DI PETERNAKAN MASYARAKAT
(LAPANGAN)
Oleh:
Vera Rahmadani
EIC1C016078
Kel. Lapangan: 17
Kloter: 3 dan 4 / KelSapi: 2/ Kel. Kambing: 2
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan produksi ternak potong dan kerja lapangan dengan
baik dan tepat pada waktu yang telah di tentukan oleh dosen pembimbing praktikum Dr.Ir.
Dwatmaji, M.Sc. Dalam pembuatan laporan ini saya menuliskan data yang saya dapatkan
selama praktikum lapangan dan saya membandingkan data yang didapat selama praktukum
dengan materi-materi yang berasal dari sumber buku dan internet.
Sebagai rasa hormat atas bantuan dan bimbingan serta dorongan dari semua pihak,
saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing Dr.Ir.
Dwatmaji, M.Sc. dan drh. Tatik Suteky, M.Sc yang membimbing dalam kegiatan praktikum,
serta terima kasih kepada para asisten pembimbing.yang telah memberikan arahan selama
praktikum berlangsung,dan terimakasih kepada rekan-rekan saya yang telah berkerja sama
dalam pelaksanaan praktikum,sehingga praktikum berjalan dengan lancar.
Terlepas dari semua itu,saya menyadari dalam pembuatan laporan ini masih banyak
kekurangan,baik dari segi susunan laporan dan dari segi bahasa yang digunakan.Oleh karena
itu,kritik dan saran saya harapkan dari pembaca,agar dalam pembuatan laporan selanjutnya
bisa lebih baik lagi.
Semoga laporan yang saya buat ini,bisa bermanfaat untuk kita semua.Akhir kata saya
ucapkan terima kasih.
Bengkulu,29-Oktober-2018
Penulis
2
HALAMAN
PENGESAHAN
Sehubungan dengan penyusunan laporan praktikum MK Produksi Ternak Potong dan Kerja
yang saya ikuti pada semester Ganjil 2018/2019, maka bersama ini saya:
NIM :E1C016078
Dan menyatakan bahwa laporan ini benar-benar saya susun sendiri, dan bukan merupakan
hasil laporan praktikum mahasiswa lain.
Laporan ini juga sudah saya konsultasikan dengan Asisten Dosen MK. Produksi Ternak
Potong dan Kerja.
<..................................................> <..................................................>
Pastri Simanjuntak Vera Rahmadani
NPM: EIC0160 NPM: EIC016078
3
DAFTAR ISI
4
5
MATERI dan METODE
A.1. Jadwal Pelaksanaan dan Daftar Anggota Kelompok
Daftar anggota dan jadwal pelaksanaan pratikum lapangan
Nama NPM
Jadwal kegiatan praktikum lapangan yang telah dilakukan yaitu dilaksanakan pada
tanggal 30 september 2018 di peternakan masyarakat.
A.3. Materi
Ternak yang kita gunakan untuk praktikum saat praktikum lapangan yaitu sapi yang
berjumlah 13 ekor sapi . Tujuan pemeliharaan adalah penggemukan dan jual beli serta untuk
beranak. Peternak mulai beternak pada tahun ini, sekitar 1-2 bulan yang lalu. Jenis ternak sapi.
Bangsa ternak sapi bali. Perkiraan umur berdasarkan catatan kelahiran 4-6 tahun, 3-4 bulan, 1-1,5
tahun, Bcs sapi 5-6, mulai memelihara ternak dari tahun 2018 ini, dua bulan yang lalu, dan ternak
dijual minimal 1 tahun sekali, Pemanfaatan kompos untuk sendiri, di pelihara dari lahir sampai siap
dijual, estimasi harga jual dan harga beli ternak tergantung dagingnya, biasanya jika jantan 12-13
juta dan jika betina 7-9 juta ( ketika berumur diatas 8 bulan ) .
Jenis pakan yang digunakan untuk sapi di peternakan ini adalah hijauan. Kemudian
setelah kami bertanya kepada peternak diperoleh keterangan bahwa tidak ada perlakuan
khusus bagi pakan ternak di peternakan ini. Peternak dapat informasi tentang teknologi
pakan seperti pakan harus diberi konsentrat dari teman peternak. Cara mendapatkan
pakannya adalah jika hijauan rumput yaitu dengan cara mencari rumput disekitar. Peternak
6
tidak mengetahui estimasi biaya pakan kalau beli karena murni dari hijauan, mungkin sekitar
15.000 per karung hijauan rumput.
Ketika sampai kami bisa menentukan BCS sapi yang ada di peternakan ini, karena
sapinya tidak terlalu gemuk. Kemudian, jumlah pemberian pakannya adalah 10 kg per ekor.
Di peternakan ini tidak semua sapi dikandangkan ada juga beberapa yang dilepas di
hamparan sawit untuk mencari makan saat siang, dan akan dimasukkan pada malam hari.
Ternak ini merupakan milik sendiri dari pak susanto. Penyakit yang sering di derita adalah
jembrana dan cacingan cara pencegahannya dengan diberi vitamin.
7
A.4 anggota dan Foto di lokasi
Nama NPM
Pada saat praktikum semua anggota kelompok hadir dan melakukan ikut praktikum
semua. Ada yang bertanya pada peternak da nada juga yang melihat sapi atau pakan sapi.
Foto :
8
Gambar 2 Sapi Pada Praktikum Lapangan sedang makan rumput
9
Gambar 4 Sapi di kandang
10
B. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pendidikan terakhir Peternak adalah SMA dan umurnya adalah 27 tahun, dan Pak Susanto
memulai usaha peternakan dari 2 bulan yang lalu.
Jumlah keluarga : 4
Jumlah keluarga pak Susanto adalah 2 orang, yang terdiri dari Pak Susanto dan istrinya.
kemudian pak Susanto memiliki anak buah atau pekerja yang membantu Pak Susanto. Akan
tetapi, kami tidak mengetahui berapa jumlah tenaga kerja pasti yang kerja di peternakan Pak
Susanto, karena pekerja nya tidak tetap.
Peternakan ini berada di Desa Abusakim, kecamatn Pondok Kelapa, Kabupaten Bengkulu
Tengah, Kota Bengkulu,disinilah tempat kami melakukan praktikum lapangan, Ternak Pak
Susanto ada 13 ekor Sapi.
B.2TERNAK
Tujuan pemeliharaan (penggemukan, breeding/untuk beranak, hobby, dll) : jual beli
dan untuk beranak
Tujuan usaha pemeliharaan dari sapi tempat kami praktikum lapangan adalah untuk
jual beli atau pendapatan. Sedangkan menurut(Abidin 2002), Tujuan usaha pemeliharaan
ternak sapi potong diantaranya adalah menambah pendapatan bagi peternak. (Abidin 2002).
Jadi, sesuai dengan tinjauan, tujuannya adalah agar si peternak mendapatkan keuntungan
berupa pendapatan dari ternak yang dipeliharanya.
Pak santoso, memiliki 13 ekor sapi Bali , dan termasuk peternak skala kecil, dan
populasi ternak Sapi potong di Indonesia masih rendah karena 90 % nya berada di tangan
11
rakyat. Menurut (Kariyasa, 2005), Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging
di Indonesia. Namun produksi daging dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan
karena populasi dan tingkat produktivitas ternak yang rendah. Rendahnya populasi sapi
potong antara lain disebabkan sebagian besar ternak dipelihara oleh peternak berskala kecil
dengan lahan dan modal terbatas. Dapat disimpulkaan, Populasi ternak sapi potong di
Indonesia masih kurang karena masih banyak dan bahkan 90 % peternak Indonesia adalah
peternak rakyat dengan skala usaha yang masih kecil.
Pak Susanto mulai beternak sejak tahun 2 bulan yang lalu, yaitu dengan mencoba membeli
sapi terlebih dahulu untuk dikembangkan sehingga bisa seperti yang terlihat sekarang ini,
yaitu 13 ekor sapi , jadi sejak 2 bulan yang lalu peternak mulai beternak sapi sampai
sekarang.
Jumlah ternak (dengan detail bangsa, sex, umur, laktasi, pedet, dll) : 13 sapi Bali
Usaha peternakan Pak Susanto bukan termasuk usaha yang bersifat tradisional karena
sapinya bukan hanya 2 ekor, namun telah mencapai 13 ekor sapi. Sedangkan menurut
Williamson (1993), usaha yang bersifat tradisional, yang diwakili oleh petani dengan lahan
sempit, yang mempunyai 1 – 2 ekor ternak, baik ternak ruminansia besar, ruminansia kecil
bahkan ayam kampung. Dari penjelasan itu, usaha peternakan sapi potong Pak Susanto
bukan termasuk usaha yang tradisional.
Pak Susanto sudah menerapkan prinsip pemeliharaan dan pembiakan hewan tropis dengan
cara melakukan pengawasan di segala aspek terhadap ternaknya. Menurut pendapat (Smith
dan Mangkoewidjojo, 1988) , peternak dalam memelihara ternaknya harus berdasarkan
prinsip-prinsip pemeliharaan dan pembiakan hewan tropis yaitu : pengawasan lingkungan,
pengawasan status kesehatan, pengawasan pegawai, pengawasan makan dan air minum,
pengawasan sistem pengelolaan dan pengawasan kualitas hewan ternak . Jadi, Pak Susanto
sudah melakukan prinsip pemeliharaan dengan benar.
12
Pada peternakan sapi potong yang kami kunjungi dapat diperoleh hasil bahwa
peternakan Pak Susanto memakai sistem pemeliharaan semi intensif , karena ternak
dikandangkan dan tada beberapa yang dilepas pada saat siang dan dikandangkan lagi waktu
malam. Sedangkan menurut(Hernowo, 2006), Sistem pemeliharaan sapi potong
dikategorikan dalam tiga cara yaitu sistem pemeliharaan intensif yaitu ternak dikandangkan,
sistem pemeliharaan semi intensif yaitu tenak dikandangkan pada malam hari dan dilepas di
ladang penggembalaan pada pagi hari dan sistem pemeliharaan ekstensif yaitu ternak
dilepas di padang penggembalaan. Jadi, kesimpulannya sitem yang digunakan oleh
peternakan Pak Santoso adalah sistem semi intensif.
Bangsa Ternak (Sapi Bali, Domba Garut, Kambing Kacang,) : Sapi Bali
Pak Zahril memelihara sapi Bali yang pada umumnya ada di Indonesia sebanyak 13
ekor.
Pada Peternakan Pak Zahril juga dapat ditemukan Sapi Simmental yang ukurannya
lumayan besar. Jika dibandingkan sapi Bali pada praktikum di kandang, sapi limousine jauh
lebih besar. Sedangkan menurut (Sugeng, 2003), Sapi Simental berasal dari Switzerland. Sapi
ini memiliki ciri-ciri yaitu ukuran tubuh besar; pertumbuhan otot bagus; penimbunan lemak
di bawah kulit rendah; 11 warna bulu pada umumnya krem agak cokelat atau sedikit merah;
muka, keempat kaki dari lutut, dan ujung ekor berwarna putih. Ukuran tanduk kecil, bobot
sapi betina mencapai 800 kg dan yang jantan 1.150 kg. Jadi, kesimpulannya Sapi Stmmental
memiliki ukuran tubuh yang lebih besar daripada Sapi Bali pada umumnya.
Pada peternakan ini kami memegang sapi Bali yang cukup jinak, namun yang tidak
dikandangkan agak sedikit liar dan suka menanduk. Sapi Bali adalah Sapi yang jinak juga dan
bentuk badannya agak kecil. Sedangkan menurut ( Guntoro, 2002), Sapi Bali (Bos sondaicus)
13
merupakan sapi Bali asli Indonesia yang diduga sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari
banteng liar. Sebagian ahli yakin bahwa domestikasi tersebut berlangsung di Bali sehingga
disebut sapi Bali. Jadi, Sapi Bali merupakan Sapi domestikasi dari Indonesia yang jinak dan
bentuk badannya kecil daripada bangsa sapi yang lain.
Di peternakan Pak Susanto juga rata-rata adalah sapi Bali, Sapi Bali memang
berpotensi dikembangkan di Indonesia. Sedangkan menurut ( Astuti, 2009 ), Sapi bali
merupakan salah satu jenis sapi asal Indonesia yang mempunyai potensi untuk di
kembangkan. Sapi bali mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan baru sehingga sering di
sebut dengan ternak perintis. Jadi, kesimpulannya Sapi Bali mempunyai peluang yang besar
jika dikembangkan di Indonesia khususnya di Bengkulu. Kemudian Sapi Bali disebut sebagai
ternak perintis karena mudah beradaptasi juga dengan lingkungannya dan mudah juga
pemeliharaannya tidak perlu pakan yang mahal.
Perkiraan Umur ternak (info dari peternak, catatan, rumus gigi) : Info dari peternak
yaitu 4-6 tahun, 3-4 bulan dan 1-1.5 tahun.
Perkiraaan umur ternak rata-rata dari 13 ekor sapi yaitu ada umur dewasa, sedang
dan pedet. Yitu : BCS Ternak4-6 tahun, 3-4 bulan dan 1-1.5 tahun.
Body Condition Score adalah metode untuk memberi nilai kondisi tubuh ternak baik
secara visual maupun dengan perabaan pada timbunan lemak tubuh dibawah kulit sekitar
pangkal ekor, tulang punggung dan pinggul. BCS digunakan untuk mengevaluasi
manajemen pemberian pakan, menilai status kesehatan individu ternak dan membangun
kondisi ternak pada waktu manajemen ternak yang rutin. BCS telah terbukti menjadi alat
praktis yang penting dalam menilai kondisi tubuh ternak karena BCS adalah indikator
sederhana terbaik dari cadangan lemak yang tersedia yang dapat digunakan oleh ternak
dalam periode apapun (Susilorini, Sawitri dan Muharlien, 2007). BCS ternak antara 1-9 untuk
ternak potong. Hasil Penilaian BCS nya yaitu 5-6 pada peternakan Pak Susanto dari
pertulangan tulang rusuknya dan juga dari melihat sapinya secara pengamatan langsung,
bukan dari berat badannya.
Kapan ternak mulai dipelihara dan kapan dijual : minimal 1 tahun sekali
14
Ternak mulai dipelihara dari ternak baru lahir/ pedet dan kemudian dibesarkan, lalu
akan terjadi jual beli. Namun karena peternak belum berpengalaman jadi hanya
memperkirakan mungkin dijual setahun sekali, sekaligus menambah lagi populasi ternaknya.
Pemanfaatan kompos (untuk sendiri, dijual:harga, produksi kompos ternak/bulan) : Untuk
sendiri
Limbah peternakan yang berupa kotoran dan sisa pakan dapat menurunkan mutu
lingkungan dan dapat mengganggu kesehatan. Kotoran ternak yang tercecer akan terbawa
oleh aliran air hujan ke daerah-daerah yang lebih rendah dan selanjutnya akan menyebabkan
penyakit (Setiawan, 1996). Penanganan limbah yang biasa dilakukan peternak adalah dengan
menampung di kolam terbuka sehingga fermentasi aerob dan degradasi senyawa organik
berlangsung sangat lambat ( Suryana, 2009). Oleh karena itu kotoran/ feses ternak dibuat
menjadi kompos agar bisa dimanfaatkan, Selama ini, pak Susanto masih menggunakan
kompos untuk sendiri dan belum ada niat untuk menjual kompos tersebut,untuk pupuk
tanaman atau bunga.
Lama pemeliharaan (bulan) : Kurang tahu karena masih mulai 2 bulan yang lalu.
Estimasi harga jual dan harga beli ternak : hitung daging, tergantung besar, umur,1
ternak diatas 8 bulan jantan 12-13 juta rupiah betina 7-9 juta rupiah.
Estimasi harga daging sesuai umur ternaknya, jika ternaknya terlalu tua, maka harga
dagingnya akan lebih rendah. Selain itu tergantung berat badan ternak dan juga umur. Pada
peternakan ini harganya juga disesuaikan yaitu jantan 12-13 juta rupiah betina 7-9 juta
rupiah.
15
B.3 PAKAN
Jenis pakan yang diberikan (hijauan, konsentrat, tambahan, dll) Hijauan saja.
Pada peternakan Pak Susanto, jenis pakan yang diberikan adalah rumput setaria atau
rumput gajah atau sejenisnya selain itu Pak zahri tidak memberikan tambahan pakan yang
lain dan juga tidak memberikan suplemen lain pada ternak sapinya.
Apakah ada perlakuan terhadap pakan (teknologi pakan seperti: fermentasi, silale dll)
: tidak
Pak Susanto tidak memberikan perlakuan khusus atau perlakuan tertentu terhadap pakan
yang diberikannya ke ternak, seperti fermentasi dan silase. Jadi, yang diberikan kepada sapi
adalah bahan pokok dari pakannya yaitu rumput setaria atau rumput gajah dankonsentrat
tanpa dijemur dan dimanipulasi dengan perlakuan lain, namun di cacah.
Pak Zahril mendapatkan Informasi tentang teknologi pakan dari temannya yang mungkin
juga peternak atau memahami tentang peternakan sapi potong . Jadi, biasanya jika sesama
peternak itu saling berbagi ilmu dan pengalaman tentang ternak khususnya pada ternak sapi
potong ini.
Pak Susanto dibantu dengan beberapa orang anak buahnya, mencari rumput
disekitaran kandang sapinya dengan cara menyabitnya. Hal ini dilakukan secara rutin.
Karena belum jelas rumput atau legume yang di beri ke ternak jadi belum tahu nutrisi
pakannya setiap hari.
Estimasi biaya pakan kalau beli, 15 ribu rumput sekarung dan biasanya jarang yang
menjual. Jadi, cari sendiri.
16
B.4 KANDANG
Ukuran kandang (panjang, lebar, tinggi 29x4x2 meter) (kandang individu, kelompok) :
Kandang Individu
Kandang semi permanen karena tidak semuanya lengkap dindingnya, dan bahkan tidak
berdinding, hanya kerangka kayu dan papan untuk kandang sapi tersebut dan juga lantainya
dari semen. Semi permanen karena seperempat diberi pagar tembok dan selebihnya kayu
dan papan.
Kandang pada peternakan Pak Susanto terlihat bersih, kuat dan kokoh selain itu ada tempat
minum dan pakannya dan juga drainasenya baik. Menurut (Direktorat Jenderal Peternakan,
2002), Kandang yang akan dibangun harus kuat, memenuhi syarat kesehatan, mudah
dibersihkan, mempunyai drainase yang baik, sikulasi udara yang bebas dan dilengkapi
tempat makan dan minum sapi serta bak desinfektan Jadi, kandang yang baik adalah
kandang yang kuat, ada tempat minum dan tempat pakan dan juga drainasenya baik dan
kandang pak susanto termasuk kandang yang baik.
Menurut Pak Susanto, estimasi biaya pembuatan kandang adalah 50 juta . Sedangkan
Menurut Mubyarto (1989), modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor
produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang baru, dalam hal ini hasil-hasil
pertanian. Modal petani di luar tanah adalah ternak beserta kandangnya, cangkul, bajak, dan
alat-alat pertanian lain, pupuk, bibit, hasil panen yang belum dijual, tanaman yang masih di
sawah dan lain. Intinya biaya modal pembuatan kandang adalah 50 juta pada peternakan
sapi Pak Susanto.
17
B.5 KESEHATAN TERNAK
Nama penyakit yang pernah terdeteksi : Jembrana (sejenis malaria) dan juga
cacingan.
Penyakit Jembrana (Jembrana Disease= JD) pada sapi Bali disebabkan oleh virus penyakit
Jembrana (Jembrana Disease Virus= JDV) termasuk dalam kelompok retrovirus berdasarkan
pada aktivitas reverse transcriptase. Virus Jembrana merupakan virus RNA dengan utas
tunggal, berbentuk icosahedral dengan panjang basa 7732 pasang basa (pb) dan bersifat
patogen hanya pada sapi Bali (Kertayadnya et al., 1993). Gejala umum ternak yang terserang
penyakit Jembrana adalah demam tinggi, lymphadenopathy, lymphopenia, keringat darah
dan mucus yang berlebihan pada mulut dan hidung. Kematian ternak akibat JDV terjadi pada
1 atau 2 minggu setelah infeksi (Wilcox et al., 1997).
Pada peternakan Pak susanto, semua sapi adalah sapi bali, dan penyakit yang paling
sering muncul pada sapi Bali adalah penyakit Jembrana, sejenis malaria kata Pak susanto.
Sedangkan menurut Guntoro (2002) sapi bali juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain:
amat peka terhadap beberapa jenis penyakit yang tidak dijumpai pada ternak sapi lain,
misalnya penyakit Jembrana dan Baliziekte yang hanya menyerang sapi bali. Sapi bali juga
peka terhadap penyakit Coryza yang dapat ditularkan melalui domba. Intinya Penyakit yang
sering ada pada Sapi Bali adalah penyakit Jembrana.
Cara pencegahan penyakit : dengan memberi pakan yang teratur dan pakan yang
baik dan menjaga kebersihan kandang dan juga pemberian vitamin.
Estimasi biaya untuk kesehatan ternak : masih tidak tentu karena masih kurang
pengalamannya dalam beternak.
Jadi, estimasi nya belum bisa diperkirakan namun rata-rata 3000/ hari.
Peternak kurang mengetahui berapa biaya pasti untuk biaya produksi ternak, namun ada
sekitar 50-an juta lebih kata Pak susanto.
18
Biaya lainnya (kalau ada)
Pak Susanto mengatakan bahwa tidak ada biaya lainnhya, tapi mungkin saja ada asuransi
atau tabungan untuk kesehatan ternaknya yaitu 1000/ekor/hari, selain biaya ini, sepertinya
tidak ada biaya lainnya.
Pak Susanto mengetahui tentang IB ( Inseminasi Buatan), karena seharusnya peternak yang
baik mengetahui metode Inseminasi Buatan pada sapinya, karena bukan hanya perkawinan
alami yang dapat membuat ternak sapi betina bunting, namun IB juga bisa dengan
menyemprotkan sperma Sapi Jantan ke Sapi Betina.
Pak Susanto mengetahui tentang IB dari tahun 2018 dan mengetahui dari menteri
Peternakan.
Tanda birahi seperti apa : keluar lendir berwarna putih dari vulva sapi, menaiki
kawannya dan abang abuh anget
Menurut Pak Susanto Birahi adalah ketika betina akan dikawin kan Sedangkan
menurut (Partodiharjo, 1992), Birahi adalah waktu ternak betina siap untuk menerima ternak
19
jantan untuk kawin . Dari yang kami dapatkan di praktikum sesuai dengan literatu karena
birahi birahi adalah ketika betina akan dikawinkan. Jadi kesimpulannya birahi adalah tahap
ketiak betina minta dikawinkan.
Apakah bapak tahu kalau ternak sudah bunting : mengeluarkan lendir berwarna
kuning
Menurut Pak Susanto, jika ternak bunting tandanya adalah mengeluarkan cairan berwarna
kuning.
Apakah bapak tahu Jenis straw yang di pakai, bangsa apa saja : Tahu, memesan pada
menteri hewan, misal Bali dan limousin
Menurut Pak Susanto, ia tahu jenis-jenis strain yang akan dipakai dan yang peluangnya
besar, dan caranya adalah dengan cara memesan kepada menteri hewan, misalnya straw Bali
dan Limousin dan juga ada yang lainnya.
Apakah menurut bapak biaya IB (mahal, murah, cukup) : Murah jika bunting namun
mahal sekali jika ternak tidak bunting.
20
C.KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa faktor –faktor yang mempengaruhi usaha peternakan sapi
potong adalah data pemilik, ternak,pakan,kandang, kesehatan ternak, perhitungan ekonomi
dan pengetahuan tentang inseminasi buatan.
Kemudian dapat disimpulkan bahwa pemberian pakan ternak pada peternakan Pak
Susanto adalah hijauan berupa rumput dan legum.
Pada praktikum lapangan ini, kami praktikum di peternakan milik Pak Susanto yang
memiliki 13 ekor sapi. Penyakit yang sering diderita adalah Jembrana dan cacingan.
Peternakan ini terletak di desa Abusakim kecamatan pondok kelapa kabupaten Bengkulu
tengah.
SARAN
Sarannya, menurut saya ketika praktikum lapangan harus ikut mencatat semua, dan
untuk kawan satu kelompok hrus mengumpulkan laporan secara serentak agar selesai semua
dengan cepat. Dan yang memiliki datanya harus membagikan data ke anggota kelompok
yang lain.
21
D. DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 2002. Penggemukan Sapi Potong.Jakarta: PT.Agro Media Pustaka.
Astuti, S.D. 2009. Pengaruh aras kuning telur dan jenis agen kryoprotektan dalam pengencer
tris terhadap kualitas dan fertilitas spermatozoa domba lokal. Thesis S-2. Fakultas Peternakan.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakata. hal. 127-128.
Bamualim, A. Dan M. Zulbardi. 2007. Situasi dan keberadaan kerbau di Indonesia. Pros.
Semiloka Usaha Ternak Kerbau. Jambi, 22 – 23 Juni 2007. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm.
32 – 39.
Blakely, J dan Bade, D. H. 1998. Ilmu Peternakan, Edisi 4. UGM Press, Yogyakarta.
Guntoro, S. 2002. Membudidayakan Sapi Bali. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Hal: 35-41.
Kertayadnya, G., G.F. Wilcox, S. Soeharsono, N. Hartaningsih, R.J. Coelen, R.D. Cook, M.E.
Collins And J.I. Brownlie. 1993. Characteristics of A Retrovirus Associated With Jembrana
Disease in Bali Cattle. J. Gen Biol.
Pane dan Ismed., 1986. Pemuliabiakan Ternak Sapi. Penerbit Gramedia, Jakarta.
22
Partodihardjo, S. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara Sumber Widya. Jakarta
Sayuti A, Herrialfian, Armansyah T, Syafruddin, Siregar TN. 2011. Penentuan Waktu Terbaik
Pada Pemeriksaan Kimia Urin Untuk Diagnosis Kebuntingan Dini Pada Sapi Lokal. Jurnal
Kedokteran Hewan. 5(1): 23 – 26.
Suryana. 2009. Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Berorientasi Agribisnis dengan Pola
Kemitraan. Jurnal Litbang Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Kalimantan
Selatan.
Susilorini, T.E., M.E. Sawitri dan Muharlien. 2007. Budidaya 22 Ternak Potensial. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Susilorini, T.E., et al. 2008. Budidaya Ternak Potensial. Penebar Swadaya. Jakarta.
23