Anda di halaman 1dari 2

Rangkuman artikel “Plagiat, Apa Pandangan Ulama” yang diakses pada Replubika.co.

id

Seorang pakar suatu bidang tertentu atau pejabat negara memiliki kewajiban untuk menerbitkan sebuah karya tulis
secara rutin. Karya tulis mereka dapat berbentuk jurnal ataupun sekedar tulisan untuk kolom media massa. Namun
akibat tuntutan hidup yang membuat seseorang di era sekarang susah untuk mendapat waktu luang, tidak terkecuali
seorang pakar/pejabat negara, membuat sikap plagiatisme menjadi jawaban untuk persoalan tuntutan meghasilkan
karya tulis.

Sesungguhnya plagiatisme adalah suatu tindakan yang bertentangan dengan agama, lebih lagi jika dilihat dalam
kacamata agama islam. Hal itu dikarenakan plagiatisme sama seperti sebuah tindakan pencurian, lebih mengerucut
lagi pencurian terhadap hak kekayan individual. MUI (Majelis Ulama Indonesia) mendefinisikan plagiatisme
merupakan bentuk pelanggaran hak dan hal itu adalah sebuah kezaliman. MUI menetapkan seperti itu dengan
berlandaskan beberapa ayat dari Alquran dan Hadist.

Cendekiawan sekaligus ulama muslim Suriah bernama Wahbah al-Zuhaili dalam karyanya yang berjudul Fiqh al-islami
wa Adillatuhu mengatakan plagiatisme adalah sikap menzalimi pengarang dan pelaku harus dikenakan ganti rugi.
Sedangkan pandangan ulama dalam negeri yang berada dalam organisasi NU (Nadlatul Ulama) menyatakan haram
untuk segala pencurian karya tulis, kecuali sudah terjadi kesepakatan dengan pemilik tulisan.

Link aritkel : https://republika.co.id/berita/dunia-islam/fatwa/16/10/17/of6nqj313-plagiat-apa-pandangan-ulama

Permendiknas no 17 tahun 2010

Peraturan yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan Nasional ini mengatur tentang pencegahan dan
penanggulangan plagiat di perguruan tinggi. Peraturan ini terdiri dari 8 bab dan 15 pasal.

Bab 1 pasal 1 berisi definisi subyek,obyek, dan keterangan lain yang bersifat umum. Bab 2 Pasal 2 & 3 menerangkan
bentuk-bentuk plagiat dalam ranah akademik dan pelaku plagiat yang disebut plagiator. Bab 3 Pasal 4 & 5
menerangkan tempat dan waktu. Bab 4 Pasal 6 sampai 9 menerangkan tentang pencegahan tindakan plagiasi melalui
pengawasan yang dilakukan oleh perguruan tinggi, pernyataan penulis pada karyanya, dan peraturan lingkup kampus
yang telah dibuat. Pada bab ini juga mengatur prosedural kelayakan karya ilmiah untuk kenaikan jabatan akademik.
Bab 5 Pasal 10 & 11 menerangkan tentang langkah-langkah yang ditempuh kampus apabila terjadi indikasi plagiat.
Bab 6 Pasal 12 sampai 13 mengatur sanksi yang didapat oleh plagiator. Bab 7 Pasal 14 menerangkan tentang
bagaimana pemulihan nama baik pelaku yang terduga plagiat itu tidak terbukti dan Bab 8 Pasal 15 berisi penutup.

Pedoman Kaidah Integritas 2019 (12 slide)

Pedoman Kaidah Integritas 2019 yang disusun oleh RISTEKDIKTI ini dibentuk dalam model presentasi yang terdiri dari
12 slide.

Slide 1 dan 2 adalah pembukaan. Slide selanjutnya berisikan rekam jejak dari tahun 1999-2016 yang menjelaskan
upaya pemerintah untuk menumpas plagiasi di perguruan tinggi dengan mengeluarkan aturan-aturan. Slide 4
ditampilkan mindmap yang diberi judul akronim PAKTA (Prevensi, Asesmen, Kurasi, dan Taksonomi).

Slide 5-8 menerangkan jenis pelanggaran yang bisa mengurangi nilai integritas akademik. Terdapat enam jenis
pelanggaran dan bagi yang melanggar akan dikenakan poin hukuman. Dijelaskan juga apa saja faktor-faktor yang
berasal dari luar (tidak berasal dari dalam sebuah karya tulis) yang dianggap sebagai pelanggaran dan bisa menambah
poin. Pelanggar dikategori menjadi dua, yaitu belum terdidik dan sudah terdidik dengan batas poin maksimal 600
poin. Disertakan sebuah contoh kasus pelanggaran dan analisa pemberian poinnya. Slide 5-8 diperuntukan untuk
seorang yang sedang menempuh studi S1.

Slide 9-11 menerangkan tentang pelanggaran dan sanksi yang dikenakan kepada dosen pembimbing dalam
penyusunan karya tulis akadmeik mahasiswanya. Sanksi tersebut akan diafiliasi dengan poin pelanggaran juga yang
akan diberikan kepada dosen. Kategori pelanggaran yang dilakukan berasal dari ringan hingga berat, dengan sanksi
berupa teguran hingga pemberhentian jabatan.

Slide 12 menjelaskan tentang ANJANI yaitu sistem nasional terpadu yang digunakan sebagai implementasi layanan
informasi dari pedoman kaidah integritas 2019. Harapannya sistem ini menjadi acuan seluruh civitas akademik
seluruh indonesia perihal keetisan dalam membuat sebuah karya tulis dan usaha preventif pemerintah unruk
menanggulangi masalah plagiasi.

Rangkuman berita “Rektor Unnes Polisikan Pelapor Dugaan Plagiat Disertasinya di UGM” yang diakses di Tirto.id

Awal tahun 2020, terjadi polemik di dunia perguruan tinggi di Indonesia. Polemik tersebut ialah laporan dugaan
plagiasi disertasi yang dilakukan oleh Rektor Universitas Negeri Semarang (Unnes) Fathur Rokhman tatkala masih
menempuh studi doktoral di UGM. Pelapor dalam hal ini adalah seorang yang bernama Yunanto.

Fathur Rokhman juga melaporkan Yunanto ke Polda Jateng atas tuduhan pencemaran nama baik. Pasal yang
dikenakan pada kasus ini adalah Pasal 317 KUHP tentang pengaduan fitnah dan 310 KUHP tentang pencemaran nama
baik. Sedangkan dari pihak UGM, berterimakasih atas aduan Yunanto sebagai klien. UGM memberi tanggapan bahwa
apa yang telah dilakukan klien nya ini adalah bentuk kepeduliannya dan bukan bertujuan mencemarkan nama baik
salah satu pihak.

Link berita : https://tirto.id/rektor-unnes-polisikan-pelapor-dugaan-plagiat-disertasinya-di-ugm-eBCr

Anda mungkin juga menyukai