Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Diskusi Terkait kesehatan Tangan


Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Konsep Dasar PAUD

Dosen : Titi Rachmi,M.Pd

Di Susun Oleh :

Anugrah Robiah Al Adawiyah : (2286207010)

Hana Habibah : (2286207012)

Siti Amelia : (2286207009)

Putri Umi Yatusyakira : (2286207030)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU DAN PENDIDIKAN ANAK


USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2022
1. Johann Heinrich Pestalozzi (1746-1827)
Pestalozzi dilahirkan di Zurich, Swiss. Ia sangat dipengaruhi oleh Rousseau khususnya buku

Emile. Pestalozzi makin tertarik pada bidang pendidikan. Pada tahun 1774 ia mulai dengan

sekolah yang disebut Neuhof di tanah pertaniaannya. Di tempat inilah ia mengembangkan idenya

yang merupakan integrasi dari kehidupan rumah, pendidikan vokasional dan pendidikan utnuk

membaca serta menulis

Untuk lebih mengenal pandangan Pestalozzi tentang pendidikan pada bagian selanjutnya

kelompok akan menguraikan pandangannya tentang pendidikan. Mendahului pemikirannya

tentang pendidikan akan diuraikan konsep pemikiran Pestalozzi tentang alam, manusia dan

Tuhan.

Mula-mula Pestalozzi terkesan dengan Rosseauo yang ideanya kemudian ditolaknya. Pestalozzi

menggunakan istilah “alam” yang sinonim dengan semua yang asli, otentik, dan bebas dari

artifisialitas. Dengan kata lain, alam adalah sesuatu yang asli dan berada dalam sebuah proses

perkembangan yang kontiniu. Alam yang asli itu perlu diisi dengan sesuatu yang baik untuk

menjaga keharmonisannya.

Manusia

Manusia adalah bagian integral dari alam. Dalam diri manusia itu ada juga proses

perkembangan. Berkaitan dengan proses perkembangan itu, setiap manusia khususnya pada
anak-anak terdapat tiga tahap penting, yaitu pertama pemikiran anak-anak masih kabur, kedua

obyek-obyek uncul dalam kesadaran yang dikarakterisasikan melalui bentuk-bentuk dan

kualitas2 yang eksplisit dan ketiga obyek-obyek ini dimengerti sebagai konsep-konsep umum;

obyek-obyek ini menurut kata Pestalozzi “ditentukan”. Sepanjang proses itu setiap person dalam

dirinya aktif dalam meperoleh dan mengklarifikasi gambaran dan dalam mentransformasinya ke

dalam ide-ide yang berisi pengetahuan. Setiap anak seharusnya diperlakukan sesuai dengan

posisinya dalam proses itu. Dan bagian besar dari ajaran mencakup dan memungkinkan dia

untuk melatih pengetahuannya yang dimilikinya sendiri atau mendefenisi segala sesuatu.

Pengetahuan selalu bersisi tiga elemen: jumlah segala sesuatu yang dikenali, bentuk yang mereka

tunjukan, bahasa yang mewujudkannya. Pestalozzi berkesimpulan bahwa pembelajaran harus

mulai dengan unsur-unsur ke mana tiap unsur dapat dianalisa. Unsur-unsur jumlah adalah satu

kesatuan, dan aritmatika harus dikuasai agar dapat memahai jumlah. Kedua, rupanya Pestalozzi

berpikir. Manusia dilihat Pestalozzi memiliki sifat-sifat bawaan yang berasal dari keluarga.

Tuhan

Konsep tentang Pendidikan

Hakekat Pendidikan

“Sense impression” meliputi pikiran bersih terlepas dari observasi

Metode Pendidikan

Metode yang diangkat oleh Pestalozzi disebut Pestalozianisme yaitu metode yang coba

mengangkat perbedaan individual dan menstimulasi aktivitas diri si anak. Metode ini dapat

dicapai lewat kegiatan menggambar, menyanyi, latihan fisik dan berkelompok.


Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan menurut Pestalozzi adalah modern civilization. Khususnya pembebasan diri

dari kekusutan persepsi diri, hal-hal yang tidak berguna, pengetahuan, ambisi untuk memperoleh

kebahagiaann.

Substansi Pendidikan

Pestalozzi percaya bahwa masyarakat dapat diperbaharui melalui pendidikan. Setiap orang harus

merasa bahwa Allah dan alam memberi kepadanya potensialitas kebajikan untuk berkembang

dan secara individual setiap anak adalah suci.

2. Friederich Wilhelm Froebel (1782-1852)

Froebel lahir di Jerman, dan mengabdikan kehidupannya guna mengembangkan suatu sistem

mendidik. Anak. Froebel dianggap sebagai bapak dari pendidik anak usia bayi, selain itu dikenal

karena menciptakan garden of chldren atau kindegarten (taman kanak-kanak) yang berarti kebun

milik anak di Blankenburg, Jerman. Sekolah yang dirancang oleh Froebel ini berbeda dari

sekolah yang ada sebelumnya. Model rancangan ini di kemudian hari mempengaruhi rancangan

sekolah di seluruh dunia

Berikut ini akan diuraikan pandangan Froebel tentang pendidikan, tapi sebelum itu akan

diuraikan lebih dahulu konsep pemikirannya tentang alam, manusia dan Tuhan.
Konsep tentang Alam, Manusia dan Tuhan

Konsep pemikiran Froebel tentang alam, manusia dan Tuhan senantiasa saling berhubungan. Ia

memandang bahwa Yang absolut mencakup dan secara kontinu melibatkan kekuatan alam dan

pikiran manusia. Evolusi kosmik mulai dari aksi ke reaksi ke keseimbangan, dari sederhana ke

kompleks, dari ketidaksadaran kepada kesadaran diri. Yang Absolut disebutnya Tuhan dan

evolusinya disebutnya penciptaan. Segala sesuatu memiliki tujuannya yang menyatukannya dan

mengikatnya ke dalam keselruhan kosmik yang lebih besar, ini terjadi karena sifat evolusi atau

penciptaan dari ketiga unsur terebut. Evolusi dari Yang Absolut direfleksikan dalam miniatur

kemanusiaan.

Alam

Froebel melihat alam sebagai pewahyuan diri Allah melalui evolusi kosmik untuk mencapai

tujuannya. Dengan demikian alam senantiasa memiliki dan mengalami perubahan terus menerus

untuk mencapai tujuannya. Alam akan senantiasa berkembang dari yang sederhana ke arah yang

lebih kompleks.

Manusia

Manusia dilihat Froebel sebagai mahkluk yang dinamis yang memiliki perkembangan.

Perkembangan dalam diri manusia ini dibaginya dalam 5 tahap. Tahapan yang disebutnya

sebagai tahapan pertumbuhan manusia (infancy), terdiri dari masa kecil (childhood), masa

kanak-kanak (boyhood), masa muda (youth), dan tahap terakhir disebutnya masa dewasa

(maturity).
Dalam tahap, masa perkembangan ini individu mengalami proses pertumbuhan, perkembangan.

Proses ini merupakan masa penjernihan, pencerahan pertumbuhan individu dalam

mengekspresikan dirinya dan akhirnya memuncak pada kesadaran akan diri. Tiap tahapan

memang memiliki keunikan masing-masing dalam hal ekspresi diri dan kesadaran diri. Tapi

akhirnya semuanya akan tiba pada perubahan yang memperlihatkan satu kesadaran diri yang

penuh dalam individu.

Tuhan

Tuhan dilihat Froebel sebagai sesuatu Yang Absolut. Yang absolut ini merangkul segala sesuatu,

menyusun daya dalam alam dan pikiran manusia secara berkelanjutan. Ia kemudian mengatakan

bahwa Yang Absolut ini mengalami evolusi. Evolusi dari Yang Absolut ini dapat direfleksikan

dalam miniatur kemanusiaan.

Dengan demikian seperti halnya alam dan manusia yang berevolusi Yang Absolut juga

mengalami hal yang sama. Akan tetapi perubahan yang ada haruslah disaksikan lewat alam yang

merupakan pewahyuan dirinya dan direfleksikan dalam kehadiran manusia di alam ini.

Konsep tentang Pendidikan

Hakekat Pendidikan

Pada bagian ini sebenarnya kita diperhadapkan dengan pertanyaan apa itu pendidikan? Menurut

Froebel yang dimaksud dengan pendidikan ialah apa yang memimpin atau menuntun manusia

kepada kepandaian berpikir (segi kognitif dari manusia) dan apa yang menghantar manusia pada

kesadaran diri yang lebih mendalam menuju sesuatu yang murni, tak bercela (segi afeksi dari

manusia).
Dalam hubungan dengan itu Froebel menyajikan empat prinsip mendasar yang perlu

diperhatikan dalam pendidikan. Pertama, bahwa perkembangan alamiah menyatakan dirinya

dalam perkembangan individu dan harus ditunjukkan dalam pengajaran tentang ilmu

pengetahuan, kemanusiaan dan agama. Kedua, pendidikan harus diatur demi harmonisnya

dengan perkembangan alam yang natural dari anak-anak. Ketiga, pendidikan harus membuka

dan mengembangkan keseluruhan pribadi manusia, agama seharusnya diajarkan dalam rangka

mengolah emosi; alam harus dipelajari sebagai pewahyuan diri Allah dan matematika harus

diapresiasikan sebagai simbol hukum universa. Bahasa juga menghubungkan manusia dengan

hukum dan ritme benda-benda dan harus menjadi bagian dari pendidikan. Keempat, seni harus

diajarkan karena merupakan talenta umum manusia dan dapat menghadirkan keharmonisan

dalam diri manusia

Metode Pendidikan

Froebel menyusun metode pendidikan sesuai dengan konteks perkembangan individu. Dalam

tahapan permulaan dia menganjurkan agar seharusnya menggunakan metode yang

memungkinkan ekspresi spontan dalam diri individu. Sedangkan pada tahapan akhir dapat

digunakan metode yang mengawasi dan mengarahkan perkembangan individu.[5] Dengan

demikian dalam dunia anak-anak metode harus disesuaikan dengan sifat atau dunia anak. Dalam

hubungan dengan konteks anak-anak, perlu diperhatikan perkembangan yang mengarahkan anak

pada suatu kesadaran diri dalam suasana bebas, dimana seorang individu dibiarkan untuk

menunjukkan, mengekspresikan yang ada dalam dirinya dengan bebas. Menurut Froebel

permainan merupakan metode yang paling cocok dan penting bagi penerapan ekspresi ini.
Dalam pendidikan ini Froebel kemudian menyusun dan mengembangkan kurikulum pendidikan

yang terecana dan sistematis. Bagi dia yang menjadi dasar bagi kurikulum tersebut adalah gift

dan occupation: pemberian yang menyediakan permainan-permainan dan usaha, kerja yang bisa

dibuat dengan permaianan yang ada.

Gifts adalah obyek yang dapat dipegang dan dipergunakan anak sesuai dengan instruksi dari

guru dan dengan demikian anak dapat belajar tentang bentuk, ukuran warna serta konsep yang

diperoleh melalui menghitung, mengukur, membedakan dan membandingkan. Gifts pertama

adalah enam buah bola dari gulungan benang, masing-masing berbeda warnanya, dan enam helai

benang yang panjang yang warnanya sama dengan warna bola yang ada.

Sedangkan Occupation adalah materi yang dirancang untuk mengembangkan berbagai variasi

ketrampilan, yang utama adalah psikomotor, melalui aktivitas semacam menjahit dengan papan

jahitan, membuat bentuk dengan mengikuti titik, membentuk lilin, menggunting bentuk,

meronce, menggambar, menenun, menempel dan melipat kertas. Atas cara ini Froebel yakin

bahwa bermain merupakan cara belajar yang penting bagi anak-anak.[6] Karena lewat gifts dan

occupation seorang anak akan mengusahakan diri yang tentu saja diawasi ke arah pengekspresian

diri yang bebas demi mencapai perkembangan diri, ketetapan karakter dan kesadaran diri.

Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan menurut Froebel adalah perkembangan menyeluruh dari individu: semua

daya individu, dan harmoni internal individu, sebagaimana relasi harmonis dengan alam,

masyarakat dan Tuhan. Namun menurut Froebel tujuan ini tidak dapat dibebankan kepada anak;

sebab dia harus mengusahkannya bagi dirinya sendiri melalui aktivitas yang ekspresif dari

kekuatan-kekuatan yang masih tersebunyi. Mereka yang telah mencapai tujuan tersebut akan
mampu menunjukan satu karakter yang solid dan tetap yang memberinya integritas dalam setiap

situasi dan kebiasaan intelektual yang memungkinkan dia untuk mendapatkan pengetahuan

ketika perluperlu.

Pendidikan seperti yang dimaksudkan oleh Froebel ini adalah untuk mengembangan keutuhan

anak-anak tanpa pemaksaan melainkan anak-anak dibantu untuk menumbuhkembangkan sendiri

talenta-talentanya yang tersembunyi dalam dirinya lewat pengawasan yang ada. Dengan

demikian anak-anak diberikan kebebasan untuk mengekspresikan diri lewat metode yang ada

untuk membentuk diri yang memungkinkan dia tetap dalam karakternya ketika berhadapan

dengan berbagai situasi yang ada di lingkungannya, sekaligus juga terbuka terhadap pengetahuan

yang baru sejauh perlu.

Substansi Pendidikan

Yang menjadi substansi pendidikan menurut Froebel adalah menjadikan manusia untuk mampu

mewujudkan dirinya ke arah suatu pengetahuan yang benar.

3. Evalusi Kritis atas Pandangan Pestalozzi dan Froebel tentang Pendidikan

Pertama, Tahap perkembangan yang diangkat baik oleh Pestalozzi dan Froebel menyebabkan

pengkotak-kotakan dalam pendidikan itu sendiri. Tapi dilain pihak pembagian ini juga

memudahkan proses pendidikan itu sendiri. Kedua, menurut Froebel segala sesuatu berevolusi,

baik alam ciptaan maupun Tuhan sendiri. Ketiga, menurut Froebel segi kognitif belum menjadi

jaminan untuk perbuatan baik.

Anda mungkin juga menyukai