Anda di halaman 1dari 20

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

SMART LIVING HOUSE


DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS DI KOTA SURAKARTA

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai


Gelar Sarjana Arsitektur
Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh :
Arvy Weindo Sianturi
I0215012

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
TAHUN
2018
SMART LIVING HOUSE
DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS DI KOTA SURAKARTA

Disusun Oleh :
Nama Mahasiswa
NIM

Menyetujui,
Surakarta, Tanggal Bulan Tahun

Pembimbing II Pembimbing I

Nama Dosen Nama Dosen


NIP NIP

Mengesahkan,

Kepala Program Studi Arsitektur


Fakultas Teknik

Nama
NIP

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
TAHUN
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... 3

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................................ 4

DAFTAR TABEL............................................................................................................................. 5

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................................. 6

A. Pengertian Judul ..................................................................................................................... 6

B. Latar Belakang ....................................................................................................................... 7

C. Permasalahan dan Persoalan .................................................................................................. 8

D. Tujuan dan Sasaran ................................................................................................................ 9

E. Lingkup dan Batasan .............................................................................................................. 9

F. Sistematika ............................................................................................................................. 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 14

BAB III. METODE PERENCANAAN DAN PERANCANGAN .......................................... 15

BAB IV. TINJAUAN DATA ..................................................................................................... 16

BAB VI. ANALISIS PERANCANGAN ARSITEKTUR ....................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 20


DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Wien Karlsplatz yang merupakan salah satu karya arsitektur Secessionist. .......... Error!
Bookmark not defined.
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tabel penggunaan ruang di lingkungan Fakultas Teknik UNS beserta alasan
menggunakannya................................................................................................................................ 7
BAB I. PENDAHULUAN

Konsep perencanaan dan perancangan arsitektur ini hendaknya ditulis dalam font Times
New Roman 12 pt yang digunakan secara konsisten di sepanjang tulisan. Font yang digunakan pada
judul utama dalam badan teks adalah 14pt dan setting Center. Font yang digunakan pada subjudul
berukuran 12pt dengan penomoran A,B,C… Jika memerlukan subjudul di bawahnya, maka format
penomoran yang digunakan adalah 1,2,3.. dengan ukuran 12pt.
Spasi yang digunakan dalam tulisan adalah 1,5. Ukuran kertas yang digunakan adalah A4
dengan margin 2,54 cm di atas, bawah dan samping kanan dan 3 cm di samping kiri. Setting
paragrafnya adalah Justify, serta menggunakan inden pada awal paragraf.
Penulisan konsep perencanaan dan perancangan ini harus dilakukan dengan sejelas-
jelasnya, singkat dan padat. Pembahasan juga harus dilakukan dengan terfokus dan
bertanggungjawab. Fokus ditunjukkan dengan batasan yang jelas dalam substansinya dan
tanggungjawab ditunjukkan dengan praktek pengutipan yang sesuai dengan standar pengutipan yang
berlaku. Standar penulisan kutipan yang digunakan adalah standar dari American Psychological
Association 6th edition (APA). Penggunaan reference management software seperti Zotero,
Mendeley, Endnote, LaTex dan sejenisnya adalah wajib untuk kekonsistenan penulisan kutipan.
Batas maksimal dari Konsep Perencanaan dan Perancangan ini adalah 150 halaman dari Bab
I sampai Daftar Pustaka.
Penomoran halaman dibuat menerus, tidak per-bab. Penomoran dibuat di bagian footer
bagian kanan dengan font Times New Roman 12pt.

A. Pengertian Judul
1. Smart Living House
Smart Living House adalah sebuah paham untuk mencari peluang dalam berbagai
keterbatasan. Memanfaatkan lingkungan sekitar hunian dan mendayagunakan tapak tersebut
secara positif, bukan hanya bagi keuntungan pemilik tetapi juga bagi lingkungan sekitarnya.
Oleh karena itu secara tidak langsung “Smart Living House” berhubungan erat dengan
arsitektur ekologis yang merupakan pembangunan berwawasan lingkungan, dimana
memanfaatkan potensi alam semaksimal mungkin tanpa merusak lingkungan itu sendiri.
Artinya adalah bangunan yang didirikan menyatu dalam ekosistem yang ada sehingga terjadi
sebuah keselarasan, bukannya memisahkan diri atau bahkan merusak ekosistem yang telah
ada.
2. Arsitektur Ekologis
Arsitektur ekologis merupakan paham arsitektur berbasis lingkungan, di mana dalam
desainnya memanfaatkan lingkungan sekitar dengan maksimal tanpa merusak lingkungan
itu sendiri. Pemanfaatan pencahayaan dan penghawaan ruangan secara alami dan
penyesuaian bentuk bangunan dengan lingkungan sekitar serta pemilihan bahan material
alam sesuai kebutuhan merupakan beberapa contoh konsen dalam desain arsitektur ekologis.
3. Kota Surakarta
Kota Surakarta merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia.
Kota Surakarta berbaasan langsung dengan Kabupaten Karanganyar, Boyolali,
Sukoharjo.

B. Latar Belakang
Kebutuhan energi dunia terus mengalami peningkatan setelah terjadi Revolusi
Industri sehingga membuat dunia selalu berada dalam ancaman krisis energi.
Meningkatnya populasi penduduk di dunia menjadi salah satu faktor meningkatnya
kebutuhan energi. Sebelum Revolusi Industri populasi penduduk dunia pada tahun 1650
ada sekitar 500 juta jiwa dan pada tahun 1750 meningkat menjadi 700 juta jiwa. Namun
setelah Revolusi Industri populasi penduduk tercatat sekitar 1.2 milyar jiwa pada tahun
1850 dan telah mencapai 2.5 milyar pada tahun 1950. Peningkatan populasi penduduk
berbanding lurus dengan peningkatan kebutuhan energi, namun tidak selaras dengan
ketersediaannya di alam, khususnya energi yang berasal dari fosil. Krisis minyak yang
terjadi pertama kali pada tahun 1973 menyadarkan banyak penduduk dunia bahwa
sumber energi fosil seperti minyak sangat terbatas.
Hingga saat ini telah banyak sumber energi yang dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan energi di dunia, tetapi krisis energi tetap menjadi ancaman. Berdasarkan
survey yg diadakan oleh Pew Reseach Centre, 72% dari 1.546 pemuda berusia 21-26
tahun di Amerika Serikat percaya bahwa krisis energi dunia akan terjadi pada tahun
2050.
Krisis energi dunia juga berdampak pada Indonesia. Indonesia terancam mengalami
krisis energi, terutama energi listrik bila tambahan pembangkit listrik 35.000 megawatt
(MW) tidak tercapai dalam lima tahun, karena kebutuhan listrik nasional terus
meningkat.
Menurut data Kementerian Riset Teknologi (Kemenristek), tingkat konsumsi listrik
per kapita masyarakat Indonesia cukup tinggi dibandingkan negara tetangga. Tingkat
konsumsi per kapita rata-rata masyarakat Indonesia per tahun sebesar 528,87kWh/tahun,
angka ini lebih tinggi dibanding Filipina yang sebesar 494,34 kWh/tahun, Laos 338,58
kWh/tahun, Kamboja sebesar 117,64 kWh/tahun, dan Myanmar 69,51 kWh/tahun.
Penggunaan alat – alat elektronik rumah tangga yang berlebihan menjadi salah satu
penyebab utama pemborosan energy di Indonesia.
Arsitektur dapat memiliki andil yang besar dalam permasalahan ini. Arsitektur dapat
menjadi sebuah solusi atau menjadi salah satu penyebab permasalahan krisis energy
yang ada sekarang. Pada masa sekarang, Arsitektur banyak dilihat hanya sekedar sebagai
gaya hidup. Bangunan hanya dilihat dari penampilan dan konstuksinya. Kinerja
bangunan dan bagaimana bangunan berinteraksi dengan lingkungannya tidak lagi di
pandang menjadi sesuatu hal yang penting. Misalnya saja bangunan rumah mewah yang
ada di kota besar pada umumnya, dengan mengedepankan penampilan bangunan,
mereka menempatkan jendela – jendela kaca besar pada desain bangunannya dengan
bukaan yang sangat minim dan menggunakan teknologi air conditioning sebagai jalan
pintas untuk menurunkan temperature dalam bangunan. Teknologi ac yang sangat
memudahkan pengkondisian udara seringkali menjadi acuan rancangan. Besaran rumah
dan bangunan bisa dengan mudah membengkak yang berdampak terhadap biaya
bangunan, perawatan dan pemakaian energy juga menjadi besar.

C. Permasalahan dan Persoalan


Permasalahan
Bagian ini menjelaskan tentang masalah – masalah yang ada secara garis besar.
a. Permasalahan utama dalam proyek tugas akhir ini adalah bagaimana
mendesain sebuah bangunan yang mampu menghemat penggunaan energy
dan selaras dengan lingkungannya dengan pendekatan arsitektur ekologi
tanpa mengurangi tingkat kenyamanan penghuni.

Persoalan
Bagian ini menjabarkan permasalahan ke dalam poin – poin yang lebih mendetail dan
spesifik.
Persoalan dalam tugas akhir yang harus diselesaikan adalah:
b. Bagaimana cara menerapkan pendekatan arsitektur ekologis dalam desain?
D. Tujuan dan Sasaran
4. Tujuan
Menjelaskan tentang alasan objek yang di ambil dan bagaimana objek menyelesaikan
permasalahan.
Proyek tugas akhir ini bertujuan untuk mendesain sebuah kawasan hunian yang
menggunakan prinsip Smart Living.
5. Sasaran
Bagian menjabarkan objek yang dipilih dengan lebih mendetail dan bagaimana objek
dapat menjadi jawaban dari persoalan – persoalan yang telah dijabarkan.
a. Menghasilkan konsep perancangan bentuk ruang yang dapat menghemat
penggunaan energy.
b. Menghasilkan konsep perancangan bentuk ruang yang dapat selaras dengan
lingkungan sekitarnya dengan pendekatan arsitektur ekologi.

E. Lingkup dan Batasan


Bagian ini membahas tentang batasan dari pembahasan objek yang ditentukan dalam
bentuk teoritis atau non-teoritis.
Proyek tugas akhir Smart Living House ini dibuat dengan batasan asumsi proyeksi
yang berkelanjutan, yang mana hal tersebut akan mempengaruhi asumsi jumlah
pengguna, kegiatan yang diwadahi, konstruksi serta teknologi yang digunakan.
Permasalahan dalam tugas akhir ini akan diselesaikan dengan menggunakan pendekatan
arsitektur ekologis.

F. Metode
1. Identifikasi masalah
Tahap dan proses dalam merancang Smart Living House dilandasi oleh isu
krisis energy yang melanda dunia bahkan Indonesia.
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dibagi menjadi 2 yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer merupakan data – data yang didapatkan dari survey secara
langsung di lapangan. Sedangkan data sekunder didapatkan dari pengamatan
tidak langsung namun data – data tersebut dibutuhkan dalam pemecahan
permasalahan yang ada.
3. Analisis
Analisis merupakan tahapan yang dilakukan setelah pengumpulan data
yang ada agar dapat menyelesaikan permasalahan dan persoalan dalam desain.
a. Analisis tapak
Meliputi analisis persyaratan tapak, analisis pencapaian menuju
tapak, analisis kebisingan, analisis view, analisis sirkulasi matahari, analisis
angin, analisis vegetasi, dan zoning kawasan.
b. Analisis fungsi
Bertujuan untuk menentukan fungsi dari bangunan yang akan di
bangun dan desain yang ada. Tahap ini diperlukan agar fungsi bangunan
yang ada nantinya dapat maksimal dalam memecahkan permasalahan dan
persoalan yang ada.

c. Analisis aktivitas
Mengumpulkan data tengtang segala jenis kegiatan yang akan
ditampung dalam desain bangunan agar dapat menentukan besaran ruang,
letak ruang dan zonasi.
d. Analisis pengguna
Menganalisa berbagai pengguna bangunan. Aktivitas dan kebutuhan
apasaja yang dibutuhkan oleh pengguna.
e. Analisis ruang
Ruang terbagi menjadi bagian interior dan eksterior. Analisis ruang
menetukan bagaimana hubungan antar ruang agar dapat berjalan dengan
baik.
f. Analisis objek
Analisis objek dilakukan dengan pendekatan yang disesuaikan dengan
kondisi lokasi bangunan. Objek yang dirancang disesuaikan dengan tema
yang digunakan dan melihat lingkungan lokasi.
g. Analisis bentuk dan tampilan
Bagian ini dilakukan setelah analisis tapak, fungsi, dan ruang telah
dilakukan. Analisis bantuk dan tampilan menentukan bagaimana bentuk
masa bangunan dan fasad.
h. Analisis struktur
Menentukan struktur yang sesuai dengan tapak dan kondisi lingkungan
yang ada agar dapat berdiri dengan kokoh dan tetap selaras dengan
lingkungannya.
i. Analisis utilitas
Menentukan bentuk rancangan system utilitas yang sesuai dengan konsep
bangunan agar fungsi dan konsep yang diterapkan dapat diterapkan dengan
baik.
4. Sintesa
Tahap sintesa merupakan tahap penyimpulan dari berbagai alternatif
pemecahan masalah yang telah dianalisis. Pemecahahan masalah ini
ditransformasi kedalam berbagai konsep berupa verbal dan sketsa yang
diimplementasikan dalam bentuk gambar kerja.
5. Perancangan
Tahap sintesa akan menghasilkan berbagai macam alternatif yang akan
menghasilkan satu konsep terbaik untuk penyelesaian masalah. Konsep
penyelesaian masalah ini selanjutnya diterjemahkan dalam bentuk gambar kerja
yang berupa denah, tampak, potongan, siteplan, layout plan, perspektif dan
detail-detail arsitektural.

G. Sistematika
Sistematika ini dibagi menjadi dua yaitu sistematika konsep dan sistematika studio
tugas akhir yang menunjukkan judul dan subjudul serta apa yang disampaikan pada tiap
judul/subjudul tersebut.
1. Sistematika Konsep
Pada sub bab ini menjalaskan cara yang dilakukan agar penelitian dapat berjalan dan
tujuan yang dimaksud dapat tercapai. Metode berisi tahapan yang dilakukan oleh peneliti
untuk mendapat data yang nantinya akan diolah. Tahapan yang digunakan dalam
perancangan smart living house di kota surakarta adalah:
a. Identifikasi masalah
Tahap dan proses dalam merancang smart living house di Kota Surakarta dilandasi
oleh isu krisis energy yang melanda dunia hingga Indonesia.
b. Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dibagi menjadi data primer dan sekunder.
Kedua data tersebut sangat penting sifatnya untuk dianalisis secara sistematis. Hal ini untuk
pertimbangan desain serta sebagai alternatif-alternatif dalam menyelesakan permasalah
perancangan. Data primer diperoleh dengan melakukan survei langsung. Sedangkan data
sekunder didapat dari pengamatan secara tidak langsung namun tetap menunjang proses
kajian terhadap permasalahan yang ada.
c. Analisis
Jika semua data yang dibutuhkan sudah terkumpul maka dilakukan pengolahan data
dan menganalisis data tersebut sampai didapatkan beberapa analisis penyelesaian masalah
yang nantinya dirangkum dalam sintesa. Hasil analisis dari berbagai sumber yang yang
masih acak tersebut harus dikelompokkan sesuai kriteria yang dibutuhkan agar dapat
menunjang keputusan desain.
(1) Analisis tapak
Meliputi analisis persyaratan tapak, analisis pencapaian menuju tapak, analisis
kebisingan sekitar tapak, analisis view (dari tapak dan menuju tapak), analisis sirkulasi,
matahari, analisis angin, analisis vegetasi dan zoning kawasan.
(2) Analisis fungsi
Analisis ini bertujuan untuk menentukan kebutuhan ruangan yang akan digunakan
pada sebuah bangunan sehingga fungsi ruang menjadi optimal.
(3) Analisis aktivitas
Mengumpulkan data tentang berbagai jenis kegiatan dan pola aktivitas yang
dilakukan dalam sebuah rumah yang nantinya akan mempengaruhi besaran ruang yang ada
pada bangunan.
(4) Analisis pengguna
Menganalisa calon pengguna dari smart living house yang meliputi aktivitas dan
kegiatan yang dilakukan. Proses ini dilakukan dengan cara survey terhadap bagunan yang
sudah ada dan studi literatur.
(5) Analisis ruang
Menganalisa kebutuhan ruang yang terdiri dari kebutuhan ruang luar (eksterior) dan
kebutuhan ruang dalam (interior). Analisis ruang selanjutnya akan mempengaruhi karakter
fungsional bangunan, transformasi bentuk, fungsi, dan hubungan antar ruang yang
disesuaikan pula dengan arsitektur ekologi.
(6) Analisis objek
Analisis objek dilakukan dengan pendekatan yang disesuaikan dengan kondisi lokasi
bangunan. Objek yang dirancang disesuaikan dengan tema yang diinginkan dengan tetap
melihat kondisi lingkungan lokasi.
(7) Analisis bentuk dan tampilan
Analisis bentuk dan tampilan dilakukan setelah analisis tapak, fungsi, aktivitas,
pelaku, dan ruang telah ditentukan. Analisis ini berupa tatanan ruang, bentuk ruang, besaran
dan organisasi ruang yang disesuaikan dengan dimensi perabot dan pengguna. Yang
nantinya berujung pada analisis bentuk dan tampilan bangunan keseluruhan.
(8) Analisis struktur
Menganalisa struktur yang cocok digunakan terhadap desain yang diinginkan.
Berkaitan dengan bangunan, tapak, dan lingkungan sekitar yang akan berpengaruh dengan
material yang akan digunakan.
(9) Analisis utilitas
Menganalisis bentuk rancangan utilitas yang mendukung konsep desain yang
diinginkan. Diperlukan pemahaman utilitas agar fungsi utama bangunan dapat bekerja
dengan maksimal.
d. Sintesa
Tahap sintesa merupakan tahap penyimpulan dari berbagai alternatif pemecahan
masalah yang telah dianalisis pada tahap sebelumnya. Pemecahahan masalah ini
ditransformsi kedalam berbagai konsep berupa verbal dan sketsa dari ide perancangan yang
dilanjutkan dengan gambargambar kerja.
e. Perancangan
Pada tahap perancangan akan dimunculkan ide- ide awal desain yang berasal dari
alternatif terbaik dari masalah yang timbul dalam proses sintesa. Sketsa-sketsa awal ide
perancagan, kemudian disajikan dalam bentuk gambar kerja yang berupa denah, tampak,
potongan, siteplan, layout plan, perspektif dan detail-detail arsitektural.
2. Sistematika Studio
BAB I. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menyajikan tinjauan terhadap pustaka atau literatur yang relevan dengan
proyek tugas akhir yang diambil dan preseden jika diperlukan.
BAB II. METODE PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Bab ini menyajikan metode langkah per langkah yang diambil dalam proses
perencanaan dan perancangan dalam proyek tugas akhir ini.
BAB III. TINJAUAN DATA

Bab ini menyajikan data sesuai dengan proyek tugas akhir yang diambil, yang sudah
diverifikasi sesuai dengan kebutuhan analisis di Bab VI.
Judul bab ini fleksibel menyesuaikan dengan proyek tugas akhir yang diambil.
BAB V. ANALISIS PERENCANAAN

A. Deskripsi Proyek
B. Visi Misi
C. Tujuan
D. Kelembagaan
E. Lokasi
F. Kegiatan
G. Kebutuhan Ruang
BAB VI. ANALISIS PERANCANGAN ARSITEKTUR

A. Peruangan
B. Tapak
C. Tampilan Bangunan
D. Struktur
E. Utilitas
BAB VII. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
DAFTAR PUSTAKA

Seperti telah disebutkan di awal, penulisan daftar pustaka dilakukan dengan menggunakan
reference management software agar konsisten dan memenuhi standar penulisan ilmiah yang baku
dengan menggunakan standar American Psychological Association 6th edition (APA) serta diurutkan
sesuai dengan abjad. Contohnya adalah sebagai berikut.

Memorino. (2012). Deutsch: Otto-Wagner-Pavillion auf dem Wiener Karlsplatz. Retrieved from
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Karlsplatz_Wien_Stadtbahnpavillion.JPG

Anda mungkin juga menyukai