Anda di halaman 1dari 27

JURNAL

KARAKTERISTIK PETERNAK SAPI POTONG


DI KECAMATAN BADAS KABUPATEN KEDIRI

CHARACTERISTICS OF BEEF CATTLE FARMERS IN THE DISTRICT


OF KEDIRI DISTRICT BADAS

Oleh:
YOURIZAL NUR AHMADI
12.1.04.01.0032
Dibimbing oleh :
1. Nur Solikin, S.Pd, M.MA.
2. Sapta Andaruisworo, S.Pt, M.MA

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAAN
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
2017
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

Yourizal nur ahmadi | 12.1.04.01.0032 simki.unpkediri.ac.id


Fak Peternakan – Prodi Peternakan || 1||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

Yourizal nur ahmadi | 12.1.04.01.0032 simki.unpkediri.ac.id


Fak Peternakan – Prodi Peternakan || 2||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

Yourizal nur ahmadi | 12.1.04.01.0032 simki.unpkediri.ac.id


Fak Peternakan – Prodi Peternakan || 3||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
(KARAKTERISTIK PETERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN BADAS
KABUPATEN KEDIRI)

Yourizal Nur Ahmadi


12.1.04.01.0032
Fak Peternakan – Prodi Peternakan
Masrijal3254@gmail.com
Nur Solikin, S.Pd, M.MA. dan Sapta Andaruisworo, S.Pt, M.MA

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik peternak sapi potong di
Kecamatan Badas Kabupaten Kediri berdasarkan faktor demografis . Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2016 di wilayah Kecamatan Badas Kabupaten
Kediri. Penelitian ini merupakan deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode survey.
Variabel yang diteliti adalah karakteristik peternak sapi potong berdasarkan demografis yaitu :
karakteristik berdasarkan jenis kelamin, usia, lama beternak, pendidikan terakhir, pekerjaan
utama, jumlah tanggungan keluarga, kepemilikan ternak, status kepemilikan ternak, pakan
ternak, waktu menjual sapi dan tempat penjualan sapi.
Hasil dari penelitian ini adalah karakteristik peternak sapi potong di Kecamatan Badas
Kabupaten Kediri berdasarkan jenis kelamin pada umumnya 100% semua laki-laki,
berdasarkan umur sebagian besar peternak berumur 46-55 tahun 57,76 %, berdasarkan lama
beternak 38,09 % rata-rata >10 tahun, pendidikan peternak mayoritas SMP dan SMA,
pekerjaan utama peternak 69,04 % yaitu petani, jumlah tanggungan keluarga sebagian besar
berjumlah 1-2 yaitu 50 %, kepemilikan ternak berjumlah > 3 ekor, status kepemilikan
sebagian besar milik sendiri 64,28 %, pakan yang digunakan dalam beternak 100 %
memanfaatkan limbah sisa pertanian, waktu penjualan sapi potong dilakukan pada saat ada
kebutuhan, dan tempat penjualan 61,90 % peternak melalui blantik.

Kata kunci : karakteristik, peternak, sapi potong

Yourizal nur ahmadi | 12.1.04.01.0032 simki.unpkediri.ac.id


Fak Peternakan – Prodi Peternakan || 4||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
I. PENDAHULUAN sering menjadi kendala dan berdampak

A. Latar Belakang pada produktivitas.

Ternak sapi merupakan salah Untuk pengembangan dan

satu jenis ternak ruminansia besar yang peningkatan usaha, maka peternak harus

populer dikalangan peternak Indonesia. berupaya merubah cara berpikirnya dan

Sapi potong terkenal karena menumbuhkan karakteristiknya dengan

ketahanannya dan merupakan ternak memiliki sejumlah pengetahuan praktis

yang tersebar luas, biasanya dipelihara yang berkaitan dengan usaha peternakan.

sebagai tabungan hidup, ternak potong Hal ini dilakukan melalui pendidikan

dan sumber pupuk kandang. Sapi potong non formal, belajar berupaya

di Indonesia merupakan hewan yang memperoleh berbagai informasi,

memiliki badan yang sangat besar dan memanfaatkan berbagai media,

tahan terhadap berbagai kondisi dan memperluas pengalamannya, kreatif,

mampu beradaptasi dengan baik inovatif, dan belajar untuk mengambil

diberbagai lingkungan alam setempat. keputusan. Peternak sebagai kunci

Usaha ternak sapi potong di keberhasilan usahanya harus mampu

Kecamatan Badas sebagian besar menyerap informasi yang ada.Informasi

merupakan usaha peternakan rakyat merupakan faktor yang penting dalam

berskala kecil dengan ciri kepemilikan pengkayaan pengetahuan peternak

ternak sapi potong yang masih rendah. (Tomatala, 2004).

Jumlah pemilikan ternak yang masih Simamora mengatakan bahwa

rendah disebabkan karena sistem karakteristik seseorang mempengaruhi

pemeliharaannya masih bersifat cara dan kemampuan yang berbeda

tradisional. Dalam pengelolaan usaha dalam bentuk persepsi, informasi apa

peternakan rakyat, terbatasnya yang diinginkan, bagaimana

kemampuan sumber daya manusia menginterpretasi informasi tersebut.

Yourizal nur ahmadi | 12.1.04.01.0032 simki.unpkediri.ac.id


Fak Peternakan – Prodi Peternakan || 6||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Menurut Soekarwari (1995), cepat Karakteristik peternak

tidaknya petani mengadopsi inovasi merupakan salah satu faktor yang sangat

sangat bergantung kepada faktor sosial penting. Karakteristik ini dibangun

dan ekonomi petani. Faktor sosial berdasarkan unsur-unsur demografis,

diantaranya: umur, tingkat pendidikan, perilaku, psikografis dan geografis.

dan pengalaman bertani. Sedangkan Demografis merupakan salah satu

faktor ekonomi diantaranya: tingkat peubah yang sering digunakan untuk

pendapatan, jumlah tanggungan melihat kemampuan berkomunikasi

keluarga, luas lahan yang dimiliki dan seseorang dan juga kemampuan memilih

ada tidaknya usahaternak yang dimiliki media. Karakteristik demografis

peternak. Faktor sosial ekonomi ini berhubungan dengan sumber-sumber

mempunyai peranan penting dalam informasi. Faktor-faktor demografis

mengelola usaha ternak adalah umur, pendapatan, pendidikan,

Usaha peternakan sapi potong di pengalaman dan kekosmopolitan

kecamatan badas cukup banyak diminati (Wardhani, 1994).

masyarakat pada umumnya, dengan Berdasarkan latar belakang

jumlah sapi sebanyak 3263 ekor, data ini tersebut penulis akan meneliti tentang

diperoleh berdasarkan BPS Kabupaten “Karakteristik Peternak Sapi Potong Di

Kediri tahun 2015. Jumlah tersebut Kecamatan Badas Kabupaten Kediri”.

meningkat dari tahun 2013 dengan

jumlah sapi 2958 ekor. Namun B. Rumusan Masalah

permasalahan dialami peternak pada Berdasarkan latar belakang

umumnya yaitu ketersediaan pakan tidak tersebut maka rumusan masalah

kontinu terutama pada musim kemarau penelitian sebagai berikut: Bagaimana

dan kurangnya inovasi peternak dalam karakteristik peternak sapi potong di

membuat pakan tambahan.

Yourizal nur ahmadi | 12.1.04.01.0032 simki.unpkediri.ac.id


Fak Peternakan – Prodi Peternakan || 7||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri berupa wawancara, pengamatan secara

berdasarkan faktor demografis. menyeluruh maupun dengan kajian

pustaka karakteristik peternak (umur,

C. Tujuan tingkat pendidikan responden,

Penelitian ini bertujuan untuk pengalaman beternak dari responden,

mengetahui karakteristik peternak sapi jumlah tanggungan responden). Menurut

potong di Kecamatan Badas Kabupaten Sukmadinata (2007:60). Penelitian

Kediri berdasarkan faktor demografis kualitatif bersifat induktif, peneliti

II. MATERI DAN METODE membiarkan permasalahan-

A. Waktu dan Tempat permasalahan muncul dari data atau

Penelitian ini dilaksanakan pada dibiarkan terbuka untuk interpretasi.

bulan Agustus-Desember 2016 di Data dihimpun dengan pengamatan yang

wilayah Kecamatan Badas Kabupaten seksama, mencakup deskripsi dalam

Kediri dengan mengambil sampel pada 4 konteks yang mendetail disertai catatan-

Desa yaitu Desa Krecek, Sekoto, catatan hasil wawancara yang

Bringin, Blaru,dan Badas. Lokasi ini mendalam, serta hasil analisis dokumen

merupakan tempat para peternak sapi dan catatan-catatan.

potong. C. Variabel yang diamati

Variabel yang diteliti adalah

B. Jenis Penelitian karakteristik peternak sapi potong

Jenis penelitian ini adalah jenis berdasarkan demografis yaitu :

penelitian deskriptif kualitatif yang karakteristik berdasarkan jenis kelamin,

bertujuan untuk mengetahui karakteristik usia, lama beternak, pendidikan terakhir,

peternak sapi potong di desa Krecek, pekerjaan utama, jumlah tanggungan

Sekoto, Bringin, Blaru,dan Badas. Jenis keluarga, kepemilikan ternak, status

penelitian deskriptif kualitatif yang

Yourizal nur ahmadi | 12.1.04.01.0032 simki.unpkediri.ac.id


Fak Peternakan – Prodi Peternakan || 8||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
kepemilikan ternak, pakan ternak, waktu tersebut paling banyak terdapat

menjual sapi dan tempat penjualan sapi. peternak sapi potong. Para responden

yang dipilih adalah peternak sapi

D. Populasi dan Sampel potong yang memiliki ternak

1. Populasi minimal 3 ekor. Menurut Sugiyono

Menurut Sugiyono (2012: (2012: 81) sampel adalah sebagian

80), Populasi adalah wilayah dari jumlah dan karakteristik yang

generalisasi terdiri atas dimiliki oleh populasi tersebut.

obyek/subyek yang mempunyai Untuk menentukan sampel yang

kualitas dan karakteristik tertentu, layak diteliti, peneliti menggunakan

ditetapkan oleh peneliti untuk rumus Location Quetient (LQ), yaitu

dipelajari dan kemudian ditarik untuk mengetahui tingkat spesialisasi

kesimpulan. Populasi dalam dan mengidentifikasi sektor basis

penelitian ini peternak sapi potong di atau lending sector ( yang berpotensi

Desa Krecek, Sekoto, Bringin, untuk diteliti), (Warpani, 1984:68).

Blaru,dan Badas Kecamatan Badas.


LQ = Si/Ni

2. Sampel Keterangan :

Sampel dari penelitian ini Si : Perbandingan antara jumlah

adalah sebagian dari bagian populasi. populasi sapi potong wilayah desa

Sampel diperoleh dari penyebaran tertentu dengan jumlahpenduduk

kuisioner pada 5 desa dari 8 desa di diwilayah yang sama.

kecamatan Badas, yaitu Desa Ni : Perbandingan antara jumlah

Krecek, Sekoto, Bringin, Blaru,dan populasi sapi potong wilayah

Badas. Peneliti memilih 5 desa kecamatan tertentu dengan jumlah

tersebut dengan alasan desa – desa

Yourizal nur ahmadi | 12.1.04.01.0032 simki.unpkediri.ac.id


Fak Peternakan – Prodi Peternakan || 9||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
penduduk diwilayah kecamatan yang F. Sumber Data

sama. Dalam penelitian ini data yang

catatan : LQ > 1 merupakan basis digunakan adalah data yang bersifat

sapi potong kuantitatif karena dinyatakan dengan

LQ < 1 merupakan non angka-angka yang menunjukkan nilai

basis sapi potong terhadap besaran atas variabel yang

E. Teknik Pengumpulan Data diwakilinya. Jenis data yang digunakan

Menurut Sugiyono (2012), macam dalam penelitian ini adalah data primer

teknik pengumpulan data yaitu : dan data sekunder.

1. Observasi, yaitu pengumpulan data 1. Data Primer

yang dilakukan melalui pengamatan Merupakan data yang diperoleh

secara langsung terhadap kondisi secara langsung dari objek yang

lokasi penelitian, serta berbagai diteliti. Menurut Sugiyono

aktivitas peternak sapi potong. (2012: 137) yang menyatakan

2. Wawancara, yaitu pengumpulan data bahwa : “Sumber primer adalah

yang dilakukan melalui wawancara sumber data yang langsung

langsung dengan peternak yang memberikan data kepada

melakukan usaha usaha ternak sapi pengumpul data”.Data primer

potong diperoleh dari wawancara yang

3. Kuisioner yaitu pengumpulan data dilakukan.

yang dilakukan dengan 1. Data Sekunder

menggunakan daftar-daftar Data sekunder diperoleh dari

pertanyaan yang telah disediakan catatan – catatan yang ada pada

kepada peternak sapi potong. literatur yang terkait dengan

penelitian ini serta data yang

bersumber dari kantor

Yourizal nur ahmadi | 12.1.04.01.0032 simki.unpkediri.ac.id


Fak Peternakan – Prodi Peternakan || 10||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
pemerintahan dan instansi yang F : Frekuensi nilai yang

terkait. Menurut Sugiyono (2012: diperoleh dari seluruh item

137) adalah sumber data yang N : Jumlah responden

tidak langsung memberikan data 100 % : Bilangan tetap

kepada pengumpul data, Dalam penelitian ini yang

misalnya lewat orang lain atau menggunakan rumus presentase

lewat dokumen. Pada penelitian adalah jawaban dari kuesioner yang

ini data sekunder diperoleh dari telah disebar, kemudian masing-

dokumen. masing jawaban di analisis dengan

G. Metode Analisis Data rumus presentase yaitu banyaknya

Metode analisis yang digunakan jawaban dibagi dengan jumlah

dalam penelitian ini adalah analisis keseluruhan responden kemudian

deskriptif kualitatif persentase. Metode dikali dengan bilangan tetap yaitu

ini digunakan untuk mengkaji variabel 100%. Selanjutnya penentu

yang ada pada penelitian yaitu karakteristik peternak sapi potong

karakteristik peternak dan sapi potong. kemudian dianalisis secara deskriptif

Deskriptif persentase ini diolah dengan kualitatif dan dengan melihat hasil-

cara frekuensi dibagi dengan jumlah hasil penelitian terdahulu. Sugiyono

responden dikali 100 %, seperti (2005) menyatakan bahwa metode

dikemukan Sudjana (2001: 128) adalah deskriptif adalah suatu metode yang

sebagai berikut: digunakan untuk menggambarkan

atau menganalisis suatu hasil


P = F x 100%
N penelitian tetapi tidak digunakan
Keterangan:
untuk membuat kesimpulan yang
P : Presentase jawaban
lebih luas. Selanjutnya penelitian

kualitatif menurut Moleong (2007:6)

Yourizal nur ahmadi | 12.1.04.01.0032 simki.unpkediri.ac.id


Fak Peternakan – Prodi Peternakan || 11||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
adalah penelitian yang bermaksud Batas - batas wilayah Kecamatan Badas

untuk memahami fenomena tentang adalah :

apa yang dialami oleh subjek  Sebelah barat : Kecamatan Kunjang

penelitian misalnya perilaku, dan Plemahan

persepsi, motivasi, tindakan, dll.,  Sebelah utara : Kabupaten Jombang

secara holistik, dan dengan cara  Sebelah Timur :Kecamatan

deskripsi dalam bentuk kata-kata dan Kandangan

bahasa, pada suatu konteks khusus  Sebelah Selatan: Kecamatan Pare

yang alamiah dan dengan Dari 8 desa tersebut ada 49 dusun,

memanfaatkan berbagai metode 152 rukun warga, dan 382 rukun tetangga,

alamiah. Koentjaraningrat, (1993:89) dengan umlah perangkat desa sejumlah 115

menyatakan analisa dengan metode petugas. Penduduk Kecamatan Badas pada

kualitatif dengan desain deskriptif tahun 2012 sejumlah 59.531 jiwa terdiri dari

yaitu penelitian yang memberi 29.412 laki-laki dan 30.112 perempuan.

gambaran secara cermat mengenai Jumlah rumah tangga 16.066 dengan

individu atau kelompok tertentu kepadatan penduduk 1.518 jiwa/km2.

tentang keadaan dan gejala yang Di sekitar pendiddikan terdapat 53

terjadi (Koentjaraningrat, 1993:89). lembaga pendidikan, yang terbanyak adalah

TK swasta sejumlah 27 buah. Petugas


III. HASIL DAN PEMBAHASAN
kesehatan tercatat 36 orang, terbanyak

Gambaran Umum Kecamatan Badas adalah Mantri Kesehatan/Perawat 18 orang.

Kecamatan Badas Kabupaten Kediri PUS se-kecamatan tercatat 10.086 pasangan.

Terletak di utara ibukota Kabupaten, dengan Jumlah pemeluk agama islam sebagai

luas wilayah 39,33 Km2 terdiri dari 8 desa. mayoritas sejumlah 59.159 jiwa atau 99,37

Semua desa terletak di dataran rendah.

Yourizal nur ahmadi | 12.1.04.01.0032 simki.unpkediri.ac.id


Fak Peternakan – Prodi Peternakan || 12||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

No. Desa Jumlah Si Ni LQ


sapi potong

1. Sekoto 331 0.0529 0,0504 1,0496

2. Bringin 382 0,0648 0,0504 1,285

3. Lamong 156 0.0334 0,0504 0,662

4. Canggu 523 0,0504 0,0504 1,000

5. Krecek 537 0,0521 0,0504 1,033

6. Tunglur 371 0,0372 0,0504 0,738

7. Badas 430 0,0601 0,0504 1,192

8. Blaru 453 0,0527 0,0504 1,045

Jumlah 3.18

% dari total penduduk. Pernikahan yang yang berpotensi di teliti menggunakan

tercatat di KUA tahun 2012 sebanyak 676. rumus (Warpani, 1984:68) :

Pertanian didominasi oleh tanaman LQ = Si/Ni

padi dan palawija, jumlah produksi padi Si = perbandingan jumlah sapi potong dan

tahun 2012 sebanyak 20.346,61 ton, jumlah penduduk desa

sedangkan jagung 12.471,07 ton. Jumlah Ni = perbandingan jumlah sapi potong

ternak besar dan kecil sebanyak 9.688 ekor dikecamatan dan jumlah penduduk di

dengan populasi terbanyak sapi/sapi perah, kecamatan.

dengan presentase sebanyak 69,25 %. KeteranganLQ > 1 : berpotensi untuk diteliti


LQ < 1 : tidak berpotensi untuk diteliti
Jumlah ternak unggas tahun 2012 tercatat

481.827 ekor.

Dari jumlah 8 desa di Kecamatan A. Hasil Dan Pembahasan

Badas tesebut peneliti menganalisa sampel 1. Jenis Kelamin

Yourizal nur ahmadi | 12.1.04.01.0032 simki.unpkediri.ac.id


Fak Peternakan – Prodi Peternakan || 13||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Jenis kelamin berpengaruh besar

dalam setiap pengambilan keputusan Tabel 4.1. Menunjukkan bahwa jumlah

peternak dalam menjalankan usaha responden adalah semua (100%) laki-laki.

beternak sapi potong. Jenis kelamin Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

menggambarkan seberapa besar dalam melakukan usaha peternakan

pekerjaan yang mampu dilakukan oleh kebanyakan dilakukan oleh laki-laki

peternak. Perbedaan jenis kelamin demikian pula halnya dalam melakukan

dengan ciri masing-masing menjadi usaha beternak sapi potong. Karena laki-laki

gambaran tingkat kesulitan dari lebih cekatan dari pada perempuan. Hal ini

pekerjaan yang digeluti seseorang. sesuai dengan pendapat Wahyono (2013)

Adapun klasifikasi responden bahwa penanganan yang tepat dan

berdasarkan jenis kelamin Kecamatan penempatan posisi kerja yang tepat juga

Badas, Kabupaten Kediri dapat dilihat akan meningkatkan efektivitas dan

pada tabel 4.1. produktivitas sebagai pemicu kesuksesan

dari suatu usaha.

Tabel 4.1. Responden Berdasarkan jenis 2. Umur

kelamin Umur merupakan suatu tingkat

Jenis Jumlah Presentase kedewasaan seseorang dalam pengambilan

Kelamin (%) suatu keputusan, dan berpengaruh juga

terhadap pengalaman yang dimiliki, semakin


Laki-laki 42 100
bertambah umur seseorang maka akan
Perempuan 0 0
semakin banyak pengalaman yang dimiliki

Jumlah 42 100 begitu juga sebaliknya, akan semakin sedikit

pengalaman yang dimiliki apabila umur

Yourizal nur ahmadi | 12.1.04.01.0032 simki.unpkediri.ac.id


Fak Peternakan – Prodi Peternakan || 14||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
seseorang dikatakan lebih muda. Data adalah orang-orang yang berada dalam usia

mengenai karateristik peternak responden di produktif. Hal ini penting karena peternak

Kecamatan Badas Kabupaten Kediri pada kategori umur tersebut masih memiliki

berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel kemampuan fisik yang kuat dan pemikiran

4.2. yang matang terutama dalam mengelola

usaha yang dilakukan.


Tabel 4.2. Deskripsi responden berdasarkan
Hal ini sesuai dengan pendapat

Kelompok Jumlah Persentase (%) Hernanto (1996) yang menyatakan bahwa

umur usia produktif sangat penting bagi


(orang)
pelaksanaan usaha karena usia ini peternak
(tahun)

mampu mengkoordinasi dan mengambil


35-45 19 45,24
langkah yang efektif.
46-55 23 54,76
Faktor umur seseorang ikut

Jumlah 42 100 menentukan tingkat partisipasi kerjanya

dalam mencari nafkah. Makin bertambah


kelompok umur
usia seseorang makin bertambah pula

partisipasinya tetapi akan menurun pula

pada usia tertentu sejalan dengan faktor


Berdasarkan deskripsi responden
kekuatan fisik yang makin menurun pula.
table 4.2, kategori umur menggambarkan
Faktor usia akan sangat berpengaruh pada
bahwa sebagian besar responden dalam
pekerjaan yang sangat mengandalkan
penelitian ini berumur 35-45 tahun sebanyak
kekuatan dan kemampuan fisik tenaga kerja.
19 orang (45,24%) dan 46-55 tahun 23
Usia akan sangat mempengaruhi
orang (54,76%). Kategori umur tersebut
produktivitas kerja karena lebih dominan
menunjukkan bahwa sebagian besar
mengandalkan kekuatan fisik (Akmal,
peternak yang menggeluti usaha sapi potong
2006).

Yourizal nur ahmadi | 12.1.04.01.0032 simki.unpkediri.ac.id


Fak Peternakan – Prodi Peternakan || 15||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
3. Lama Beternak amat menentukan keberhasilan dari suatu

Pengalaman beternak seseorang dilihat usaha, dengan pengalamannya peternak

dari lama tidaknya seseorang menekuni akan memperoleh pedoman yang sangat

bidang peternakan. Adapun klasifikasi berharga untuk memperoleh kesuksesan

responden berdasarkan pengalaman beternak usaha dimasa depan. Umur dan pengalaman

di Kecamatan Badas Kabupaten Kediri beternak akan mempengaruhi kemampuan

Tabel 4.3. Lama beternak di kecamatan peternak dalam menjalankan usaha, peternak

Badas Kediri yang mempunyai pengalaman yang lebih

Pengalaman beternak sangat penting banyak akan selalu hati-hati dalam bertindak

dalam mendukung keberhasilan usaha dengan adanya pengalaman buruk dimasa

peternakan. Dari jawaban kuisioner lalu (Iskandar dan Arfa`I, 2007).

responden dapat dilihat karakteristik Edwina dan Cepriadi (2006)

peternak dari segi pengalaman beternak menyatakan bahwa semakin lama

yaitu dimulai dari 1-5 tahun ada 11 orang pengalaman beternak seseorang maka

(26,19%), 5-10 tahun 15 orang (35,71 %) peternak akan lebih mudah mengatasi

dan diatas 10 tahun 16 orang (38,09 %). kesulitannya. Pengalaman beternak yang

Pengalaman merupakan faktor yang cukup lama memberikan indikasi bahwa

pengetahuan dan keterampilan beternak dan


Pengalaman Jumlah Persentasi (%)
manajemen pemeliharaan ternak yang
beternak
(orang)
dimiliki petani semakin baik.
(tahun)
4. Pendidikan Responden

1-5 11 26,19 Pendidikan sangat dibutuhkan dalam

menjalankan suatu usaha tidak terkecuali


6-10 15 35,71
dalam menjalankan usaha beternak.
>10 16 38,09
Pendidikan yang memadai dapat membantu

Jumlah 42 100 masyarakat dalam upaya peningkatan

Yourizal nur ahmadi | 12.1.04.01.0032 simki.unpkediri.ac.id


Fak Peternakan – Prodi Peternakan || 16||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
produksi ternak dan kemampuan manejemen pendidikan peternak sudah cukup baik dan

usaha peternakan. Tingkat pendidikan turut hal ini sangata mendukung dalam usaha

mempengaruhi pola pikir masyarakat dalam mereka dalam mengakses informasi dan

hal beternak sapi potong. Untuk mengetahui inovasi yang terkait dengan usaha beternak

tingkat pendidikan responden di Kecamatan sapi potong yang mereka lakukan.

Badas, Kabupaten Kediri dapat dilihat pada Menurut Murwanto (2008) bahwa

tabel 4.4. tingkat pendidikan peternak merupakan

Tabel 4.4. Deskripsi responden indikator kualitas penduduk dan merupakan

berdasarkan pendidikan peubah kunci dalam pengembangan

Pendidikan Jumlah Persentase (%) sumberdaya manusia. Dalam usaha

terakhir (orang) peternakan faktor pendidikan diharapkan

dapat membantu masyarakat dalam upaya


SD 16 38,09
peningkatan produksi dan produktifitas
SMP 13 30,95
ternak yang dipelihara. Tingkat pendidikan
SMA 13 30,95
yang memadai akan berdampak pada

Jumlah 42 100 peningkatan kinerja dan kemampuan

manajemen usaha peternakan yang

dijalankan.
Lama pendidikan responden (tabel 4.4)
5. Pekerjaan Utama
jika dikonveresi pada tingkat pendidikannya
Pekerjaan utama adalah jika seseorang
maka dapat dikatakan bahwa sebagian
hanya mempunyai satu pekerjaan maka
peternak sudah memiliki pendidikan SMA.
pekerjaan tersebut digolongkan sebagai
Pendidikan SD 16 orang (38,09%) untuk
pekerjaan utama. Bila pekerjaan yang
pendidikan SMP 13 orang (30,95%) dan
dilakukan lebih dari satu, maka pekerjaan
SMA 13 orang (30,09%). Secara
utama adalah pekerjaan yang dilakukannya
keseluruhan dapat dikatakan bahwa
dengan waktu terbanyak. Jika waktu yang

Yourizal nur ahmadi | 12.1.04.01.0032 simki.unpkediri.ac.id


Fak Peternakan – Prodi Peternakan || 17||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
digunakan sama, maka pekerjaan Tanggungan keluarga merupakan beban

yangmemberi penghasilan terbesar dianggap ekonomi yang harus terpenuhi. Peternak

sebagai pekerjaan utama. yang mempunyai tanggungan keluarga yang

Tabel 4.5. Pekerjaan utama besar akan mempunyai beban ekonomi yang

Pekerjaan utama Jumlah Persentas besar pula untuk memenuhi kebutuhan

e (%) hidup keluarganya. Untuk mengetahui


(orang)
jumlah tanggungan peternak yang ada di
Petani / petani ikan 29 69,04
Kecamatan Badas dapat dilihat pada tabel

Peternak 4 9,52 4.6

Pedagang 9 21,42
Jumlah Jumlah Persentase

Jumlah 42 100 tanggungan (orang) (%)

1-2 21 50

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat


3-4 20 47,61
bahwa pekerjaan utama responden yaitu
5 1 2,38
mayoritas adalah petani ada 29 orang

(69,04%) , peternak asli ada 4 orang Jumlah 42 100

(9,52%), dan pedagang ada 9 orang


Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat
(21,42%). Pekerjaan petani mendominasi
hasil jawaban kuisioner responden dari segi
paling utama, hal ini mempengaruhi
jumlah tanggungan keluarga yaitu dari 1-2
kurangnya perhatian peternak dalam
jumlah tanggungan ada 21 orang (50%), 3-4
pemeliharaan sapi potong yang mereka
jumlah tanggungan ada 20 orang (47,61%),
miliki.
dan 5 jumlah tanggungan ada 1 orang
6. Jumlah Tanggungan Keluarga
(2,38%). Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa jumlah tanggungan

Yourizal nur ahmadi | 12.1.04.01.0032 simki.unpkediri.ac.id


Fak Peternakan – Prodi Peternakan || 18||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
keluarga peternak di Kecamatan Badas mengetahui jumlah ternak yang dimiliki

relatif kecil sehingga beban hidup yang responden dapat dilihat pada tabel 4.7.

harus ditanggung tidak terlalu besar. Tabel 4.7. Kepemilikan ternak

Menurut Sumbayak (2006) yang Kepemilikan Jumlah Persentase

mengatakan jumlah anggota keluarga akan ternak (orang) (%)

mempengaruhi peternak dalam mengambil


3 20 47,61
keputusan. Karena semakin banyak jumlah
4-6 16 38,09
tanggungan keluarga maka semakin banyak

pula beban hidup yang harus dipikul oleh >6 6 11,9

seorang petani. Jumlah tanggungan keluarga


Jumlah 42 100
adalah salah satu faktor ekonomi yang perlu

diperhatikan dalam menentukan pendapatan

dalam memenuhi kebutuhan. Tanggungan Pada tabel 4.7 berdasarkan jawaban

keluarga juga dapat menjadi beban hidup kuisioner responden menunjukan bahwa

bagi keluarganya apabila tidak bekerja. jumlah ternak 3 ekor ada 20 (47,61 %)

Kegagalan peternak dalam berusaha sangat orang, jumlah ternak 4-6 ekor ada 16

berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan orang(38,09%) dan jumlah ternak >6 ada 5

keluarga. Semakin banyak jumlah anggota orang (11,9%) . Dengan demikian dapat

keluarga merupakan beban disatu sisi, akan disimpulkan bahwa ternak yang dimiliki

tetapi dari sisi lain merupakan sumber oleh peternak sapi potong yang ada di

tenaga kerja keluarga (Soekartawi dkk, Kecamatan Badas relatif belum terlalu

1999). banyak. Sehingga keuntungan yang di dapat

7. Kepemilikan Ternak masih sedikit. Hal ini sesuai dengan

Jumlah ternak yang dimiliki oleh pernyataan Hermanto (1996) menyatakan

peternak berpengaruh terhadap hasil atau bahwa kepemilikan ternak berpengaruh

keuntungan yang diperoleh peternak. Untuk positif terhadap pendapatan usaha tani-

Yourizal nur ahmadi | 12.1.04.01.0032 simki.unpkediri.ac.id


Fak Peternakan – Prodi Peternakan || 19||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
ternak. Semakin banyak memelihara ternak, mekanisme bagi hasil antara peternak dan

semakin meningkatkan pendapatan usaha


pemilik modal. Mekanisme gaduhan ini
tani-ternak.
telah terbukti saling menguntungkan bagi
8. Status kepemilikan
kedua belah pihak. Orang yang mempunyai
Untuk mengetahui jawaban responden

mengenai status kepemilikan ternak sapi kehidupan ekonomi yang lebih mapan

potong oleh para peternak di Kecamatan


memberi bantuan modal berupa ternak atau
Badas dapat dilihat pada tabel 4.8.
menitipkan ternaknya kepada
Tabel 4.8. Status kepemilikan
petani/peternak untuk dipelihara. Hasil
Status Jumlah Persentase
usaha akan dibagi sesuai dengan
(%)

kesepakatan antara pemberi modal dan


Milik sendiri 27 64,28
petani/peternak. Biasanya tidak ada
Milik sendiri 15 35,71
ikatan/kontrak secara tertulis tentang
& gaduhan

kerjasama usaha tersebut. Kerjasama


Jumlah 42 100

gaduhan hanya secara lisan dan didasarkan

Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat


atas saling percaya, dan biasanya penerima

bahwa 64,28 % responden menjawab ternak


gaduhan adalah orang yang sudah dikenal

sapi potong milik mereka sendiri dan 35,71


baik oleh penggaduh ataupun yang

% milik sendiri dan gaduhan. Ternak milik


dikenalkan oleh kerabat penggaduh

sendiri adalah ternak sepenuhnya milik


9. Pakan yang digunakan

peternak. Ternak gaduhan biasanya


Bahan pakan adalah segala sesuatu

diterapkan pada peternakan dengan yang diberikan kepada ternak yang sebagian

Yourizal nur ahmadi | 12.1.04.01.0032 simki.unpkediri.ac.id


Fak Peternakan – Prodi Peternakan || 20||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
atau keseluruhannnya dapat dicerna tetapi Pakan Iya (%) Tidak
(%)
tidak mengganggu kesehatan ternak

tersebut. Sebagian contoh pakan hijaun Pakan :

(rumput, daundaunan), limbah pertanian a) Limbah sisa 96,96 3,03


pertanian
(jerami padi, jerami jagung, jerami kedelai, 100 0
b) Rumput gajah
pucuk tebu), leguminosa (daun Lamtoro,
c) Jerami kering 75,75 24,25
Gliricida, Kaliandra, Turi, dan
Pakan tambahan :
Kacangkacangan) limbah industri pertanian
a) Bekatul 75,75 24,25
(dedak, bekatul, pollard, onggok, bungkil-
b) Gamblong
81,82 18,18
(bungkilan) dan lain-lain c) Konsentrat
27,27 72,73
(Anonimus,2001).Untuk mengetahui

jawaban responden peternak sapi potong di Menggunakan pakan 42,42 57,58


fermentasi
kecamatan Badas tentang pemberian pakan

pada ternaknya dapat dilihat pada tabel 4.9. Membuat sendiri 60,61 39,39
pakan fermentasi

Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat

bahwa hampir semua keseluruhan responden

menggunakan limbah sisa pertanian, rumput

gajah, dan jerami kering. Hal ini

dikarenakan semua pakan tersebut banyak

tersedia di seluruh kecamatan Badas yang

mayoritas penduduknya berprofesi sebagai

petani. Selain itu pakan – pakan tersebut

merupakan pakan utama ternak sapi potong.

Yourizal nur ahmadi | 12.1.04.01.0032 simki.unpkediri.ac.id


Fak Peternakan – Prodi Peternakan || 21||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Pada dasarnya, sumber pakan sapi dapat pakan fermentasi. Hal ini dikarenakan dalam

disediakan dalam bentuk hijauan dan proses pembuatan pakan fermentasi

konsentrat, dan yang terpenting adalah membutuhkan waktu dan tenaga, sedangkan

pakan yang memenuhi kebutuhan protein, para responden memiliki pekerjaan lain

karbohidrat, lemak, dan vitamin serta yaitu petani maupun pedagang. Meskipun

mineral (Sarwono,2002). dari jawaban responden 60,69 % menjawab

Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa mampu atau bisa membuat pakan fermentasi

responden sebagian besar menggunakan sendiri lebih banyak responden yang tidak

pakan tambahan yaitu bekatul, gamblong, menggunakan pakan fermentasi.

dan konsentrat. Hal ini dikarenakan dalam 10. Waktu menjual sapi

penggunaaan pakan tambahan akan


Untuk melihat jawaban dari
menunjang pertumbuhan maupun
responden kapan peternak akan menjual
perkembangbiakan sapi potong. Sesuai
sapinya dapat dilihat pada tabel 4.10
pernyataan Djarijah,1996 pemberian pakan
Tabel 4.10. Waktu menjual sapi
tambahan dimaksudkan agar sapi dapat
Keterangan Orang Persentase
memenuhi kebutuhan hidupnya sekaligus
(%)
untuk pertumbuhan dan reproduksi. Pada

umumnya, setiap sapi membutuhkan pakan Saat ada 29 69,04

berupa hijauan dan pakan tambahan seperti kebutuhan

konsentrat. Sapi dalam masa pertumbuhan,


Saat harga sapi 10 23,8
sedang menyusui dan sedang digunakan
naik
sebagai tenaga kerja memerlukan pakan

yang memadai baik dari segi kualitas Lainnya 3 7,14

maupun kuantitasnya. Jumlah 42 100


Dari keseluruhan jawaban responden

57,58 % menjawab tidak menggunakan

Yourizal nur ahmadi | 12.1.04.01.0032 simki.unpkediri.ac.id


Fak Peternakan – Prodi Peternakan || 22||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat lebih banyak ditentukan oleh faktor kondisi

bahwa responden cenderung lebih banyak perekonomian rumah tangga peternak.

menjawab waktu penjualan ternaknya pada Harga tidak mendorong peningkatan

saat ada kebutuhan sebanyak 23 orang penawaran oleh peternak atau dengan kata

(69,04 %). Hal ini dikarenakan sapi lain kenaikan harga tidak selalu merangsang

merupakan investasi atau tabungan jangka petani untuk menjual sapinya.

panjang para peternak. Investasi adalah

sebagai pengkaitan sumber-sumber dalam 11. Tempat penjualan sapi

jangka panjang untuk menghasilkan laba di


Pemasaran sapi potong akan menjadi
masa yang akan datang (Mulyadi,1997:248).
problem yang cukup besar jika peternak
Jadi sapi yang mereka pelihara itu sebagai
tidak mampu memperkirakan atau menaksir
tabungan yang akan mereka jual ketika

mereka butuh uang. Misalnya, pada tahun bobot badan sapi. Akibat yang langsung

ajaran baru. Mereka akan menjual sapinya


dirasakan adalah kerugian yang cukup besar,
dengan harga yang lebih murah, karena
karena pada umumnya jual beli sapi
harus mengeluarkan uang untuk membayar
dilakukan tanpa menggunakan timbangan
uang sekolah anaknya. Berbeda ketika

mereka akan membeli sapi yaitu dengan (Hardiyanto, 2002)

harga yang lebih mahal, karena petani


Untuk mengetahui jawaban dari
membutuhkan hewan ternak untuk kembali
responden mengenai tempat penjualan
mereka jadikan tabungan atau investasi.
ternak sapi potong para peternak di
Proses pembelian dilakukan ketika urusan
Kecamatan Badas dapat dilihat pada tabel
pembayaran uang sekolah lunas terbayar.
11.
Hal tersebut dikuatkan oleh pernyataaan

Umiyasih( 2007), pada usaha peternakan

rakyat, penentuan kapan saat penjualan sapi

Yourizal nur ahmadi | 12.1.04.01.0032 simki.unpkediri.ac.id


Fak Peternakan – Prodi Peternakan || 23||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Tabel 4.11. Tempat penjualan sapi penawaran di pasar sehingga bertindak

Keterangan Orang Presentase sebagai “penentu harga”.

(%) A. KESIMPULAN

Hasil penelitian mengenai


Blantik 26 61,90
karakteristik peternak sapi potong di
Pedagang - -
Kecamatan Badas Kabupaten Kediri dapat
besar
disimpulkan bahwa karakteristik peternak

Jagal - - berdasarkan jenis kelamin pada umumnya

100% semua laki-laki, berdasarkan umur


Pasar hewan 16 38,09
sebagian besar peternak berumur 46-55

Jumlah 42 100 tahun 57,76 %, berdasarkan lama beternak

38,09 % rata-rata >10 tahun, pendidikan


Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat
peternak mayoritas SMP dan SMA,
bahwa para peternak di kecamatan Badas
pekerjaan utama peternak 69,04 % yaitu
lebih banyak menjual sapinya kepada atau
petani, jumlah tanggungan keluarga
melalui blantik sebesar 61,90 %. Hal ini
sebagian besar berjumlah 1-2 yaitu 50 %,
dikarenakan para peternak tidak mengetahui
kepemilikan ternak berjumlah > 3 ekor,
standar harga dipasar. Sesuai pernyataan
status kepemilikan sebagian besar milik
Setiadi 2001, pada produk yang berupa sapi
sendiri 64,28 %, pakan yang digunakan
siap potong, standar mutu pasar belum ada.
dalam beternak 100 % memanfaatkan
Penjualan/pemasaran lebih banyak
limbah sisa pertanian, waktu penjualan sapi
dilakukan lewat jasa perantara/belantik,
potong dilakukan pada saat ada kebutuhan,
karena peternak pada umumnya tidak
dan tempat penjualan hampir semua
mengetahui harga pada saat akan
peternak melalui blantik.
bertransaksi. Perantara/blantik lebih

menguasai informasi harga maupun

Yourizal nur ahmadi | 12.1.04.01.0032 simki.unpkediri.ac.id


Fak Peternakan – Prodi Peternakan || 24||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
B. SARAN

Peneliti memberikan saran yaitu

sebaiknya para peternak sapi potong di

Kecamatan Badas Kabupaten Kediri dapat

meningkatkan skala usaha dan memperbaiki

sistem pemeliharaan ternak sapi potong.

Keterampilan peternak dalam budidaya

perlu dioptimalkan, salah satunya dengan

memberikan keterampilan mengolah limbah

pertanian menjadi pakan ternak yang

berkualitas. Dan pemerintah atau dinas

peternakan setempat diharapkan memberi

perhatian dan dukungan agar para warga

khususnya anak muda berkeinginan

menjalankan usaha ternak sapi potong

dengan cara mengadakan penyuluhan yang

berkaiatan dengan ternak sapi potong.

Yourizal nur ahmadi | 12.1.04.01.0032 simki.unpkediri.ac.id


Fak Peternakan – Prodi Peternakan || 25||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
IV. DAFTAR PUSTAKA Iskandar, i. dan Arfa`i. 2007. Analisis
Program Pengembangan Usaha Sapi
Abidin, Z. 2002. Penggemukan Sapi Potong. Potong Di Kabupaten Lima Puluh
Agro Media Pustaka. Jakarta. Kota, Sumatera Barat (studi kasus
program bantuan pinjaman langsung
Afifah, N.Y. 2014. Analisis Faktor-Faktor masyarakat). Skripsi. Fakultas
yang Mempengaruhi Keputusan Peternakan Universitas Andalas.
Tenaga Kerja untuk Tetap Bekerja Di Padang.
Sektor Pertanian (Studi Kasus
Kecamatan Pujon). Fakultas Ekonomi Iskandar, i. dan Arfa`i. 2007. Analisis
dan Bisnis, Unversitas Brawijaya. Program Pengembangan Usaha Sapi
Malang. Potong Di Kabupaten Lima Puluh
Kota, Sumatera Barat (studi kasus
Akmal, Y. 2006. Analisis Faktor-Faktor program bantuan pinjaman langsung
Yang Mempengaruhi Produktivitas masyarakat). Skripsi. Fakultas
Tenaga Kerja Industri Kecil Kerupuk Peternakan Universitas Andalas.
Sanjai Di Kota Bukittinggi. Institut Padang.
Pertanian Bogor. Bogor
Murtidjo, B.A. 2001. Beternak Sapi Potong.
Anonim. 1990. Sapi Bali. Penebar Swadaya. Kanisius. Yogyakarta.
Jakarta. 1991.Petunjuk Peternak Sapi Murwanto, A.G. 2008. Karakteristik
Potong dan Kerja. Penerbit AAK. Peternak dan Tingkat Masukan
Jakarta. Teknologi Peternakan Sapi Potong di
Lembah Prafi Kabupaten Manokwari.
BPS. 2015. Kecamatan Badas Dalam Jurnal Ilmu Peternakan, 3(1) p: 8 –
Angka. (Online). tersedia: 15.
https://kedirikab.bps.go.id/w3b06/pdfs Rakhmat, J. 2007. Psikologi Komunikasi.
_publikasi/Kecamatan-Badas-Dalam- Edisi Revisi, Cetakan ke-24. Bandung:
Angka-2015.pdf. Remaja Rosdakarya.Semarang.

Febrina, D dan M. Liana. 2008. Setiadi, B. 2001. Beternak Sapi Pedaging


Pemanfaatan limbah pertanian dan Masalahnya. Aneka Ilmu.
sebagai pakan ruminansia pada
peternak rakyat di kecamatan rengat Siregar, S.B. 2004. Penggemukan Sapi.
barat kabupaten indragiri hulu. Penebar Swadaya. Jakarta.
Jurnal peternakan, 5(1) p:28-37
Slameto.2013. Belajar dan Faktor-faktor
Hardiyanto, R., D.E Wahyono., C. Anom., Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Suyamto., G. Kartono dan S.R Cipta
Soemasono.2002. Strategi Beternak
Sapi Potong. Jakarta. Soekartawi. 2008. Prinsip Dasar
Komunikasi Pertanian. UI Press.
Hernanto, F. 1996. Ilmu Usaha Tani. Jakarta.
Penebaran Swadaya. Jakarta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Ibrahim, Jabat., Sudiyono, Armand., dan Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Harpowo. 2003. Komunikasi dan Kualitatif dan R&D. Bandung :
Penyuluhan Pertanian. Banyumedia Alfabeta
Publishing. Malang.

Yourizal nur ahmadi | 12.1.04.01.0032 simki.unpkediri.ac.id


Fak Peternakan – Prodi Peternakan || 26||
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Suhardiyono, 1990. Peran Penyuluhan
Dalam Pembangunan Pedesaan.
Yogyakarta: UGM Press.

Sumbayak, Jimmy B. 2006. Materi, Metode,


dan Media Penyuluhan. Fakultas
Pertanian. Universitas Sumatera
Utara. Medan.

Tomatala, G. S. J. 2004. Pemanfaatan


Media Komunikasi Dan Perilaku
Usaha Peternak Sapi Potong. Kasus
Kecamatan Sukanagara, Kabupaten
Cianjur. [Tesis]. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.

Umiyasih, U dan Y.N Anggraeny, 2007.


Petunjuk Teknis. Ransum Seimbang,
Strategi Pakan pada Sapi Potong.
Puslitbang Peternakan, Bogor

Wardhani, A. 1994. Hubungan Karakteristik


Demografis dan Motivasi Peternak
dengan Penggunaan Sumber-Sumber
Informasi Tentang Ayam Buras Di
Desa Cisontrol, Kabupaten Ciamis.
[Tesis]. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.

Yourizal nur ahmadi | 12.1.04.01.0032 simki.unpkediri.ac.id


Fak Peternakan – Prodi Peternakan || 27||

Anda mungkin juga menyukai