Anda di halaman 1dari 17

PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR

OLEH
ELVIRA SASMITA
ROYSANDI
A. Latar Belakang

1. Pengertian Bencana
Menurut (Hidayati, 2005) bencana adalah keadaan
yang mengangu kehidupan sosial ekonomi
masyarakat yang disebabkan oleh gejala alam atau
perbuatan manusia. Bencana dapat terjadi melalui
suatu proses yang panjang atau situasi tertentu
dalam waktu yang sangat cepat tanpa adanya tanda-
tanda. Dampak dari bencana dapat bervariasi,
tergantung pada kondisi dan kerentaan lingkungan
dan masyarakat.
2. Pengertian Banjir
Salah satu bencana yang hampir terjadi setiap tahun di Indonesia
adalah Banjir. Menurut (Yulaelawati, 2008) banjir adalah peristiwa
meluapnya aliran sungai akibat air melebihi kapasitas tampungan sungai
sehingga meluap dan menggenangi dataran atau daerah yang lebih rendah
di sekitarnya. Menurut data statistik yang diambil dari situs
(http://dibi.bnpb.go.id/), mengenai distribusi tipe bencana dan korban
jiwa pada tahun 1815 hingga tahun 2015, banjir menempati urutan pertama
dengan 5.600 peristiwa dan jumlah korban jiwa dibawah 34.000 orang.
Selain itu, banjir juga merupakan bencana alam yang mempunyai tingkat
frekuensi terjadinya bencana sebesar 34 % disusul oleh bencana angin
kencang.
Karena banjir termasuk bencana yang hampir setiap tahun melanda
Indonesia, maka dari itu diperlukan suatu langkah untuk penanggulangan
dan mitigasi bencananya. Hal tersebut diperlukan untuk mengurangi
resiko dan dampak dari bencana ini. Untuk mengetahui lebih jauh
mengenai apa saja jenis banjir, bagaimana penanggulangan bencana
banjir, dan bagaimana mitigasi yang harus dilakukan ketika terjadi banjir.
Maka dibuatlah sebuah makalah dengan judul Penanggulangan dan
Mitigasi Bencana Banjir dan Bencana Air Lainnya.
3. Permasalahan Banjir di Masyarakat
Ada masalah serius di dalam diri masyarakat korban banjir itu
sendiri, terutama mereka yang tinggal di bantaran sungai sungai yang
membuat luas penampang sungai semakin menyempit dan membuat
permukaan air sungai semakin meninggi.
Bencana banjir ini padahal bisa mereka hindari dengan berpindah rumah
atau tempat tinggal ke tempat yang lebih tinggi agar tidak terkena banjir
dan tidak menyebabkan banjir itu sendiri, namun pada kenyataannya
masyarakat yang tinggal di bantaran sungai enggan untuk berpindah
tempat tinggal denga alasan biaya, benarkah?
Jika kita masuk lagi lebih dalam pada permasalahan ini, maka kita
akan tahu bahwa penyebab masyarakat yang tinggal di bantaran sungai
enggan untuk berpindah tempat tinggal adalah karena penghasilan mereka
dengan tinggal di tempat tersebut lebih besar daripada dampak kerugian
dari bencana banjir itu sendiri, sehingga mereka enggan untuk
meninggalkan tempat itu. Ada beberapa hal yang menyebabkan mereka
bertahan yaitu dekatnya ke tempat mencari nafkah, memanfaatkan biaya
murah serta perjalanan dan perdagangan yang lancar dekat perairan.
Hal ini perlu di tangani oleh pemerintah dengan cepat, agar salah
satu faktor penyebab bencana banjir ini bisa hilang, disebut salah satu
karena faktor penyebab banjir ini banyak sekali, namun karena satu faktor
ini semakin lama semakin menjamur maka permasalahan di masyarakat
ini harus diselesaikan untuk bisa menyelesaikan masalah banjir.
4. Sejarah Kejadian Banjir di Indonesia
Sejarah banjir di Indonesia pun telah dimulai
sejak tahun 1865-1876 dimana pada waktu itu di
Indonesia masih berdiri tenatara – tentara kolonial
belanda yang menjajah Negara kita.Di satu sumber
menunjukan sebuah lukisan dimana masyarakat
sedang mengungsi dari banjir, dan lukisan tersebut
adalah lukisan dari Raden Saleh.
Tabel 1.1 Bencana Alam yang Terjadi di Indonesia
(1998-2003)
Jenis Jumlah Kejadian Korban Jiwa

Banjir 302 1066

Longsor 245 645

Gempa Bumi 38 306

Gunung Berapi 16 2

Angin Topan 46 3

Jumlah 647 2022

(Sumardi, 2009)
JENIS-JENIS BANJIR

1. Banjir Kilat
Banjir kilat adalah banjir yang terjadi hanya dalam waktu delapan
jam setelah hujan lebat mulai turun. Biasanya jenis banjir ini sering
dihubungkan dengan banyaknya awan kumulus, kilat dan petir yang keras,
badai tropis atau cuaca dingin.Umumnya banjir kilat diakibatkan oleh
meluapnya air hujan yang sangat deras. Namun, selain hal tersebut juga
dapat disebabkan oleh faktor lain, seperti: bendungan yang gagal menahan
debit air yang meningkat, es yang tiba-tiba meleleh, dan berbagai
perubahan besar dibagian hulu sungai.
2. Banjir Luapan Sungai
Banjir luapan sungai adalah banjir yang terjadi dengan proses yang
cukup lama, walaupun terkadang proses tersebut tidak diperhatikan,
sehingga datangnya banjir terasa mendadak dan mengejutkan. Banjir tipe
ini biasanya bertipe musiman atau tahunan, dan mampu berlangsung
sangat lama. Penyebab utamanya adalah kelongsoran di daerah yang
biasanya mampu menahan kelebihan debit air.
3. Banjir Pantai
Banjir pantai biasanya dikaitkan dengan
terjadinya badai tropis. Banjir yang membawa
bencana dari luapan air hujan sering bertambah
parah karena badai yang dipicu angin kencang di
sepanjang pantai. Hal ini mengakibatkan air garam
akan membanjiri daratan karena dampak perpaduan
gelombang pasang.
Pada gambar 2.1 (a), 2.1 (b), dan 2.1 (c) berikut,
akan ditunjukkan ilustrasi dari ketiga jenis banjir
yang telah disebutkan diatas, berikut merupakan
ilustrasi dari banjir kilat, banjir luapan, dan banjir
pantai:
Gambar 2.1 (a) Banjir Kilat, (b) Banjir luapan sungai (c) Banjir pantai
Selain ketiga jenis banjir yang telah disebutkan diatas, salah satu banjir yang sering
terjadi di Indonesia adalah Banjir Bandang. Banjir bandang (flash flood) adakah penggenangan
akibat limpasan keluar alur sungai karena debit sungai yang membesar tiba-tiba melampaui
kapasitas aliran, terjadi dengan cepat melanda daeraah-daerah rendah permukaan bumi, di
lembah sungai-sungai dan cekungan-cekungan dan biasanya membawa material sampah
(debris) dalam alirannya. Banjir bandang bisa berlangsung cepat (biasanya kurag dari enam
jam) dan mempunyai tinggi permukaan gelombang banjir berkisar 3 hingga 6 meter dengan
membawa material sampah hasil dari sapuannya di sepanjang lajurnya (Mulyanto, 2012).
Apabila dihubungkan dengan klasifikasi banjir menurut (Paripurno, 2013), banjir
bandang dapat dikategorikan sebagai jenis banjir tipe kilat. Karena dapat terjadi dengan waktu
yang singkat dan juga disertai membawa material-material sampah atau debris. Untuk
mengetahui ilustrasi dari banjir bandang, akan ditunjukkan melalui gambar 2.2 sebagai berikut:

Gambar 2.2 Peristiwa Banjir Bandang


Gambar 2.2 diatas merupakan salah satu peristiwa banjir bandang yang terjadi di Negara Iran pada tahun 2015 ini.
Dikutip dari warta berita online (http://internasional.republika.co.id/) banjir ini disebabkan karena hujan lebat yang turun di
daerah pegunungan sebelah utara negara tersebut.
Selain itu, dampak dari meningkatnya curah hujan di kawasan selatan
Indonesia adalah ancaman banjir lahar dari gunung Merapi. Banjir lahar mempunyai
dampak yang merusak. Karakteristik aliran lahar yang melaju cepat dengan tenaga besar
karena gunung Merapi termasuk dalam gunung api tipe strato volcano yang mempunyai
lereng curam (Daryono, 2012).
Kombinasi aliran material vulkanik seperti abu gunung api, kerikil, kerakal,
dan bongkahan batu dengan lereng curam menjadikan aliran banjir lahar juga dikendalikan
oleh percepatan gaya gravitasi bumi. Selain itu, banjir ini juga mempunyai bongkahan batu
yang besar yang terangkut dengan aliran akibat aliran lahar mempunyai berat jenis yang
sama dengan bongkahan batu tersebut. Gambar 2.3 berikut menggambarkan tentang
dampak dari banjir lahar yang terjadi di kaki gunung Merapi, tepatnya berada di daerah
Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Gambar 2.3 Peristiwa Banjir Lahar Merapi di Kabupaten Magelang


(Daryono, 2012)
Sementara itu, bencana akibat ulah tangan manusia diakibatkan oleh adanya
ulah manusia yang membuat perubahan situasi alam yang ada saat ini. Salah satu
contohnya adalah pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Pemenuhan kebutuhan
hidup manusia ini bermacam-macam bentuknya, mulai dari melakukan
penebangan hutan secara liar, mendirikan pemukiman di daerah bantaran sungai,
perusakan kawasan hutan mangrove di daerah tepian pantai, dan menjadikan aliran
sungai sebagai tempat pembuangan sampah (Sundar, 2007).

Ilustrasi dari bencana yang disebabkan oleh ulah manusia akan ditunjukkan melalui Gambar 2.3 (a), (b), dan (c) sebagai berikut:
(a) (b) (c)
Gambar 2.3 (a) Penebangan hutan (b) Pemukiman kumuh (c) Membuang sampah tidak pada tempatnya
Gambar 2.3 (a) merupakan gambar dari penebangan hutan di hutan Amazon, Amerika selatan yang diambil dari situs (pemanasanglobal.net).
Gambar 2.3 (b) merupakan gambar pemukiman kumuh di bantaran sungai Ciliwung Jakarta yang diambil dari situs (lensaindonesia.com).
Sementara, gambar 2.3 (c) merupakan gambar dari menumpuknya sampah yang menumpuk di suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) yang
diambil dari situs (leuserantara.com). Hal-hal seperti inilah yang menyebabkan bencana banjir.
C. Penanggulangan Bencana Banjir Secara Umum
Menurut (BAPPENAS, 2008) penanggulangan bencana banjir dilakukan secara bertahap, dari pencegahan sebelum banjir (prevention),
penanganan saat banjir (response/intervention), dan pemulihan setelah banjir (recovery). Secara menyeluruh, tindakan tersebut
digambarkan dalam suatu siklus penanggulangan banjir yang berkesinambungan. Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan ditunjukkan
oleh tabel 2 sebagai berikut
Tabel 1.2 Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam Siklus Penangulangan Banjir

Penanggulangan banjir harus dimulai dari upaya melakukan pengkajian sebagai masukan untuk upaya prevention sebelum ada
bencana banjir lagi. Pencegahan dapat berupa kegiatan fisik seperti pembangunan pengendali banjir di wilayah aliran sungai sampai
wilayah dataran banjir, sementara non-fisiknya berupa pengolahan tata guna lahan sampai peringatan dini bencana banjir.
Setelah dilakukan tahap pencegahan, maka selanjutnya dilakukan upaya response pada saat banjir terjadi. Tindakan penanganan
yang dilakukan diantaranya adalah pemberitahuan dan penyebaran informasi tentang prakiraan banjir, tanggap darurat, bantuan
perlengkapan logistik penanganan banjir, dan perlawanan terhadap banjir.
Pemulihan setelah banjir dilaksanakan secepat mungkin agar kondisi dapat segera kembali normal. Tindakan pemulihan,
dilaksanakan mulai dari bantuan pemenuhan kebutuhan hidup, perbaikan sarana-prasarana, rehabilitasi dan adaptasi kondisi fisik
maupun non-fisik, penilaian kerugian, asuransi bencana banjir, dan pengkajian cepat penyebab banjir.
D. Mitigasi Bencana Banjir
Menurut (Ciottone, 2006), mitigasi adalah segala sesuatu yang meliputi jenis
yang luas dari perhitungan yang dilakukan sebelum suatu kejadian terjadi
yang mana akan mencegah korban sakit, cidera, dan meninggal serta
mengurangi sekecil-kecilnya dampak kehilangan harta benda. Rencana
mitigasi pada umumnya meliputi : kemampuan untuk memelihara fungsi,
desain bangunan, lokasi bangunan di luar dari zona bahaya, kemampuan
esensial bangunan, proteksi dari bagian dari suatu bangunan, asuransi,
edukasi publik, peringatan, dan evakuasi.
Sementara (KEMENKES, 2014) melalui buku panduannya memberikan beberapa langkah yang haru dilakukan pada saat sebelum,
ketika, dan setelah banjir terjadi. Gambar 2.4 berikut merupakan buku panduan yang dibuat Kemenkes sebagai buku panduan ketika terjadi
bencana banjir

Gambar 2.4 Buku Panduan Kesiapan Bencana Banjir


Dari buku tersebut, didapatkan beberapa langkah mitigasi yang dilakukan ketika banjir melanda yakni :
a. Mematikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk mematikan aliran listrik di wilayah yang terkena bencana.
b. Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air masih memungkinkan untuk diseberangi.
c. Menghindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari terseret arus banjir.
d. Segera mengamankan barang-barang berharga ketempat yang lebih tinggi.
e. Jika air terus meninggi, menghubungi instansi yang terkait dengan penanggulangan bencana.
PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN


Pemerintah harus meningkatkan kewaspadaan pada
kemungkinan terjadinya banjir dengan peningkatan sistem
peringatan dini agar masyarakat bisa terlebih dahulu mengungsi
sebelum terjadinya banjir dan meminimalisir kerugian ataupun
korban jiwa yang bisa disebabkan oleh bencana banjir.
Sebagai masyarakat yang baik dan sebagai masyarakat yang
taat aturan maka kita harus mengikuti bagaimana langkah –
langkah yang sudah disusun oleh pemerintah jika bencana banjir
terjadi, karena hal ini sudah disusun dalam manajemen
kebencanaan untuk melindungi masyarakat.Masyarakat harus ikut
memanajemen dirinya sendiri menjadi pribadi yang cinta
lingkungan agar kemungkinan terjadi banjir lebih kecil.

Anda mungkin juga menyukai