faaris Humaan (3), Fitriani Sudirman (4), Abdillah (5), Syamsir (6)
dan Asriani (7)
B. FAKTOR PENYEBAB DAN DAMPAK KESEHATAN
Beberapa faktor yang menjadi penyebab utama tidak efektifnya pelaksanaan
kebijkan sebagai upaya melindungi dan mempertahankan kesehatan lingkungan pesisir
dan kepulauan adalah
1. Rendahnya kesadaran masyarakat khususnya yang tinggal didaerah pesisir sehingga
meningkatkan aktifitas eksploitasi hutan mangrove secara berlebihan yang tidak
memperhatikan dampak keadaan lingkungan.
2. Adanya alih fungsi lahan (mangrove) menjadi tambak, pemukiman nelayan, industri,
dan sebagainya maupun penebangan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan.
3. Kurangnya pengontrolan dan pengamatan dari Dinas Kehutanan dilapangan terkait
pengelolaan hutan mangrove
4. Lemahnya penegakan hukum;
5. Lemahnya koordinasi antar instansi pemerintah;
6. Ekspoitasi berlebih yang dilakukan nelayan yang menyebabkan tekanan terhadap
ekosistem laut juga semakin tinggi;
7. Tidak adanya kebijakan nasional dalam pengelolaan pesisir;
8. Kurangnya pengetahuan tentang pengelolaan ekosistem laut yang terintegrasi,
bijaksana dan berkesinambungan (integrated coastal zone management)
9. Masyarakat nelayan belum memiliki kemampuan maksimal untuk mengelola sumber
daya wilayah pesisir sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan sosial,
10. Pengelolaan sumberdaya perikanan yang tidak berkelanjutan
11. Konflik pemanfaatan ruang
Beberapa dampak yang terjadi jika tidak efektifnya pelaksanaan kebijkan sebagai
upaya melindungi dan mempertahankan kesehatan lingkungan pesisir dan kepulauan
adalah
1. Penyusutan lebar pantai sehingga menyempitnya lahan bagi penduduk yang tinggal
di pinggir pantai.
2. Kerusakan hutan bakau di sepanjang pantai, karena terpaan ombak yang didorong
angin kencang begitu besar.
3. Kehilangan tempat berkumpulnya ikan perairan pantai karena terkikisnya hutan
bakau. Lama kelamaan jika dibiarkan dapat merusak berbagai infastruktur seperti
jalan, jembatan serta bangunan yang ada disekitar garis pantai yang terjadi abrasi.
Bahkan kritisnya dapat menggelamkan sebuah pulau.
4. Penurunan kualitas lingkungan, kerusakan fisik pada ekosistem pesisir umumnya
terjadi pada ekosistem mangrove, terumbu karang dan padang lamun. Terumbu
karang dalam kondisi baik tidak lebih dari 30%, sedangkan degradasi ekosistem
mangrove hampir merata terjadi diseluruh kawasan pesisir Indonesia
C. SOLUSI
A. KESIMPULAN
1. Undang Undang dan Peraturan Daerah tentang pengelolaan kawasan pesisir dan
kepulauan yang telah dibuat harus menjadi landasan bagi setiap stakeholder dan
masyarakat dalam melakukan pengelolaan kawasan pesisir dan kepulauan sehingga
tidak menimbulkan dampak bagi lingkungan
2. Kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan kepulaun yang tidak berjalan maksimal
dapat memberikan dampak terhadap lingkungan, ekonomi dan kesehatan
3. Pengelolaan Kawasan Pesisir secara terintegrasi (Integrated Coastal Zone
Management/ ICZM) merupakan solusi yang baik dalam mengata si
permasalahan pengelolaan kawasan pesisir
B. SARAN
1. Perlu ada koordinasi yang tepat guna antara pemerintah daerah dengan instansi terkait
serta aparat penegak hukum untuk saling mengawasi terhadap terjadinya konversi
hutan mangrove yang secara berlebihan
2. Dalam pengelolaan wilayah pesisir, pemerintah harus melibatkan masyarakat
sehingga dapat menumbuhkan kesadaran kepada masyarakat dalam melaksanankan
pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu
3. Harus ada banyak lagi kajian pengembangan wilayah pesisir sehingga menjadi
masukan bagi pemerintah dalam membuat kebijakan
DAFTAR PUSTAKA
(Abdillah) : Ridwan Lasabuda, 2013. Tinjauan teoritis Pembangunan wilayah pesisir dan
lautan Dalam perspektif negara kepulauan republik indonesia, Jurnal Ilmiah Platax
Vol. I-2, Januari