Disusun Oleh :
Nama : Rifa Nisfatul Mina
NPM : 2010701054
Kelas :B
Asisten : Anindhita Ayu Firstyani
Disusun Oleh:
Nama : Rifa Nisfatul Mina
NPM : 2010701054
Kelas : B
Asisten : Anindhita Ayu Firstyani
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Telur adalah salah satu bahan makanan asal ternak yang bernilai gizi tinggi karena
mengandung zat-zat makanan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia seperti protein dengan
asam amino yang lengkap, lemak, vitamin, mineral, serta memiliki daya cerna yang tinggi. Telur
merupakan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Hal ini ditandai dengan rendahnya zat yang
tidak dapat diserap setelah telur dikonsumsi. Akan tetapidisamping bernilai gizi tinggi, telur juga
mempunyai sifat yang kualitasnya mudah rusak .Oleh sebab itu perlu dilakukan suatu tindakan
atau usaha-usaha bidang teknologi kualitas dan penanganan pasca produksi telur . Tindakan ini
penting agar produksi teluryang dicapai dengan segala usaha ini dapat sampai ke konsumen
dengan kualitas yangmasih tetap baik (Sulistiati, 2003)
Penurunan kualitas telur antara lain disebabkan masuknya mikroba-mikroba perusak ke
dalam isi telur melalui pori-pori kerabang telur, menguapnya air dan gas karena pengaruh suhu
lingkungan. Ruang penyimpan yang mlembab akan menyebabkan kerabang berjamur (Steward,
1999).
Kuning telur merupakan bagian telur terpenting, karena didalamnya terdapat bahan
makanan untuk perkembangan embrio . Telur yang segar kuning telumya terletak ditengah-
tengah, bentuknya hula dan warnanya kuning sampai jingga Beberapa pendapat mengatakan
bahwa makanan berpengamh langsung terhadap warm kumng telur (mengandung pigmen
kuning). Kuning telur memiliki komposisi gizi yang lebih lengkap dibandingkan puith telur,
yang terdiri dari air, protein, lemak karbohidrat, vitamin dan mineral (Sarwono, 2001).
Putih telur terdiri 40% berupa bahan pada yang terdiri dan empat lapisan yaitu : lapisan
putih telur tipis, lapisan tebal, lapisan tipis bagian dalam clan lapisan "Chalaziferous".
Kekentalan putih telur yang semakin tinggi dapat ditandai dengan tingginya putih telur kental
Hal ini menunjukkan bawa telur kondisinya masih segar, karena putih telur banyak mengandung
air, maka bagian ini lebih mudah cepat rusak (Sirait, 2001).
Kerabang telur merupakan bagian terluar yang membungkus isi telur dan berfungsi
mengurangi kerusakan fisik maupun biologis, serta dilengkapi dengan poripori kulit yang
berguna untuk pertukaran gas dan dalam dan luar kulit telur, tebal kerabang telur berkisar antara
0,33 - 0,35 mm. Tipisnya kulit telur dipengaruhi beberapa faktor yakni : umur type ayam, zat-zat
makanan, peristiwa faal dari organ tubuh, stress dan komponen lapisan kulit telur. Kulit yang
tipis relatif berpori lebih banyak dan besar, sehingga mempercepat turunnya kualitas telur akibat
penguapan dan pembusukan lebih cepat (Sumarni, 2004).
BAB III
3.1 Materi
Alat
1. Kaca ukuran 30x30 cm
2. Jangka sorong
3. Timbangan analitik
4. Kamera
Bahan
1. Telur ayam konsumsi
2. Blangko kuesioner
3.2 Metode
Keadaan, warna dan kebersihan kerabang. Dalam uji ini hanya dilakukan
pengamatan langsung.
Uji berat jenis telur. Telur ditimbang dan diukur volumenya. Pengukuran
volume telur dilakukan dengan memasukan telur ke dalam gelas ukur yang berisi
air 900 mL kemudian diukur perubahan skalanya. Berat jenis diukur dengan rumus :
BJ=berat telur (gram) / volume telur (ml)
Uji indeks telur. Telur diukur panjang dan lebarnya dengan menggunakan
jangka sorong. Pengukuran masing- masing dilakukan tiga kali kemudian diambil
rata-ratanya. Indeks telur dihitung dengan menggunakan rumus :
Indeks Telur= lebar telur (mm) / panjang telur (mm)x 100%
Uji indeks albumen. Telur dipecah kemudian isi ditaruh pada plat kaca.
Tinggi albumen kental diukur pada posisi paling tinggi dengan menggunakan
jangka sorong. Lebar albumen diukur pada posisi paling pendek dan posisi paling
panjang dengan jangka sorong sebanyak tiga kali kemudian dirata-rata.
Indeks albumen diukur dengan menggunakan persamaan :
Indeks Albumen= tinggi albumen (mm) / rata−rata lebar telur (mm) x 100%
Uji indeks yolk. Albumen dan yolk dipisahkan dengan yolk separator.
Kemudian tinggi dan diameter yolk diukur dengan menggunakan jangka sorong
sebanyak dua kali kemudian dirata-rata.
Indeks yolk diukur dengan persamaan :
Indeks Yolk= tinggi yolk (mm) /rata−rata diameter yolk (mm) x 100%
Nilai haugh unit (HU). HU diukur dari data indeks albumen yang
metodenya sama pada pengukuranya.
Nilai HU dihitung dengan persamaan :
HU = 100 Log ( H + 7,57 – 1,7W0,37)
H : tinggi albumen kental (mm)
W : berat telur (gram )
Tinggi rongga udara. Telur yang telah dipecah dan dikeluarkan isinya
kemudian diukur tinggi rongga udara dengan menggunakan jangka sorong.
Kemudian dibaca skalanya.
Ketebalan kerabang. Kerabang dibersihkan selaputnya dan diambil sedikit
kemudian diukur dengan menggunakan jangka sorong. Kemudian dibaca skalanya.
Warna yolk. Yolk yang telah dipisahkan kemudian warnanya dibandingkan
dengan yolk colour fan dan dicatat hasilnya.
Berat albumen dan yolk. Albumen dan yolk yang telah dipisahkan masing
masing ditimbang.
Berat kerabang. Kerabang dipisahkan dari selaput yang menempel pada
kerabang kemudian ditimbang dan dicatat hasilnya
BAB IV
Berat -
1,016 1,035 - -
Jenis
Volume -
1. 60ml 60ml - -
telur (ml)
Indeks 0,785%
81,22 79,13 0,768% 0,697%
telur
Panjang 5,605mm
54,60mm 55,75mm 5,609mm 5,745mm
telur (mm)
Indeks 0,248%
9,65% 3,41 % 0,011% 0,122%
albumen
Tinggi 1,807mm
albumen 7,75mm 3,70mm 0,901mm 0,904mm
3.
(mm)
Rata-rata 7,285mm
lebar telur 80,25mm 108,5mm 7,745mm 7,355mm
(mm)
Indeks 0,289%
0,422% 0,352% 0,447% 0,498%
yolk
4. Tinggi 1,135mm
16,25mm 16,20mm 1,703mm 2,007mm
yolk (mm)
Tinggi 1,807mm
albumen 7,75mm 3,70mm 0,901mm 0,904mm
5.
(mm)
Keterangan ; Telur A gunakan data telur ayam dari post test, telur B gunakan data telur itik dari
post test, telur C, D, dan E gunakan data dari praktikum yang kalian lakukan.
KESIMPULAN
2. Telur yang masih baik keadaan letak kuning telur masih ditengah, dengan pertambahan
umur simpan letak kuning telur akan bergeser dari pusat dan kemungkinan dapat sampai
menempel pada kulit telur.
DAFTAR PUSTAKA
Daus A. 2010 .Uji Kualitas Telur .http://aagguussdaus.blogspot.com/2010/10/uji-kualitas-telur-
indeks-kuning-telur.html . Diakses pada tanggal 8 Nopember 2021
Sulistiati. 2003. Pengaruh Berbagai Macam Pengawet dan Lama Penyimpanan terhadap
Kualitas Telur Konsumsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor .
Sumarni. 2004. Diktat Penanganan Pasca Panen Unggas. Departemen Pertanian. Balai Latihan
Pertanian, ternak, Ciawi Bogor
Sarwono. B., B.A. Murtidjo dan A . Daryanto . 2001 . Telur Pengawetan dan Manfaatnya. Seri
Industri Kecil. Cetakan I. Penebar Swadaya, Jakarta .
Sirait,Celly. H. 2001 . Telur dan Pengolahannya . Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan, Bogor.
Steward, G .F. and J .C. Abbott. 1999. Marketing Eggs and Poultry . Third Printing . Food and
Agricultural Organization (FAO), The United Nation. Rome.
LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun Oleh:
Nama : Rifa Nisfatul Mina
NPM : 2010701054
Kelas : B
Asisten: Anindhita Ayu Firstyani
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Ilmu
Pasca Panen yang berjudul Uji Kualitas Daging Unggas.
Terima kasih saya ucapkan kepada Ibu Nur Hidayah, S.Pt., M.Si selaku dosen
mata kuliah Ilmu Pasca Panen yang telah membantu saya baik secara moral
maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada seleruh asisten praktikum
yang telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat
waktu.
Kami menyadari, bahwa Laporan Praktikum Ilmu Pasca Panen yang saya buat ini
masih jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun
penulisannya. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi
lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga Laporan Praktikum Ilmu Pasca Panen ini bisa menambah wawasan para
pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu
pengetahuan.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
pemeliharaan dan umur potong dari ternak tersebut menyebabkan kualitas
dari daging yang dihasilkan menjadi beragam. Beragam kondisi tersebut,
pelanggan harus teliti dalam memillih daging yang akan dikonsumsi.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi daging adalah semua jaringan hewan dan produk olahannya yang
sesuai dan digunakan sebagai makanan. Daging terdiri dari empat jaringan utama,
yaitu jaringan otot (muscle), jaringan ikat, jaringan epitel dan jaringan saraf.
Daging dapat diklasifikasikan berdasarkan: intensitas warna, yaitu daging merah
dan daging putih; dan asal daging. Daging merah misalnya daging sapi, daging
kerbau, daging babi, daging domba, daging kambing dan daging kuda. Daging
unggas misalnya daging ayam, itik dan angsa. Daging hasil laut misalnya ikan,
udang, kepiting, kerang. Daging hewan liar misalnya kijang, babi hutan. Daging
aneka ternak misalnya kelinci, burung puyuh, dan merpati (Nurwantoro et al.,
2003).
Sifat fisik daging biasanya berkaitan erat dengan kualitas daging. Sebab
kualitas daging dapat diartikan sebagai ukuran sifat-sifat daging yang dikehendaki
dan dinilai oleh konsumen. Selain dipengaruhi tujuan penggunaannya, kualitas
daging juga dipengaruhi oleh faktor antemmortem dan postmortem. Faktor
antemortem antara lain lokasi anatomis dan fungsi, kedewasaan fisiologis, tekstur
dan ukuran serabut, kebasahan dan firmness, warna, marbling dan stress.
Sedangkan faktor postmortem meliputi laju pendinginan, suspense karkas,
stimulant elektris, pelayuan, pembekuan dan perlakuan fisik atau kimiawi.
Adapun sifat-sifat daging yang berpengaruh terhadap kualitas tersebut di atas
yaitu Water holding capacity (WHC), warna (colour), kesan jus (juiciness),
keempukan (tenderness), susuk masak (cooking loss), cita rasa (flavor), struktur,
firmness dan tekstur (Nurwantoro et al., 2003).
Daging adalah semua bagian tubuh ternak yang dapat dan wajar dimakan
termasuk jaringan-jaringan dan organ tubuh bagian dalam seperti hati, ginjal, dan
lain-lain. Sedangkan semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan
jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan gangguan
kesehatan bagi yang memakannya. Didasarkan pada definisi tersebut maka organ-
organ dalam (jeroan) dan produk olahan seperti corned termasuk dalam kategori
daging. Namun demikian sering dalam kehidupan sehari-hari yang disebut dengan
6
daging adalah semata-mata jaringan otot, meskipun benar bahwa komponen
utama penyusun daging adalah otot, tetapi tidaklah sama otot dengan daging
(Suharyanto, 2008).
Susut masak adalah perhitungan berat yang hilang selama pemasakan atau
pemanasan pada daging. Umumnya makin lama waktu pemasakan makin besar
kadar cairan daging hingga mencapai tingkat yang konstan. Susut masak
merupakan indicator nilai nutrisi daging yang berhubungan dengan kadar jus
daging yaitu banyaknya air yang terikat dalam dan diantara serabut otot. Jus
daging merupakan komponen dari daging yang ikut menetukan keempukan
daging (Soeparno, 2002).
Daging adalah urat yang melekat pada kerangka kecuali urat dari bagian
bibir, hidung dan telinga dari hewan yang sehat sewaktu dipotong. Daging terdiri
dari otot, jaringan penghubung dan jaringan lemak. Daging merupakan salah satu
bahan pangan bergizi tinggi disamping telur, susu, dan ikan. Daging mengandung
protein, lemak, mineral, air serta vitamin dalam susunan yang berbeda pula.
Komposisi daging terdiri dari 75% air, 18% protein yang dapat larut (termasuk
mineral) dan 3% lemak. Ternak rata-rata menghasilkan karkas (bagian badan
hewan) 55%, macam-macam hasil sampingan 9%, kulit 6% dan bahan lainnya
30% (Palupi, 2006).
7
BAB III
3.1 Materi
Alat
1. Kamera
Bahan
2. Lembar kerja
3.2 Metode
Mutu fisik daging. Uji mutu fisik daging meliputi, Konformasi,
Perdagingan, Perlemakan, Keutuhan, Perubahan Warna dan Kebersihan.
Pengujian dilakukan secara visual (inspeksi) dan perabaan (palpasi).
Kemudian hasilnya dicatat pada lembar kerja
8
BAB IV
9
Tekstur Agak alot Sedikit empuk Empuk
4.2 Pembahasan
Aroma dan tekstur daging ayam ketika masih pagi mempunyai bau yang
khas serta lebih halus dan basah saat dipegang. Warna daging terlihat putih
bening dan segar. Sedangkan pada siang hari aroma dan tekstur daging ayam
mulai berbau menyengat dan lengket ketika dipegang serta warnanya agak
merah dan disekelilingnya mulai dikerubungi semut. Namun tekstur ini tidak
mempengaruhi kualitas daging karena tekstur daging tergantung pada jenis
ternak dan tekstur suatu daging tidak bisa diukur tapi hanya diraba dan lihat.
Terkait dengan ikatan serabut otot (faskuli) yang terbungkus perimisium
kasar dan lembut. Ukuran tekstur ditentukan oleh jumlah serabut otot, ukuran
dan jumlah perimisium pembungkus. Hal-hal tersebut dipengaruhi oleh umur
dan bangsa ternak.
1. Daging, otot skeletal dari karkas ayam yang aman, layak, dan lazim
dikonsumsi manusia
5. Keutuhan karkas, tidak ada tulang yang patah atau hilang, persendian
yang lepas, kulit atau daging yang sobek maupun hilang
10
6. Perubahan warna, penyimpangan warna karena terdapat memar,
pendarahan, freeze burn dan atau perubahan warna lainnya yang
disebabkan oleh mikroorganisme atau zat-zat kontaminan
11
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa :
2. uji kualitas daging dapat dilihat dari nilai pH, Daya Mengikat Air, susut
masak dan keempukan. Semakin tinggi pH suatu daging, maka daya
mengikat airnya semakin tinggi, dan pH yang tinggi, akan mempengaruhi
nilai keempukan yang semakin tinggi (alot) dan susut masak yang rendah.
Hubungan Daya ikat Air dengan susut masak adalah berdanding terbalik.
Tekstur daging tidak terlalu mempengaruhi kualitas daging.
12
DAFTAR PUSTAKA
Wismer-Pedersen, J. 1971. Pada The Science of Meat and Meat Products. 2nd Ed.
J.F. Price and B.S. Schweigert, W.H. Frreeman and Co., San Fransisco.
Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta
13
LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun Oleh:
Nama : Rifa Nisfatul Mina
NPM : 2010701054
Kelas : B
Asisten: Anindhita Ayu Firstyani
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Ilmu
Pasca Panen yang berjudul Uji Kualitas Daging Sapi.
Terima kasih saya ucapkan kepada Ibu Nur Hidayah, S.Pt., M.Si selaku dosen
mata kuliah Ilmu Pasca Panen yang telah membantu saya baik secara moral
maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada seleruh asisten praktikum
yang telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat
waktu.
Kami menyadari, bahwa Laporan Praktikum Ilmu Pasca Panen yang saya buat ini
masih jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun
penulisannya. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi
lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga Laporan Praktikum Ilmu Pasca Panen ini bisa menambah wawasan para
pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu
pengetahuan.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
2.1 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kualitas daging menurut SNI?
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Daging adalah semua bagian tubuh ternak yang dapat dan wajar dimakantermasuk
jaringan-jaringan dan organ tubuh bagian dalam seperti hati, dan ginjal.Soeparno
(1994) mendefenisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk hasil
pengolahan jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidakmenimbulkan
gangguan kesehatan bagi yang memakannya. Dengan didasarkan pada definisi
tersebut maka organ-organ dalam (jeroan) dan produk olahan seperticorned
termasuk dalam kategori daging. Namun demikian sering dalam kehidupansehari-
hari yang disebut dengan daging adalah semata-mata jaringan otot,meskipun
benar bahwa komponen utama penyusun daging adalah otot, tetapitidaklah sama
otot dengan daging (Suharyanto, 2008).
A. Warna Daging
Daya ikat air oleh protein daging dalam bahasa asing disebutsebagai Water
Holding Capacity (WHC), didefinisikan sebagaikemampuan daging untuk
menahan airnya atau air yang ditambahkanselama ada pengaruh kekuatan,
misalnya pemotongan daging, pemanasan, penggilingan, dan tekanan. Daging
juga mempunyaikemampuan untuk menyerap air secara spontan dari lingkungan
yangmengandung cairan (water absorption).Ada tiga bentuk ikatan air di dalam
otot yakni air yang terikatsecara kimiawi oleh protein otot sebesar 4-5% sebagai
lapisanmonomolekuler pertama, kedua air terikat agak lemah sebagai lapisan 4
kedua dari molekul air terhadap grup hidrofilik, sebesar kira-kira 4%,dimana
6
lapisan kedua ini akan terikat oleh protein bila tekanan uap airmeningkat. Ketiga
dalah adalah lapisan molekul-molekul air bebasdiantara molekul protein, besarnya
kira-kira 10%.Denaturasi protein tidak akan mempengaruhi perubahan molekul
pada air terikat (lapisan pertama dan kedua), sedang air bebas yang berada
diantara molekul akan menurun pada saat protein dagingmengalami denaturasi
(Wismer-Pedersen, 1971).
C. Susut Masak
Susut masak adalah perhitungan berat yang hilang selama pemasakan atau
pemanasan pada daging. Pada umumnya, makin lamawaktu pemasakan makin
besar kadar cairan daging hingga mencapaitingkat yang konstan. Susut masak
merupakan indikator nilai nutrisi daging yang berhubungan dengan kadar jus
daging yaitu banyaknya airyang terikat dalam dan diantara serabut otot. Jus
daging merupakankomponen dari daging yang ikut menetukan keempukan
daging(Soeparno, 1992).
D. Nilai pH Daging
Nilai pH otot (otot bergaris melintang atau otot skeletal atau yangdisebut
daging) saat hewan hidup sekitar 7,0-7,2 (pH netral). Setelahhewan disembelih
(mati), nilai pH dalam otot (pH daging) akan menurunakibat adanya akumulasi
asam laktat. Penurunan nilai pH pada otothewan yang sehat dan ditangani dengan
baik sebelum pemotongan akan berjalan secara bertahap, yaitu dari nilai pH
7
sekitar 7,0-7,2 akanmencapai nilai pH menurun secara bertahap dari 7,0 sampai
5,6-5,7dalam waktu 6-8 jam postmortem dan akan mencapai nilai pH akhirsekitar
5,5-5,6. Nilai pH akhir (ultimate pH value) adalah nilai pH terendah yangdicapai
pada otot setelah pemotongan (kematian). Nilai pH daging tidakakan pernah
mencapai nilai di bawah 5,3. Hal ini disebabkan karena pada nilai pH di bawah
5,3 enzim-enzim yang terlibat dalam glikolisisanaerob tidak aktif berkerja.
(Lukman, 2010).
E. Keempukan Daging
8
BAB III
3.1 Materi
Alat
1. Kamera
2. Bahan
3. 3. Daging sapi
4. 4. Lembar kerja
3.2 Metode
Metode Mutu fisik daging. Uji mutu fisik daging meliputi, Konformasi,
Perdagingan, Perlemakan, Keutuhan, Perubahan Warna dan Kebersihan.
Pengujian dilakukan secara visual (inspeksi) dan perabaan (palpasi).
Kemudian hasilnya dicatat pada lembar kerja.
9
BAB IV
Daging sapi segar akan mengeluarkan aroma segar. Dengan kata lain, memiliki
bau khas “sapi” yang lembut tidak menusuk hidung.
Warna daging merah cerah segar dan mengkilat, tidak pucat dan tidak kotor.
Lemaknya bertekstur keras berwarna putih kekuningan, terlihat ototnya berserat
halus.
10
3. Dilihat dari teksturnya
Daging sapi segar bertekstur padat dan kenyal, tapi tidak kaku. Artinya ketika
Anda menekan daging dengan jari, permukaannya akan kembali seperti semula.
4. Dari penampilannya
Penampilan daging sapi segar tampak lembap, warna merahnya merata terbebas
dari noda atau bercak asing.
B. Setelah 6 jam
4.2 Pembahasan
c. Warna daging bervariasi tergantung dari jenis hewan secara genetik dan
usia, misalkan daging sapi potong lebih gelap daripada daging sapi perah,
daging sapi muda lebih pucat daripada daging sapi dewasa.
11
d. Rasa dan aroma dipengaruhi oleh jenis pakan. Daging berkualitas baik
mempunyai rasa gurih dan aroma yang sedap.
2. Uji Warna, Bau, dan Konsistensi Daging yang segar dan berkualitas tentu berbeda
dengan daging yang sudah busuk. Cara paling mudah untuk mengetahui nya adalah
dari warna, bau, dan konsistensinya. Daging sapi yang segar berwarna merah terang.
Sedangkan bau nya khas daging sapi dan konsistensi nya liat / kenyal. Nurwantoro
tahun 2003 mengatakan bahwa daging daging berkualitas baik mempunyai rasa
gurih dan aromanya sedap. Warna merupakan indikator kualitas daging, meskipun
warna tidak mempengaruhi nilai gizi.
daging sapi. Peningkatan pH daging tidak nyata sampai penyimpanan 6 jam, hal ini
karena pada periode ini perubahan pH masih dipengaruhi oleh proses glikolisis
pasca mortem. Jay (1978) menyatakan bahwa setelah terjadi rigormortis pH
terendah yang dicapai daging adalah 5,1 dan tertinggi adalah 6,2. Pada proses ini
terjadi perubahan glikogen menjadi asam laktat dan berlangsung terus sampai
glikogen di dalam jaringan daging habis. Dengan habisnya glikogen akan diikuti
proses netralisasi oleh senyawa alkali dari hasil metabolisme mikroba, sehingga
akan diikuti dengan peningkatan pH daging sapi yang nyata (P<0,05). Pertumbuhan
mikroba ini akan terus berlangsung dan akan dicapai pH ideal …
12
BAB V
KESIMPULAN
Pemeriksaan kualitas daging sapi pada praktikum ini menunjukkan bahwa
daging sapi dengan uji bau, rasa, warna, dan tekstur masih memenuhi standart
persyaratan mutu. Pengujian lain yang telah dilakukan juga menunjukkan bahwa
daging sapi merupakan daging segar yang memiliki kualitas yang cukup bagus
dan aman untuk dikonsumsi. Tetapi setelah dibiarkan selama 6 jam diruangan
terbuka, sebaiknya daging sapi jangan dikonsumsi karena sudah terdapat mikroba.
13
DAFTAR PUSTAKA
Intannursiam. 2010.Pengujian-Kualitas-Daging.
http://Intannursiam.wordpress.com/2010/09/22/ Pengujian-Kualitas-
Daging . Diakses pada tanggal 14 Oktober 2013
Suharyanto,2007. Kuliah Dasar Teknologi Hasil Ternak .http://suharyanto.wordpr
ess.com. Diakses pada tanggal 14 Oktober2013
Rahmat.2011. Daging Segar. [Tersedia]. http://pengolahanpangan. blogspot.com/
2011/07 /mengetahui- kualitas-daging-segar-dari.html.
Frazier, W.C. and D.C. Westhoff. 1981. Food Microbiology, 3 Ed. Tata Mc.Graw
Hill Pub. Co. Ltd., New Delhi.\
Jay, J.M. 1978. Modern Food Microbiology, second Ed. Wayne State University,
D. Van Nastrand Co, New York.
Nurwantoro. 2003. Buku ajar dasar teknologi hasil ternak. Semarang : Universitas
Diponegoro
14
LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun Oleh:
Nama : Rifa Nisfatul Mina
NPM : 2010701054
Kelas : B
Asisten: Anindhita Ayu Firstyani
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Ilmu
Pasca Panen yang berjudul Uji Kualitas Susu.
Terima kasih saya ucapkan kepada Ibu Nur Hidayah, S.Pt., M.Si selaku dosen
mata kuliah Ilmu Pasca Panen yang telah membantu saya baik secara moral
maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada seleruh asisten praktikum
yang telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat
waktu.
Kami menyadari, bahwa Laporan Praktikum Ilmu Pasca Panen yang saya buat ini
masih jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun
penulisannya. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi
lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga Laporan Praktikum Ilmu Pasca Panen ini bisa menambah wawasan para
pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu
pengetahuan.
2
DAFTAR ISI
3
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Standar Mutu Susu .............................................................................. 7
Tabel 2. Hasil Uji Kualitas Susu ..................................................................... 11
4
BAB I
PENDAHULUAN
Kualitas atau mutu susu merupakan bagian penting dalam produksi dan
perdagangan susu. Derajat mutu susu hanya dapat dipertahankan selama waktu
tertentu, yang selanjutnya akan mengalami penurunan dan berakhir dengan
kerusakan susu. Untuk mengukur derajat mutu susu dapat dilakukan dengan uji
kebersihan atau uji penyaringan, uji didih, uji alkohol, uji reduktase, uji katalase
dan uji derajat keasaman. Uji-uji tersebut dilakukan dengan tujuan untuk
memeriksa keadaan dan kualitas susu yang aman dan layak untuk dikonsumsi.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Susu segar merupakan cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan
bersih, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan
alaminya tidak dikurangi atau tidak ditambah sesuatu apapun dan belum
mendapat perlakuan apapun kecuali pendinginan. Susu mempunyai nilai gizi
yang tinggi, karena mengandung unsur-unsur kimia yang dibutuhkan oleh
tubuh seperti protein dan emak yang tinggi. Penyusun utama susu adalah air
(87,9 %), protein (3,5 %), lemak (3,5- 4,2 %), vitamin dan mineral (0,85 %).
Komponen susu ini merupakan sebuah kisaran yang dapat berubah sesuai dengan
faktor usia ternak, penyimpanan bahan, dan pengolahan bahan menjadi produk
olahan.Nilai pH susu antara 6,5 sampai 6,6 merupakan kondisi yang sangat
menguntungkan bagi mikroorganisme karena pH mendekati netral (pH 6,5-
7,5) paling baik untuk pertumbuhan bakteri sehingga susu akan mudah rusak
(Firmansyah 2004). Kerusakan susu sebagian besar disebabkan oleh aktivitas
mikroorganisme. Mikroorganisme yang dapat mencemari susu terbagi menjadi
dua golongan, yaitu mikroorganisme patogen dan mikroorganisme pembusuk
seperti E. coli.
Berikut merupakan tabel syarat mutu susu segar menurut standar SNI
No. Karakteristik Satuan Syarat
1 Berat jenis (pada suhu 27,5ºC) g/ml 1,0270
minimum
2 Kadar lemak minimum % 3,0
3 Kadar bahan kering tanpa % 7,8
lemak minimum
4 Kadar protein minimum % 2,8
5 Warna, bau, rasa, kekentalan - Tidak ada
perubahan
6 Derajat asam ºSH 6,0-7,5
7 pH - 6,3-6,8
8 Uji alkohol (70%) - Negatif
6
9 Cemaran mikroba, maksimum :
1. Total plate count
2. Staphylococcus aureus CFU/ml 1x106
3. Enterobacteriaceace CFU/ml 1x102
CFU/ml 1x103
10 Jumlah sel somatis maksimum Sel/ml 4x105
11 Residu antibiotika (golongan - Negatif
penidilin, tetrasiklin,
aminoglikosida, makrolida)
12 Uji pemalsuan - Negatif
13 Titik beku ºC -0,520 s.d -
0,560
14 Uji peroxidase - Positif
15 Cemaran logam berat,
maksimum :
1. Timbal (Pb) µg/ml 0,02
2. Merkuri (Hg) µg/ml 0,03
3. Arsen (As) µg/ml 0,1
Tabel 1. Syarat Mutu Susu Segar
7
BAB III
3.1 Materi
Alat
1. Laktodensimeter
2. Gelas ukur
3. Buret
4. Erlenmeyer
5. pH meter
Bahan
1. Susu segar
2. Alkohol 70%
3. indikator pp
4. NaOH 0,1 N
5. Blangko kuesioner
3.2 Metode
Adapun metode yang digunakan pada praktikum ini yaitu :
- Uji Berat Jenis.
Berat jenis merupakan sifat fisik susu yang dipengaruhi oleh komposisi
susu, nilai protein dan lemak susu. Berat jenis susu akan meningkat
diikuti meningkatnya berat jenis susu. Semakin kental susu maka semakin
banyak jumlah padatan didalam susu yang akan meningkatkan berat jenis
susu. Uji berat jenis susu menggunakan laktodensimeter dengan melihat
suhu dan angka yang ditunjukkan pada skala laktodensimeter.
8
a. Susu diaduk dengan sempurna (dituangkan dari gelas satu ke
lainnya), kemudian dengan hati-hati dituangkan ke dalam tabung
tanpa menimbulkan buih.
b. Dengan hati-hati laktodensimeter dicelupkan ke dalam susu di
tabung sehingga turun naik. Ditunggu sampai goyangan berhenti.
c. Skala yang ditunjukkan dibaca.
d. Angka yang terbaca menunjukkan angka ke-2 dan ke-3 di belakang
koma.
e. Pengukur dilakukan tiga kali, masing-masing dilakukan setelah
membenam kembali laktodensimeter.
f. Temperatur susu diukur di dalam susu pada waktu pengukuran
dilakukan.
Hasil uji : Tulis hasil skala berat jenis yang ditunjukkan pada
laktodensimeter missal skala menunjukkan 1,028 dan suhu 29ºC.
Koefisien pemuaian susu adalah 0,0002 setiap derajat Celcius
= 1,0280 + (29-27,5) x 0,0002
= 1,0280 + 0,0003
= 1,0283
- Uji keasaman.
Uji keasaman dilakukan dengan metode Manns Acid Test, metode ini
mula-mula dikenalkan oleh Dr. A. G. Manns pada tahun 1890 di Amerika
Serikat (Hadiwiyoto, 1982). Pengujian dilakukan pada sampel setiap lama
inkubasi. Sampel susu diambil sebanyak 9 ml dimasukkan ke dalam
erlenmeyer, kemudian ditambahkan indikator pp sebanyak 2 sampai 3
tetes. Setelah itu dititrasi dengan NaOH 0,1 N hingga timbul warna merah
muda. Perhitungan keasaman sesuai dengan Hadiwiyoto (1982).
- Uji Warna, bau, rasa.
Analisa warna dengan melihat warna susu. Cara kerja analisa
organoleptik. Mengecek bau dan rasa sampel pada suhu 40oC. Susu yang
baik berwarna putih bersih sedikit kekuningan serta tidak tembus cahaya.
Susu murni memiliki rasa sedikir manis/gurih, tidak ada rasa asing
9
misalnya pahit, terlalu manis, dll. Susu yang baik juga berbau khas susu
segar, sedikit berbau sapi, serta bebas dari bau asing (Soeparno, 2017).
- Uji pH.
Uji pH dilakukan pada sampel pada setiap lama inkubasi menggunakan
pH meter, pengukuran pH menggunakan pH meter dengan mencelupkan
sensor pH meter pada susu sambil mengamati angka yang tertera pada
layar pH meter. Angka yang sudah konstan dicatat sebagai nilai pH yang
terukur (SNI, 1992).
- Uji alkohol
Merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui keadaan susu apakah
dalam keadaan baik atau sudah rusak. Keasaman susu dapat menyebabkan
susu menjadi rusak, apabila dengan uji alcohol 70% terjadi penggumpalan
susu, maka uji susu tersebut positif/susu telah rusak sehingga kurang baik
untuk dikonsumsi. Apabila pada uji alkohol tidak menunjukkan adanya
gumpalan maka uji alkohol negatif atau susu layak dikonsumsi
(Soeparno,2017)
Cara kerja analisa alkohol :
a. Mencampurkan sampel dan alkohol dengan perbandingan 1:1 ke
dalam cawan petri.
b. Pencampuran antara sampel dan alkohol 70% dilakukan dengan
cara rotasi sampel selama satu menit.
c. Mengamati perubahan yang terjadi.
d. Apabila tidak terjadi penggumpalan, sampel dinyatakan lulus tes
alkohol.
10
BAB IV
4.2 Pembahasan
1. Berat jenis
Berat jenis susu jika dilihat menurut SNI yaitu 1,027 g/ml. Pada data tersebut
sample B memiliki berat jenis lebih besar dibandingkan dengan sample A, dengan
selisih mencapai 0,007. Hal tersebut membuktikan jika susu dalam sample B lebih
baik jika dibandingkan dengan susu sample A, karena berat jenis susu dalam
sample B hampir mendekati mutu SNI.
11
2. pH
pH susu menurut SNI yaitu 6,30-6,80. Sedangkan pada data yang diperoleh
menunjukkan bahwa susu pada sampel B lebih baik daripadasampel A, karena
pada sampel A memiliki kekurangan nilai pH. Susu pada sampel B juga
mengalami kekurangan nilai pH, akan tetapi penurunan nilai pH sampel B dengan
mutu SNI tidak jauh berbeda. Penurunan nilai pHdisebabkan kareana adanya
penambahan bahan lain sebagai komposisi dan perasa serta meningkatnya bakteri
asam laktat.
3. Uji Alkohol
Jika dilihat dari kedua sampel tersebut didapat hasil negative dalam uji alkohol,
hal itu menunjukkan jika kedua sampel sudah memenuhi SNI. Karena susu segar
memang tidak mengandung alkohol sama sekali. Jika pada uji alkohol
menunjukkan hasil yang positif, itu berarti susu sudah pasti mengalami
pemalsuan.
4. Pembakaran
Susu dapat dikatakan susu murni dengan kualitas yang baik jika tidak terdapat
minyak pada saat pembakaran. Jika dilihat dari kedua sampel diatas dapat
disimpulkan jika sampel A lebih baik jika dibandingkan dengan sampel B, karena
pada sampel A tidak terdapat minyak pada saat proses pembakaran.
12
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan laporan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa susu
merupakan produk hasil ternak dengan nilai gizi tinggi dan banyak dikonsumsi
oleh masyarakat baik anak kecil, remaja, dan orang dewasa. Susu yang berkualitas
baik yaitu memiliki karaketristik yang baik pula dan sesuai dengan standar SNI.
Untuk memperoleh susu yang berkualitas baik perlu dilakukan beberapa
pengujian, diantarnya uji pemalsuan susu, uji kandungan alkohol, uji pembakaran,
uji berat jenis, ph dan lainnya sebagainya.
13
DAFTAR PUSTAKA
SNI [Standar Nasional Indonesia]. 1998. Standar Mutu Susu Segar No. 01-3141-
1998. Jakarta: Departemen Pertanian.
Soriah, Wahyuningsih. 2010. Hubungan variasi pakan terhadap mutu susu segar
di desa pasirbuncir kecamatan caringin kabupaten bogor. Jurnal. Jurnal
Penyuluhan Pertanian volume 5 nomor 1 halaman 67-77.
14