Di Susun Oleh :
Emile. Pestalozzi makin tertarik pada bidang pendidikan. Pada tahun 1774 ia mulai dengan
sekolah yang disebut Neuhof di tanah pertaniaannya. Di tempat inilah ia mengembangkan idenya
yang merupakan integrasi dari kehidupan rumah, pendidikan vokasional dan pendidikan utnuk
Untuk lebih mengenal pandangan Pestalozzi tentang pendidikan pada bagian selanjutnya
tentang pendidikan akan diuraikan konsep pemikiran Pestalozzi tentang alam, manusia dan
Tuhan.
Mula-mula Pestalozzi terkesan dengan Rosseauo yang ideanya kemudian ditolaknya. Pestalozzi
menggunakan istilah “alam” yang sinonim dengan semua yang asli, otentik, dan bebas dari
artifisialitas. Dengan kata lain, alam adalah sesuatu yang asli dan berada dalam sebuah proses
perkembangan yang kontiniu. Alam yang asli itu perlu diisi dengan sesuatu yang baik untuk
menjaga keharmonisannya.
Manusia
Manusia adalah bagian integral dari alam. Dalam diri manusia itu ada juga proses
perkembangan. Berkaitan dengan proses perkembangan itu, setiap manusia khususnya pada
anak-anak terdapat tiga tahap penting, yaitu pertama pemikiran anak-anak masih kabur, kedua
kualitas2 yang eksplisit dan ketiga obyek-obyek ini dimengerti sebagai konsep-konsep umum;
obyek-obyek ini menurut kata Pestalozzi “ditentukan”. Sepanjang proses itu setiap person dalam
dirinya aktif dalam meperoleh dan mengklarifikasi gambaran dan dalam mentransformasinya ke
dalam ide-ide yang berisi pengetahuan. Setiap anak seharusnya diperlakukan sesuai dengan
posisinya dalam proses itu. Dan bagian besar dari ajaran mencakup dan memungkinkan dia
untuk melatih pengetahuannya yang dimilikinya sendiri atau mendefenisi segala sesuatu.
Pengetahuan selalu bersisi tiga elemen: jumlah segala sesuatu yang dikenali, bentuk yang mereka
mulai dengan unsur-unsur ke mana tiap unsur dapat dianalisa. Unsur-unsur jumlah adalah satu
kesatuan, dan aritmatika harus dikuasai agar dapat memahai jumlah. Kedua, rupanya Pestalozzi
berpikir. Manusia dilihat Pestalozzi memiliki sifat-sifat bawaan yang berasal dari keluarga.
Tuhan
Hakekat Pendidikan
Metode Pendidikan
Metode yang diangkat oleh Pestalozzi disebut Pestalozianisme yaitu metode yang coba
mengangkat perbedaan individual dan menstimulasi aktivitas diri si anak. Metode ini dapat
Tujuan pendidikan menurut Pestalozzi adalah modern civilization. Khususnya pembebasan diri
dari kekusutan persepsi diri, hal-hal yang tidak berguna, pengetahuan, ambisi untuk memperoleh
kebahagiaann.
Substansi Pendidikan
Pestalozzi percaya bahwa masyarakat dapat diperbaharui melalui pendidikan. Setiap orang harus
merasa bahwa Allah dan alam memberi kepadanya potensialitas kebajikan untuk berkembang
Froebel lahir di Jerman, dan mengabdikan kehidupannya guna mengembangkan suatu sistem
mendidik. Anak. Froebel dianggap sebagai bapak dari pendidik anak usia bayi, selain itu dikenal
karena menciptakan garden of chldren atau kindegarten (taman kanak-kanak) yang berarti kebun
milik anak di Blankenburg, Jerman. Sekolah yang dirancang oleh Froebel ini berbeda dari
sekolah yang ada sebelumnya. Model rancangan ini di kemudian hari mempengaruhi rancangan
Berikut ini akan diuraikan pandangan Froebel tentang pendidikan, tapi sebelum itu akan
diuraikan lebih dahulu konsep pemikirannya tentang alam, manusia dan Tuhan.
Konsep tentang Alam, Manusia dan Tuhan
Konsep pemikiran Froebel tentang alam, manusia dan Tuhan senantiasa saling berhubungan. Ia
memandang bahwa Yang absolut mencakup dan secara kontinu melibatkan kekuatan alam dan
pikiran manusia. Evolusi kosmik mulai dari aksi ke reaksi ke keseimbangan, dari sederhana ke
kompleks, dari ketidaksadaran kepada kesadaran diri. Yang Absolut disebutnya Tuhan dan
evolusinya disebutnya penciptaan. Segala sesuatu memiliki tujuannya yang menyatukannya dan
mengikatnya ke dalam keselruhan kosmik yang lebih besar, ini terjadi karena sifat evolusi atau
penciptaan dari ketiga unsur terebut. Evolusi dari Yang Absolut direfleksikan dalam miniatur
kemanusiaan.
Alam
Froebel melihat alam sebagai pewahyuan diri Allah melalui evolusi kosmik untuk mencapai
tujuannya. Dengan demikian alam senantiasa memiliki dan mengalami perubahan terus menerus
untuk mencapai tujuannya. Alam akan senantiasa berkembang dari yang sederhana ke arah yang
lebih kompleks.
Manusia
Manusia dilihat Froebel sebagai mahkluk yang dinamis yang memiliki perkembangan.
Perkembangan dalam diri manusia ini dibaginya dalam 5 tahap. Tahapan yang disebutnya
sebagai tahapan pertumbuhan manusia (infancy), terdiri dari masa kecil (childhood), masa
kanak-kanak (boyhood), masa muda (youth), dan tahap terakhir disebutnya masa dewasa
(maturity).
Dalam tahap, masa perkembangan ini individu mengalami proses pertumbuhan, perkembangan.
mengekspresikan dirinya dan akhirnya memuncak pada kesadaran akan diri. Tiap tahapan
memang memiliki keunikan masing-masing dalam hal ekspresi diri dan kesadaran diri. Tapi
akhirnya semuanya akan tiba pada perubahan yang memperlihatkan satu kesadaran diri yang
Tuhan
Tuhan dilihat Froebel sebagai sesuatu Yang Absolut. Yang absolut ini merangkul segala sesuatu,
menyusun daya dalam alam dan pikiran manusia secara berkelanjutan. Ia kemudian mengatakan
bahwa Yang Absolut ini mengalami evolusi. Evolusi dari Yang Absolut ini dapat direfleksikan
Dengan demikian seperti halnya alam dan manusia yang berevolusi Yang Absolut juga
mengalami hal yang sama. Akan tetapi perubahan yang ada haruslah disaksikan lewat alam yang
merupakan pewahyuan dirinya dan direfleksikan dalam kehadiran manusia di alam ini.
Hakekat Pendidikan
Pada bagian ini sebenarnya kita diperhadapkan dengan pertanyaan apa itu pendidikan? Menurut
Froebel yang dimaksud dengan pendidikan ialah apa yang memimpin atau menuntun manusia
kepada kepandaian berpikir (segi kognitif dari manusia) dan apa yang menghantar manusia pada
kesadaran diri yang lebih mendalam menuju sesuatu yang murni, tak bercela (segi afeksi dari
manusia).
Dalam hubungan dengan itu Froebel menyajikan empat prinsip mendasar yang perlu
dalam perkembangan individu dan harus ditunjukkan dalam pengajaran tentang ilmu
pengetahuan, kemanusiaan dan agama. Kedua, pendidikan harus diatur demi harmonisnya
dengan perkembangan alam yang natural dari anak-anak. Ketiga, pendidikan harus membuka
dan mengembangkan keseluruhan pribadi manusia, agama seharusnya diajarkan dalam rangka
mengolah emosi; alam harus dipelajari sebagai pewahyuan diri Allah dan matematika harus
diapresiasikan sebagai simbol hukum universa. Bahasa juga menghubungkan manusia dengan
hukum dan ritme benda-benda dan harus menjadi bagian dari pendidikan. Keempat, seni harus
diajarkan karena merupakan talenta umum manusia dan dapat menghadirkan keharmonisan
Metode Pendidikan
Froebel menyusun metode pendidikan sesuai dengan konteks perkembangan individu. Dalam
memungkinkan ekspresi spontan dalam diri individu. Sedangkan pada tahapan akhir dapat
demikian dalam dunia anak-anak metode harus disesuaikan dengan sifat atau dunia anak. Dalam
hubungan dengan konteks anak-anak, perlu diperhatikan perkembangan yang mengarahkan anak
pada suatu kesadaran diri dalam suasana bebas, dimana seorang individu dibiarkan untuk
menunjukkan, mengekspresikan yang ada dalam dirinya dengan bebas. Menurut Froebel
permainan merupakan metode yang paling cocok dan penting bagi penerapan ekspresi ini.
Dalam pendidikan ini Froebel kemudian menyusun dan mengembangkan kurikulum pendidikan
yang terecana dan sistematis. Bagi dia yang menjadi dasar bagi kurikulum tersebut adalah gift
dan occupation: pemberian yang menyediakan permainan-permainan dan usaha, kerja yang bisa
Gifts adalah obyek yang dapat dipegang dan dipergunakan anak sesuai dengan instruksi dari
guru dan dengan demikian anak dapat belajar tentang bentuk, ukuran warna serta konsep yang
adalah enam buah bola dari gulungan benang, masing-masing berbeda warnanya, dan enam helai
benang yang panjang yang warnanya sama dengan warna bola yang ada.
Sedangkan Occupation adalah materi yang dirancang untuk mengembangkan berbagai variasi
ketrampilan, yang utama adalah psikomotor, melalui aktivitas semacam menjahit dengan papan
jahitan, membuat bentuk dengan mengikuti titik, membentuk lilin, menggunting bentuk,
meronce, menggambar, menenun, menempel dan melipat kertas. Atas cara ini Froebel yakin
bahwa bermain merupakan cara belajar yang penting bagi anak-anak.[6] Karena lewat gifts dan
occupation seorang anak akan mengusahakan diri yang tentu saja diawasi ke arah pengekspresian
diri yang bebas demi mencapai perkembangan diri, ketetapan karakter dan kesadaran diri.
Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan menurut Froebel adalah perkembangan menyeluruh dari individu: semua
daya individu, dan harmoni internal individu, sebagaimana relasi harmonis dengan alam,
masyarakat dan Tuhan. Namun menurut Froebel tujuan ini tidak dapat dibebankan kepada anak;
sebab dia harus mengusahkannya bagi dirinya sendiri melalui aktivitas yang ekspresif dari
kekuatan-kekuatan yang masih tersebunyi. Mereka yang telah mencapai tujuan tersebut akan
mampu menunjukan satu karakter yang solid dan tetap yang memberinya integritas dalam setiap
situasi dan kebiasaan intelektual yang memungkinkan dia untuk mendapatkan pengetahuan
ketika perluperlu.
Pendidikan seperti yang dimaksudkan oleh Froebel ini adalah untuk mengembangan keutuhan
talenta-talentanya yang tersembunyi dalam dirinya lewat pengawasan yang ada. Dengan
demikian anak-anak diberikan kebebasan untuk mengekspresikan diri lewat metode yang ada
untuk membentuk diri yang memungkinkan dia tetap dalam karakternya ketika berhadapan
dengan berbagai situasi yang ada di lingkungannya, sekaligus juga terbuka terhadap pengetahuan
Substansi Pendidikan
Yang menjadi substansi pendidikan menurut Froebel adalah menjadikan manusia untuk mampu
Pertama, Tahap perkembangan yang diangkat baik oleh Pestalozzi dan Froebel menyebabkan
pengkotak-kotakan dalam pendidikan itu sendiri. Tapi dilain pihak pembagian ini juga
memudahkan proses pendidikan itu sendiri. Kedua, menurut Froebel segala sesuatu berevolusi,
baik alam ciptaan maupun Tuhan sendiri. Ketiga, menurut Froebel segi kognitif belum menjadi