PENDAHULUAN
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Definisi Plagiarisme
b. Jenis-Jenis Plagiarisme di Bidang Akademik
c. Kasus Plagiarisme di Bidang Akademik
d. Dampak sosial plagiarisme
e. Penanganan dan penanggulangan plagiarisme
1.3 TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk:
a. Menyadarkan masyarakat pada umumnya dan civitas akademika khususnya mengenai
dampak buruk plagiarism
b. Memberikan informasi mengenai contoh kasus plagiarisme akademik di Indonesia
c. Memberikan informasi mengenai cara menanggulangi plagiarisme akademik
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 DEFINISI
Plagiarisme dalam bidang akademis, sebagaimana dikutip dari Bobby Elliot , dapat
diartikan sebagai tindakan menggunakan sebagian atau keseluruhan hasil karya orang lain
(baik berupa tulisan, produk, ataupun ide tanpa mencantumkan sumber naskah asli, dengan
maksud menjadikannya seolah hasil karya sendiri. Lebih jelasnya, plagiarisme adalah
tindakan pencurian intelektual milik orang lain, termasuk di dalamnya pencurian terhadap ide
dan konsep tak tertulis, catatan,data komputer, desain, dan bahan tertulis lainnya.
Menurut Adimihardja (2005), plagiarisme adalah pencurian dan penggunaan gagasan
atau tulisan orang lain (tanpa cara-cara yang sah) dan diakui sebagai miliknya
sendiri. Plagiarisme juga didefinisikan sebagai kegiatan dengan sengaja menyalin pemikiran
atau kerja orang laintanpa cara-cara yang sah (Adimihardja, 2002). Pelaku plagiarisme
dikenal juga dengan sebutan plagiat (Rosyidi, 2007).
3
c. Melakukan kutipan tak langsung dari pendapat atau pernyataan orang lain secara
tertulis tanpa melakukan refrase (parafrase).
d. Mengutip tabel dan gambar tanpa menyebutkan sumbernya.
e. Dua tulisan berjudul dan berisi sama, maka yang keluar belakangan merupakan
hasil plagiat.
f. Menyalin seluruh hasil karya orang lain, dan salinan itu diakui sebagai tulisan sendiri
walaupun pemilik karya tulis mengizinkan secara tulus. Hasil karya yang
dimaksudkan meliputi yang dipublikasi (buku, artikel dalam jurnal/prosiding/majalah)
dan yang tidak dipublikasi (makalah untuk seminar, laporan penelitian, skripsi, tesis,
disertasi, diktat, bukuajar).
g. Tulisan mahasiswa yang dipublikasi tanpa menuliskan nama mahasiswa sebagai
penulis pertama.
h. Penulis yang dengan sengaja mengirimkan tulisan berjudul sama pada dua jurnal atau
lebih.
i. Menerjemahkan suatu tulisan orang lain dan menulis dirinya sebagai penulis.
j. Tulisan orang lain yang dimodifikasi baik organisasi maupun frasenya tanpa
mencantumkan nama penulis aslinya.
4
Childers The Wings of Morning dalam bukunya The Wild Blue Setelah ia mengakui
plagiarisme ini, New York Times menemukan kasus-kasus plagiarisme lain.
5
Februari 2010. Dalam keterangan disebutkan,artikel berjudul RI as a New Middle Power
yang dimuat 12 November 2009, ternyata miripdengan karya Ungerer yang berjudul The
Middle Power, Concept in Australia Foreign Policy Karya Ungerer ini telah lebih dulu
dimuat di Australian Journal of Politics and History, volume53 (Kompas, 10 Februari 2010).
AABP, yang merupakan doktor termuda di jurusan Hubungan Internasional, dikenai sanksi
pemberhentian dari aktivitas akademis pada universitas yang bersangkutan.
6
g. Tekanan yang berlebihan dari orang tua, teman, atau tenaga pendidik
untuk mendapatkan nilai yang sempurna
Plagiarisme juga didorong oleh tekanan di luar diri mahasiswa seperti orang tua,
teman sebaya atau dosen sekalipun. Hal ini biasanya disebabkan harapan yang terlalu tinggi
yang diajukan oleh orang di luar si mahasiswa.
h. Buruknya keterampilan manajemen waktu mahasiswa
Mahasiswa melakukan plagiarisme ketika waktu tenggat pengumpulan karya ilmiah
sudah kasip. Plagiarisme menjadi jalan pintas yang paling sempurna untuk menyelesaikan
tugas dalam waktu yang cepat.
i. Kurangnya pemahaman dan pendalaman mahasiswa mengenai materi yang akan
ditulis
Mahasiswa tidak paham materi yang dipelajari, sehingga ketika mereka ditugaskan
melakukan tugas akhir, mereka memilih untuk menjadi plagiat.
j. Minimnya sanksi hukum dari pihak yang berwenang
Plagiarisme, layaknya rumput liar, jika tidak dipangkas secara berkala oleh pihak
yang berwenang akan terus bermunculan. Sebaliknya, praktik plagiarisme yang tidak dikenai
sanksi merenggangkan tali hukum dan membuat masyarakat berpikir plagiarisme boleh dan
sah saja untuk dilakukan oleh siapapun.
7
Agar dapat menghasilkan karya ilmiah yang baik, diperlukan kerja keras dan
ketekunan. Selain itu, untuk dapat memberi pertanggungjawaban keilmuan, seseorang harus
bersifat jujur dan menyertakan sumber ilham karya mereka sebagai bentuk penghargaan
terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri. Plagiarisme menghapus rambu-rambu moralitas
tersebut diatas karena hanya dengan tindakan copy dan paste seseorang dapat mengklaim
karya orang lain sebagai milik sendiri, dengan artian bertindak tidak jujur dan tidak
menghargai kerja keras orang lain (pemilik naskah asli) yang mungkin telah menghadapi
berbagai macam hambatan demi menghasilkan karyanya tersebut.
d. Merusak nama baik bangsa, institusi pendidikan dan pribadi plagiator
Kasus plagiarisme yang terkuak di mata masyarakat dapat merusak citra dan reputasi insitusi
yang menaungi plagiator, baik itu atas nama warga negara plagiator ataupun lembaga lain
yang berhubungan dengan plagiator. Sebagai akibatnya, pelaku plagiarisme kehilangan
kredibilitasnya sebagai intelektual dan berkemungkinan tidak diberi kepercayaan untuk
bekerja pada institusi lain yang serupa, apakah itu universitas, perusahaan, dan
lembaga lainnya.
e. Plagiarisme menghasilkan generasi copy-paste secara massal
Karya ilmiah yang otentik merupakan lambang kualitas intelektual sebuah bangsa.
Sebaliknya, jika budaya menjiplak masih tetap bercokol dalam diri sebagian
besar mahasiswa, maka generasi selanjutnya yang lahir adalah generasi yang memiliki
kualitas berpikir kritis yang rendah, yang juga melambangkan rendahnya
kualitas pembangunan negara yang bersangkutan.
8
tindakan plagiarisme setidaknya dapat diminimalisir dan tidak dipublikasikan
ke khalayak ramai.
c. Memberikan sanksi yang tegas dan jelas terhadap pelaku plagiarisme
Sanksi yang tegas membuat masyarakat secara umum dan mahasiswa khususnya
merasa enggan untuk melakukan plagiarisme. Sanksi tersebut dapat berupa hukuman pidana
dan perdata serta pemberhentian aktivitas pelaku di lingkungan pendidikan sehingga
menimbulkan efek jera terhadap pelaku.
d. Membangun bank data jurnal penelitian di setiap lembaga pendidikan
Bank data yang akurat memudahkan praktisi akademis untuk mengecek apakah karya
ilmiah yang diajukan mahasiswa adalah hasil plagiarisme atau tidak. Bagi mahasiswa, bank
data berfungsi sebagai tempat pengecekan ulang apakah karya ilmiah yang sedang dibuat
telah lebih dahulu diajukan orang lain sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
plagiarisme secara tidak sengaja.
e. Menggunakan software anti plagiarisme
Software anti plagiarisme merupakan solusi paling ampuh untuk mengatasi
plagiarisme. Terdapat dua jenis software antiplagiarisme, yaitu Turnitin dan Viper.
a. Turnitin
Turnitin merupakan software buatan Amerika Serikat yang banyak
digunakan di universitas terkemuka di seluruh dunia. Cara kerja software ini
adalah,dengan menggunakan database online yang dimilikinya dari ratusan ribu
hingga jutaan data karya ilmiah dari berbagai penjuru dunia, dapat dideteksi
seberapa besar tingkat kemiripan dengan karya milik orang lain hanya
dalam beberapa jam. Sayangnya, harga software ini sangat mahal dan software
inihanya bisa bekerja secara optimal pada karya ilmiah berbahasa Inggris saja.
b .Viper2
Software ini memiliki keunggulan berupa fasilitas gratis. Viper juga
merupakan software mudah dioperasikan. Hanya dengan menginstall,registrasi
website melalui internet dan tetap terhubung dengan koneksi internet selama
menggunakan software, Verper yang memiliki database sebanyak 10 miliar
sumber mampu melakukan pengecekan silang dengan input karya ilmiah. Namun,
dibandingkan dengan Turnitin yang mampu menjangkau semua database jurnal
berbayar layaknya IEEE dan Elsevier, Viper hanya mampu mencapai file pada
data Open Journal yang tidak berbayar seperti Scribd dan lainnya
9
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Saat ini plagiarisme sudah menjangkiti kalangan civitas akademika yang
seharusnyamenjadi agen pembuat perubahan (agent of change). Di Indonesia,
tindak plagiarisme mewabah dan tidak sepenuhnya diberi sanksi oleh pihak yang berwenang.
Padahal di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Singapura, tindakan menjiplak
dikenai sanksi hukum dan moral yang keras, sehingga tingkat plagiarisme termasuk rendah di
negara tersebut.
Plagiarisme pada dasarnya disebabkan oleh kurang kuatnya pemahaman civitas
akademika mengenai plagiarisme serta kurangnya itikad baik dari lembaga pendidikan dan
pemerintah untuk memberikan sanksi yang tegas bagi pelaku plagiarisme. Sebagai akibatnya,
praktik plagiarisme dianggap biasa terjadi di lingkungan pendidikan. Hal ini berakibat
langsung pada pola pikir generasi selanjutnya yang malas berpikir dan kehilangan
daya berpikir kritis. Sebagai akibat lebih lanjut, plagiarisme mengurangi kualitas produk
pembangunan sebuah Negara layaknya tindakan parasitisme tumbuhan benalu pada
tumbuhan induk.
3.2 SARAN
Penulis menyarankan adanya undang-undang pengawasan yang ketat mengenai
tindakan plagiarisme ini dalam UU, Peraturan Pemerintah, ataupun Peraturan Daerah yang
berhubungan dengan pelaksanaan pendidikan. Di samping itu, lembaga pendidikan
disarankan untuk memberikan penyuluhan mengenai plagiarisme di bidang akademik pada
awal perkuliahan, baik itu melalui seminar ataupun dalam bentuk mata kuliah tersendiri.
Sehingga mahasiswa dan civitas akademika lainnya mengerti apa itu plagiarisme dan dampak
buruk yang ditimbulkannya.
10
DAFTAR PUSTAKA
http://amirahkaca.wordpress.com/2010/07/30/plagiarism-is-not-wayout/ diakses pada tanggal
13 Maret 2019
http://chodijah-pendidikan.blogspot.com/2010/06/penyebab-plagiarisme-dikalangan.html/
diakses pada tanggal 13 Maret 2019
http://ditowisnu.wordpress.com/2010/04/29/plagiarisme-dalam-dunia-pendidikan/ diakses
pada tanggal 13 Maret 2019
http://edukasi.kompasiana.com/2010/04/07/plagiarisme-kejahatan-akademia/
http://erywijaya.wordpress.com/2010/04/16/plagiarisme-dan-solusi-pencegahannya/diakses
pada tanggal 13 Maret 2019
http://harianjoglosemar.com/berita/plagiarisme-dunia-akademik-9719.html/ diakses pada tang
gal 13 Maret 2019
11