Rabiatul Adawiah
Dosen Program Studi PPKn FKIP ULM Banjarmasin
email: rabiatuladawiah666@yahoo.com
ABSTRAK
Konstitusi negara menegaskan bahwa setiap orang berhak mengecap pendidikan setinggi-tingginya
tanpa kecuali. Namun demikian, masih banyak ditemukan anak yang putus sekolah, termasuk pada
masyarakat dayak di kabupaten Balangan. Masalah ini tentu perlu mendapat perhatian semua pihak.
Karena jika dibiarkan tidak menutup kemungkinan anak-anak di daerah terpencil seperti masyarakat
dayak di Kabupaten Balangan ini selalu mengalami ketertinggalan. Adanya anak yang putus sekolah
atau bahkan tidak bersekolah diduga erat kaitannya dengan pemahaman orang tua tentang
pendidikan, termasuk pemahaman tentang pola pendidikan yang diterapkan. Oleh karena itu pola
pendidikan anak pada masyarakat Dayak di Kabupaten Balangan ini perlu dikaji secara mendalam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) pemahaman orang tua tentang pendidikan anak, (2)
pola yang diterapkan orang tua dalam pendidikan anak, dan (3) faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap pola pendidikan anak pada masyarakat Dayak di Kabupaten Balangan. Pengumpulan data
dilakukan dengan teknik wawancara dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis secara
deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman orang tua suku dayak di
Kecamatan Halong termasuk kategori baik. Mereka umumnya memahami bahwa pendidikan itu
sangat penting. Hal ini dapat diketahui dari jawaban seluruh informan yang mengatakan bahwa pada
dasarnya mereka ingin agar anak-anaknya bisa bersekolah setinggi-tingginya. Pola pendidikan yang
diterapkan oleh sebagian besar masyarakat suku dayak adalah pola asuh permisif dan pola
demokratis. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola pendidikan anak adalah: (1) Tingkat Sosial
Ekonomi Keluarga, (2) tingkat pendidikan orang tua, (3) Jarak tempat tnggal dengan sekolah, (4)
usia, dan (5) jumlah Anak
33
Rabiatul Adawiah, Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya terhadap Pendidikan Anak: Studi pada Masyarakat Dayak di Kecamatan Halong Kabupaten
Balangan
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 1, Mei 2017
Dayak di Kab. Balangan ini perlu dikaji anggotanya agar dapat menjalankan
secara mendalam. fungsinya di masyarakat dengan baik,
Tujuan penelitain ini adalah (1) serta memberikan kepuasan dan
Mendeskripsikan pemahaman orang tua lingkungan yang sehat guna tercapainy
tentang pendidikan anak, (2) mengetahui a keluarga, sejahtera”.
pola yang diterapkan orang tua dalam Pola asuh merupakan hal yang
pendidikan anak, dan (3) mengungkap fundamental dalam pembentukan
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap karakter. Teladan sikap orang tua
pola pendidikan anak pada masyarakat sangat dibutuhkan bagi perkembangan
Dayak di Kabupaten Balangan. anak-anak karena anak -anak
Hasil kajian ini dapat digunakan melakukan modeling dan imitasi dari
sebagai acuan/pedoman bagi para lingkungan terdekatnya. Keterbukaan
pemangku kepentingan di bidang antara orang tua dan anak menjadi hal
pendidikan dalam rangka pembangunan penting agar dapat menghindarkan
manusia yang berilmu pengetahuan, anak dari pengaruh negatif yang ada di
mampu membangun dan menguasai luar lingkungan keluarga. Orang tua
teknologi, serta berdaya saing tinggi, yang perlu membantu anak dalam
berlandaskan keimanan dan ketaqwaan mendisiplinkan diri (Sochib, 2000).
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atau Selain itu, pengisian waktu luang
menjadi arah kebijakan dan rencana anak dengan kegiatan positif untuk
implementasi bidang pendidikan di engaktualisasikan diri penting
Kabupaten Balangan dilakukan. Pengisian waktu luang juga
merupakan salah satu wadah “katarsis
B. Tinjauan Pustaka emosi”. Di sisi lain, orang tua
a. Konsep Pola Asuh Orang Tua hendaknya kompak dan konsisten
Berdasarkan tata bahasanya, pola dalam menegakkan aturan. Apabila
asuh terdiri dari kata pola dan asuh. ayah dan ibu tidak kompak dan
Menurut Kamus Umum Bahasa konsisten, maka anak akan mengalami
Indonesia, kata pola berarti model, kebingungan dan sulit diajak disiplin.
sistem, cara kerja, bentuk (struktur Era modern yang serba ada dan
yang tetap), sedangkan kata asuh instant ini menyebabkan beberapa
mengandung arti menjaga, merawat, dampak negatif pada generasi muda
mendidik anak agar dapat berdiri diantaranya „agak malas dan kurang
sendiri. tangguh”. Kemampuan remaja untuk
Menurut Petranto (Suarsini, 2013) menulis masih rendah, bahkan mereka
pola asuh orang tua merupakan pola cenderung suka copy paste untuk
perilaku yang diterapkan pada anak menyelesaikan tugas sekolah/kampus.
bersifat relatif konsisten dari waktu ke Bahan atau materi difotokopi, sehingga
waktu. Pola perilaku ini dirasakan oleh kebiasaan mencatat pun semakin
anak, dari segi negatif maupun positif. berkurang. Tugas yang yang banyak
Pola asuh yang ditanamkan tiap apalagi berat membuahkan keluh
keluarga berbeda, hal ini tergantung kesah. Artikel “Perlunya Sekolah Hidup
pandangan dari tiap orang tua. Susah” tampaknya cukup menggelitik
Gunarsa (2002) mengatakan pikiran Generasi muda yang sudah
bahwa pola asuh merupakan cara terbiasa dengan fasilitas serba ada dan
orangtua bertindak sebagai orangtua instant ini bisa saja terlena karena
terhadap anak-anaknya di mana menjadikan dependence semakin tinggi
mereka melakukan serangkaian usaha dan kurang siap untuk “hidup prihatin”,
aktif. Sedangkan menurut resolusi memanfaatkan sesuatu yang ada dan
Majelis Umum PBB (Pamilu, 2007) belajar dalam “keterdesakan”. Orang
fungsi utama keluarga adalah “sebagai tua perlu membentuk karakter anak
wahana untuk mendidik, mengasuh, agar ketahanmalangannya (adversity
dan mensosialisasikan anak, quotient) teruji dengan tidak selalu
mengembangkan kemampuan seluruh
34
Rabiatul Adawiah, Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya terhadap Pendidikan Anak: Studi pada Masyarakat Dayak di Kecamatan Halong Kabupaten
Balangan
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 1, Mei 2017
35
Rabiatul Adawiah, Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya terhadap Pendidikan Anak: Studi pada Masyarakat Dayak di Kecamatan Halong Kabupaten
Balangan
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 1, Mei 2017
36
Rabiatul Adawiah, Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya terhadap Pendidikan Anak: Studi pada Masyarakat Dayak di Kecamatan Halong Kabupaten
Balangan
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 1, Mei 2017
37
Rabiatul Adawiah, Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya terhadap Pendidikan Anak: Studi pada Masyarakat Dayak di Kecamatan Halong Kabupaten
Balangan
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 1, Mei 2017
38
Rabiatul Adawiah, Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya terhadap Pendidikan Anak: Studi pada Masyarakat Dayak di Kecamatan Halong Kabupaten
Balangan
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 1, Mei 2017
39
Rabiatul Adawiah, Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya terhadap Pendidikan Anak: Studi pada Masyarakat Dayak di Kecamatan Halong Kabupaten
Balangan
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 1, Mei 2017
40
Rabiatul Adawiah, Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya terhadap Pendidikan Anak: Studi pada Masyarakat Dayak di Kecamatan Halong Kabupaten
Balangan
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 1, Mei 2017
41
Rabiatul Adawiah, Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya terhadap Pendidikan Anak: Studi pada Masyarakat Dayak di Kecamatan Halong Kabupaten
Balangan
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 1, Mei 2017
42
Rabiatul Adawiah, Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya terhadap Pendidikan Anak: Studi pada Masyarakat Dayak di Kecamatan Halong Kabupaten
Balangan
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 1, Mei 2017
43
Rabiatul Adawiah, Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya terhadap Pendidikan Anak: Studi pada Masyarakat Dayak di Kecamatan Halong Kabupaten
Balangan
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 1, Mei 2017
Pada tahap ini anak mulai mampu mandiri, tapi orang tua tetap
memilih apa yang diminati. Anak menetapkan batas dan kontrol.
juga tertarik pada hal baru, dan Orang tua biasanya bersikap
cenderung bosan pada sesuatu hangat, dan penuh welas asih
yang monoton. Yang lebih penting, kepada anak, bisa menerima
menurut Tika, anak mulai faham alasan dari semua tindakan anak,
hal yang bersifat konseptual seperti mendukung
hak dan kewajiban. "Demokratis
mengharuskan orangtua memberi c. Faktor-Faktor yang Berpengaruh
alasan logis pada tiap aturan yang terhadap Pola Pendidikan Anak
diberikan, jadi tidak asal suruh. pada Masyarakat Dayak di
Pola asuh demokratis Kabupaten Balangan
memungkinkan anak bebas tapi Pola asuh orang tua adalah pola
tetap bisa bertanggungjawab perilaku yang diterapkan pada anak
Jika dibandingkan dari dua dan bersifat relative konsisten dari
pola asuh yang diterapkan oleh waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat
masyarakat, maka yang terbanyak dirasakan oleh anak, dari segi negative
adalah yang menerapkan pola maupun positif.
asuh demokratis. Hal ini sesuai Berbicara mengenai cara orang
dengan hasil penelitian yang tua dalam mendidik anak, tentu saja
dikemukakan oleh Fadillah dkk. tidak dapat terlepas dari pemahaman
(2010) bahwa 51 % orang tua dan pandangan orang tua dalam
menerapkan tipe pola asuh mendidik. Cara-cara mereka dalam
demokratis, 62,7 % orang tua mendidik sangat menentukan corak
berpendidikan perguruan tinggi, kepribadian anak mereka.
dan 90,2 % orang tua dalam Hasil penelitian ini menunjukkan
rentang usia dewasa tengah. Hal tentang adanya beberapa faktor yang
ini terbukti bahwa orang tua berpengaruh terhadap pola pendidikan
dengan pendidikan yang tinggi anak adalah:
lebih memilih tipe pola asuh 1. Status sosial ekonomi
demokratis dan orang tua pada Status sosial ekonomi ternyata
usia dewasa tengah lebih terbuka, sangat mempengaruhi pola
hangat, dan perhatian terhadap pendidikan yang diterapkan oleh
anaknya. orang tua. Salah seorang informan
Menurut Muttaqin (Fadillah yaitu Imis yang sudah berusia 65
dkk., 2010) bahwa pola asuh tahun. Kepada peneliti Imis
demokratis dapat mengakibatkan mengatakan bahwa: “anak kami
anak mandiri, mempunyai kontrol dua, keduanya sekolah. Satu orang
diri dan kepercayaan diri yang lulus SD dan satu orang lagi
kuat, dapat berinteraksi dengan sampai SMA, tetapi tidak sampai
teman sebayanya dengan baik, lulus. Tidak ada uangnya
mampu menghadapi stress, menyekolahkan anak jauh-jauh,
mempunyai minat terhadap hal-hal lebih baik bertani saja membantu
yang baru, kooperatif dengan kami di sini).
orang dewasa, penurut, patuh dan Dari pernyataan informan
berorientasi pada prestasi. tersebut dapat diketahui bahwa
Hasil penelitian Fadillah dkk. karena keterbatasan ekonomilah
(20110) juga menunjukkan bahwa yang menyebabkan menyuruh
tipe pola asuh demokratis anak untuk tidak melanjutkan
merupakan pola asuh yang sekolah.
terbanyak yang diterapkan oleh Pernyataan serupa juga
orang tua kepada anaknya karena dikemukakan oleh informan lainnya
pola asuh demokratis mempunyai yaitu Tirus. Tirus seorang informan
prinsip mendorong anak untuk yang berusia 50 tahun dan tidak
44
Rabiatul Adawiah, Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya terhadap Pendidikan Anak: Studi pada Masyarakat Dayak di Kecamatan Halong Kabupaten
Balangan
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 1, Mei 2017
45
Rabiatul Adawiah, Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya terhadap Pendidikan Anak: Studi pada Masyarakat Dayak di Kecamatan Halong Kabupaten
Balangan
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 1, Mei 2017
46
Rabiatul Adawiah, Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya terhadap Pendidikan Anak: Studi pada Masyarakat Dayak di Kecamatan Halong Kabupaten
Balangan
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 1, Mei 2017
dua orang lulus SMA, dan bahkan lulus, tetapi mereka bertekat untuk
satu orang diantaranya bisa menyekolahkan anak-anaknya
meneruskan kuliah. Sedangkan sampai sarjana. Sebagainya yang
yang bungsu masih TK. dikatakan oleh Yamani bahwa:
Hasil penelitian ini sesuai “kami mau anak-anak kami
dengan apa yang dikemukakan nantinya bisa melanjutakan
oleh Okta Sofia, (2009) bahwa sekolahnya sampai sarjana, terus
jumlah anak yang dimiliki keluarga sekolah jangan sampai putus di
akan mempengaruhi pola asuh tengah jalan.”
yang diterapkan orang tua. Namun pernyataan berbeda
Semakin banyak jumlah anak yang disampaikan oleh informan
dalam keluarga, maka ada yang usianya di atas 50 tahun.
kecenderungan bahwa orang tua Mereka lebih menginginkan anak-
tidak begitu menerapkan pola anakanya bisa membantu ekonomi
pengasuhan secara maksimal keluarga. Sebagaimana yang
pada anak karena perhatian dan dikemukakan oleh salah seorang
waktunya terbagi antara anak yang informan yang bernama Kayau.
satu dengan anak yang lainnya Kayau berusia 55 tahun, dan
mempunyai delapan orang anak.
5. Usia Namun dia mengatakan bahwa
Usia seseorang ternyata juga anak-anak harus bisa membantu
memberikan pengaruh terhadap ekonomi keluarga. Oleh karena itu
pola pendidikan anak-anaknya. sekolah dinomorduakan.
Dari seluruh informan yang Hal senada juga dikemukakan
diwawancarai, bagi yang berusia di oleh informan lainnya yaitu Acin.
bawah 50 tahun ternyata lebih Saat wawancara dilakukan usia
memperhatikan pendidikan anak- Acin 67 tahun. Pekerjaan sehari-
anaknya dibanding dengan harinya adalah bertani. Kepada
informan yang berusia di atas 50 peneliti, Acin mengatakan bahwa:
tahun. “anak kami suruh untuk bekerja
Sebagaimana yang saja karena keadaan ekonomi
dikemukakan oleh informan yang keluarga susah.”
bernama Kutie yang berusia 36
tahun. Kutie mempunyai dua orang E. Kesimpulan dan Saran
anak, dan keduanya bersekolah. a. Kesimpulan
Walaupun Kutie dan isterinya tidak Dari penelitian ini dapat
pernah mengenyam pendidikan, disimpulkan:
tetapi Kutie bertekat untuk 1. Pemahaman orang tua tentang
menyekolahkan anaknya setinggi- pendidikan bagi masyarakat
tingginya. Bahkan karena di suku dayak di Kecamatan
Halong tidak ada SMA, maka dia Halong termasuk kategori baik.
menyekolahkan anaknya ke SMA Mereka umumnya memahami
Barabai. Kepada peneliti, Kutie bahwa pendidikan itu sangat
mengatakan: “anak kami jangan penting. Hal ini dapat
sampai seperti kami, tidak sekolah. diketahui dari jawaban seluruh
Anak-anak bebas mau sekolah informan yang mengatakan
kemana saja, asal dia mau dan bahwa pada dasarnya mereka
kami meyuruh dia sekolah terus.” ingin agar anak-anaknya bisa
Hal senada juga dikatakan bersekolah setinggi-tingginya
oleh Yamani. Yamani salah 2. Pola asuh yang diterapkan
seorang informan yang berusia 30 orang tua dalam pendidikan
tahun. Walaupun dia dan isterinya anak adalah: (a) Pola Asuh
hanya mengenyam pendidikan Permisif dan Pola Asuh
sekolah dasar dan tidak sampai demokratis
47
Rabiatul Adawiah, Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya terhadap Pendidikan Anak: Studi pada Masyarakat Dayak di Kecamatan Halong Kabupaten
Balangan
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 1, Mei 2017
48
Rabiatul Adawiah, Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya terhadap Pendidikan Anak: Studi pada Masyarakat Dayak di Kecamatan Halong Kabupaten
Balangan