Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

HUKUM LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) DAN
PENYELESAIANNYA

Oleh :
GADIS ADIATI
210101009

PROGRAM STUDI HUKUM


FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SAMUDRA
LANGSA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya haturkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah Hukum Lingkungan tentang
Analisis Mengenai “Dampak Lingkkungan (AMDAL) dan Penyelesaiannya”.
Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, saya
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang saya susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.

Langsa, 4 Desember 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................3
A. Latar Belakang.........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah....................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................5
A. Pengertian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)............................5
B. Fungsi dan Manfaat Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)............11
C. Penyelesaian Masalah Melalui AMDAL.................................................................12
BAB III PENUTUP........................................................................................................... 18
A. Kesimpulan..............................................................................................................18
B. Saran .......................................................................................................................

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada umumnya setiap negara yang sedang membangun memiliki sistem
perencanaan pembangunan sendiri-sendiri. Sistem perencanaan pembangunan ini
disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan pembangunan yang telah
ditetapkan. Di Indonesia pembangunan nasional disusun atas dasar pembangunan
jangka panjang dan jangka pendek. Keduanya dilaksanakan secara sambung
menyambung untuk dapat menciptakan kondisi sosial ekonomi yang lebiih baik.
Kegiatan pembangunan ini dilaksanakan dengan menggunakan apa yang disebut
proyek.
Pembangunan dengan proyek yang dikaji dari aspek kelayakan lingkungan
bisa disebut pembangunan berwawasan lingkungan. Pembangunan berwawasan
lingkungan pada hakekatnya dilaksanakan untuk mewujudkan pembangunan
berlanjut (sustainable development). Instrumen untuk mencapai pembangunan
berlanjut adalah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
Pada waktu yang lampau, kebutuhan manusia akan sumber daya alam belum
begitu besar karena jumlah manusianya sendiri masih relatif sedikit, di samping
itu intensitas kegiatannya juga tidak besar. Pada saat-saat itu perubahan-perubahan
pada lingkungan oleh aktifitas manusia masih dalam kemampuan alam untuk
memulihkan diri secara alami. Tetapi aktivitas manusia makin lama makin besar
sehingga menimbulkan perubahan lingkungan yang besar pula. Pada saat inilah
manusia perlu berfikir apakah perubahan yang terjadi pada lingkungan itu tidak
akan merugikan manusia. Manusia perku memikirkan apa yang akan terjadi akibat
adanya kegiatan oleh manusia itu sendiri.
AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkkungan) merupakan alat untuk
merencanakan tindakan preventif terhadap kerusakan lingkungan yang mungkin
akan ditimbulkan oleh suatu aktifitas pembangunan yang direncanakan.
AMDAL harus dilakukan untuk proyek yang diperkirakan akan menimbulkan
dampak penting, karena ini memang yang dikehendaki oleh peraturan pemerintah
maupun oleh Undang-Undang, dengan tujuan agar kualitas lingkungan tidak rusak
karena adanya proyek-proyek pembangunan. Oleh karena itu pemilik proyek atau
pemerkasa akan melanggar perundangan bila tidak menyusun AMDAL, semua
perizinan akan sulit didapat dan disamping itu semua proyek dapat dituntut
dimuka pengadilan.
Dampak dari suatu kegiatan, baik dampak negatif maupun dampak positif
harus sudah diperkirakan sebelum kegiatan itu dimulai. Dengan adanya AMDAL,
pengambilan keputusan akan lebih luas wawasannya di dalam melaksanakan
tugasnya.

3
B. Rumusan Masalah
Adapun dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, timbulah
rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, rumusan masalahnya
berupa sebagai berikut :
1. Apa itu pengertian AMDAL?
2. Apa fungsi dan manfaat AMDAL?
3. Bagaimana penyelesaian sebuah masalah melalui AMDAL?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari AMDAL
2. Untuk menjelaskan apa fungsi serta manfaat dari AMDAL
3. Untuk menjelaskan bagaimana penyelesaian sebuah masalah melalui AMDAL

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
Secara harfiah AMDAL adalah singkatan dari lima suku kata ; Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup
(AMDAL), adalah kajian mengenai dampak penting suatu dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.1
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 22 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan dan
Perlindungan Lingkungan Hidup adalah kajian dampak penting pada lingkungan
hidup melalui pemeriksaan kritis perencanaan proyek dan sebagai prasyarat
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. AMDAL
mengidentifikasikan dampak negatif dan positif dari setiap kegiatan atau proyek
pembangunan, bagaimana dampaknya terhadap orang, properti mereka, dan
lingkkungan. AMDAL juga mengidentifikasikan langkah-langkah untuk mengurangi
dampak negatif, sambil memaksimalkan dampak positif.2
Analisis dampak lingkungan hidup adalah telaah secara cermat dan mendalam
tentang dampak penting suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Kerangka acuan
AMDAL adalah ruang lingkup kajian analisis dampak lingkungan hidup yang
merupakan hasil perlingkupan. Munn mendefinisikan AMDAL sebagai suatu aktivitas
yntuk mengidentifikasikan, menduga dampak lingkkungan biogeofisik dan kesehatan
dan kesejahteraan manusia sebagai akibat dari suatu peraturan, kebijaksanaan,
program, proyek dan lain sebagainya. Selain itu AMDAL sebagai suatu studi terhadap
kemungkinan perubahan berbagai aspek sosial ekonomi dan karakteristik biofisik
lingkungan yang diakibatkan oleh suatu rencana kegiatan.
Dari definisi AMDAL tersebut di atas maka AMDAL merupakan suatu
studi/kajian mendalam tentang dampak yang ditimbulkan oleh suatu rencana
kegiatan/usaha selama proses persiapan, pembangunan dan pengoprasian
kegiatan/usaha tersebut. Hasil studi AMDAL merupakan bahan masukan /alat bagi
para pengambil keputusan dalam menetapkan kegiatan pengolaan lingkungan yang
harus dilaksanakan oleh pemilik usulan kegiatan pembangunan, maupun oleh pihak-
pihak lain yang berkaitan atau berkepentingan dengan lingkungan atau usaha/kegiatan
tersebut.
Kondisi atau kualitas lingkungan tanpa adanya suatu usaha/kegiatan/proyek
pada dasarnya akan mengalami perubahan sesuai ruang dan waktu. Demikian pula
kondisi atau kualitas llingkungan tersebut akan mengalami perubahan yang lebih
besar dengan adanya aktivitas suatu lkegiatan sesuai dengan ruang dan waktu.
Perbedaan besarnya perubahan antara “adanya usaha/kegiatan/proyek” dengan “tanpa
adanya usaha/kegiatan/proyek” inilah yang disebut dampak lingkungan. Lingkugan
hidup merupakan kesatuan sistem, semuanya saling berkaitan, saling berhubungan,

1
Reda Riza, Studi Kelayakan Lingkungan, (Jakarta : Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016), hal 23.
2
Ronnawan Juniatmoko, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), (Bandung : Widina Bhakti Persada,
2023), hal. 2.

5
saling ketergantungan, adanya keanekaan, perlunya keserasian, keharmonisan, dan
keberkanjutan dari sistem tersebut.
Analisis mengenai dampak lingkungan hidup merupakan reaksi terhadap
kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia yang semakin meningkat. Dengan
diundangkannya undang-undang tentang lingkungan hidup di Amerika Serikat, yaitu
Ntional Environmental Policy Art (NEPA) pada tahun 1969. Lalu pada tahun 1986, di
Indonesia diterbitkan peraturan pemerintah No. 29 Tahun 1986. Karena pelaksanaan
PP No. 29 Tahun 1986 mengalami beberapa hambatan yang bersifat birokratis
maupun metodologis, maka sejak tanggal 23 oktober 1993 pemerintah mencabut PP
No. 29 Tahun 1986 dan menggantikannya dengan PP No. 51 Taahun 1993 tentang
AMDAL dalam rangka efektifitas dan efisiensi pelaksanaan AMDAL. Dengan
diterbitkannya undang-undang No. 23 tahun 19997, maka PP No. 51 Tahun 1993
perlu disesuaikan. Oleh karena itu, pada tanggal 7 maret tahun 1999, pemerintah
menerbitkan peraturan pemerintah No. 27 tahun 1999. Melalui PP No. 27 Tahun 1999
ini diharapkan pengelolaan lingkungan hidup dapat lebih optimal.
Menurut PP 29/1986, yang kemudian disempurnakan dengan PP 27/1999, yang
semula hanya memiliki satu model AMDAL, berkembang dan mempunyai beberapa
bentuk AMDAL dan mempunya pengertian:
1) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai
dampak besar dan penting suatu usaha/kegiatan yang direncanakan pada lingkungan
hidup, yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan
usaha/kegiatan. Kajian ini menghasilkan dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak
Lingkungan, Analisis Dampak Lingkungan, Rencana Pengelolaan Lingkungan dan
Rencana Pemantauan Lingkungan. Sementara itu pengertian ANDAL adalah sebagai
berikut.
2) Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) adalah telaahan secara cermat dan
mendalam tentang dampak besar dan penting suatu kegiatan yang direncanakan.
Dalam PP 51/1993, dikenal ada beberapa model AMDAL yaitu AMDAL Proyek
Individual (seperti PP 29/1986), AMDAL Kegiatan Terpadu, AMDAL Kawasan, dan
AMDAL Regional. Pengertian ketiga AMDAL menurut PP 51/1993 tersebut adalah:
1) Analisis mengenai dampak lingkungan kegiatan terpadu/multisektor adalah
hasil studi mengenai dampak penting usaha atau kegiatan yang terpadu yang
direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan hamparan ekosistem
dan melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung jawab. Di
dalam PP 27/1999 definisi di atas kata hasil studi diganti kajian dan dampak penting
menjadi dampak besar dan penting.
2) Analisis mengenai dampak lingkungan kawasan adalah hasil studi mengenai
dampak penting usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup
dalam satu kesatuan ha,paran ekosistem dan menyangkut kwenangan satu instansi
yang bertanggung jawab. Di dalam PP 27/1999 definisi di atas kata hasil studi diganti
kajian dan dampak penting diganti dampak besar dan penting.
3) Analisis mengenai dampak lingkungan regional adalah hasil studi mengenai
dampak penting usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup
dalam satu kesatuan hamparan ekosistem zona rencana pengembangan wilayah sesuai

6
dengan rencana umum tata ruang daerah dan melibatkan kewenangan lebih dari satu
instansi yang bertanggung jawab.

Pada PP 27/1999 pengertian AMDAL adalah merupakan hasil studi mengenai


dampak besar dan penting suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan
hidup, yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan. Hasil studi ini terdiri dari
beberapa dokumen. Atas dasar beberapa dokumen ini kebijakan dipertimbangkan dan
diambil.
Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah:
Komisi Penilai AMDAL, komisi yang bertugas menilai dokumen
AMDALPemrakarsa, orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan, danmasyarakat yang
berkepentingan, masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam
proses AMDAL.Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu:
Penentuan kriteria wajib AMDAL, saat ini, Indonesia menggunakan/menerapkan
penapisan 1 langkah dengan menggunakan daftar kegiatan wajib AMDAL (one step
scoping by pre request list). Daftar kegiatan wajib AMDAL dapat dilihat di Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006Apabila kegiatan tidak
tercantum dalam peraturan tersebut, maka wajib menyusun UKL-UPL, sesuai dengan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002Penyusunan
AMDAL menggunakan Pedoman Penyusunan AMDAL sesuai dengan Permen LH
NO. 08/2006Kewenangan Penilaian didasarkan oleh Permen LH no. 05/2008B.
Dampak lingkungan hidup adalah perubahan lingkungan yang sangat
mendasar yang akan terjadi yang diakibatkan oleh suatu usaha/kegiatan. Dampak-
dampak penting ditentukan anatara lain oleh besarnya jumlah manusia yang akan
terkena dampak rencana usaha/kegiatan, luas wilayah penyebaran dampak, intensitas
dan lamanya dampak berlangsung, banyaknya komponen lingkungan lainya yang
akan terkenan dampak, sifat kumulatif dampak tersebut, dan berbalik (reversible) atau
tidak berbalik (ireversible) dampak.
Di sisi lain, konsep pelestarian seringkali diaggap sebagai sebuah gagasan
yang “menentang” kegiatan pembangunan, pelestarian dapat menjadi suatu
penghambat terhadap usaha atau kegiatan pembangunan manusia. Artinya, suatu
usaha atau kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh manusia, seyogyanya harus
dapat memastikan kualitas lingkungan, serta memastikan hasil dari pembangunan
tersebut dapat dinikmati secara berkelanjutan, atau yang biasa disebut dengan istilah
“sustainabillity”.
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah Republik Indonesia untuk meastikan
pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan dari setiap kegiatan pembangunan pada
dasarnya telah dimulai dari awal berlakunya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982
Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengolaan Lingkungan Hidup, yang berisikan
bahwa dalam mendayagunakan sumber daya alam untuk memajukan kesejahteraan
umum seperti termuat dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
dan untuk mencapai kebahagiaan hidup berdasarkan Pancasila, maka perlu
diusahakan pelestarian lingkungan hidup yang serasi dan seimbang untuk menunjang

7
pembangunan yang berkesinambungan yang dilaksanakan dengan kebijaksanaan
terpadu dan menyeluruh serta memperhitungkan kebutuhan generasi sekarang dan
mendatang.3
Berdasarkan definisi tersebut, dapat dipahami bahwa AMDAL, merupakan
sebuah kegiatan terstruktur, terencana dan sistematis untuk melakukan perhitungan,
penilaian, dan pengukuran terhadap dampak penting suatu usaha terhadap llingkungan
hidup, penempatan posisi yang sangat strategis umtuk menjamin dan memastikan
bahwa suatu usaha atau kegiatan pembangunan harus mengedepankan konsep
pelestarian dan pembangunan berkelanjutan / Sustainable Development.
AMDAL sebagai sebuah kajian/riset, juga menempati posisi penting atau
posisi “kunci” terhadap pengambilan keputusan dari kelayakan sebuah rencana usaha
atau kegiatan. Artinya, jika setelah kajian AMDAL dilaksanakan, ternyata hasil kajian
AMDAL tersebut menyimpulkan bahwa suatu rencana usaha atau kegiatan
berdampak penting terhadap lingkungan, maka AMDAL dapat berperan sebagai
sebuah instrumen lingkungan yang bersifat pencegahan atau preventif, sebelum suatu
rencana usaha atau kegiatan tersebut berdiri, maka setiap stakeholder yang terlibat
dapat memastikan dampak apa saja yang akan muncul, serta bagaimana upaya
pengendalian dari dampak tersebut. Hal ini sangat efektif dilakukan sebagai upaya
pelestarian sumber daya alam dan lingkungan, serta dalam pelaksanaan pembangunan
berkelanjutan, karena seringkali upaya pencegahan jauh lebih efektif dan efisien,
dibandingkan dengan upaya pemulihan.4
Aktivitas pembangunan yang dilakukan dalam berbagai bentuk usaha/kegiatan
pada dasarnya akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Dengan
diterapkannya prinsip berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dalam proses
pelaksanaan pembangunan, dampak terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh
berbagai aktivitas pembangunan tersebut dianalisis sejak awal perencanaannya,
sehingga langkah pengendalian dampak negatif dan pengembangan dampak positif
dapat disiapkan sedini mungkin. Perangkat atau instrumen yang dapat digunakan
untuk melakukan hal tersebut adalah AMDAL dan UKL-UPL. Pasal 22 Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hudup menetapkan bahwa setiap usaha/kegiatan yang berampak penting terhadap
lingkungan hidup wajib memiliki AMDAL. AMDAL tidak hanya mencakup kajian
terhadap aspek biogeofisik dan kimia saja, tetapi juga aspek sosial dan ekonomi,
sosial budaya, dan kesehatan masyarakat. Sedangkan untuk setiap usaha atau kegiatan
yang tidak berdampak penting, sesuai dengan ketentuan pasal 34 Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
diwajibkan untuk memiliki UKL-UPL.
AMDAL harus dilakukan untuk proyek yang diperkirakan akan menimbulkan dampak
penting, karena ini memang yang dikehendaki baik oleh Peraturan Pemerintah
maupun oleh Undang-undang, dengan tujuan agar kualitas lingkungan tidak rusak
karena adanya proyek-proyek pembangunan. Oleh karena itu pemilik proyek atau
pemrakarsa akan melanggar perundangan bila tidak menyusun AMDAL, semua
perizinan akan sulit didapat dan di samping itu pemilik proyek dapat dituntut dimuka
pengadilan. Keharusan membuat AMDAL merupakan cara yang efektif untuk

3
Imam Arifandy, Pengantar AMDAL dan Perspektif Islam,(Pekanbaru : UR Pres Pekanbaru, 2019), hal. 5.
4
Ibid, hal.7

8
memaksa para pemilik proyek memperhatikan kualitas lingkungan, tidak hanya
memikirkan keuntungan proyek sebesar mungkin tanpa memperhatikan dampak
lingkungan yang timbul. Dampak dari suatu kegiatan, baik dampak negatif maupun
dampak positif harus sudah diperkirakan sebelum kegiatan itu dimulai. Dengan
adanya AMDAL, pengambil keputusan akan lebih luas wawasannya di dalam
melaksanakan tugasnya. Karena di dalam suatu rencana kegiatan, banyak sekali hal-
hal yang akan dikerjakan, maka AMDAL harus dapat membatasi diri, hanya
mempelajari hal-hal yang penting bagi proses pengambilan keputusan.
AMDAL ini sangat penting bagi negara berkembang khususnya Indonesia, karena
Indonesia sedang giat melakasanakan pembangunan, dan untuk melaksanakan
pembangunan maka lingkungan hidup banyak berubah, dengan adanya AMDAL
maka perubahan tersebut dapat diperkirakan. Dampak kegiatan terhadap lingkungan
hidup dapat berupa dampak positif maupun dampak negatif, hampir tidak mungkin
bahwa dalam suatu kegiatan / pembangunan tidak ada dampak negatifnya. Dampak
negatif yang kemungkinan timbul harus sudah diketahui sebelumnya (dengan
MDAL), di samping itu AMDAL juga membahas cara-cara untuk menanggulangi /
mengurangi dampak negatif. Agar supaya jumlah masyarakat yang dapat ikut
merasakan hasil pembangunan meningkat, maka dampak positif perlu dikembangkan
di dalam AMDAL.
Untuk mengidentifikasi kerusakan lingkungan yang mungkin dapat terjadi akibat
kegiatan pembangunanMengidentifikasi kerugian dan keuntungan terhadap
lingkungan alam dan ekonomi yang dapat dialami oleh masyarakat akibat kegiatan
pembangunanMengidentifikasi masalah lingkungan yang kritis yang memerlukan
kajian lebih dalam dan pemantauannya.Mengkaji dan mencari pilihan alternatif yang
baik dari berbagai pilihan pembangunan.Mewujudkan keterlibatan masyarakat dalam
proses pengambilan keputusan berkaitan dengan pengelolaan lingkungan.Memabantu
pihak-pihak terkait yang terlibat dalam pembangunan dan pihak pengelola lingkungan
untuk memahami tanggung jawab, dan keterkaitannya satu sama lain.Manfaat
AMDALBagi masyarakat
- Masyarakat dapat mengetahui rencana pembangunan di daerahnya, sehingga
dapat mempersiapkan diri di dalam penyesuaian kehidupannya apabila diperlukan;
- Masyarakat dapat mengetahui perubahan lingkungan di masa sesudah proyek
dibangun sehingga dapat memanfaatkan kesempatan yang dapat menguntungkan
dirinya dan menghindarkan diri dari kerugian-kerugian yang dapat diderita akibat
adanya proyek tersebut;
- Masyarakat dapat ikut berpartisipasi di dalam pembangunan di daerahnya sejak
dari awal, khususnya di dalam memberikan informasi-informasi ataupun ikut
langsung di dalam membangun dan menjalankan proyek;
- Masyarakat dapat memahami hal-ihwal mengenai proyek secara jelas sehingga
kesalahfahaman dapat dihindarkai dan kerja sama yang menguntungkan dapat
digalang;
- Masyarakat dapat mengetahui hak den kewajibannya di dalam hubungannya
dengan proyek tersebut khususnya hak dan kewajiban di dalam ikut dan mengelola
lingkungan.
Bagi pemilik proyek

9
- Proyek terhindar dari perlanggaran terhadap undang-undang atau peraturan
yang berlaku;
- Proyek terhindar dari tuduhan pelanggaran pencemaran atau perusakan
lingkungan;
- Pemilik proyek dapat melihat masalah-masalah lingkungan yang akan dihadapi
di masa yang akan datang;
- Pemilik proyek dapat mempersiapkan cara-cara pemecahan masalah di masa
yang akan datang;
- Nalisis dampak lingkungan merupakan sumber informasi lingkungan di sekitar
lokasi proyeknya secara kuantitatif, termasuk informasi sosial ekonomi dan sosial
budaya;
- Analisis dampak lingkungan merupakan bahan penguji secara komprehensif
dari perencanaan proyeknya, sehingga dapat diketahui kelemahan-kelemahannya
untuk segera dapat dilakukan penyempurnaannya;
- Dengan adanya analisis dampak lingkungan, pemilik proyek dapat mengetahui
keadaan lingkungan yang membahayakan (misalnya banjir, tanah longsor, gempa
bumi dan lain-lain) sehingga dapat dicari keadaan lingkungan yang aman bagi proyek.
Bagi pemerintah
- Untuk mencegah agar potensi sumberdaya alam yang dikelola tersebur tidak
rusak (khusus untuk sumberdaya alam yang dapat diperbaharui);
- Untuk mencegah rusaknya sumberdaya alam lainnya yang berada di luar lokasi
proyek baik yang dioleh olrh proyek lain, diolah masyarakat atau yang belum diolah;
- Untuk menghindari perusakan lingkungan hidup seperti timbulnya pencemaran
air, pencemaran udara, kebisingan dan lain sebagainya, sehingga tidak mengganggu
kesehatan, kenyamanan dan keselamatan masyarakat;
- Untuk menghindari terjadinya pertentangan-pertentangan yang mungkin
timbul khususnya dengan masyarakat dan proyek-proyek lainnya;
- Untuk menjamin agar proyek yang dibangun sesuai dengan rencana
pembangunan daerah, nasional ataupun internasional serta tidak mengganggu proyek
lain;
- Untuk menjamin agar proyek tersebut mempunyai manfaat yang jelas bagi
negara dan masyarakat;
- Analisis dampak lingkungan diperlukan bagi pemerintah sebagai alat
pengambil keputusan.

10
B. Fungsi dan Manfaat Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
Secara umum, fungsi dan manfaat AMDAL antara lain adalah sebagai berikut;
Fungsi :
1. Memberi masukan dalam pengambilan keputusan bagi pemerintah dan
pengelolaan kegiatan
2. Memberi pedoman dalam upaya pencegahan, pengendalian dan pemantauan
dampak lingkungan hidup
3. Memberikan informasi dan data bagi perencanaan pembangunan suatu wilayah.
Manfaat :
1. Mengetahui sejak awal dampak positif dan dampak negatif akibat kegiatan
pembangunan proyek
2. Menjamin aspek keberlanjutan kegiatan-kegiatan proyek pembangunan
3. Menghemat penggunaan sumber daya alam
4. Kemudahan dalam memperoleh perizinan dan memperoleh kredit bank.
Manfaat AMDAL dapat dikelompokkan empat kelompok yaitu :
1. Manfaat AMDAL bagi pemilik usaha/kegiatan (pemrakarsa proyek) :
a. AMDAL memberikan gambaran yang jelas atas manfaat, resiko dan sasaran
usaha/kegiatan/proyek yang dikelola.
b. AMDAL memberikan gambaran yang jelas atas kondisi lingkungan hidup
setempat baik biogeofisik, sosial ekonomi dan budaya masyarakat di sekitar
lokasi usaha/kegiatan/proyek yang dikelola.
c. AMDAL dapat dijadikan sebagai bahan pengujian secara komprehensif atas
perencanaan proyek sehingga pemilik usaha/kegiatan/proyek dapat
memperkecil resiko dan kelemahan-kelemahan usaha/kegiatan/proyek.
d. AMDAL dapat dijadikan sebagai landasan perencanaan pengelolaan
lingkungan yang lebih baik dan merupakan bagian dari pengelolaan
pembangunan usaha/kegiatan/proyek secara keseluruhan.
e. AMDAL dapat dijadikan sebagai alat untuk berargumentasi dan menghindari
kemungkinan terjadinya konflik terutama bila timbul masalah lingkungan di
daerah tersebut.
f. AMDAL dapat dijadikan sebagai alat untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat disekitar lokasi usaha/kegiatan/proyek terhadap pengamanan dan
keselamatan usaha/kegiatan/proyek.
2. Manfaat AMDAL bagi pemerintah :
a. AMDAL dapat dimanfaatkan pemerintah untuk mengontrol pengelolaan
lingkungan oleh pemilik usaha/kegiatan/proyek.
b. AMDAL dapat dimanfaatkan pemerintah untuk mengontrol penggunaan
sumberdaya alam dan lingkungan oleh pemilik usaha/kegiatan/proyek.
c. AMDAL dapat dimanfaatkan pemerintah untuk mencegah kerusakan dan
pemborosan penggunaan sumber daya alam baik yang digunakan oleh pemilik
usaha/kegiatan/proyek atau oleh pihak lain.
d. AMDAL dapat dimanfaatkan pemerintah untuk menghindari konflik dengan
proyek lainnya maupun masyarakat di sekitar lokasi proyek.

11
e. Menjamin manfaat yang jelas atas suatu kegiatan/usaha/proyek bagi
masyarakat umum.
f. Meningkatkan jaminan bagi keberlanjutan pembangunan.
g. Meningkatkan tanggung jawab semua pihak terhadap pengelolaan lingkungan.
h. AMDAL dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi perencanaan
pembangunan wilayah.
i. AMDAL berguna bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
j. AMDAL berguna untuk kepentingan penelitian terkait dan pengembangan
penelitian.
3. Manfaat AMDAL bagi Masyarakat :
a. AMDAL dapat dimanfaatkan masyarakat untuk mengontrol pengelolaan
lingkungan oleh pemilik usaha/kegiatan/proyek.
b. AMDAL dapat dimanfaatkan masyarakat untuk mengontrol penggunaan
sumber daya alam dan lingkungan oleh pemilik usaha/kegiatan/proyek.
c. AMDAL dapat dimanfaatkan masyarakat untuk menambah ilmu pengetahuan
dan teknologi.
4. Manfaat AMDAL bagi lingkungan hidup :
a. Terpeliharanya kualitas lingkungan secara baik.
b. Terjaminnya ketersediaan sumberdaya alam secara berkelanjutan.

C. Penyelesaian Masalah Melalui AMDAL


AMDAL di Indonesia diberlakukan berdasarkan PP 51 Tahun 1993 (sebelumnya
PP 29 tahun 1986) sebagai realisasi pelaksanaan UU No. 4 tahun 1982 tentang
Lingkungan Hidup yang saat ini telah direvisi menjadi UU No. 23 tahun 1997.
AMDAL merupakan instrumen pengelolaan lingkungan yang diharapkan dapat
mencegah kerusakan lingkungan dan menjamin upaya-upaya konservasi. Hasil studi
AMDAL merupakan bagian penting dari perencanaan pembangunan proyek itu
sendiri. Sebagai instrumen pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, AMDAL
harus dibuat pada tahap paling dini dalam perencanaan kegiatan pembangunan,
dengan kata lain, proses penyusunan dan pengesahan AMDAL harus merupakan
bagian dari proses perijinan satu proyek. Dengan cara ini proyek-proyek dapat
disaring seberapa jauh dampaknya terhadap lingkungan. Di sisi lain studi AMDAL
juga dapat memberi masukan bagi upaya-upaya untuk meningkatkan dampak positif
dari proyek tersebut. Dalam PP 51 Tahhun 1993 ditetapkan empat jenis studi
AMDAL, yaitu :
1. AMDAL proyek, yaitu AMDAL yang berlaku bagi satu kegiatan yang berada
dalam kewenangan satu instansi sektoral. Misalnya rencana kegiatan pabrik tekstil
yang mempunyai kewenangan memberikan izin dan mengevaluasi studi
AMDALnya pada Departemen Perindustrian.
2. AMDAL terpadu/Multisektoral, adalah AMDAL yang berlaku bagi suatu rencana
kegiatan pembangunan yang bersifat terpadu, yaitu adanya keterkaitan dalam hal
perencanaan, pengelolaan dan proses produksi, serta berada dalam satu kesatuan
ekosistem dan melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi.

12
3. AMDAL kawasan, yaitu AMDAL yang ditujukan pada suatu rencana kegiatan
pembangunan yang berlokasi dalam satu kesatuan hamparan ekosistem yang
menyangkut kewenangan satu instansi.
4. AMDAL regional, adalah AMDAL yang diperuntukan bagi rencana kegiatan
pembangunan yang sifat kegiatannya saling terkait dalam hal perencanaan dan
waktu pelaksanaan kegiatannya. AMDAL ini melibatkan kewenangan lebih dari
satu instansi, berada dalam satu kesatuan ekosistem, satu rencana pengembangan
wilayah sesuai Rencana Umum Tata Ruang Daerah.
Secara teknis yang bertanggung jawab dalam merumuskan dan memantau
penyusunan AMDAL di Indonesia adalah BAPEDAL. Penerapan AMDAL di
Indonesia tidak semudah di negara barat, karena kondisi masyarakat yang berbeda dan
tidak dapat sepenuhnya memberi dukungan terhadap tindakan pemerintah. Walaupun
banyak isu lingkungan dalam agenda sosial, tetapi isu tersebut masih dianggap kurang
penting.
Langkah-langkah pengerjaan AMDAL dapat dikelompokkan menjadi tahap
pelingkupan, tahap analisis, dan tahap perencanaan pengendalian. Semua harus
dilakukan berurutan karena hasil suatu langkah akan mempengaruhi arah langkah
selanjutnya. Setelah ketiga tahap itu selesai, rancangan kegiatan akan dinilai
kelayakan lingkungannya.
Prosedur pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
1. Tata laksana menurut PP 29 Tahun 1986
Menurut Hardjasoemantri, garis besar prosedur AMDAL sebagaimana tercantum pada
PP No. 29/1986 Mengenai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan adalah sebagai
berikut ini.
a. Pemrakarsa rencana kegiatan mengajukan Penyajian Informasi Lingkungan (PIL)
kepada instansi yang bertanggung jawab. PIL tersebut dibuatkan berdasarkan
pedoman yang ditetapkan oleh Menteri yang ditugaskan mengelola lingkungan hidup.
Dalam uraian dibawah ini, yang dimaksud degan menteri KLH adalah “Menteri yang
di tugasi mengelola lingkungan hidup” instansi yang bertanggung jawab adalah yang
berwenang memberi keputusan tentnag pelaksanaan rencana kegiatan, dengan
pengertian bahwa kewenangan berada pad menteri atau Pimpinan Lembaga
Pemerintah Nondepartemen yang membidangi kegiatan yang bersangkutan dan pada
Gubernur Daerah Tingkat I untuk kegiatan yang berada di bawah wewenangnya
b. Apabila lokasi sebagaimana tercantum dalam PIL dinilai tidak tepat, maka
instansi yang bertanggung jawab menolak lokasi tersebut dan memberikan petunjuk
tentang kemungkinan lokasi lain dengan kewajiban bagi pemrakarsa untuk membuat
PIL yang baru. Apabila suatu lokasi dapat menimbulkan perbenturan kepentingan
antar sektor maka instansi yang bertanggung jawab mengadakan konsultasi dengan
menteri KLH dan Menteri atau Pimpinan Lembaga Pemerintah Nondepartemen yang
bersangkutan.
c. Apabila hasil penelitian PIL menentukan bahwa perlu dibuatkan ANDAL,
berhubung dengan adanya dampak penting rencana kegiatan terhadap lingkungan,
baik lingkungan geobiofisik maupun sosial budaya, maka pemrakarsa bersama

13
instansi yang bertanggung jawab membuat Kerangka Acuan (KA) bagi penyusunan
ANDAL.

d. Apibila ANDAL tidak perlu dibuat untuk suatu rencana kegiatan, berhubung tidak
ada dampak penting, maka pemrakarsa diwajibkan untuk membuat Rencana
Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) bagi
kegiatan tersebut. Huruf K dalam RKL adalah “Kelola” dan huruf P dalam RPL dari
“Pantau”.
e. Apabila dari semula sudah diketahui bahwa akan ada dampak penting, maka tidak
perlu dibuat PIL lebih dahulu akan tetapi dapat langsung menyusun KA bagi pembuat
ANDAL.
f. ANDAL merupakan komponen studi kelayakan rencana kegiatan sehingga
dengan demikian terdapat tiga studi kelayakan dalam perencanaan pembangunan,
yaitu: teknis, ekonomis dan lingkungan (TEL). biaya rencana kegiatan sebagaimana
tercantum dalam studi kelayakan rencana kegiatan tersebut meliputi pula biaya
penanggulangan dampak negatif dan pengembangan dampak positifnya.
g. Pedoman umum penyusunan ANDAL ditetapkan oleh Menteri KLH. Pedoman
teknis penyusunan ANDAL ditetapkan oleh Menteri atau Pimpinan Lembaga
Pemerintah Nondepartemen yang membidangi kegiatan yang bersangkutan
berdasarkan pedoman umum penyusunan ANDAL yang dibuat oleh Menteri KLH.
h. Apabila ANDAL menyimpulkan bahwa dampak negatif yang tidak dapat
ditanggulangi berdasarkan ilmu dan teknologi lebih besar dibanding dengan dampak
positifnya, maka instansi yang bertanggung jawab memutuskan menolak rencana
kegiatan yang bersangkutan. Terhadap penolakan ini, pemrakarsa dapat mengajukan
keberatan kepada pejabat yang lebih tinggi dari instansi yang bertanggung jawab
selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari. Sejak diterimanya keputusan penolakan.
Pejabat yang lebih tinggi tersebut memberi keputusan atas keberatan tersebut
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya pernyataan keberatan,
setelah mendapat pertimbangan dari menteri KLH. Keputusan tersebut merupakan
keputusan terakhir.
i. Apabila ANDAL disetujui, maka pemrakarsa menyusun RKL dan RPL dengan
menggunakan pedoman penyusunan RKL dan RPL yang dibuat oleh Menteri KLH
atau Departemen yang bertanggung jawab.
j. Keputusan persetujuan ANDAL dinyatakan kadaluwarsa apabila rencana
kegiatan tidak dilaksanakan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak ditetapkannya
keputusan tersebut. Pemrakarsa wajib mengajukan kembali permohonan persetujuan
atas ANDAL. Terhadap permohonan ini instansi yang bertanggung jawab
memutuskan dapat digunakan kembali ANDAL, RKL dan RPL yang telah dibuat atau
wajib diperbaharuinya dokumen-dokumen tersebut.
k. Keputusan persetujuan ANDAL dinyatakan gugur, apabila terjadi perubahan
lingkungan yang sangat mendasar akibat peristiwa alam atau karena kegiatan lain,
sebelum rencana kegiatan dilaksanakan. Pemrakarsa perlu membuat ANDAL baru
berdasarkan rona lingkungan baru.
Dalam rangka pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup maka nampak
gambaran bagi proyek-proyek yang akan dibangun atau yang telah berjalan, perlu

14
diteliti sampai seberapa besar dapat meningkatkan kulitas lingkungan hidup setempat.
Selain itu terkandung pula pengertian seberapa besar dapat memaksimumkan manfaat
(dampak positif) terhadap lingkungan yang mengandung makna harus dapat
menciptakan kegiatan ekonomi baru dan penyedian fasilitas sosial ekonomi bagi
masyarakat setempat. atau sebaliknya malah menurunkan kualitas ligkungan hidup
dalam arti lebih banyak memberikan kerugian (dampak negatif) bagi masyarakat
sekitar.
Untuk mengatasi semua itu, analisa dampak lingkungan adalah salah satu cara
pengendalian yang efektif untuk dikembangkan. AMDAL bertujuan untuk
mengurangi atau meniadakan pengaruh-pengaruh buruk (negatif) terhadap lingkungan
dan bukan menghambat ektifitas ekonomi. AMDAL pada hakekatnya merupakan
penyempurnaan suatu proses perencanaan proyek pembangunan dimana tidak saja
diperhatikan aspek sosial proyek itu, melainkan juga aspek pengaruh proyek itu
terhadap sosial budaya, fisika, kimia dan lain-lain.
Ada pun tahap pengerjaan AMDAL tesebut diuraikan dalam prosedur AMDAL yang
terdiri dari:
1. Proses penapisan (screening) wajib AMDAL
Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi wajib AMDAL adalah
proses untuk menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun
AMDAL atau tidak. Di Indonesia, proses penapisan dilakukan dengan sistem
penapisan satu langkah.
Ketentuan apakah suatu rencana kegiatan perlu menyusun dokumen AMDAL atau
tidak dapat dilihat pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11
Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib
dilengkapi dengan AMDAL.

2. Proses pengumuman
Setiap rencana kegiatan yang diwajibkan untuk membuat AMDAL wajib
mengumumkan rencana kegiatannya kepada masyarakat sebelum pemrakarsa
melakukan penyusunan AMDAL. Pengumuman dilakukan oleh instansi yang
bertanggung jawab dan pemrakarsa kegiatan.
Tata cara dan bentuk pengumuman serta tata cara penyampaian saran, pendapat
dan tanggapan diatur dalam Keputusan Kepala Bapedal Nomor 08 Tahun 2000
tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses
AMDAL.

3. Proses pelingkupan (scoping)


Pelingkupan merupakan suatu proses awal (dini) untuk menentukan lingkup
permasalahan dan mengidentifikasi dampak penting (hipotesis) yang terkait
dengan rencana kegiatan.
Tujuan pelingkupan adalah untuk menetapkan batas wilayah studi,
mengidentifikasi dampak penting terhadap lingkungan, menetapkan tingkat
kedalaman studi, menetapkan lingkup studi, menelaah kegiatan lain yang terkaiti
dengan rencana kegiatan yang dikaji. Hasil akhir dari proses pelingkupan adalah
dokumen KA-ANDAL. Saran dan masukan masyarakat harus menjadi bahan
pertimbangan dalam proses pelingkupan.

15
4. Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL
Setelah KA-ANDAL selesai disusun, pemrakarsa dapat mengajukan dokumen
kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu
maksimal penilaian KA-ANDAL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan
penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.
Hasil penilaian KA ANDAL adalah Surat Kesepakatan KA ANDAL yang akan
digunakan sebagai acuan dalam penyusunan ANDAL, RKL dan RPL.

5. Kesepakatan KA-ANDAL
Setelah KA-ANDAL selesai disusun, pemrakarsa dapat mengajukan dokumen
kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu
maksimal penilaian KA-ANDAL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan
penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.
Hasil penilaian KA ANDAL adalah Surat Kesepakatan KA ANDAL yang akan
digunakan sebagai acuan dalam penyusunan ANDAL, RKL dan RPL.

6. Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL


Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL dilakukan dengan mengacu pada KA-
ANDAL yang telah disepakati (hasil penilaian Komisi AMDAL). Setelah selesai
disusun, pemrakarsa dapat mengajukan dokumen kepada Komisi Penilai AMDAL
untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal penilaian ANDAL,
RKL dan RPL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan penyusun untuk
memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.

7. Persetujuan kelayakan lingkungan


a. Keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu rencana usaha dan/atau kegiatan
diterbitkan oleh :
 Menteri , untuk dokumen yang dinilai oleh komisi penilai pusat
 Gubernur, untuk dokumen yang dinilai oleh provinsi
 Bupati/walikota, untuk dokumen yang dinilai oleh komisi
kabupaten/kota.
b. Penerbitan keputusan wajib dicantumkan ;;
 Dasar pertimbangan dikeluarkannya keputusan
 Pertimbangan terhadap saran, pendapat dan tanggapan yang diajukan
oleh warga masyarakat
Pada dasarnya dokumen AMDAL berlaku sepanjang umur usaha atau
kegiatan. Namun demikian, dokumen AMDAL dinyatakan kadaluarsa apabila
kagiatan fisik utama suatu rencana usaha atau kegiatan tidak dilaksanakan dalam
jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak diterbitkannya keputusan kelayakan lingkungannya.
Dalam hal dokumen AMDAL dinyatakan kadaluarsa, maka Pemrakarsa dapat
mengajukan dokumen AMDALnya kepada instansi lingkungan yang bertanggung
jawab untuk dikaji kembali, apakah harus menysun AMDAL baru atau dapat
mempergunakan kembali untuk rencana kegiatannya.

16
Keputusan kelayakan lingkungan dinyatakan batal apabila terjadi pemindahan
lokasi atau perubahan desain, proses, kapasitas, bahan baku dan bahan penolong atau
terjadi perubahan lingkungan yang sangat mendasar akibat peristiwa alam atau sebab
lain sebelum usaha atau kegiatan yang bersangkutan dilaksanakan. Apabila
Pemrakarsa kegiatan hendak melaksanakan kegiatannya kembali maka Pemrakarsa
wajib mengajukan perubahan pada Menteri/ Gubernur/ Bupati/ Walikota sesuai
kewenangannya untuk diputuskan apakah diwajibkan untuk membuat AMDAL baru
atau membuat adendum ANDAL, KL, dan RPL; atau mengajukan permohonan
perubahan izin lingkungan. Penetapan keputusan perubahan tersebut akan dibuat
dalam suatu pengaturan mengenai kriteria perubahan yang lebih rinci.
Izin lingkungan adalah izin yang wajib dimiliki setiap orang yang melakukan
usaha dan/atau kegiatan yang wajib AMDAL atau UKL-UPL dalam rangka
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh
izin usaha dan/atau kegiatan.
Izin Lingkungan diperoleh melalui tahapan kegiatan yang meliputi:
1. Penyusunan AMDAL dan UKL-UPL
2. Penilaian AMDAL dan pemeriksaan UKL-UPL
3. Permohonan dan penerbitan izin lingkungan.
Dokumen AMDAL disusun untuk kegiatan pembangunan dan/atau
peningkatan jalan yang masuk dalam kriteria wajib Amdal. Hal ini sesuai dengan
pasal 22 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) bahwa “Setiap usaha dan/atau kegiatan yang
berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki Amdal”, dan pasal 59
ayat 2 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 19/PRT/M/2011 tentang
Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan bahwa “Setiap
perencanaan teknis Jalan harus dilengkapi dengan dokumen AMDAL atau UKL-UPL
atau SPPL sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sesuai Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Pedoman Keterlibatan Masyarakat
Dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan Hidup dan Izin Lingkungan, bahwa
dalam proses Amdal, masyarakat dilibatkan melalui pengikutsertaan dalam
penyusunan dokumen Amdal melalui proses pengumuman, penyampaian saran,
pendapat dan tanggapan masyarakat dan konsultasi publik serta pengikutsertaan
masyarakat dalam komisi penilai Amdal, bagi rencana usaha dan/atau kegiatan yang
wajib memiliki Amdal.
AMDAL yang pada umumnya diselesaikan pada tahap Studi Kelayakan (FS)
untuk menentukan apakah proyek yang bersangkutan dapat diterima menutut sudut
pandang dampak sosial dan lingkungan alam. Oleh sebab itu, hasil-hasil dari kegiatan
ini akan mernpengaruhi keseluruhan evaluasi proyek maupun stud' kelayakan
rekayasa dan pengkajian ekonomis. Di sektor perhubungan, pekerjaan (proyek)
reklamasi yang hales dilengkapi oleh dokumen lingkungan meliputi dokumen
AMDAL (apabila proyek tersbut termasuk dalam kegiatan yang hams dilengkapi oleh
dokumen tersebut) serta dokumen UKL-UPL. Pada uraian berikut digambarkan
kegiatan yang wajib AMDAL maupun UKL-UPL. Penyusunan Kerangka Acuan

17
pada umumnya mengikuti diagram alir penyusunan di bawah ini sehingga dapat
memberikan masukan yang diperlukan oleh perencana dan pengambilan keputusan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pasal 1 angka 35 UU No. 32 tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 27
tahun 2012 tentang Izin Lingkungan “mengatur tentang wajib AMDAL kepada setiap
pelaku usaha dan/atau kegiatan dalam rangka perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup”.
Secara umum kegunaan AMDAL adalah Memberikan informasi secara jelas
mengenai suatu rencana usaha, berikut dampak-dampak lingkungan yang akan
ditimbulkannya; Menampung aspirasi, pengetahuan dan pendapat penduduk
khususnya dalam masalah lingkungan sewaktu akan didirikannya suatu usaha atau
kegiatan perindustrian; Menampung informasi setempat yang berguna bagi
pemrakarsa dan masyarakat dalam mengantisipasi dampak dan mengelola lingkungan.
Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan “Setiap usaha dan/atau kegiatan yang
wajib memiliki AMDAL atau UKL-UPL wajib memiliki izin lingkungan” dengan
demikian usaha atau kegiatan yang wajib memiliki izin lingkungan adalah: Usaha
dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki AMDAL atau Usaha dan/atau Kegiatan yang
wajib memiliki UKL-UPL. Tetapi dalam penyusus AMDAL tidak semua usaha atau
kegiatan wajib memiliki AMDAL, kriteria Usaha dan/atau Kegiatan yang yang
berdampak penting wajib memiliki AMDAL diatur dalam Pasal 23 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
Amdal, merupakan reaksi terhadap kerusakan lingkungan akibat aktivitas
manusia yang semakin meningkat. AMDAL dilakukan untuk menjamin tujuan
proyek-proyek pembangunan yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat tanpa
merusak kualitas lingkungan hidup. AMDAL bukanlah suatu proses yang berdiri
sendiri, tetapi merupakan bagian dari proses AMDAL yang lebih besar.
AMDAL ini sangat penting bagi negara berkembang khususnya Indonesia,
karenaIndonesia sedang giat melakasanakan pembangunan, dan untuk melaksanakan
pembangunanmaka lingkungan hidup banyak berubah, dengan adanya AMDAL maka
perubahan tersebutdapat diperkirakan. Dampak kegiatan terhadap lingkungan hidup
dapat berupa dampak positifmaupun dampak negatif, hampir tidak mungkin bahwa
dalam suatu kegiatan / pembangunantidak ada dampak negatifnya.
Dampak negatif yang kemungkinan timbul harus sudah diketahuisebelumnya
(dengan MDAL), di samping itu AMDAL juga membahas cara-cara
untukmenanggulangi / mengurangi dampak negatif. Agar supaya jumlah masyarakat

18
yang dapat ikutmerasakan hasil pembangunan meningkat, maka dampak positif perlu
dikembangkan di dalam AMDAL.
Oleh karena itu pemilik proyek atau pemrakarsa akan melanggar perundangan
bila tidak menyusun AMDAL, semua perizinan akan sulit didapat dan di sampingitu
pemilik proyek dapat dituntut dimuka pengadilan. Keharusan membuat AMDAL
merupakancara yang efektif untuk memaksa para pemilik proyek memperhatikan
kualitas lingkungan, tidakhanya memikirkan keuntungan proyek sebesar mungkin
tanpa memperhatikan dampaklingkungan yang timbul. Dampak dari suatu kegiatan,
baik ampak negatif maupun
dampak positif harus sudah diperkirakan sebelum kegiatan itu dimulai.
Dengan adanya AMDAL, pengambil keputusan akan lebih luas wawasannya d
i dalammelaksanakan tugasnya. Karena didalam suatu rencana kegiatan, banyak
sekali hal-hal yang akan dikerjakan, maka AMDAL harusdapat membatasi diri, hanya
mempelajari hal-hal yang penting bagi proses pengambilan keputusan.

B. Saran
Hendaknya para pelaku usaha harus melakukan izn lingkungan sebelum
melakukan usaha atau kegiatan, sebab keguanaan dari AMDAL untuk lingkungan
sangat penting, sebab pembangunan suatu proyek tanpa menggunakan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan tentu sangat merugikan baik untuk masyarat maupun
untuk lingkungan. Walaupun dalam penyusus AMDAL, tidak semua usaha atau
kegiatan wajib memiliki AMDAL, tetapi ada kriteria usaha dan atau kegiatan yang
berdampak penting yang wajib dilengkapi dengan AMDAL. Maka terhadap usaha
atau kegiatan yang tidak wajib AMDAL tersebut harus tetap menjaga lingkungan
alam sekitar dari pencemaran baik yang di sengaha atau tidak di sengaja, supaya
lingkungan yang baik dan bersih dapat dinimkati anak cucu kita dikenudian hari.

19

Anda mungkin juga menyukai