Anda di halaman 1dari 7

Nama Muhammad Thariq Kemal

NIM / Kelas V1721049 / KP B


Mata Kuliah Literasi Data dan Teknologi Informasi
Dosen Eko Harry Pratisto ST,M.Info.Tech

Kasus Plagiarisme di Bidang Akademik

1. Berburu gelar guru besar, 3 dosen UPI nekat plagiat

Link : https://www.merdeka.com/peristiwa/5-kasus-plagiarisme-
yang-mengguncang-dunia-akademi.html
Yang terkena kasus : Cecep Darmawan, Lena Nuryati, dan Ayi Suherman
Penjelasan : Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sempat gempar dua
tahun lalu. Sebab, tiga dosen perguruan tinggi dahulu dikenal dengan nama Institut
Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung itu kedapatan mencontek naskah untuk
promosi guna mendapatkan gelar guru besar. Tetapi, mereka cuma mendapat sanksi
berupa penurunan pangkat dan jabatan dan lolos dari pemecatan.
Konsekuensi : Penurunan pangkat dan jabatan, sesuai dengan peraturan
pemerintah Nomor 53 tahun 2010 tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil, dan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 tahun 2010 tentang pencegahan
plagiat di perguruan tinggi.
Pandangan : Dampak plagiarisme jika masih dalam lingkungan akademik,
instansi,masyarakat dan sebagainya adalah akan tersandung kasus hukum.
Bagaimanapun itu tindakan plagiarisme adalah suatu tindakan kejahatan. Karena
mengambil karya orang lain dan mengumumkannya kepada khalayak sebagai karya
sendiri.
Bagi orang yang membuat karya/tulisan tersebut hendaknya harus mengedepankan
kejujuran dan paham akan bagaimana caranya bisa terhindar dari tindakan plagiarisme
dan melakukan pengecekan atas suatu karya sebelum disebarluaskan. Maka dari itu
plagiarisme tidak akan pernah terjadi apabila bersikap jujur dan menghargai karya
orang lain. Jika membutuhkan referensi tinggal memasukan kutipan dengan
mencantumkan sumber terkait dengan sesuai aturan.

2. Dosen favorit UNPAR yang gemar menjiplak

Link : https://www.merdeka.com/peristiwa/5-kasus-plagiarisme-
yang-mengguncang-dunia-akademi.html
Yang terkena kasus : Banyu Perwita
Penjelasan : Dunia akademis Indonesia sempat heboh saat mantan guru
besar Universitas Katolik Parahyangan, Profesor Anak Agung Banyu Perwita,
ketahuan menjiplak tulisan yang nekat dia kirimkan ke surat kabar berbahasa Inggris.
Dosen favorit dengan catatan akademis cemerlang itu pun harus menyudahi karirnya
dengan cap plagiator.

Banyu tadinya adalah dosen favorit Jurusan Hubungan Internasional UNPAR.


Awalnya memang tidak ada yang tahu kalau profesor muda itu mulai bermain api
dengan menjiplak tulisan buat dikirimkan sebagai artikel opini di surat kabar The
Jakarta Post. Mungkin dia merasa tidak yakin dengan dirinya maka memutuskan
menjiplak. Atau bisa juga supaya terlihat keren dan prestise.

Tulisan Banyu berjudul, 'RI’s defense tranformation,' diterbitkan di The Jakarta Post,
14 Juni 2009. Setelah diamati baik-baik, ternyata Banyu diketahui menjiplak tulisan
karya Richard A. Bitzinger berjudul, 'Defense Transformation and The Asia Pacific:
Implication for regional Millitaries,' sudah terbitkan di jurnal Asia-Pacific Center for
The Security Studies Volume 3—Nomor 7, pada Oktober 2004.

Tak hanya itu, masih di surat kabar sama, artikel opini Banyu kembali terbit dengan
judul, 'RI as A New Middle Power.' Tetapi, ternyata lagi-lagi itu merupakan karya
plagiat dari tulisan seorang penulis asal Australia, Carl Ungerer, berjudul, 'The
Middle Power, Concept in Australia Foreign Policy,' dan telah dimuat di Australian
Journal of Politics and History Volume 53, pada 2007.
Konsekuensi : dipecat dengan tidak hormat
Pandangan : Dampak plagiarisme jika masih dalam lingkungan akademik,
instansi,masyarakat dan sebagainya adalah akan tersandung kasus hukum.
Bagaimanapun itu tindakan plagiarisme adalah suatu tindakan kejahatan. Karena
mengambil karya orang lain dan mengumumkannya kepada khalayak sebagai karya
sendiri.
Bagi orang yang membuat karya/tulisan tersebut hendaknya harus mengedepankan
kejujuran dan paham akan bagaimana caranya bisa terhindar dari tindakan plagiarisme
dan melakukan pengecekan atas suatu karya sebelum disebarluaskan. Maka dari itu
plagiarisme tidak akan pernah terjadi apabila bersikap jujur dan menghargai karya
orang lain. Jika membutuhkan referensi tinggal memasukan kutipan dengan
mencantumkan sumber terkait dengan sesuai aturan.

3. Doktor memble dari ITB

Link : https://www.merdeka.com/peristiwa/5-kasus-plagiarisme-
yang-mengguncang-dunia-akademi.html
Yang terkena kasus : Mochammad Zuliansyah
Penjelasan : Kisah kelam jiplak-menjiplak karya tulis juga pernah
menghampiri Institut Teknologi Bandung (ITB). Praktik plagiat di kampus yang
terkenal sebagai lumbung teknokrat Indonesia itu dilakukan oleh Mochammad
Zuliansyah. Dia saat itu sedang memburu titel doktor dengan menempuh pendidikan
di Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) angkatan 2003.

Guna meraih gelar doktor, Zuliansyah menulis disertasi berjudul "Model Topologi
Geometri Spasial 3 Dimensi." Sialnya, disertasi jiplakan itu malah telah disetujui pada
1 Agustus 2008, dan dia sempat dinyatakan lulus program Doktor.

Bodohnya, Zuliansyah malah nekat mengikutsertakan disertasi hasil mencontek itu


dalam acara Konferensi Internasional Cybernetics dan Sistem Intelejensia
perkumpulan Institut Insinyur Listrik dan Elektro (Institute Electrical and Electronics
Engineers-IEEE International Conference on Cybernetics and Intelligent Systems) di
Chengdu, China, pada 21 sampai 24 September 2008. Di ajang itulah aksi tipu-tipu
Zuliansyah terungkap.

Setelah dibaca dan diamati baik-baik, menurut panitia disertasi Zuliansyah terbukti
menjiplak. Bahkan kategorinya level 1 alias paling berat. Ternyata, pada 2000 tulisan
Zuliansyah itu sudah dipublikasikan oleh penulis aslinya. Ide itu tercantum dalam
disertasi Dr. Siyka Zlatanova dari Universitas Teknologi Graz, Austria, berjudul '3D
GIS for Urban Development.' Siyka mempresentasikan disertasinya pada the 11th
International Workshop on Database and Expert System application, DEXA 2000.

Menurut panitia, disertasi Zuliansyah sama persis dengan milik Siyka. Setelah kabar
itu sampai ke tanah air, maka gemparlah jagat akademisi. Masalahnya yang dihantam
perkara itu adalah ITB, yang puluhan tahun dianggap mencetak ilmuwan mumpuni.
Kepercayaan itu pun seketika sirna lantaran nila setitik.
Konsekuensi : meminta maaf kepada Siyka dan IEEE secara tertulis
Pandangan : Dampak plagiarisme jika masih dalam lingkungan akademik,
instansi,masyarakat dan sebagainya adalah akan tersandung kasus hukum.
Bagaimanapun itu tindakan plagiarisme adalah suatu tindakan kejahatan. Karena
mengambil karya orang lain dan mengumumkannya kepada khalayak sebagai karya
sendiri.
Bagi orang yang membuat karya/tulisan tersebut hendaknya harus mengedepankan
kejujuran dan paham akan bagaimana caranya bisa terhindar dari tindakan plagiarisme
dan melakukan pengecekan atas suatu karya sebelum disebarluaskan. Maka dari itu
plagiarisme tidak akan pernah terjadi apabila bersikap jujur dan menghargai karya
orang lain. Jika membutuhkan referensi tinggal memasukan kutipan dengan
mencantumkan sumber terkait dengan sesuai aturan.

4. Tulisan omong kosong Ipong

Link : https://www.merdeka.com/peristiwa/5-kasus-plagiarisme-
yang-mengguncang-dunia-akademi.html
Yang terkena kasus : Ipong S. Azhar
Penjelasan : Karir Ipong S. Azhar sebagai kolumnis di berbagai media
massa sempat menjulang. Tulisannya cukup populer dan kerap mejeng di halaman
surat kabar ternama.

Namun, gara-gara disertasinya ketahuan menjiplak, semua prestasi Ipong hilang


dalam sekejap. Disertasi Ipong guna meraih gelar doktor di Universitas Gadjah Mada
yang dibukukan dengan judul 'Radikalisme Petani Masa Orde Baru: Kasus Sengketa
Tanah Jenggawah pada pertengahan 1999,' adalah sumber masalahnya. Tak berapa
lama setelah diterbitkan, kebohongan Ipong mulai terungkap.

Seorang peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bernama Mochammad


Nurhasim langsung terkejut setelah membaca bab demi bab buku itu. Dia terperanjat
setelah mengetahu isi buku Ipong sama dengan skripsinya. Merasa tidak terima,
Nurchasim lantas melayangkan surat ke Senat UGM, sekaligus mengirim salinan
skripsinya. Dia juga membuat surat terbuka ke berbagai media massa.
Konsekuensi : gelar doktor kolumnis dicabut
Pandangan : Dampak plagiarisme jika masih dalam lingkungan akademik,
instansi,masyarakat dan sebagainya adalah akan tersandung kasus hukum.
Bagaimanapun itu tindakan plagiarisme adalah suatu tindakan kejahatan. Karena
mengambil karya orang lain dan mengumumkannya kepada khalayak sebagai karya
sendiri.
Bagi orang yang membuat karya/tulisan tersebut hendaknya harus mengedepankan
kejujuran dan paham akan bagaimana caranya bisa terhindar dari tindakan plagiarisme
dan melakukan pengecekan atas suatu karya sebelum disebarluaskan. Maka dari itu
plagiarisme tidak akan pernah terjadi apabila bersikap jujur dan menghargai karya
orang lain. Jika membutuhkan referensi tinggal memasukan kutipan dengan
mencantumkan sumber terkait dengan sesuai aturan.

5. Diduga plagiat, Anggito Abimanyu mundur dari UGM

Link : https://www.merdeka.com/peristiwa/5-kasus-plagiarisme-
yang-mengguncang-dunia-akademi.html
Yang terkena kasus : Anggito Abimanyu
Penjelasan : Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU)
Kementerian Agama, Anggito Abimanyu, dituding menjiplak tulisan karya orang lain.
Hal ini terkait tulisan Opini yang ditulis Anggito dalam harian Kompas pada Senin 10
Februari lalu.

Anggito dinilai telah menjiplak karya Hatbonar Sinaga yang sebenarnya juga pernah
dimuat di Kompas pada tahun 2006 lalu. Kasus dugaan penjiplakan ini ramai
dibicarakan di dunia maya. Mereka menggunjingkan kasus penjiplakan ini dan
menyayangkan jika seorang Anggito Anggito benar melakukannya.

Dalam kolom Opini Kompas Senin 10 Februari lalu, Anggito menulis Opini yang
diberi judul 'Gagasan Asuransi Bencana' Anggito menulis sebagai Dosen Fakultas
Ekonomika dan Bisnis UGM.

Dalam Opininya, Anggito mengangkat rencana Menteri Keuangan Chatib Basri


mewacanakan kembali perlunya asuransi bencana alam. Di empat paragraf pertama
tidak ada masalah dalam Opini tersebut.

Dugaan penjiplakan baru kentara di paragraf kelima yang diberi judul 'Bencana dan
regulasi bencana'. Di Bab ini lah yang kemudian kontroversi.

Di bab tersebut, Anggito menuliskan, "Dalam The 100 Greatest Disasters of All Time
karya Stephen J Spignesi, dua bencana di Indonesia berada di peringkat ke-22 dan ke-
30. Pertama, letusan Gunung Tambora di Sumbawa (1815) yang merenggut 150.000
jiwa dan menurunkan suhu bumi. Kedua, letusan Gunung Krakatau (1883) yang
menelan 36.000 nyawa. Jika buku itu disusun setelah tsunami Aceh, bencana yang
merenggut nyawa sekitar 300.000 jiwa itu akan bertengger di posisi ke-18,"

Hal ini hampir persis dengan apa yang pernah di tulis oleh Hatbonar Sinaga di
Kompas, 21 Juli 2006 lalu. Di paragraf awalnya, Hatbonar menuliskan:

"Dalam buku The 100 Greatest Disasters of All Time karya Stephen J Spignesi, dua
bencana di Indonesia masuk peringkat ke-22 dan 30. Letusan Gunung Tambora di
Sumbawa tahun 1815 merenggut 150.000 jiwa dan menurunkan suhu Bumi. Adapun
letusan Gunung Krakatau tahun 1883 menelan 36.000 nyawa. Jika buku tersebut
disusun setelah tsunami Aceh, bencana yang merenggut nyawa sekitar 300.000 jiwa
itu akan bertengger di posisi 18."

Begitu juga seterusnya. Banyak kalimat yang persis di Opini Hatbonar ada di Opini
Anggito pada Senin kemarin. Indikasi bahwa Anggito melakukan penjiplakan pun
merebak. Tak lama berselang, Anggito akhirnya menyatakan mundur sebagai dosen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM). Pengunduran diri ini
kabarnya terkait dengan praktik penjiplakan pada tulisannya 'Gagasan Asuransi
Bencana' itu.
"Demi mempertahankan kredibilitas UGM sebagai universitas dengan komitmen pada
nilai-nilai kejujuran, integritas dan tanggung jawab akademik, saya, Anggito
Abimanyu , telah menyampaikan permohonan pengunduran diri sebagai dosen UGM
kepada Rektor UGM," kata Anggito dalam pernyataan persnya di Kampus UGM,
Yogyakarta, kemarin.

Mesk demikian, Anggito enggan mengakui telah menjiplak karya orang lain. Namun,
dia berdalih mengatakan, 'telah terjadi kesalahan pengutipan referensi dalam sebuah
folder di komputer pribadi yang belakangan diketahui merupakan kertas kerja yang
ditulis oleh Hotbonar Sinaga dan Munawar Kasan.'

Atas kejadian itu, Anggito menyatakan menyesal dan meminta maaf yang sebesar-
besarnya kepada rektor dan civitas akademika UGM, dekan dan para dosen FEB
UGM, mahasiswa dan alumni UGM, surat kabar Kompas.

"Dan pihak-pihak lain yang merasa dirugikan dengan adanya tulisan saya tersebut,
khususnya saudara Hotbonar Sinaga dan Munawar Kasan," ujar Anggito.

Meski demikian, UGM sebagai lembaga pendidikan tak tinggal diam. Kasus dugaan
plagiat dilakukan Anggito Abimanyu tetap akan dibawa ke Dewan Etik, kendati dosen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM) itu sudah
mengundurkan diri. Pihak UGM akan menelaah tulisan Anggito berjudul 'Gagasan
Asuransi Bencana' itu.

"Nanti prosesnya akan dilakukan di senat, lalu ke dewan etik, ke senat lagi, baru nanti
diputuskan rektor," kata Pratikno kemarin.
Konsekuensi : pengunduran diri sebagai dosen
Pandangan : Dampak plagiarisme jika masih dalam lingkungan akademik,
instansi,masyarakat dan sebagainya adalah akan tersandung kasus hukum.
Bagaimanapun itu tindakan plagiarisme adalah suatu tindakan kejahatan. Karena
mengambil karya orang lain dan mengumumkannya kepada khalayak sebagai karya
sendiri.
Bagi orang yang membuat karya/tulisan tersebut hendaknya harus mengedepankan
kejujuran dan paham akan bagaimana caranya bisa terhindar dari tindakan plagiarisme
dan melakukan pengecekan atas suatu karya sebelum disebarluaskan. Maka dari itu
plagiarisme tidak akan pernah terjadi apabila bersikap jujur dan menghargai karya
orang lain. Jika membutuhkan referensi tinggal memasukan kutipan dengan
mencantumkan sumber terkait dengan sesuai aturan.

Anda mungkin juga menyukai