Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

TEKNIK ANALISIS PENCEMAR LINGKUNGAN


ANALISIS SIFAT FISIK AIR DAN ANALISIS KOAGULASI,
FLOKULASI DENGAN METODE JAR-TEST

Nama : Raihan Nabil


NRP : 03211740000068
Kelas :B
Dosen : Bieby Voijant Tangahu, S.T.,
M.T., Ph.D.
Asisten Lab : Salni Oktaviani Ainun S.

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2019
1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................................1
BAB I...................................................................................................................................2
PENDAHULUAN..................................................................................................................2
1.1 Tujuan Percobaan....................................................................................................2
1.1.1 Analisis Sifat Fisik Air (Warna, pH dan Turbidity)...................................................2
1.1.2 Analisis Koagulasi – Flokulasi dengan Metode Jar - Test.......................................2
1.2 Prinsip Percobaan.....................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................3
2.2 Dasar Teori...............................................................................................................3
2.3 Skema Percobaan.....................................................................................................4
2.3.1 Metode Jar - Test..................................................................................................4
2.3.3 Analisis pH.............................................................................................................5
2.3.4 Analisis Kekeruhan dengan Turbidimeter Hellige..................................................6
BAB III.................................................................................................................................7
PEMBAHASAN....................................................................................................................7
3.3 Tabel Pengamatan....................................................................................................7
3.3.1 Analisis Koagulasi – Flokulasi dengan Metode Jar-Test.........................................7
3.3.2 Percobaan Turbidity..............................................................................................9
3.3.3 Percobaan Analisis pH.........................................................................................11
3.4 Pembahasan...........................................................................................................13
3.4.1 Metode Jar-Test..................................................................................................13
3.4.2 Turbidity..............................................................................................................15
3.4.3 Analisis Ph...........................................................................................................16
BAB IV..............................................................................................................................17
KESIMPULAN....................................................................................................................17
4.4 Turbidity.................................................................................................................18
4.5 Analisis pH..............................................................................................................18
Daftar Pustaka..................................................................................................................20
JAWABAN DAN PERTANYAAN......................................................................................21
2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


1.1.1 Analisis Sifat Fisik Air (Warna, pH dan Turbidity)
Tujuan dari Analisis Sifat Air ialah untuk menentukan warna sample air
dengan membandingkan sampel air dengan larutan standar yang diketahui
konsentrasinya.
Tujuan dari Analisis kekeruhan ialah untuk menentukan kekeruhan
sampel air dengan berdasarkan intensitas cahaya yangdipendarkan oleh
suspensi dalam sample air.
Tujuan dari Analisis kekeruhan ialah untuk menentukan tingkat
keasaman atau basa dalam suatu larutan melalui konsentrasi ion Hidrogen
(H+).
1.1.2 Analisis Koagulasi – Flokulasi dengan Metode Jar - Test
Tujuan dari Analisis Koagulasi-Flokulasi dengan metode Jar-Test ialah
untuk menentukan dosis optimum pembubhan koagulan atau tawas, untuk
menurunkan kekeruhan atau warna atau TSS.
1.2 Prinsip Percobaan
Prinsip kerja membandingkan warna dari contoh air yang diperiksa
terhadap sederetan warna dari larutan pembanding dari suatu senyawa
K2PtCl6 + CoCl2.6H2O yang akan memberikan warna yang hampir sama
dengan air permukaan pada umumnya. Turbiditi dan zat tersuspensi dapat
mengganggu pemeriksaan warna. Gangguan tersebut dapat dihilangkan
dengan penyaringan atau centrifuge.
Prinsip analisis pH adalah:
a. Kalorimeter dengan menggunakan indikator, kalau keadaan indikator
berubah maka
keadaan dapat berubah.
b. Potensiometri tegangan yang diukur oleh pH meter tergantung oleh
keadaan larutan dan diukur dengan mV.
c. Titrasi asam basa menetukan normalitas asam basa.
Elektroda mempunyai kemampuan untuk mengukur konsentrasi H+
dalam air secara elektrometer.
3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Dasar Teori
pH paling penting dalam menentukan sifat korosif air. Menurunkan nilai
pH yang lebih tinggi adalah sifat korosif air. pH berkorelasi positif dengan
konduktansi listrik dan alkalinitas total. Berbagai faktor membawa perubahan
pH air. Semakin tinggi nilai pH yang diamati menunjukkan bahwa karbon
dioksida, keseimbangan karbonat-bikarbonat lebih dipengaruhi oleh
perubahan kondisi fisikokimia.
(Patil et al, 2012)

Kekeruhan adalah ukuran padatan tersuspensi. Telah dipilih di sini


karena mungkin parameter non-mikroba yang paling umum berlaku dan
banyak digunakan yang dapat memberikan data yang paling signifikan
selama proses abstraksi air dan pengolahan. Peningkatan kekeruhan sering
disertai dengan peningkatan jumlah patogen. Kekeruhan sering ditentukan
dengan menggunakan nephelometer. Instrumen untuk mengukur kekeruhan
dikalibrasi menggunakan suspensi terstandarisasi terstandarisasi
tersertifikasi yang tersedia secara komersial yang didefinisikan dalam
Nephelometric Turbidity Unit (NTU).
(Payment et al, 2002)

Sebelum plat perlakuan kimia dirancang, penelitian harus dilakukan


untuk memastikan bahan kimia terbaik untuk digunakan dan jumlah yang
dibutuhkan. Dalam berurusan dengan air berwarna, penentuan warna
berfungsi sebagai dasar keputusan. Data tersebut harus diperoleh untuk
pemilihan mesin pengumpanan bahan kimia yang tepat dan desain ruang
penyimpanan. Setelah operasi fasilitas pengolahan telah dimulai, penentuan
warna pada limbah mentah dan jadi berfungsi untuk mengatur dosis bahan
kimia yang digunakan, untuk memastikan operasi ekonomis, dan untuk
menghasilkan air berwarna rendah yang berada dalam batas yang dapat
diterima.
(Sawyer,C.,N., 2003)

Warna dalam air dapat dihasilkan dari kehadiran ion logam alami (besi
dan mangan), bahan humus dan gambut, plankton, gulma, dan limbah
industri. Warna dihilangkan untuk membuat air cocok untuk aplikasi umum
dan industri. Limbah industri yang berwarna mungkin membutuhkan
penghilangan warna sebelum dibuang ke aliran air. Istilah ‘’ warna
’digunakan di sini untuk mengartikan warna asli, yaitu warna air dari mana
kekeruhan telah dihapus. Istilah color ‘warna semu’ meliputi bukan hanya
warna karena zat dalam larutan, tetapi juga karena zat tersuspensi. Warna
semu ditentukan pada sampel asli tanpa filtrasi atau sentrifugasi. Dalam
beberapa limbah industri yang sangat berwarna, warna terutama
4

dikontribusikan oleh bahan koloid atau yang ditangguhkan. Dalam kasus


seperti itu, warna asli dan warna semu harus ditentukan.
(American Public Health Association, 1999)

Untuk mencapai tingkat reduksi yang tinggi diperlukan untuk mencari


dosis koagulan yang optimal, yang umumnya dihitung dengan menggunakan
“Uji Jar”, bekerja di bawah kondisi kekeruhan yang seragam.
Namun nilai kekeruhan berubah sementara di atas air, mempengaruhi
efektivitas proses ini, karena setiap nilai kekeruhan mungkin memerlukan
dosis koagulan yang berbeda.
Proses koagulasi dan flokulasi telah menjadi objek studi dan penelitian
dengan berbagai pendekatan. Salah satunya adalah penerapan kecerdasan
buatan, melalui alat komputasi yang berbeda seperti sistem difus dan
jaringan saraf.
(León-Luque, et all, 2016)

Analisa kualitas air secara fisik meliputi beberapa parameter, yakni


warna, bau, temperatur/suhu, dan TSS. Tidak semua parameter fisik
dilakukan analisa secara langsung di lapangan, seperti kadar TTS yang diuji
di laboratorium, karena sifatnya yang kasat mata, sehingga perlu dikaji
secara spesifik di laboratorium.
Warna perairan ditimbulkan oleh adanya bahan organik dan bahan
anorganik; karena keberadaan plankton, humus, dan ion-ion logam
(misalnya besi dan mangan), serta bahan-bahan lain. Adanya oksida besi
menyebabkan air berwarna kemerahan, sedangkan oksida mangan
menyebabkan air berwarna kecoklatan atau kehitaman.
(Ramadhani, et al, 2015)

2.3 Skema Percobaan


2.3.1 Metode Jar - Test

Disiapkan sampel air 16 Liter


Air Sampel Diaduk terlebih dahulu
Dianalisis pH, kekeruhan, TSS dan warna dari
sampel air

Ditakar dan Dimasukkan sebanyak 1 L kedalam


Beker Glass masing-masing beker glass 1 beker berfungsi sebagai
control

Dilarutankan Tawas dengan kekeruhan


Larutan Tawas
sebagai berikut :
- <50 NTU :5mg/L, 10mg/L, 20mg/L, 30mg/L
dan 50 mg/L
- 50-100 NTU :10mg/L, 20mg/L, 40mg/L, 60
mg/L dan 100mg/L
5

- lindi sampah/air limbah : 100mg/L,


200mg/L, 400mg/L, 600 mg/L, dan 800mgL

Diaduk dengan kecepatan 100rpm selamat 1 menit


Stirring
Diaduk dengan kcepatan 40-60rpm selama 15
menit

Sedmentasi Diendapkan selama 15 menit

Diambil 100mL yang jernih dari masing-masing


Beker Glass beker glass
Dianalisis pH, Kekeruhan, dan warna dari masing-
masing sampel

Diamati Seluruh hasil dari proses-proses


Hasil

2.3.3 Analisis pH

Digunakannya aquadest sebagai blangko


Aquades

Sampel Air Disaring sampel air dan membaca pada


spektrofotometer dengan menggunakan aquadest sebagai
blanko

Dicatat hasil pengukuran pH dengan pH meter


Hasil sampel
6

2.3.4 Analisis Kekeruhan dengan Turbidimeter Hellige

Dimasukkan sampel ke dalam tabung kaca


Air Sampel turbidimeter

Dibandingkan standar kekeruhan antara larutan


Larutan Suspensi suspense silika dengan sampel air
Silika Disediakan 5 kurva standar pengukuran, bila
pengukuran menunjukkan skala pembacaan yang lebih
besar dari kurva yang kita gunakan maka pengukuran
beralih kepada kurva selanjutnya

Hasil
7

BAB III

PEMBAHASAN
3.3 Tabel Pengamatan
3.3.1 Analisis Koagulasi – Flokulasi dengan Metode Jar-Test
No Perlakuan Kerja Hasil Pengamatan Gambar
.
1 Menyiapkan air sampel Ciri Fisik Sampel :
sebanyak 16L -air berbau
Menuangkan dan -warna keruh
mencampur kedua -suhu ruangan
sampel dalam satu
ember besar
Mengaduk sampel
dalam ember sebelum
dipindahkan ke dalam
beker glass gambar 1.1
Penuangan
sampel ke dalam
ember

2 Menyiapkan beker glass Ciri Fisik Sampel:


dengan ukuran 1 L -warna keruh
sebanyak 6 buah dan -suhu ruangan
Mengisi beker glass -air berbau
dengan sampel
menggunakan gayung

gambar 1.2
menuangkan air

gambar 1.2
3 Menambahkan reagen Ciri Fisik Tawas :
tawas dengan -cair
konsentrasi 3% -berwarna putih keruh
Beker glass 1 : 0 mg/L -suhu ruangan
Beker glass 2 : 30 mg/L -bau menyengat
Beker glass 3 : 60 mg/L
Beker glass 4 : 90 mg/L Setelah penambahan
Beker glass 5 : 120 mg/L tawas masih belom
Beker glass 6 : 150 mg/L terdapat perubahan gambar 1.3
Beker glass 7: 180 mg/L yang mencolok Pengambilan
Beker glass 8 : 210 mg/L tawas dan
Beker glass 9 : 240 mg/L memasukan ke
Beker glass 10 :270 beker glass
mg/L
Beker glass 11:300 mg/L
Beker glass 12: 330
8

mg/L

gambar 1.4
penambahan
larutan tawas ke
dalam beker
glass
4 Melakukan pengadukan Ciri Fisik Sampel:
cepat (flash mix) 100 -air menjadi agak
rpm selama 1 menit bening
-tidak berbau
-suhu ruangan gambar 1.5
-muncul butiran halus proses flash mix

5 Melakukan pengadukan Ciri Fisik Sampel:


lamabat (slow mix) 40- -air menjadi agak
60 rpm selama 15 bening
menit -tidak berbau
-suhu ruangan gambar 1.6
- muncul butiran halus proses slow mix
agak banyak

6 Membiarkan sampel Ciri Fisik Sampel:


mengendap dengan - terdapat endapan di
sedimentasi selama 15 dasr beker glass
menit - air dibagian
permukaan terlihat gambar 1.7
jernih proses
Untuk air dengan sedimentasi
penambahan tawas
terbanyak terlihat
paling jernih
7 Mengambil larutan
sampel sebanyak
100mL yang jernih dari
masing-masing beker
glass setelah kemudian
dipindahkan ke beker
glas ukuran 100mL
9

3.3.2 Percobaan Turbidity


No Perlakuan Kerja Hasil Pengamatan Gambar
.
1 Mengambil 100mL Ciri Fisik Sampel:
sampel dengan cara -air berwarna keruh
menuang langsung ke -tidak berbau
beker glass -suhu ruangan

2 Memasukkan ke dalam
tabung turbidimeter
sampai garis batas,
kemudian ukur nilai
turbidity.
3 Memasukkan aquades Ciri Fisik Aquades :
ke dalam tabung -cair
tubidimeter sebagai -tidak berwarna
blanko -tidak bau
-suhu ruang

4 Menguji kekeruhan Konsentras Hasil


sampel dengan i (NTU)
turbidimeter, dengan Tawas
dilakukan secara (mg/L)
bergantian sampai sebelum 17
semua teruji. Aquades 0,40
Mencatat dan 0 15
mengamati hasil 30 16
pengukuran 60 14
kekeruhannya 90 13
120 9,50
150 9,40
180 7,70
210 4,40
240 4,30
300 5,00
330 5,10
10
11

3.3.3 Percobaan Analisis pH


No Perlakuan Kerja Hasil Pengamatan Gambar
.
1 Memasukkan aquades Ciri Fisik Aquades :
ke dalam gelas beker -tidak berwarna
100mL kemudian -tidak bau
digunakan sebagai -suhu ruang
blanko.
2 Mengambil 100mL Ciri Fisik Sampel:
sampel ke dalam gelas -air berwarna keruh
beker kemudian sampel -tidak berbau
diukur pH sampel. -suhu ruangan
12

3 Masukkan pH meter ke Konsentras Hasil


dalam sampel air untuk i (pH)
mengukur pH dan setiap Tawas
kali pengecekan ke (mg/L)
sampel lain dengan sebelum 7,56
konsentrasi berbeda, pH Aquades 7.0
meter dicuci dengan 0 6,96
aquades. 30 7,02
60 6,89
90 6,85
120 6,77
150 6,69
180 6,29
210 6,10
240 6,08
300 5,92
330 5,91
13

3.4 Pembahasan
Praktikum ke 1 ini berlangsung di Laboratorium Pemulihan Air
Departemen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember, pada
tanggal 13 Maret 2019 pukul 09.05-12.30. Pada percobaan kali ini tentang
Analisi Sifat fisik Air dan Metode Jar-Test . Alat dan bahan yang digunakan
adalah Larutan buffer pH 4,01, Larutan buffer pH 6,86. Larutan buffer pH
9,18, pH meter, Reagen berupa tawas 3% atau setara 30 mg/L, Alat jar-test
dengan 6 beker glass volume 1 liter , Beker glass 100 mL, 1000 mL 6 buah ,
Pipet 5 mL; 10 mL; 25 mL ,Spektrofotometer dan Turbidimeter.

Eksperimen terdiri dari dua bagian. Yang pertama, yang merupakan


analisis fisik sampel air, warna air ditentukan dari jumlah absorbansi
menggunakan spektrofotometer, kekeruhan sampel air diukur dari dispersi
cahaya dengan suspensi dalam air menggunakan turbiditas meter, dan pH
air. Sampel diukur dengan mengetahui konsentrasi ion hidrogen (H +)
menggunakan pH meter. Bagian kedua dari percobaan ini melibatkan
koagulasi dan flokulasi dengan metode jar-test. Sampel air mengandung
konsentrasi tawas yang berbeda dengan metode jar-test. Tujuan dari bagian
percobaan ini adalah untuk menentukan dosis optimal koagulan atau tawas
yang secara efisien mengurangi kekeruhan, warna atau TSS sampel air.

3.4.1 Metode Jar-Test


Setelah analisis fisik sampel air yang tidak diolah, uji toples dilakukan.
Pengujian Jar memerlukan penyesuaian jumlah bahan kimia perawatan dan
urutan di mana mereka ditambahkan ke sampel air mentah yang disimpan
dalam botol atau gelas. Sampel kemudian diaduk sehingga pembentukan,
pengembangan, dan penyelesaian flok dapat diawasi (Satterfield, 2005)
Analisis air dilakukan dengan metode jartest dengan menambahkan
koagulan kedalam air. Sebelumnya Menyiapkan air sampel dari dua titik
pengabilan yang berbeda dicampurkan dalam satu wadah(ember) dan
diaduk menggunakan gayung. Kemudian dipindahkan kedalam beker glass
dengan volum 1L. Kemudian mengisi beker glass sebanyak 6 buah dengan
larutan sampel dengan menggunakan gayung sebanyak 1L. Kemudian
reagen tawas dimasukkan ke dalam beker glass yang disediakan dengan
menggunakan pipet ukur dan propipet. Tujuan penambahan tawas adalah
untuk mengganggu stabilitas koloid yang tidak bisa menyatu karena muatan
elektrolit pada permukaan elektrostatis antar partikel. Dengan adanya tawas
maka koloid menjadi tidak stabil dan membentuk flok. Tawas bewarnah putih
keruh dan berbau menyengat. Setiap 1mL tawas memiliki konsentrasi
30mg/L. pada percobaan ini konsentrasi yang diuji 0mg/L, 30mg/L, 60 mg/L,
90 mg/L, 120 mg/L, 150 mg/L, 180 mg/L, 210 mg/L, 240 mg/L, 270 mg/L,
300 mg/L, 330 mg/L. tujuan penambahan tawas dengan konsentrasi yang
berbeda yaitu untuk mengujji tingkat kekeruhan masing-masing konsentrasi
sehingga dapat ditentukan dosis optimum koagulan. Kedalam beker glass
yang telah diisikan tawas dimasukkan air sampel sungai di perumahan puri
galaxy (7°17'26.3"S 112°47'27.0"E dan 7°17'26.5"S 112°47'29.2"E) .
14

Kemudian melakukan pengadukan pertama yaitu flash mix kemudian


slow mix, pada tahap flas mix atau pengadukan cepat dalam percobaan ini
dilakukan selama 1 menit dengan kecapatan 100rpm. Tujuan flash mix untuk
melarutkan tawas ke dalam air. Tahap ini disebut dengan koagulasi. Pada
pengadukan cepat terjadi reaksi tidak teralalu signifikan pada sifat fisik
sampel. Kemudian tahap slow mix atau pengadukan lambat dalam
percobaan ini dilakukan 15menit dengan range pm 40-60, tujuannya untuk
membentuk flok-flok dari koloid yang tertangkap oleh tawas. Kemudian
proses selanjutnya mendiamkan sampel selama 15 menit. Secara kasat
mata terlihat perubahan yang pada sampel dimana pada lapisan bawah
terdapat kotoran sedimentasi dan laposan atas supernatant yang menjadi
jernih dan tidak terlalu keruh.
Perhitungan volume pada tawas sebagai berikut :
3 mL
3% tawas = = 30mg
100 mL
Sehingga 1 mL setara dengan 30 mg.
Sehingga dapat dihitung kebutuhan volume tawas dengan rumus
sebagai berikut :
a. Konsentrasi 30 mg/L
1mL 30 mg/ L
= =1 mL
V 2 30 mg/ L
b. Konsentrasi 60 mg/L
1mL 30 mg/ L
= =2 mL
V 2 60 mg /L
c. Konsentrasi 90 mg/L
1mL 30 mg/L
= =3 mL
V 2 90 mg/L
d. Konsentrasi 120 mg/L
1mL 30 mg/ L
= =4 mL
V 2 120 mg/ L
e. Konsentrasi 150 mg/L
1mL 30 mg/ L
= =5 mL
V 2 150 mg/ L
f. Konsentrasi 180 mg/L
1mL 30 mg/ L
= =6 mL
V 2 180 mg/ L
g. Konsentrasi 210 mg/L
1mL 30 mg/ L
= =7 mL
V 2 210 mg/ L
h. Konsentrasi 240 mg/L
1mL 30 mg/ L
= =8 mL
V 2 240 mg/ L
i. Konsentrasi 270 mg/L
1mL 30 mg/ L
= =9 mL
V 2 270 mg/ L
j. Konsentrasi 300 mg/L
15

1mL 30 mg/ L
= =10 mL
V 2 300 mg/ L

3.4.2 Turbidity
Melakukan analisis kekeruhan. Kekeruhan adalah ukuran padatan
tersuspensi. Ini mungkin parameter non-mikroba yang paling umum berlaku
dan banyak digunakan yang dapat memberikan data paling signifikan
selama proses pengolahan dan abstraksi air. Peningkatan kekeruhan sering
disertai dengan peningkatan jumlah patogen (Payment et al, 2002)
Analisis Selanjutnya ialah analisis turbidity. Tahapan awal ialah
mengambil 100mL larutan sampel dari beker glass 1L dengan penuangan.
Kemudian memasukkan larutan sampel ke botol turbidimeter hingga
mencapao batas garis putih botol. Kemudian memasukkan aquades kelam
tabung atau botol turbidimeter sebagai blanko agar alat terkalibrasi dengan
baik. Kemudian melakukan Analisa kekeruhan dengan cara dibawah layer
ditekan disisi kiri. Nilai kekeruhan akan ditampilkan di layer. Dari hasil
analisis diedapatkan data sebagai berikut :
Tabel 1.Hasil Pengukuran Turbidity
Konsentrasi Hasil
Tawas (NTU)
(mg/L)
Sebelum 17
penambahan
Aquades 0,40
0 15
30 16
60 14
90 13
120 9,50
150 9,40
180 7,70
210 4,40
240 4,30
300 5,00
330 5,10
16

Analisis Turbidity
18
16
14
12
f(x) = − 0.02 x + 12.15
10 R² = 0.19
NTU

8
6
4
2
0
0 50 100 150 200 250 300 350

Konsentrasi mg/L

Grafik Turbidity konsentrasi dengan nilai NTU


3.4.3 Analisis Ph
Analisis pengukuran tingkat pH sampel air. pH paling penting dalam
menentukan sifat korosif air. Semakin rendah nilai pH semakin tinggi sifat
korosif air (Patil et al, 2012). Pengukur pH pertama kali dikalibrasi dengan
mencelupkannya ke dalam air, pengukur itu harus membaca sekitar 7 dalam
pH (dalam percobaan ini, pH = 7,3.) Untuk mengukur sampel air, tongkat pH
dicelupkan ke dalamnya. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 06-
6989.11-2004) untuk mengukur pH sampel, celupkan elektroda dalam
sampel hingga pH meter menunjukkan pembacaan tetap dan kemudian catat
skala pembacaan atau nilai pada tampilan pH meter.
Tahapan pada Analisis pH. Pertama Memasukkan aquades kedalam
beker galass 100mL kemdian digunakan sebagi blanko bertujuan untuk
mengkalibrasi alat dengan baik. Kemudian mengambil 6 gelas beker glass
yang berisi sampel yang dijejer vertical, setiap pergantiap beker glass hars
dicuci dengan aquades dengan menggunakan botol penyemprot.
Selantjutnya detector pH meter dicelupkan ke dalam sampel kembali. Nilai
pH yang dicatat adalah nilai ketika tulisan ready pada alat muncul. Dari hasil
pengukuran didapatkan data sebagai berikut :

Konsentrasi Hasil
Tawas (pH)
(mg/L)
Sebelum 7,56
penambahan
Aquades 7,00
0 6,96
30 7,02
60 6,89
90 6,85
120 6,77
150 6,69
180 6,29
17

210 6,10
240 6,08
300 5,92
330 5,91

Analisis pH
7.2
7 f(x) = − 0 x + 7.11
6.8 R² = 0.93
6.6
6.4
6.2
pH

6
5.8
5.6
5.4
5.2
0 50 100 150 200 250 300 350

Konsentrasi mg/L

Grafik Analisis pH. Nilai konsentrasi dengan nilai pH


18

BAB IV

KESIMPULAN

Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa dosis tawas yang optimal untuk
digunakan dalam proses koagulasi-flokulasi adalah mg/L karena nilai kekeruhan
terkecil menjadi dosis tersebut.

4.4 Turbidity
Dari percobaan turbidity atau kekeruhan yang dilakukan dengan menggunakan
turbidimeter untuk menentukan kekeruhan didapatkan hasil data sebagai berikut:

Konsentrasi Hasil
Tawas (NTU)
(mg/L)
Sebelum 17
penambahan
Aquades 0,40
0 15
30 16
60 14
90 13
120 9,50
150 9,40
180 7,70
210 4,40
240 4,30
300 5,00
330 5,10
Dosis optimal koagulan yang ditentukan menggunakn uji jar-test seluruhnya
memenuhi baku standar.

4.5 Analisis pH
Dari percobaan analisi pH yang dilakukan dengan menggunakan pH meter untuk
menentukan tingkat keasaman larutan dan mendidapatkan hasil data sebagai
berikut :

Konsentrasi Hasil
Tawas (pH)
(mg/L)
Sebelum 7,56
penambahan
Aquades 7,00
0 6,96
30 7,02
60 6,89
90 6,85
120 6,77
150 6,69
19

180 6,29
210 6,10
240 6,08
300 5,92
330 5,91

Berdasarkan pada PerMenkes Republik Indonesia No. 32 Tahun 2017 tentang


standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan air untuk
keperluan hygiene sanitasi, kolam renang, solus per aqua, dan pemandian
umum. Data yang memenuhi baku butu yaitu konsentrai 0-120 mg/L
20
21

Daftar Pustaka
American Public Health Association (APHA). 1999. “Standard methods for
the Examination of Water and Wastewater (20th ed)”. New York:
American Public Health, Association (APHA), American Water
Works Association (AWWA), and Water Pollution Control
Federation (WPCF).

León-Luque, A.J., Barajas, C.L., Peña-Guzmán, C.A. 2016. Determination of


the Optimal Dosage of Alumunium Sulfate in the Coagulation-
Flocculation Process Using an Artificial Neural Network.
International Journal of Environmental Science and Development.

Patil ,2012 : Patil, P.,N., Sawant, D.,V., Desmukh, R., N. 2012. Physico-
Chemical Parameters For Testing of Water. International Journal
of Environmental Sciences. 3 (3) : 1194-1207.

Payment, 2002 :Payment, P., Waite, M., Dufour, A. 2002. Introducing


Parameter for Water Assessment Drinking Water Quality.
Geneva : World Health Organisation.

Ramadhani , 2015 :Ramadhani, E., Anna A. N., Cholil, M. 2015. Analisis


Pencemaran Kualitas Air Sungai Bengawan Solo Akibat Limbah
Industri di Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sawyer, c, 2003 :Sawyer, C.,N., Mc Carty,P.,R., Parkin,G.,F. 2003.


“Chemistry for Environmental Engineering and Sciences (5th ed)”.
New York: Mc Graw Hill Companies.
22

JAWABAN DAN PERTANYAAN

1. Sebutkan perbedaan antara warna sejati dan warna semu?


2. Apa yang digunakan sebagai unit standar warna?
3. Dalam prosedur pembuatan standar warna ditambahkan Cobalt
Chlorida, jelaskan tujuan dari penambahan tersebut?
4. Apa saja penyebab terjadinya kekeruhan?
5. Sebutkan sifat-sifat bahan yang menyebabkan kekeruhan pada:
a. Air limbah domestik
b. Air sungai
6. Bagaimana hubungan antara:
a. pH dengan konsentrasi ion H+
b. pH dengan konsentrasi ion OH-
7. Berapakah kira-kira nilai pH larutan HCl 2 N?
8. Berapakah kira-kira nilai pH larutan NaOH 0,02 N?
9. Berapakah konsentrasi ion H+ jika konsentrasi ion OH- adalah 3x10-2
mol/l?
10. Sebutkan langkah-langkah proses koagulasi dan flokulasi?
11. Sebutkan faktor penting dalam proses jar-test?
12. Sebutkan macam-macam koagulan yang anda ketahui?
13. Jelaskan pentingnya proses koagulasi atau flash mix dalam proses
penurunan kekeruhan?
14. Pada pH berapa terjadi proses koagulasi yang optimum dan jelaskan
mengapa?
Jawaban
1. A. Warna sejati, yaitu warna di dalam air yang disebabkan oleh
adanya senyawa organik yang larut, seperti pelapukan dedaunan
atau ranting pohon
B. Warna semu, yaitu warna di dalam air yang disebabkan oleh zat-
zat tersuspensi (kekeruhan). Disebut warna semu karena sifat warna
tersebut akan hilang apabila air tersebut disaring atau disentrifuge.
2. Warna yang dihasilkan oleh mg / L platinum sebagai K2PtCl6 +
CoCl2.6H2O dan diukur dalam TCU.
3. Untuk memberikan warna yang tepat, larutan stok memiliki unit warna
500 dan seperangkat prosedur standar dillution. Selain itu, dapat
memberikan warna yang tajam dan menghilangkan buffer.
4. Penyebab terjadinya kekeruhan ialah lumpur, plankton, dan zat
organik,
5. a. Limbah rumah tangga: sulit dipisahkan, warnanya padat, zat
organik dalam bentuk butiran halus. Limbah domestik dihasilkan oleh
sisa makanan dan deterjen.
b. Air sungai: Air yang menyebabkan sungai menjadi keruh.
Sungai memiliki kekeruhan yang berbeda karena berasal dari banyak
sumber, seperti limbah industri dan limbah rumah tangga.
23

6. a.pH = -log [H a. pH = -log [H +], semakin besar pH, semakin


sedikit konsentrasi H +
b. pH = 14 - pOH, semakin besar pH, semakin sedikit konsentrasi
OH-
7. HCl = 2N
N=mV
M = N/V= 2/1 = 2 mol
HCl = 2 mol, so the H+ is 2 mol
So pH = -log [H+] = -log 2
8. NaOH 0,02 N = 0,02 M (strong base)
[OH-] = 0,02 M
pOH = -log [OH-] = -log[0,02] = 1,7
pH = 14 – pOH = 14 – 1,7 = 12,3
9. [OH-] = 3 x 10-2 mol/L
Kw = [H+][OH-]
10-14 = [H+][3 x 10-2]
[H+] = 0,33 x 10-2 mol/L
10. a. Campur reagen dengan pengadukan cepat 100 rpm selama 1
menit
b. Pengadukan lambat untuk membentuk flok dengan kecepatan 50
rpm selama 15 menit
c. Proses sedimentasi selama 15 menit, untuk menghilangkan floca
dengan koloid yang mengikat dalam larutan
11. - pH larutan
- Jumlah dan jenis flokulasi
- Jumlah dan jenis zat yang ditangguhkan
- suhu dan alkalinitas
- adanya ion-ion tertentu yang larut12.
13. Molekul koagulan yang larut dalam air ditambahkan dalam proses
koagulasi. Aduk dengan cepat sehingga dapat larut dengan sampel
di permukaan koloid dan mengubah larutan elektrolit.
14. Ketika pH 6-8, karena pembentukan flok (Al (OH) 3) tidak dapat
terjadi ketika pH terlalu tinggi
24

Lampiran
25

Lampiran
26

Anda mungkin juga menyukai