Jam :
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
Untuk mengikuti seminar hasil skripsi
OLEH
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
i
Kata Kunci : Risk Management, Risk Analysis, ISO 31000: 2018, Sludge
Drying Bed..
Kepustakaan : 60 (2009-2018)
i
Universitas Sriwijaya
ii
ABSTRACT
PT. PT PLN (Persero) Construction Management Center (PLN Pusmankon)
Palembang is one of the Support Services Units within PT PLN (Persero) which is given
authority as the executor of construction management functions in electricity infrastructure
development projects in the PT PLN Palembang area. The Project currently being carried
out by PT PLN (Persero) Construction Management Center (PLN Pusmankon) Palembang
is a development project for Sludge Drying Bed units located in the Keramasan Palembang
PLTGU.
In the Development Project Activity, PT PLN (Persero) Construction Management
Center (PLN Pusmankon) Palembang collaborated with one of the contractors named PT.
Andalas Putra Hensan. In the Construction Project Activity it is closely related to various
Risks related to Work Accidents. Therefore we need a risk assessment to determine the
level of risk and the losses arising from the dangers of construction accidents.
This research is a qualitative research with a descriptive approach aimed at
analyzing Risk Management in the Construction Project for the Sludge Drying Bed Unit in
Keramasa Palembang PLTGU. The informants in this study consisted of two key
informants and five ordinary informants. Methods of collecting information by in-depth
interviews, observation sheets and document review. Level of risk of occurrence.
The construction unit of the Sludge Drying Bed Unit itself has various processes in
the process such as welding, casting, stockpiling, tank installation, etc. These processes
will result in a high risk of work accidents, especially mechanical work such as
construction work, formwork making, installation of chemical tanks, and termination of
power and instrument cables.
The work of the Sludge Unit for Drying Bed Unit is divided into 26 work steps that
are carried out gradually. Starting from doing the Tool box to the remaining Mataerial
remains. Where After Analyzing Using ISO 31000 Standards: 2018, Visible In This
Project has as many as 23 High Risk, 5 Medium, and 1 Low Risk Jobs which are attached
and presented in the HIRAC Table.
Keywords : Risk Management, Risk Analysis, ISO 31000: 2018, Sludge Drying Bed.
Bibliography : 60 (2009-2018)
ii
Universitas Sriwijaya
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
iii
iv
HALAMAN PERSETUJUAN
Universitas Sriwijaya
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK………………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
v
vi
Universitas Sriwijaya
vii
4.1 DesignPenelitian......................................................................................46
5.2 Menetapkan Konteks pada Proyek Pembangunan Sludge Drying Bed ..56
Universitas Sriwijaya
viii
6.1 Menetapkan Konteks pada Proyek Pembangunan Sludge Drying Bed ..66
Universitas Sriwijaya
ix
7.1 Kesimpulan..............................................................................................73
Universitas Sriwijaya
x
DAFTAR TABEL
Universitas Sriwijaya
xi
DAFTAR GAMBAR
Universitas Sriwijaya
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Universitas Sriwijaya
xiii
DAFTAR SINGKATAN
Universitas Sriwijaya
xiv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan kekuatan lahir
dan batin serta limpahan rahmat-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Manajemen Risiko Pada Proyek Pembangunan Unit Sludge
Drying Bed di PLTGU Keramasan Palembang Tahun 2019”. Skripsi ini disusun
dalam rangka melengkapi tugas akhir dan memenuhi persyaratan kelulusan untuk
menyelesaikan pendidikan tahap Sarjana di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya Tahun 2019.
Universitas Sriwijaya
xv
Universitas Sriwijaya
BAB I
LATAR BELAKANG
1
2
dapat menyebabkan risiko kecelakaan kerja. Manajemen risiko ini terdiri dari
tiga bagian yakni, Hazard Identification, Risk Assessment dan Risk Control
atau biasanya lebih di kenal dengan HIRARC. Cara ini digunakan untuk
menetukan bagaimana arah penerapananalasis bahaya dan kebijakan K3 di
suatu perusaaan kontruksi (Ramli, 2010).Identifikasi bahaya dan Penilaian
risikomerupakan bagian dalam pelaksanaan analisis risiko kerja dan kemudian
digunakan untuk menentukan proses pengendalian terhadap tingkat risiko
kecelakaan kerja terhadap pekerja pada perusaahan kontruksi tersebut
(Silalahi, 1991).
Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) adalah gabungan
antara PLTG dengan PLTU, dimana panas dari gas buang dari PLTG
digunakan untuk menghasilkan uap yang digunakan sebagai fluida kerja di
PLTGU. Dan bagian yang digunakan untuk menghasilkan uap tersebut adalah
HRSG (Heat Recovery Steam Generator). PLTGU merupakan suatu instalasi
peralatan yang berfungsi untuk mengubah energi panas (hasil pembakaran
bahan bakar dan udara) menjadi energi listrik yang bermanfaat. Pada
dasarnya, sistem PLTGU ini merupakan penggabungan antara PLTG dan
PLTGU.
PLTGU memanfaatkan energi panas dan uap dari gas buang hasil
pembakaran di PLTG untuk memanaskan air di HRSG (Heat Recovery Steam
Genarator), sehingga menjadi uap jenuh kering. Uap jenuh kering inilah yang
akan digunakan untuk memutar sudu (baling-baling). Gas yang dihasilkan
dalam ruang bakar pada Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG) akan
menggerakkan turbin dan kemudian generator, yang akan mengubahnya
menjadi energi listrik. Sama halnya dengan PLTGU, bahan bakar PLTG bisa
berwujud cair (BBM) maupun gas (gas alam).
Penggunaan bahan bakar menentukan tingkat efisiensi pembakaran dan
prosesnya.Siklus kerja awal sama deperti PLTG. Udara masuk melalui
compressor dan tekanananya dinaikan lalu dibakar bersama bahan bakar.Gas
hasil pembakaran ini digunakan untuk memutar turbin. Setelah turbin
berputar, gas buang ini masuk pada sebuah ini yang unit HRSG (Heat
Recovery Steam Generator). Pada PLTGU, fungsi HRSG ini hampir sama
Universitas Sriwijaya
3
dengan boiler. Hanya saja boiler terjadi proses pembakaran secara langsung,
sedangkan pada HRSG yang terjadinya proses perpindahan panas
memanfaatakan gas buang. Dari hasil HRSG dihasilkan uap kering yang akan
memutar turbin uap.Setekah memutar turbin, uap air diembunkan oleh
kondensor dan masuk kembali ke hotwell. Adapun salahsatu PLTGU yang
berada di Kota Palembang yakni,PLTGU Keramasan yang pada mulanya
diawali dengan perencanaan pada tahun 1962. Dalam usaha mempertinggi
kehandalan pembangkitan, maka pada tahun 1968 dimulai pengembangan
Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG) unit I yang terletak di Boom Baru,
kemudian pada tahun 1975 dibangun Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG) unit II
di Keramasan dan tahun 1979. PLTG unit III yang juga terletak di keramasan.
Pada PLTGU Keramasan ini sendiri untuk pengolahan limbah
lumpur/Sludge belum terdapat metode yang tepat, Lumpur yang merupakan
hasil dari proses pembakaran gas di buang di sebuah kolam yang berada di
sekitar sungai tanpa ada pengolahan lebih lanjut. Dengan perkembangan
zaman dan teknologi, Pada akhir tahun 2018 Pihak PLTGU Kerasaman
memberikan inovasi dalam pengolahan limbah di PLTGU Keramasan, yakni
dengan membangun sebuah Sludge Drying Bed/ Bak pengering lumpur.
Sludge Drying Bed merupakan unit yang berfungsi untuk menampung
lumpur pengolahan baik dari proses kimia (daf) maupun proses biologi. dan
memisahkan lumpur yang bercampur dengan air dengan cara proses
penguapan menggunakan energy penyinaran matahari. Di setiap pabrik
pengolahan limbah, Unit Sludge Drying Bed merupakan bagian penting karena
mengurangi jumlah lumpur yang dihasilkan selama perawatan. Di
pembaharuan Model yang dikembangkan, Sistem pengolahan lumpur telah
mengalami proses modifikasi tempat wadah pengeringan lumpur . (Devi,2016)
Perusahaan Kontruksi Swasta yaitu PT. Hansen Andalas Putra adalah
salah satu perusahaan yang menerapkan Sistem Keselamatan Kerja. Pada saat
ini PT Hansen Andalas Putra sedang berkerja sama dengan PT. PLN Persero
Palembang dalam membangun sebuah Unit Sludge Drying Bed yang berlokasi
di PLTGU Keramasan Kota Palembang.
Universitas Sriwijaya
4
Menurut survei awal penelitian yang dilakukan, jenis bahaya yang ada
pada proyek pembangunan Unit Sludge Drying Bed antara lain bahaya
mekanik seperti penggunaan mesin potong, mesin gerinda dll. Bahaya
elektrik seperti penggunaan energi listrik sebagai penunjang penggunaan
peralatan kerja atau mesin. Bahaya fisik seperti kebisingan peralatan mesin
dan kendaraan, getaran, suhu panas alami dari matahari maupun mesin, serta
bahaya ergonomi. Jenis bahaya tersebut dapat menimbulkan risiko
keselamatan dan kesehatan kerja seperti terjepit, tergores, tertusuk, dan
tertimpa. Jika tidak di lakukan manajemen risiko yang tepat dapat
menyebabkan kecelakaan kerja atau cedera pada tenaga kerja.
Proyek pembangunan unit Unit Sludge Drying Bed ini sendiri memiliki
berbagai proses dalam pengerjaannya seperti pengelasan, pengecoran,
penimbunan Pemasangan Tangki, Pompa dll. Proses – proses tersebut akan
timbul risiko kecelakaan kerja yang tinggi terutama pekerjaan mekaniki
seperti Pekerjaan pembesian, pembuatan bekisting, pemasangan tangki
kimia,Serta Terminasi Kabel-kabel power dan instrument.
Pelaksanaan pekerjaan Unit Unit Sludge Drying Bed ini terbagi menjadi 26
step kerja yang dikerjakan secara berangsur. Mulai dari melakukan Tool box
hingga perpapihan sisa mataerial. Berdasarkan Survey awal yang dilakukan,
setelah di observasi kemudian berdasarkan urgensi risiko kecelakaan kerja,
proses kerja pemasangan instrument seperti rangka atap,pemasangan penel
lokal hingga pompa Dosing memiliki risiko kecelakaan kerja lebih tinggi. Hal
ini didukung dengan keluhan luka ringan pada pekerja saat melakukan
instrument tersebut, kemudian masih sedikitnya rambu – rambu peringatan
bahaya kerja serta pengawasan yang dilakukan terhadap pekerja untuk
penerapan K3 itu sendiri.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan untuk mendukung data, dilakukan
wawancara Kepada staff bagian safety, didapat bahwasannya belum
dilakukannya suatu metode analisis pekerjaan untuk mengetahui besar
kecilnya risiko kecelakaan yang dihadapi pekerja sehingga bisa
membahayakan pekerja itu sendiri karna belum mengetahui risiko yang
dihadapi. Sehingga dibutuhkan suatu proses manajemen risiko untuk
Universitas Sriwijaya
5
Universitas Sriwijaya
6
Universitas Sriwijaya
7
Universitas Sriwijaya
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bahaya
Bahaya adalah segala sesuatu dan perbuatan yang dapat
menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia serta gangguan
lainnya. Karena keadaan yang berbahaya ini maka diperlukan uapaya
pengendalian agar tidak menimbulkan akibat yang dapat merugikan(
Ramli, 2010).
Universitas Sriwijaya
9
Universitas Sriwijaya
10
A. Kualitatif
Universitas Sriwijaya
11
Universitas Sriwijaya
12
Universitas Sriwijaya
13
Universitas Sriwijaya
14
2 Analisis Risiko
a. Tahapan analisis risiko meliputi :
1) Mengiventarisasi sistem pengendalian internal yang telah
dilaksanakan.
a) Sistem pengendalian internal mencakup perangkat
manajemen yang dapat menurunkan tingkat
kerawanan atau Level Risiko dalam rangka
pencapaian sasaran organisasi. Sistem pengendalian
internal yang efektif bertujuan mengurangi level
kemungkinan terjadinya Risiko atau level dampak.
b) Sistem pengendalian internal dapat berupa Standard
Operating Procedure (SOP), pengawasan melekat,
reviu berjenjang, regulasi dan pemantauan rutin yang
dilaksanakan terkait Risiko tersebut.
2) Mengestimasi level kemungkinan Risiko.
a) Estimasi level kemungkinan Risiko dilaksanakan
dengan mengukur peluang terjadinya Risiko dalam
satu tahun setelah mempertimbangkan sistem
pengendalian internal yang dilaksanakan dan
berbagai faktor atau isu terkait Risiko tersebut.
Estimasi juga dapat dilakukan berdasarkan analisisi
atas data Risiko yang terjadi pada tahun sebelumnya
sebagaimana dituangkan dalam LED.
b) Level kemungkinan Risiko ditentukan dengan
membandingkan nilai estimasi kemungkinan Risiko
dengan Krieteria Kemungkinan Risiko.
3) Mengestimasi level dampak Risiko
a) Berdasarkan dampak Risiko yang telah diidentifikasi
pada tahap identifikasi Risiko, ditentukan area
dampak yang relevan dengan dampak Risiko
Universitas Sriwijaya
15
Universitas Sriwijaya
16
Universitas Sriwijaya
17
Universitas Sriwijaya
18
Universitas Sriwijaya
19
Universitas Sriwijaya
20
Universitas Sriwijaya
21
Universitas Sriwijaya
22
Universitas Sriwijaya
23
Universitas Sriwijaya
24
A. Bekerja di Ketinggian
Merupakan kegiatan kerja pada tempat atau titik kerja yang
bila seorang pekerja tersebut, mempunyai potensi bahaya jatuh
karena adanya perbedaan elevasi. Pekerjaan yang membutuhkan
pergerakan tenaga kerja untuk bergerak secara vertikal naik
maupun turun dari suatu platform (Kemenakertrans, 2011).
B. Bekerja dipenimbunan
Merupakan salah satu kegiatan pekerjaan yang dilakukan
untuk mendapatkan strukur tanah dan ketinggian tanah yang
diharapkan dengan cara di timbun dan dikeraskan.
C. Pemasangan Bekisting
Universitas Sriwijaya
25
Universitas Sriwijaya
26
keselamatan dan alat – alat keselamatan saat bekerja sehingga ketika terjadi
kecelakaan maka akan terjadi fatal.
Universitas Sriwijaya
27
Universitas Sriwijaya
28
A. Open Cycle
Proses seperti ini pada Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap
(PLTGU) dapat disebut sebagai proses Pembangkitan / Produksi
Listrik Turbin Gas (PLTG) yaitu suatu proses pembangkitan
listrik yang dihasilkan oleh putaran turbin gas .Open cycle
merupakan proses produksi listrik pada PLTGU dimana gas
buangan dari turbin gas langsung dibuang ke udara melalui
cerobong exhaust. Suhu gas buangan di cerobong exhaust ini
mencapai 550.
B. Closed Cycle / Combined Cycle
Pada proses combined cycle / closed cycle, gas buang dari
tubin gas dimanfaatkan untuk memproduksi uap yang berada di
HRSG (Heat Recovery Steam Generator). Kemudian uap yang
dihasilkan dari HRSG digunakan untuk memutar turbin uap
turbin uap dikopel dengan generatoruntuk menghasilkan lisrik .
Jadi proses combined cycle / closed cycle inilah yang disebut
sebagai proses Pembangkitan / Produksi Listrik Tenaga Gas
Uap ( PLTGU ) yaitu proses pembangkitan listrik yang
dihasilkan oleh putaran turbin gas dan turbin uap.
Sebagai contoh pusat Listrik Sistem Kombinasi Tambak Lorok
Blok II phase I dan Blok I phase II masing-masing berkapasitas
500 MW dan tiap-tiap blok terdiri dari 3 Unit Gas Turbin
Generator dengan kapasitas 3 x 100 MW, Tiga Unit Heat
Universitas Sriwijaya
29
Universitas Sriwijaya
30
A. Preheater
Preheater merupakan penukar kalor yang biasanya
digunakan untuk memperoleh energi panas tambahan dari gas
Universitas Sriwijaya
31
buang. Preheater berada pada bagian akhir atau paling atas dari
HRSG untuk menyerap energi terendah dari gas buang.
Aplikasi yang paling umum dari preheater ialah sebagai
pemanas awal air kondensat sebelum memasuki deaerator untuk
mengurangi jumlah uap yang dibutuhkan untuk proses deaerasi.
Di dalam preheater, pemanasan air pengisi mencapai temperatur
sedikit di bawah titik didih. Modul dari preheater sendiri berupa
tube yang terbuat dari pipa-pipa bersirip.
B. Ekonomiser (Economizer)
Ekonomiser merupakan alat penukar kalor untuk
memanaskan awal air pengisi ketel sebelum masuk ke evaporator.
Pada bagian ini jika dimungkinkan terjadi korosi yang tergantung
dari besarnya temperatur air pengisi yang masuk.
C. Evaporator (Pipa Penguapan)
Evaporator atau boiler bank merupakan alat penukar kalor
yang menghasilkan uap jenuh (saturated) dari air pengisi ketel.
Evaporator terletak di antara ekonomiser dan superheater.
Campuran air dan uap meninggalkan evaporator dan masuk drum
uap melalui pipa-pipa yang disebut riser. Drum uap merupakan
bejana tekan silindris yang terletak di bagian atas HRSG. Di
bagian dalam drum, piranti mekanis seperti cyclone dan screen
pemisah campuran air dan uap. Uap meninggalkan drum melalui
pipa yang menuju ke superheater. Sedangkan air disirkulasikan
kembali melalui pipa-pipa yang disebut downcomer masuk
kembali ke evaporator. Uap yang masuk ke superheater
merupakan uap kering karena jika uap basah yang masuk maka
kandungan partikulat padat yang terlarut dalam uap akan
mengendap dalam tube superheater yang dapat mengakibatkan
temperatur logam tube akan naik dan selanjutnya mengakibatkan
terjadinya kegagalan tube.
Universitas Sriwijaya
32
Universitas Sriwijaya
33
Universitas Sriwijaya
34
Universitas Sriwijaya
35
Universitas Sriwijaya
36
Universitas Sriwijaya
37
Universitas Sriwijaya
38
Universitas Sriwijaya
39
dengan menggunakan
matriks kuantifikasi
Priority Number
risiko dengan
menggunakan peta
mitigation strategy
loggof ed in green,
sistematis.
Walangitan
Universitas Sriwijaya
40
analisis risiko,
perlakuan risiko..
dimulai dengan
identifikasi risiko
melalui studi
dilakukan analisis
dengan menyebarkan
kuesioner
Universitas Sriwijaya
41
Scope,Context,
Criteria
Communication & Conssultation Risk Assasement
Risk
Identification
Risk
Evaluation
Risk Treatment
Recording &
Reporting
Universitas Sriwijaya
42
BAB III
KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH
3.1 Keragka Konsep
PENETAPAN KONTEKS
PENILAIAN RISIKO
IDENTIFIKASI RISIKO
ANALISIS RISIKO
EVALUASI RISIKO
PENGENDALIAN RISIKO
Universitas Sriwijaya
43
Universitas Sriwijaya
44
untuk
mendukung
identifikasi.
3. Analisis Kegiatan untuk Tabel analisa Melakukan
risiko menganalisa suatu semikuantitat penilaian
risiko dengan cara if dengan dengan
menentukan besarnya standar ISO menggunakan
kemungkinan, paparan 31000:2018 Form HIRAC
dan tingkat keparahan (Hazard
dari konsekuensi suatu Identification
risiko. and Risk
Assasement)
untuk
menentukan
nilai
konsekuensi,
paparan dan
kemungkinan
dari suatu
tahapan kerja.
4. Evaluasi Suatu evaluasi dan 1.Observasi Melakukan
risiko diskusi dengan observasi
2.Lembar
perusahaan untuk langsung,
evaluasi
mendiskusikan wawancara
tingkatan
tingkatan bahaya yang mendalam,
bahaya
akan dikendalikan dan dandiskusi.
diterima atau dikenal
dengan istilah ALARP
(As Low as
Reasonably
PracticableRisk
Universitas Sriwijaya
45
Universitas Sriwijaya
46
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 DesignPenelitian
Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif,
penelitian ini menggunakan proses manajemen risiko dengan standar IS0
31000:2018 untuk menentukan penilaian risiko dilakukan secara
semikuantitatif dengan identifikasi bahaya menggunakan Hazard
Identification dan Risk Control (HIRARC) pada proses pekerjaan mulai dari
Pembuatan Bowplank hingga Simulasi Kontrol.
Metode ini digunakan untuk memahami proses manajemen risiko dan
tingkat bahaya yang terdapat di proyek pembangunan Unit Sludge Drying Bed
sehingga dapat menentukan Bahaya serta pengendalian risiko keselamatan
kerja.
Universitas Sriwijaya
47
Pengumpulan
Data
Universitas Sriwijaya
48
Universitas Sriwijaya
49
4.6.1 Pengamatan
4.6.2 Wawancara
Universitas Sriwijaya
50
Tabel 4.2
Analisis tingkat consequences
Tingkat Deskripsi Rating
Universitas Sriwijaya
51
Tidak Signifikan Luka ringan, sakit ringan, kerugian sedikit,1 terhentinya kegiatan 1
sementara.
dalam 1 proyek
1 proyek
dalam 1 proyek
dalam 1 proyek
Universitas Sriwijaya
52
Tabel 4. 3
Matrix Analisis Risiko
Universitas Sriwijaya
53
Tabel 4. 4
Analisis Level of Risk
Level Risiko Besaran Risiko Tindakan yang diambil
risiko
risiko
tersedia
Universitas Sriwijaya
54
BAB V
HASIL PENELITIAN
Universitas Sriwijaya
55
Universitas Sriwijaya
56
5.1.3 Kebijakan
Dalam mencapai visi perusahaan “Menjadi unit Jasa Bidang Manajemen
Proyek yang bertumpu pada potensi insani yang profesional dengan layanan yang
excellent”, seluruh Direksi dan Karyawan PT. PLN (Persero) Pusmankon Kota
Palembang berkomitmen untuk memenuhi Kepuasan Pelanggan dan Pemangku
Kepentingan yang berhubungan dengan seluruh kegiatan PT.PLN (Persero)
Pusmankon Kota Palembang dengan cara mengimplementasikan Intergrated
Customer Relationship Management Expert. Dimana PT. PLN (Persero)
Pusmankon Kota Palembang berpedoman pada PLN BisProf berupaya
Meningkatkan Pengelolaan Risiko, Kepatuhan, perbaikan dan ketahanan
Perusahaan khususnya menggunakan pendekatan terhadap Kesehatan
Keselamatan Kerja.
Universitas Sriwijaya
57
risiko tersebut. Hasil akhir manajemen risiko tersebut nantinya berupa tabel
HIRARC (Hazard Identification, Risk Assasment and Risk Control).
PT. PLN PALEMBANG PUSMANPRO dalam pembangunan ini sudah
melakukan manajemen risiko dengan identifikasi bahaya menggunakan JSA
(Job Safety Analisys) tetapi belum pada keseluruhan pekerjaan dan dilakukan
secara spesifik kemudian menggunakan analisis risiko secara kualitatif. untuk
menilai bahaya pada semua kegiatan pekerjaan.
Penelitian ini ingin kembali melakukan proses manajemen risiko pada
pembangunan Sludge Drying Bed dengan melakukan identifikasi bahaya
menggunakan tabel JSA (Job Safety Anlisys) dan kemudian analisis risiko
menggunakan metode semi kuantitatif. Penggunaan metode semi kuantitatif
diharapkan bisa mendapatkan hasil penilaian risiko yang lebih spesifik
melalui 5 tingkatan level bahaya untuk nantinya dilakukan pengendalian
terhadap risiko tersebut. Kemudian hasil akhirnya berupa tabel HIRARC
yang nantinya bisa menjadi saran perbaikan terhadap perusahaan.
Langkah pertama dalam manajemen risiko yaitu penetapan konteks.
Penetapan konteks dilakukan dengan cara diskusi bersama dan didukung
dengan wawancara mendalam terhadap pihak yang terkait dengan proyek ini
yakni Pihak PT. PLN Pusmanpro sebagai pelaksana proyek serta P Hasen
Andaalasn Putrsa sebagai kontraktor, hal ini dilakukan guna memperoleh
konteks yang di inginkan penelitian ini yaitu untuk mengetahui;
1. Kebijakan dan peraturan K3 yang diterapkan perusahaan
2. Tahapan pekerjaan serta bahaya yang ditimbulkan
3. Metode pemantauan dan riview manajemen risiko
4. Metode komunikasi dan konsultasi
Setelah dilakukan penetapan konteks maka dapat dijabarkan yaitu :
a). Kebijakan dan peraturan K3 yang diterapkan perusahaan
1). K3 UMUM
Universitas Sriwijaya
58
Universitas Sriwijaya
59
Universitas Sriwijaya
60
1. Pembesian
2. Pengecoran
3. Pemasangan Instrumen
4. Uji Performa
Universitas Sriwijaya
61
pakan kutipan wawancara terhadap pekerja, HSE, Enginer dan pengawas mutu
HSE dalam penentuan identifikasi bahaya.
“…Pekerjaan saya ini saya tau bahayanya pak seperti tergores, terkena
api las, , tertimpa benda jatuh, tepeleset dan lain-lain…(B).
Dari hasil wawancara didapatkan bahaya – bahaya yang diketahui pekerja
namun belum secara keseluruhan di sebutkan oleh pekerja – pekerja tersebut
sehingga peneliti melakukan observasi mendalam kembali terhadap pekerjaan
– pekerjaan di atas.
Universitas Sriwijaya
62
dengan dampak terbesar terhadap perusahaan dan risiko yang paling ringan
untuk dapat di abaikan.
5.4.1 Pembesian
Tahapan Pekerjaan pembesian memiliki Beragam Risiko dimulai
dari Sangat Tinggi ,Tinggi Hingga Sedang Setelah dilakukan tingkatan
risiko tersebut kemudian dilakukan analisis untuk dilakukan
penerimaan risiko yang akan menjadi fokus pengendalian/tidak
diterima, risiko yang diterima dan risiko yang di abaikan atau dikenal
dengan istilah ALARP Pada pekerjaan ini Risiko dapat di turunkan
hingga mencapai Rendah,Dari Analisis Risiko Dapat dilihat bahwa
pada kegiatan Pembesian terkhusus saat penggunan Mesin Gerindra
Memiliki Tingkat Resiko yang paling tinggi yakni sebesar 24 Dimana
dapat menimbulkan konsleting yangmemancing ledakan yang dapat
membahayakan nyawa para pekerja dan Pada Pekerjaan Uji Performa
Memiliki Risiko yang paling Rendah, Yakni hanya sebesar 10 saja
Tetapi keseluruhannya harus di lakukan pengendalian.
Universitas Sriwijaya
63
5.4.2 Pengecoran
Tahapan Pengecoran memiliki Beragam Risiko dimulai dari Sangat
Tinggi ,Tinggi Hingga Sedang Setelah dilakukan tingkatan risiko
tersebut kemudian dilakukan analisis untuk dilakukan penerimaan
risiko yang akan menjadi fokus pengendalian/tidak diterima, risiko
yang diterima dan risiko yang di abaikan atau dikenal dengan istilah
ALARP Pada pekerjaan ini Risiko dapat di turunkan hingga mencapai
Rendah Tetapi keseluruhannya harus di lakukan pengendalian
5.4.3 Pemasangan Instrumen
Adapun Tahapan Peasangan Instrumen memiliki Beragam Risiko
dimulai dari Tinggi Hingga Sedang Setelah dilakukan tingkatan risiko
tersebut kemudian dilakukan analisis untuk dilakukan penerimaan
risiko yang akan menjadi fokus pengendalian/tidak diterima, risiko
yang diterima dan risiko yang di abaikan atau dikenal dengan istilah
ALARP Pada pekerjaan ini Risiko dapat di turunkan hingga mencapai
Sangat Rendah Tetapi keseluruhannya harus di lakukan pengendalian.
5.4.4 Uji Performa
Adapun Tahapan Peasangan Instrumen memiliki Beragam Risiko
dimulai dari Tinggi Hingga Sedang Setelah dilakukan tingkatan risiko
tersebut kemudian dilakukan analisis untuk dilakukan penerimaan
risiko yang akan menjadi fokus pengendalian/tidak diterima, risiko
yang diterima dan risiko yang di abaikan atau dikenal dengan istilah
ALARP Pada pekerjaan ini Risiko dapat di turunkan hingga mencapai
Sangat Rendah Tetapi keseluruhannya harus di lakukan pengendalian
Universitas Sriwijaya
64
Universitas Sriwijaya
65
mengakibatkan
iritasi pada saluran
pernafasan bagian
atas khususnya
Terhirup Fume hasil
hidung dan dapat 18 Tinggi
proses gerindra - Fisika
menyebabkan sesak
dan efek kronis
menyebabkan
kanker paru
menimbulkan
kelelahan kerja
Bising alat gerinda - Fisika akibat bising 18 Tinggi
intermitten mesin
gerinda
dapat menyebabkan
Kabel mesin gerindra konslet dan dapat
Sangat
terbuka (Open wire) - memicu kebakaran 24
Tinggi
Elektrik jika terdapat bahan-
bahan flamable
Kelelahan mata
Cahaya las- Fisika 12 Sedang
(eye strain)
Pembuatan
Bekisting Panas dehidrasi 12 Sedang
Nyeri pada
Posisi Kerja tidak aman 16 Tinggi
persendian
Pengecoran Gangguan
Terpapar zat kimia dari
Lantai dan Pernafasan dan 19 Tinggi
semen
Dinding Bak Kulit
lingkungan kerja yang Slip, Trip Fall
Finisihing
licin, housekeeping buruk (Terpeleset,
Lantai dan 16 Tinggi
dan permukaan kerja tidak Tersandung dan
Dinding bak
rata saat lifting - Fisika terjatuh)
Pemasangan Tertimpa komponen
Luka/memar 19 Tinggi
Rangka Atap scaffolding - Mekanik
terjadi ledakan dan
Pemasangan Tidak terdapat flashback
kebakaran ketika
Tangki kimia arrester pada selang 19 Tinggi
terjadi kebocoran
dan Agitator. tabung -Kimia
gas
Pemasangan
Tangan/kaki tertimpa Cidera pada bagian
Pompa 16 Tinggi
rangka/pipa transom kaki
Dosing.
Saat pemasangan transom
Pemasangan yang menghubungkan
Luka pada kaki 16 Tinggi
Panel Lokal standar ke standar,
tertimpa pipa standar
Pemasangan Terjepit dan Tangan
pemipaan dab memar saat Luka Sobek 16 Tinggi
aksesoris. pengencangkan clamptetap
Terminasi
Kabel-kabel Tersentrum arus
Tersentrum arus pendek 16 Tinggi
power dan pendek
instrument.
Universitas Sriwijaya
66
BAB VI
PEMBAHASAN
Universitas Sriwijaya
67
Universitas Sriwijaya
68
6.2.1 Pembesian
Pada proses pembesian peneliti menemukan berbagai potensi
bahaya seperti tertimpa material dan tergores,Muskuloskeletal
Disorders (penyakit sistem otot.), Slip Trip Fall (Terpeleset,
Tersandung dan terjatuh), Jari terpotong atau tergores, Iritasi pada
saluran pernafasan bagian atas khususnya hidung, Sesak dan efek
kronis menyebabkan kanker paru, Kelelahan kerja akibat bising
intermitten mesin gerinda, Serta Bahaya konslet dan dapat memicu
kebakaran jika terdapat bahan-bahan flamable
Universitas Sriwijaya
69
6.2.2 Pengecoran
Pada proses pembesian peneliti menemukan berbagai potensi
bahaya seperti Kelelahan mata (eye strain), Dehidrasi, sesak nafas dan
berdampak bagi kesehatan, Gangguan Pernafasan dan Kulit ,Slip, Trip
Fall (Terpeleset, Tersandung dan terjatuh).
6.2.3 Pemasangan Instrumen
Pada proses pembesian peneliti menemukan berbagai potensi bahaya
seperti Luka/memar, Cidera pada bagian kak,Luka pada kaki, Luka
Sobek, DanTersentrum arus pendek
6.2.4 Uji Performa
Pada proses pembesian peneliti menemukan berbagai potensi bahaya
seperti Memar Luka Sobek Gangguan Pernafasan dan Kulit.
6.3 Evaluasi Risiko Proyek Pembangunan Sludge Drying Bed
Pada evaluasi risiko terdapat evaluasi pada analisis risiko sebelum
6.3.1 Pembesian
yang terdapat pada pembesian kontruksi jembatan ini berada pada tingkatan
sedang. Hal ini dikarenakan pembesian memiliki bahaya yang cukup tinggi
dan memiliki bahaya untuk dikemudian hari jika ini tidak dilakukan
yang cukup tinggi namun dalam penelitian ini terbagi lagi menjadi beberapa
Universitas Sriwijaya
70
dan bahaya lainnya sehigga dalam analisis pekerjaan yang digunakan peneliti
6.3.2 Pengecoran
pengecoran memiliki bahaya pada pemotongan besi yang tidak baik, posisi
pengecoran memiliki bahaya tinggi dari pemotongan besi, posisi badan tidak
Universitas Sriwijaya
71
Universitas Sriwijaya
72
Universitas Sriwijaya
73
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
7.1.1. Hasil penetapan kontek yaitu Pekerjaan yang di tetapkan dan
dilakukan manajemen risiko adalah Pembesian, Pengecoran,
Pemasangan Instrumen dan Uji Performa.
7.1.2. Hasil identifikasi bahaya keselamatan kerja pada proyek
pembangunan Sludge Drying Bed ini yaitu debu, dehidrasi, terjepit,
terplosok, terjatuh, tertimpa, tertusuk, terbentur dan hal yang paling
parah adalah meninggal dunia,
7.1.3. Analisis risiko keselamatan kerja pada pembangunan Sludge
Drying Bed ini memiliki risiko terendah hingga tertinggi. Berikut
adalah level risiko dari penelitian ini yang menggunakan metode
penilaian risiko secara semi kuantitatif :
Sangat Tinggi Sebanyak 1 Bagian yakni pada Pekerjaan, Pembesian
khususnya gerindra yang jika Kabelnya terbuka dapat menyeban
Ledakan Peralatan yang beresiko tidak hanya mengancam satu
nyawa pekerja, namun nyawa beberapa pekerja yang berada di
sekitar lokasi Konsleting Tersebut. Sedang kan Tinggi Sebanyak 23
Pekerjaan, Yang merata di ke empat Jenis pekerjaan yang umumnya
mengancam nyawa pekerja. Lalu Sedang Sebanyak 5 pekerjaan
yakni umumnya dalam bentuk cidera fisik. Dan Rendah hanya
Sebanyak 1 jenis pekerjaan saja, yakni saat Performance test yakni
Resiko tersentrum yang jika terjadi hanya menimbulkan sedikit
memar pada pekerja .
Universitas Sriwijaya
74
7.2 Saran
7.2.1 Perusahaan bisa mengatur jumlah jam kerja agar tidak menimbulkan
kelelahan terhadap pekerja yang bisa menimbulkan kecelakaan kerja.
Universitas Sriwijaya
75
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Sriwijaya
76
Universitas Sriwijaya
77
Universitas Sriwijaya