MUHAMAD SAYFULLAH
PENDAHULUAN
Banjir adalah peristiwa aliran atau genangan air di suatu wilayah yang terjadi
akibat meluapnya air dari saluran yang ada melebihi kapasitas pembuangan air
disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan kondisi topografi wilayah berupa dataran
rendah hingga cekung sehingga menimbulkan kerugian fisik, sosial dan ekonomi.
Sebagaimana hal ini telah terjadi di kota sorong, Banjir sering kali menjadi
ancaman yang paling menakutkan bagi masyarakat di wilayah kota sorong. Persoalan
sulit seperti benang kusut seakan tak pernah terurai jika berbicara mengenai masalah
banjir di wilayah kota sorong. Ketika turun hujan sejumlah ruas jalan tergenang air.
Demikian juga permukiman penduduk tak luput dari genangan air. Bencana banjir yang
semakin parah ini tentunya menghambat aktivitas warga diwilayah kota sorong
khususnya pada rumah – rumah di dataran rendah, ketika hujan lebat turun sampai
beberapa jam yang mana daerah ini akan cepat tergenangan air, yang mengakibatkan
terhambatnya kegiatan masyarakat,
ISI PEMBAHASAN
Menurut (KBBI), banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya
kering) karena volume air yang meningkat. Definisi kedua dari kamus tersebut, banjir
adalah berair banyak dan deras, kadang -kadang meluap.
Banjir adalah suatu bencana yang mengganggu kehidupan manusia berupa
genangan air dari yang terkecil sampai terbesar yang disebabkan faktor-faktor baik
manusia maupun alam atau aliran air yang tinggi, dan tidak tertampung oleh aliran sungai
sehingga air itu meluap ke daratan yang lebih rendah.
Sedangkan Menurut Suripin (2003), Definisi banjir adalah suatu kondisi di mana
air tidak tertampung dalam saluran pembuang (palung sungai) atau terhambatnya aliran
air di dalam saluran pembuang, sehingga meluap menggenangi daerah (dataran banjir)
sekitarnya.
Banjir yang pada hakekatnya proses alamiah dapat menjadi bencana bagi manusia bila
proses itu mengenai manusia dan menyebabkan kerugian jiwa maupun materi. Dalam
konteks sistem alam, banjir terjadi pada tempatnya. Banjir akan mengenai manusia jika
mereka mendiami daerah yang secara alamiah merupakan dataran banjir. Jadi, bukan
banjir yang datang, justru manusia yang mendatangi banjir. Apabila hal tersebut dapat
kita terima, maka bencana banjir yang dialami manusia sebenarnya adalah buah dari
kegagalan manusia dalam membaca karakter alam. Kegagalan manusia membaca apakah
suatu Banjir yang pada hakekatnya proses alamiah dapat menjadi bencana bagi manusia
bila proses itu mengenai manusia dan menyebabkan kerugian jiwa maupun materi. Dalam
konteks sistem alam, banjir terjadi pada tempatnya. Banjir akan mengenai manusia jika
mereka mendiami daerah yang secara alamiah merupakan dataran banjir. Jadi, bukan
banjir yang datang, justru manusia yang mendatangi banjir. Apabila hal tersebut dapat
kita terima, maka bencana banjir yang dialami manusia membaca karakter suatu daerah
sehingga tidak mengetahui daerah tersebut merupakan daerah banjir.
Menurut Kemenkes RI (2016), jenis-jenis banjir berdasarkan jenis air yang
menyebabkan terjadinya banjir, adalah sebagai berikut:
1. Banjir air
Banjir yang satu ini adalah banjir yang sudah umum. Penyebab banjir ini adalah
meluapnya air sungai, danau, atau selokan sehingga air akan meluber lalu menggenangi
daratan. Umumnya banjir seperti ini disebabkan oleh hujan yang turun terus-menerus
sehingga sungai atau danau tidak mampu lagi menampung air.
2. Banjir Cileunang.
Jenis banjir yang satu ini hampir sama dengan banjir air. Namun banjir cileunang ini
disebabkan oleh hujan yang sangat deras dengan debit air yang sangat banyak. Banjir
akhirnya terjadi karena air-air hujan yang melimpah ini tidak bisa segera mengalir
melalui saluran atau selokan di sekitar rumah warga. Jika banjir air dapat terjadi dalam
waktu yang cukup lama, maka banjir cileunang adalah banjir dadakan (langsung terjadi
saat hujan tiba).
3. Banjir bandang.
Tidak hanya banjir dengan materi air, tetapi banjir yang satu ini juga mengangkut
material air berupa lumpur. Banjir seperti ini jelas lebih berbahaya daripada banjir air
karena seseorang tidak akan mampu berenang ditengah-tengah banjir seperti ini untuk
menyelamatkan diri. Banjir bandang mampu menghanyutkan apapun, karena itu daya
rusaknya sangat tinggi. Banjir ini biasa terjadi di area dekat pegunungan, dimana tanah
pegunungan seolah longsor karena air hujan lalu ikut terbawa air ke daratan yang lebih
rendah. Biasanya banjir bandang ini akan menghanyutkan sejumlah pohon-pohon hutan
atau batu-batu berukuran besar. Material-material ini tentu dapat merusak pemukiman
warga yang berada di wilayah sekitar pegunungan.
5. Banjir lahar.
dingin Salah satu dari macam-macam banjir adalah banjir lahar dingin. Banjir jenis ini
biasanya hanya terjadi ketika erupsi gunung berapi. Erupsi ini kemudian mengeluarkan
lahar dingin dari puncak gunung dan mengalir ke daratan yang ada di bawahnya. Lahar
dingin ini mengakibatkan pendangkalan sungai, sehingga air sungai akan mudah meluap
dan dapat meluber ke pemukiman warga.
a) Kondisi Demografis Demografi merupakan istilah yang berasal dari dua kata
Yunani, yaitu demos yang berarti rakyat atau penduduk dan grafein yang berarti
adalah tulisan sebagai studi ilmiah masalah penduduk yang berkaitan dengan
jumlah, struktur, serta pertumbuhannya terkait dengan bahaya banjir (Sri
Moertiningsih, 2011).
b) Kesehatan Kesehatan dapat dinyatakan suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa
dan sosial yang memungkinkan seseorang hidup produktif secara sosial dan
ekonomi.Pelayanan yang bersifat publik (public good) masyarakat minimal yang
bisa dilakukan meliputi upaya kesehatan wajib, yaitu: promosi kesehatan,
kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak, perbaikan gizi, pemberantasan
penyakit menular dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan
serta mencegah penyakit, tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan (UU No.32 Tahun 2003 ; Trihono, 2005).
a) Mata pencaharian
b) Pendapatan
Pendapatan merupakan penghasilan yang diterima baik dari sektor formal maupun sektor
nonformal dan penghasilan subsisten yang terhitung dalam jangka waktu tertentu yang
diterima oleh anggota masyarakat maupun pemerintah pada jangka waktu tertentu baik
berupa uang maupun barang (BPS, 1988 ; Imas Karunia, 2012).
B. Bagaimana sikap kita sebagai aktivis muslim dalam menyikapi terjadinya banjir di
kota sorong
Jika ditelaah, memang semua pihak harus intropeksi diri bahwa banjir yang tak
terhindarkan itu tetap disebabkan karena kesalahan manusia. Masih banyak dijumpai di
tengah masyarakat bagaimana kebiasaan membuang sampah sembarangan, beralihnya tanah
untuk resapan air menjadi rimba beton, serta penanganan untuk memperbaiki sungai yang
masih belum maksimal dan lain sebagainya. berabad-abad lalu Al-Qur'an telah
memperingatkan bahwa memang kerusakan di muka bumi telah Nampak, dalam surah Ar –
rum ayat 41
Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Penanganan yang tidak hanya fokus pada persoalan fisik dan finansial tersebut setidaknya
dapat disalurkan melalui majelis di masjid, musala, atau rumah ibadah lainnya. Fungsinya
adalah untuk mengingatkan korban bencana bahwa kejadian yang menimpa merupakan
suatu ketetapan Allah Swt serta untuk menggali nilai positif di balik suatu bencana.
Adapun sikap kita terhadap banjir dikota sorong :
Peran aktivis dakwah dalam menanggulangi banjir dapat melibatkan berbagai aspek, baik
dalam upaya mitigasi maupun respons pasca-banjir. Berikut beberapa peran yang dapat
dimainkan oleh aktivis dakwah dalam menanggulangi banjir:
1. Edukasi dan kesadaran: Aktivis dakwah dapat berperan dalam meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang risiko banjir, penyebabnya, dan langkah-langkah mitigasi yang dapat
diambil. Mereka dapat menggunakan platform dakwah, seperti khutbah Jumat, ceramah,
atau media sosial, untuk menyampaikan informasi yang tepat mengenai pencegahan dan
penanggulangan banjir.
5. Pendidikan dan pelatihan: Aktivis dakwah dapat berperan dalam memberikan pendidikan
dan pelatihan kepada masyarakat terkait tindakan tanggap darurat dalam situasi banjir.
Mereka dapat mengadakan pelatihan tentang pertolongan pertama, evakuasi darurat, atau
keterampilan bertahan hidup kepada masyarakat agar dapat menghadapi banjir dengan
lebih baik.
6. Bimbingan spiritual dan konseling: Aktivis dakwah juga dapat memberikan bimbingan
spiritual dan konseling kepada korban banjir yang mengalami kesulitan emosional atau
psikologis akibat bencana. Dalam situasi sulit seperti banjir, dukungan moral dan
spiritual dapat membantu memulihkan semangat dan keyakinan korban untuk bangkit
kembali.
7. Riset dan advokasi: Aktivis dakwah dapat berperan dalam melakukan riset terkait
penyebab dan dampak banjir serta menyampaikan temuan mereka kepada pemerintah,
lembaga terkait, dan masyarakat luas. Dengan memiliki data dan informasi yang akurat,
mereka dapat mengadvokasi perubahan kebijakan dan langkah-langkah mitigasi yang
lebih efektif dalam menghadapi banjir. Aktivis dakwah juga dapat terlibat dalam diskusi
dan forum publik untuk memperjuangkan perlindungan lingkungan dan pelestarian alam
guna mengurangi risiko banjir di masa depan.
8. Pencegahan dan pemulihan: Selain penanggulangan banjir saat ini, aktivis dakwah juga
dapat berperan dalam upaya pencegahan dan pemulihan jangka panjang. Mereka dapat
melakukan kampanye kesadaran tentang pentingnya keberlanjutan lingkungan dan
pengurangan risiko banjir melalui penghijauan, pengelolaan air, dan praktik-praktik
ramah lingkungan. Aktivis dakwah juga dapat membantu korban banjir dalam proses
pemulihan, seperti memfasilitasi relokasi, mendukung pemulihan ekonomi, dan
menyediakan bantuan jangka panjang bagi keluarga yang terdampak.
Dalam menghadapi banjir, peran aktivis dakwah tidak hanya terbatas pada aspek
fisik dan praktis, tetapi juga melibatkan dimensi sosial, emosional, dan spiritual. Dengan
melakukan langkah-langkah ini, aktivis dakwah dapat menjadi agen perubahan yang
membantu masyarakat dalam menghadapi dan menanggulangi banjir, serta membangun
ketahanan komunitas dalam menghadapi bencana alam.
9.
Peran-peran di atas menunjukkan bagaimana aktivis dakwah dapat membantu
dalam menanggulangi banjir secara holistik, yaitu dengan menggabungkan pendekatan
edukatif, kemanusiaan, pembangunan, dan penguatan spiritual. Kolaborasi antara aktivis
dakwah, pemerintah, LSM, dan komunitas lokal sangat penting dalam menghadapi
tantangan banjir dan membangun ketahan
Peran aktivis dakwah dalam penanggulangan banjir dapat memiliki dampak yang
signifikan. Berikut adalah beberapa dampak yang mungkin terjadi:
1. Kesadaran dan pengetahuan: Melalui upaya edukasi dan kesadaran yang dilakukan oleh
aktivis dakwah, masyarakat dapat memahami risiko banjir, penyebabnya, dan tindakan
mitigasi yang dapat diambil. Pengetahuan ini akan membantu masyarakat untuk lebih
siap dan proaktif dalam menghadapi banjir, serta mengurangi risiko terjadinya bencana.
3. Bantuan dan rehabilitasi: Melalui koordinasi dan mobilisasi relawan, penggalangan dana,
serta distribusi bantuan kemanusiaan, aktivis dakwah dapat memberikan bantuan
langsung kepada korban banjir. Dampaknya adalah korban mendapatkan bantuan yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka dan memulihkan kehidupan
mereka setelah bencana.
4. Dukungan emosional dan spiritual: Bimbingan spiritual dan konseling yang diberikan
oleh aktivis dakwah dapat membantu korban banjir mengatasi trauma dan kesulitan
emosional yang diakibatkan oleh bencana. Dampaknya adalah korban merasa didukung
dan didorong untuk bangkit kembali, serta memperoleh ketenangan dan harapan dalam
menghadapi masa pemulihan.
Dengan demikian, peran aktivis dakwah dalam penanggulangan banjir dapat memiliki
dampak yang positif dan berkelanjutan dalam membantu masyarakat menghadapi
bencana alam ini. Tentunya, peran aktivis dakwah dalam penanggulangan banjir tidaklah
terbatas pada poin-poin yang telah disebutkan sebelumnya. Berikut adalah harapan
kammi kedepannya dalam melanjutan dari peran yang bisa dimainkan oleh aktivis
dakwah:
1. Pengembangan kemampuan: Aktivis dakwah dapat membantu dalam pengembangan
kemampuan masyarakat dalam menghadapi banjir. Mereka dapat mengadakan pelatihan
tentang pengelolaan risiko bencana, pertolongan pertama, keterampilan penyelamatan,
dan taktik evakuasi. Dengan meningkatkan keterampilan ini, masyarakat akan menjadi
lebih siap dan mampu bertindak dalam situasi darurat.
2. Jaringan kerjasama: Aktivis dakwah dapat memainkan peran dalam membangun jaringan
kerjasama dengan berbagai pihak terkait, termasuk pemerintah, LSM, lembaga
kemanusiaan, dan organisasi masyarakat lainnya. Kolaborasi ini memungkinkan
pertukaran pengetahuan, sumber daya, dan pengalaman yang akan meningkatkan
kapasitas dan efektivitas penanggulangan banjir.
3. Penelitian dan inovasi: Aktivis dakwah dapat mendorong penelitian dan inovasi dalam
penanggulangan banjir. Mereka dapat mendorong para ahli dan akademisi untuk
melakukan studi tentang mitigasi banjir, teknologi terbaru dalam pengelolaan air, dan
solusi berbasis komunitas. Dengan demikian, mereka dapat berkontribusi pada
pengembangan solusi yang lebih efektif dan berkelanjutan dalam menghadapi banjir.
4. Pembentukan tim tanggap darurat: Aktivis dakwah dapat membantu dalam pembentukan
tim tanggap darurat di tingkat komunitas atau masjid-masjid setempat. Tim ini dapat
terlatih dalam merespons banjir secara cepat dan terorganisir, melakukan evakuasi,
memberikan bantuan pertama, dan membantu dalam upaya pemulihan pasca-banjir. Hal
ini akan memperkuat kapasitas komunitas dalam menghadapi bencana.
5. Kampanye lingkungan: Aktivis dakwah dapat memainkan peran penting dalam
kampanye perlindungan lingkungan dan kesadaran akan perubahan iklim. Mereka dapat
mengajak masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan, mengurangi sampah,
menghindari penebangan hutan yang berlebihan, dan mengambil tindakan lain yang
berkontribusi pada pengurangan risiko banjir. Kampanye semacam ini akan membantu
masyarakat dalam mengubah perilaku mereka dan menjadi agen perubahan yang lebih
berkelanjutan.
Peran aktivis dakwah dalam penanggulangan banjir sangat penting karena mereka
memiliki akses ke masyarakat luas melalui platform dakwah mereka. Dengan
memanfaatkan posisi mereka, aktivis dakwah dapat memobilisasi dan memberdayakan
masyarakat dalam upaya kolektif untuk menghadapi dan menanggulangi banjir secara
efektif.
DAFTAR RUJUKAN
Anwar, Y., & Ningrum, M. V. R. (2022). Dampak Bencana Banjir Terhadap Ekonomi
Masyarakat di Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda. JPG (Jurnal Pendidikan
Geografi), 9(1).
Deasy, A. (2017). Dampak Bencana Banjir Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi
Masyarakat Di Kecamatan Batu Benawa Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan
Selatan. JPG (Jurnal Pendidikan Geografi), 4(4), 42-52.
Sebastian, L. (2008). Pendekatan pencegahan dan penanggulangan banjir.
Surat ar-Rum Ayat 41-42 Arab, Latin, Terjemah dan Tafsir | Baca di TafsirWeb
Banjir (Pengertian, Jenis, Penyebab dan Pengendalian) (kajianpustaka.com)
BIODATA SINGKAT
Gmail : muhamadsaipul305@gmail.com