Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tidak hanya industri musik, dunia pendidikan juga tidak terlepas dari tindakan
plagiarisme. Baik mahasiswa maupun dosen tidak ketinggalan dalam melakukan aksi
plagiarisme. Alasan mereka melakukan hal itu pada dasarnya serupa, yaitu karena
plagiarisme memberikan kesempatan untuk menyelesaikan persyaratan akademis, terutama
yang berkaitan dengan nilai,dengan cepat dan mudah. Namun lebih ironisnya, mahasiswa
yang melakukan tindakan plagiarisme mendapatkan nilai yang lebih tinggi dari yang
seharusnya mereka dapatkan.Beberapa diantaranya bahkan mendapatkan nilai akademis yang
lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang meneliti dan menulis sendiri tugas mereka.
Sebagian dari mahasiswa pelaku plagiarisme mengaku tidak menyadari bahwa mereka telah
melakukan plagiarisme. Namun kasus yang belakangan terungkap, ternyata tidak hanya
mahasiswa yang melakukan plagiarisme, dosen dengan strata pendidikan doktoral pada
universitas terkenal di pulau Jawa pun terungkap melakukan plagiarisme pada sebuah media
cetak nasional, yang berujung pada pencabutan status mengajar dosen yang
bersangkutan.Apalagi dengan kemudahan akses jaringan internet yang sekarang mampu
mencapai semua lapisan masyarakat di Indonesia.
Penggunaan internet dan teknologi komputer memudahkan pengguna komputer untuk
menjiplak atau mengcopy-  paste karangan orang lain tanpa sepengetahuan si penulis.
Berbeda dengan dahulu, dimana untuk mendapatkan sumber bacaan,seseorang harus mencari
bahan di perpustakaan atau sumber lainnya, yang memperkecil kemungkinan
untuk melakukan plagiarisme. Lebih lanjut, masalah plagiarisme ternyata tidak hanya
menjangkiti negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Beberapa kasus terakhir
bahkan dijumpai di negara maju seperti Amerika Serikat. Bedanya, negara maju menetapkan
sanksi yang tidak main-main dengan plagiarisme, di saat Indonesia masih terkesan malu-malu
untuk menjatuhkan sanksi tegas.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Definisi Plagiarisme
b. Jenis-Jenis Plagiarisme di Bidang Akademik 
c. Kasus Plagiarisme di Bidang Akademik
d. Dampak sosial plagiarisme
e. Penanganan dan penanggulangan plagiarisme

1.3 TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk:
a. Menyadarkan masyarakat pada umumnya dan civitas akademika khususnya mengenai
dampak buruk plagiarism
b. Memberikan informasi mengenai contoh kasus plagiarisme akademik di Indonesia
c. Memberikan informasi mengenai cara menanggulangi plagiarisme akademik

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 DEFINISI
Plagiarisme dalam bidang akademis, sebagaimana dikutip dari Bobby Elliot , dapat
diartikan sebagai tindakan menggunakan sebagian atau keseluruhan hasil karya orang lain
(baik berupa tulisan, produk, ataupun ide tanpa mencantumkan sumber naskah asli, dengan
maksud menjadikannya seolah hasil karya sendiri. Lebih jelasnya, plagiarisme adalah
tindakan pencurian intelektual milik orang lain, termasuk di dalamnya pencurian terhadap ide
dan konsep tak tertulis, catatan,data komputer, desain, dan bahan tertulis lainnya.
Menurut Adimihardja (2005), plagiarisme adalah pencurian dan penggunaan gagasan
atau tulisan orang lain (tanpa cara-cara yang sah) dan diakui sebagai miliknya
sendiri. Plagiarisme juga didefinisikan sebagai kegiatan dengan sengaja menyalin pemikiran
atau kerja orang laintanpa cara-cara yang sah (Adimihardja, 2002). Pelaku plagiarisme
dikenal juga dengan sebutan plagiat (Rosyidi, 2007).

2.2 JENIS-JENIS PLAGIARISME DI BIDANG AKADEMIK 


Secara garis besar, tindakan yang termasuk plagiarisme akademis antara
lain (Rosyidi,2007):
a. Menyalin tulisan orang lain mentah-mentah, tanpa memberikan penjelasan bahwa
tulisan tersebut diambil dari tulisan lain dan/atau tanpa menyebutkan sumbernya, 
b. Mengambil gagasan orang lain tanpa memberikan keterangan yang cukup tentang
sumber gagasan tersebut. 
Menurut Adimihardja (2005) terdapat banyak sekali jenis plagiarisme, antara lain
sebagai berikut:
a. Mengutip atau mengulang gagasan orang lain dalam suatu percakapan tanpa
merujuk kepada yang mempunyai gagasan, tanpa memberi penghargaan atau ucapan
terima kasih kepada yang mempunyai gagasan tersebut. Mencuri gagasan orang lain
dalam suatu percakapan kemudian menuliskannya tanpa izin sah dari yang
mempunyai gagasan tersebut termasuk plagiarisme; dan ini merupakan kesalahan
ilmiah. 
b. Semua pendapat atau pernyataan orang lain secara tertulis yang dikutip
tanpa memberi penghargaan kepada yang punya pendapat melalui catatan kaki atau
daftar pustaka.

3
c. Melakukan kutipan tak langsung dari pendapat atau pernyataan orang lain secara
tertulis tanpa melakukan refrase (parafrase).
d. Mengutip tabel dan gambar tanpa menyebutkan sumbernya.
e. Dua tulisan berjudul dan berisi sama, maka yang keluar belakangan merupakan
hasil plagiat.
f. Menyalin seluruh hasil karya orang lain, dan salinan itu diakui sebagai tulisan sendiri
walaupun pemilik karya tulis mengizinkan secara tulus. Hasil karya yang
dimaksudkan meliputi yang dipublikasi (buku, artikel dalam jurnal/prosiding/majalah)
dan yang tidak dipublikasi (makalah untuk seminar, laporan penelitian, skripsi, tesis,
disertasi, diktat, bukuajar).
g. Tulisan mahasiswa yang dipublikasi tanpa menuliskan nama mahasiswa sebagai
penulis pertama.
h. Penulis yang dengan sengaja mengirimkan tulisan berjudul sama pada dua jurnal atau
lebih.
i. Menerjemahkan suatu tulisan orang lain dan menulis dirinya sebagai penulis. 
j. Tulisan orang lain yang dimodifikasi baik organisasi maupun frasenya tanpa
mencantumkan nama penulis aslinya.

2.3 KASUS PLAGIARISME DI BIDANG AKADEMIK 


Plagiarisme di bidang akademik terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk
Indonesia.Kasus-kasus yang tercantum di bawah ini merupakan beberapa kasus yang masuk
ke ruang pengadilan dan menjadi berita hangat di media.
a. Kasus James A Mackay
  James A. Mackay, seorang ahli sejarah Skotlandia,dipaksa menarik kembali semua
buku biografi Alexander Graham Bell yang ditulisnya pada1998 karena ia menyalin dari
sebuah buku dari tahun 1973. Ia juga dituduh memplagiat biografi Mary Queen of
Scots,Andrew Carnegie,dan Sir William Wallace. Pada tahun 1999, ia harus menarik biografi
John Paul Jones yang ditulis olehnya dengan alasan yang sama.

b. Kasus Stephen Ambrose


Ahli sejarah Amerika Serikat,Stephen Ambrose, dikritik karena
menjiplak sebagian besar kalimat dalam buku karangannya dari karya penulis-penulis lain. Ia
dituduh pertama kali pada tahun 2002 oleh dua penulis karena menyalin sebagian tulisan
mengenai pilot-pilot pesawat pembom dalam Perang Dunia II dari buku karya Thomas

4
Childers The Wings of Morning dalam bukunya The Wild Blue Setelah ia mengakui
plagiarisme ini, New York Times menemukan kasus-kasus plagiarisme lain.

c. Kasus Doris Kearns Goodwin


Penulis berkewarganegaraan Amerika Serikat Doris Kearns Goodwin
mewawancarai penulis Lynne McTaggart dalam bukunya dari tahun 1987, The Fitzgeralds and
the Kennedys dan ia menggunakan beberapa kalimat dari buku McTaggart mengenai
Kathleen Kennedy. Pada 2002, ketika kemiripan ini ditemukan, Goodwin mengatakan bahwa
ia mengira bahwa rujukan tidak perlu kutipan, dan bahwa ia telah memberikan catatan kaki.
Banyak orang meragukannya,dan ia dipaksa mengundurkan diri dari daftar calon penerima
Pulitzer Prize.

d. Kasus Dǎnuţ Marcu


Ahli matematika dan komputer berkebangsaan Rumania, Dǎnuţ Marcu, mengaku
telah menerbitkan lebih dari 378 tulisan dalam berbagai terbitan ilmiah. Sejumlah tulisannya
ditemukan sebagai tiruan dari tulisan orang lain.

e.Kasus Ward Churchill


Sebuah komite penyelidikan University of Colorado menemukan bahwa seorang
profesor dalam bidang studi etnis bernama Ward Churchill telah melakukan
sejumlah plagiarisme, penjiplakan, dan pemalsuan. Kanselir universitas tersebut
mengusulkan Churchill dipecat dari Board of Regents.

f. Kasus Jimmy Carter


Mantan Presiden Amerika Serikat Jimmy Carter dituduh oleh seorang mantan
diplomat Timur Tengah Dennis Ross telah menerbitkan peta-peta Ross dalam buku Carter 
Palestine: Peace, Not Apartheid tanpa ijin atau menyertakan sumber.
g. Kasus Dr Anak Agung Banyu Perwita (AABP)
Guru Besar Jurusan Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan,
Bandung,Dr Anak Agung Banyu Perwita (AABP) dituding telah menjiplak karya Carl
Ungerer, seorang penulis jurnal asal Australia. AABP, yang juga kolumnis harian Kompas
dan The Jakarta Postini, setidaknya telah melakukan enam kali plagiarisme dan mengutip
tanpa menyebutkan referensi. Kabar tentang plagiarisme ini terkuak dari
keterangan (disclaimer) editorial kolomopini The Jakarta Post yang dimuat pada tanggal 4

5
Februari 2010. Dalam keterangan disebutkan,artikel berjudul RI as a New Middle Power 
yang dimuat 12 November 2009, ternyata miripdengan karya Ungerer yang berjudul The
Middle Power, Concept in Australia Foreign Policy Karya Ungerer ini telah lebih dulu
dimuat di Australian Journal of Politics and History, volume53 (Kompas, 10 Februari 2010).
AABP, yang merupakan doktor termuda di jurusan Hubungan Internasional, dikenai sanksi
pemberhentian dari aktivitas akademis pada universitas yang bersangkutan.

2.4 PENYEBAB PLAGIARISME AKADEMIS


Plagiarisme di kalangan pendidikan terjadi karena hal-hal berikut ini:
a. Kemajuan Teknologi Informasi
Teknologi informasi, terutama yang berhubungan dengan internet, memberi
akses bagimahasiswa untuk mengcopy- paste karya orang lain tanpa sepengetahuan si
penulis.
b. Kurangnya keterampilan mahasiswa dalam menulis karya ilmiah
Kebanyakan mahasiswa tidak memahami bagaimana cara melakukan
tinjauankepustakaan dengan baik dan benar, mencari jurnal sumber yang sesuai atau
mencarireferensi lainnya.
c. Ketidakmampuan dalam memilah sumber-sumber dari Internet
Sebagian besar mahasiswa tidak mengetahui bagaimana cara memilah
bahan sumber dari internet. Hal ini berakibat pada proses penelitian dan karya tulis
mahasiswa. Padahal internet sama sekali tidak memiliki quality control  yang dapat
mempertanggungjawabkan apakah keabsahan sumber informasi.
d. Salah pengertian antara plagiarisme dan parafrase
Plagiarisme terjadi ketika mahasiswa diharuskan mengartikan kosakata dan bahasa
teknis yang tidak familiar di telinga mereka. Sebagai akibatnya, sumber yang seharusnya
difrasa-ulangkan malah diplagiat. Plagiarisme jenis ini juga disebut tindakan plagiarisme
secara tidak sengaja (accidental plagiarism).
e. Salah pengertian mengenai terminologi bahasa
Sebagian besar mahasiswa kurang memahami perbedaan antara essai dengan laporan,
eksposisi dengan argumentasi,ataupun tema dan tesis. Akibatnya, mahasiswa kebingungan
dalam menyelesaikan karya ilmiah mereka dan memilih untuk melakukan plagiarisme.
f. Proses pengutipan yang tidak lengkap
Hal ini biasanya terjadi pada mahasiswa tingkat awal yang baru pertama kali menulis
karya ilmiah.

6
g. Tekanan yang berlebihan dari orang tua, teman, atau tenaga pendidik
untuk mendapatkan nilai yang sempurna
Plagiarisme juga didorong oleh tekanan di luar diri mahasiswa seperti orang tua,
teman sebaya atau dosen sekalipun. Hal ini biasanya disebabkan harapan yang terlalu tinggi
yang diajukan oleh orang di luar si mahasiswa.
h. Buruknya keterampilan manajemen waktu mahasiswa
Mahasiswa melakukan plagiarisme ketika waktu tenggat pengumpulan karya ilmiah
sudah kasip. Plagiarisme menjadi jalan pintas yang paling sempurna untuk menyelesaikan
tugas dalam waktu yang cepat.
i. Kurangnya pemahaman dan pendalaman mahasiswa mengenai materi yang akan
ditulis
Mahasiswa tidak paham materi yang dipelajari, sehingga ketika mereka ditugaskan
melakukan tugas akhir, mereka memilih untuk menjadi plagiat.
j. Minimnya sanksi hukum dari pihak yang berwenang
Plagiarisme, layaknya rumput liar, jika tidak dipangkas secara berkala oleh pihak
yang berwenang akan terus bermunculan. Sebaliknya, praktik plagiarisme yang tidak dikenai
sanksi merenggangkan tali hukum dan membuat masyarakat berpikir plagiarisme boleh dan
sah saja untuk dilakukan oleh siapapun.

2.5 DAMPAK SOSIAL PLAGIARISME AKADEMIS


Dampak sosial plagiarisme akademis tidak hanya pada kasus plagiarisme yang masuk
ke pengadilan, namun juga pada kasus yang tidak terungkap. Berikut dampak-dampak
plagiarism dalam bidang sosial.
a. Hilangnya penghargaan terhadap karya intelektual
  Plagiarisme menyebabkan rasa penghargaan terhadap karya intelektual semakin
menghilang. Setiap orang bisa dengan mudah meniru dan menjiplak karya orang
lain,sedangkan penulis naskah asli tidak diberikan penghargaan sedikit pun.
b. Plagiarisme Akademis menyebabkan akademisi malas untuk berkarya
Ketika hak kekayaan intelektual tidak diakui lagi, para akademis yang terbiasa
menulis karya ilmiah tidak tertarik lagi untuk berkarya. Mereka menganggap hasil karya
mereka sia-sia saja. Jikalau karya mereka diterbitkan, orang lain dapat dengan mudah
mengklaim karya mereka sebagai hak milik,disebabkan tidak adanya batasan yang jelas
mengenai hak pengakuan terhadap karya mereka.
c. Mulai pudarnya penghargaan terhadap sikap jujur dan kerja keras

7
Agar dapat menghasilkan karya ilmiah yang baik, diperlukan kerja keras dan
ketekunan. Selain itu, untuk dapat memberi pertanggungjawaban keilmuan, seseorang harus
bersifat jujur dan menyertakan sumber ilham karya mereka sebagai bentuk  penghargaan
terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri. Plagiarisme menghapus rambu-rambu moralitas
tersebut diatas karena hanya dengan tindakan copy dan paste seseorang dapat mengklaim
karya orang lain sebagai milik sendiri, dengan artian bertindak tidak jujur dan tidak
menghargai kerja keras orang lain (pemilik naskah asli) yang mungkin telah menghadapi
berbagai macam hambatan demi menghasilkan karyanya tersebut.
d. Merusak nama baik bangsa, institusi pendidikan dan pribadi plagiator
Kasus plagiarisme yang terkuak di mata masyarakat dapat merusak citra dan reputasi insitusi
yang menaungi plagiator, baik itu atas nama warga negara plagiator ataupun lembaga lain
yang berhubungan dengan plagiator. Sebagai akibatnya, pelaku plagiarisme kehilangan
kredibilitasnya sebagai intelektual dan berkemungkinan tidak diberi kepercayaan untuk
bekerja pada institusi lain yang serupa, apakah itu universitas, perusahaan, dan
lembaga lainnya.
e. Plagiarisme menghasilkan generasi copy-paste secara massal
  Karya ilmiah yang otentik merupakan lambang kualitas intelektual sebuah bangsa.
Sebaliknya, jika budaya menjiplak masih tetap bercokol dalam diri sebagian
besar mahasiswa, maka generasi selanjutnya yang lahir adalah generasi yang memiliki
kualitas berpikir kritis yang rendah, yang juga melambangkan rendahnya
kualitas pembangunan negara yang bersangkutan.

2.6 PENANGANAN DAN PENANGGULANGAN PLAGIARISME AKADEMIS


Melihat banyaknya dampak buruk plagiarisme, perlu dilakukan penanganan
dan penanggulan yang sesuai. Terdapat beberapa solusi yang dapat dipraktekkan untuk
mengatasi plagiarisme, diantaranya ialah sebagai berikut:
a. Menumbuhkan rasa integritas dan rasa malu memplagiat dalam diri mahasiswa
Lembaga pendidikan mesti membangun pentingnya integritas keilmuan dalam
dirisetiap mahasiswa sejak awal proses belajar dan pembelajaran terjadi ( freshmen year ).
Dengan adanya rasa integritas, mahasiswa dapat membentengi diri mereka dari godaan
mengcopy- paste tanpa mencantumkan sumber awal.
b. Meningkatkan fungsi dan peranan pembimbing penelitian
Pembimbing penelitian yang teliti dapat mendeteksi kasus plagiarisme yang paling
sederhana sekalipun. Dengan meningkatkan fungsi pembimbing penelitian,

8
tindakan plagiarisme setidaknya dapat diminimalisir dan tidak dipublikasikan
ke khalayak ramai.
c. Memberikan sanksi yang tegas dan jelas terhadap pelaku plagiarisme
Sanksi yang tegas membuat masyarakat secara umum dan mahasiswa khususnya
merasa enggan untuk melakukan plagiarisme. Sanksi tersebut dapat berupa hukuman pidana
dan perdata serta pemberhentian aktivitas pelaku di lingkungan pendidikan sehingga
menimbulkan efek jera terhadap pelaku.
d. Membangun bank data jurnal penelitian di setiap lembaga pendidikan
  Bank data yang akurat memudahkan praktisi akademis untuk mengecek apakah karya
ilmiah yang diajukan mahasiswa adalah hasil plagiarisme atau tidak. Bagi mahasiswa, bank
data berfungsi sebagai tempat pengecekan ulang apakah karya ilmiah yang sedang dibuat
telah lebih dahulu diajukan orang lain sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
plagiarisme secara tidak sengaja.
e. Menggunakan software anti plagiarisme
Software anti plagiarisme merupakan solusi paling ampuh untuk mengatasi
plagiarisme. Terdapat dua jenis software antiplagiarisme, yaitu Turnitin dan Viper.
a. Turnitin
Turnitin merupakan software buatan Amerika Serikat yang banyak
digunakan di universitas terkemuka di seluruh dunia. Cara kerja software ini
adalah,dengan menggunakan database online yang dimilikinya dari ratusan ribu
hingga jutaan data karya ilmiah dari berbagai penjuru dunia, dapat dideteksi
seberapa besar tingkat kemiripan dengan karya milik orang lain hanya
dalam beberapa jam. Sayangnya, harga software ini sangat mahal dan software
inihanya bisa bekerja secara optimal pada karya ilmiah berbahasa Inggris saja.
b .Viper2
Software ini memiliki keunggulan berupa fasilitas gratis. Viper juga
merupakan software mudah dioperasikan. Hanya dengan menginstall,registrasi
website melalui internet dan tetap terhubung dengan koneksi internet selama
menggunakan software, Verper yang memiliki database sebanyak 10 miliar
sumber mampu melakukan pengecekan silang dengan input karya ilmiah. Namun,
dibandingkan dengan Turnitin yang mampu menjangkau semua database jurnal
berbayar layaknya IEEE dan Elsevier, Viper hanya mampu mencapai file pada
data Open Journal yang tidak  berbayar seperti Scribd dan lainnya

9
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Saat ini plagiarisme sudah menjangkiti kalangan civitas akademika yang
seharusnyamenjadi agen pembuat perubahan (agent of change). Di Indonesia,
tindak plagiarisme mewabah dan tidak sepenuhnya diberi sanksi oleh pihak yang berwenang.
Padahal di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Singapura, tindakan menjiplak
dikenai sanksi hukum dan moral yang keras, sehingga tingkat plagiarisme termasuk rendah di
negara tersebut.
Plagiarisme pada dasarnya disebabkan oleh kurang kuatnya pemahaman civitas
akademika mengenai plagiarisme serta kurangnya itikad baik dari lembaga pendidikan dan
pemerintah untuk memberikan sanksi yang tegas bagi pelaku plagiarisme. Sebagai akibatnya,
praktik  plagiarisme dianggap biasa terjadi di lingkungan pendidikan. Hal ini berakibat
langsung pada pola pikir generasi selanjutnya yang malas berpikir dan kehilangan
daya berpikir kritis. Sebagai akibat lebih lanjut, plagiarisme mengurangi kualitas produk
pembangunan sebuah Negara layaknya tindakan parasitisme tumbuhan benalu pada
tumbuhan induk.

3.2 SARAN
Penulis menyarankan adanya undang-undang pengawasan yang ketat mengenai
tindakan plagiarisme ini dalam UU, Peraturan Pemerintah, ataupun Peraturan Daerah yang
berhubungan dengan pelaksanaan pendidikan. Di samping itu, lembaga pendidikan
disarankan untuk memberikan penyuluhan mengenai plagiarisme di bidang akademik pada
awal perkuliahan, baik itu melalui seminar ataupun dalam bentuk mata kuliah tersendiri.
Sehingga mahasiswa dan civitas akademika lainnya mengerti apa itu plagiarisme dan dampak
buruk yang ditimbulkannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://amirahkaca.wordpress.com/2010/07/30/plagiarism-is-not-wayout/ diakses pada tanggal
13 Maret 2019

http://chodijah-pendidikan.blogspot.com/2010/06/penyebab-plagiarisme-dikalangan.html/
diakses pada tanggal 13 Maret 2019

http://ditowisnu.wordpress.com/2010/04/29/plagiarisme-dalam-dunia-pendidikan/ diakses
pada tanggal 13 Maret 2019

http://edukasi.kompasiana.com/2010/02/10/kasus-plagiarism-dan-sikap-ilmiah/ diakses pada


tanggal 13 Maret 2019

http://edukasi.kompasiana.com/2010/04/07/plagiarisme-kejahatan-akademia/

diakses padatanggal 13 Maret 2019

http://erywijaya.wordpress.com/2010/04/16/plagiarisme-dan-solusi-pencegahannya/diakses
pada tanggal 13 Maret 2019

http://harianjoglosemar.com/berita/plagiarisme-dunia-akademik-9719.html/ diakses pada tang
gal 13 Maret 2019

11

Anda mungkin juga menyukai