Disusun oleh :
dr. Carin Libel Octa Herina
dr. Cika Asih Lestari
dr. Rati Amira Lekabreda
dr. Riska Mareta
dr. Salwa Darin Luqyana
Pembimbing :
dr. Nora Aminayanti
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayat-Nya kepada kami sehingga laporan Mini Project yang berjudul
“KARAKTERISTIK ASUPAN GIZI, STATUS KESEHATAN DAN
SOSIOEKONOMI BALITA PENDERITA STUNTING DI KECAMATAN
BABAT TOMAN TAHUN 2020” dapat disusun dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Selama penyusunan laporan ini banyak pihak yang telah memberikan
arahan serta bimbingan hingga penyusunan laporan dapat terlaksana dengan baik.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah memberikan bimbingan, arahan dan bantuan.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran agar
laporan ini dapat memberikan manfaat dan informasi kesehatan yang baik di
masyarakat wilayah kerja UPTD Puskesmas Babat Toman.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii
DAFTAR GRAFIK.............................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang...........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3. Tujuan Penelitian.......................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum...................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus..................................................................................3
1.4. Manfaat Penelitian.....................................................................................4
1.4.1 Bagi Peneliti......................................................................................4
1.4.2 Bagi Puskesmas Babat Toman..........................................................4
Tabel 1. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks.......
Tabel 2. Kebutuhan Energi Balita Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi
(AKG) 2019 rata-rata perhari................................................................
Tabel 3. Kebutuhan Protein Balita Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi
(AKG) 2004 Rata-rata Perhari...............................................................
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Konsumsi Pangan................................................
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Asupan Energi......................................................
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Asupan Protein.....................................................
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Status Imunisasi...................................................
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Pemberian ASI.....................................................
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif.....................................
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Status Penyakit Infeksi.........................................
Tabel 11. Penyakit Infeksi yang Diderita..............................................................
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Usia Penderita Stunting.......................................
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin.......................................................
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Berat Badan Lahir................................................
Tabel 15. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Ayah....................................
Tabel 16. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Ibu........................................
Tabel 17. Distribusi Frkeuensi Status Ekonomi Keluarga....................................
DAFTAR GAMBAR
Grafik 1. Proporsi Anak Stunting menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun
2013........................................................................................................
Grafik 2. Jumlah Balita Stunting Menurut Pendapatan Negara di Dunia Tahun
2000 dan 2017........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
5
6
yaitu 27,5% menjadi 29,6% pada tahun 2017 (Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI, 2018).
Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada
kehidupan sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Selain itu, stunting dapat
berpengaruh pada anak balita pada jangka panjang yaitu mengganggu
kesehatan, pendidikan serta produktivitasnya di kemudian hari. Anak balita
stunting cenderung akan sulit mencapai potensi pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal baik secara fisik maupun psikomotorik. (MCA
Indonesia, 2015)
Stunting pada balita perlu menjadi perhatian khusus karena dapat
menghambat perkembangan fisik dan mental anak. Stunting berkaitan
dengan peningkatan risiko kesakitan dan kematian serta terhambatnya
pertumbuhan kemampuan motorik dan mental. Balita yang mengalami
stunting memiliki risiko terjadinya penurunan kemampuan intelektual,
produktivitas, dan peningkatan risiko penyakit degeneratif di masa
mendatang. Hal ini dikarenakan anak stunting juga cenderung lebih rentan
terhadap penyakit infeksi, sehingga berisiko mengalami penurunan kualitas
belajar di sekolah dan berisiko lebih sering absen (Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan, 2017).
Prinsip pendekatan frekuensi makan dalam kaitan antara asupan zat gizi
dengan timbulnya penyakit adalah bahwa rata-rata asupan jangka panjang.
Maka dari itu, perkiraan asupan pangan secara kasar dalam jangka waktu
yang panjang lebih tepat dari pada perkiraan asupan pangan periode yang
singkat (yang diperoleh dengan metode 24-hour food recall atau metode
penimbangan makanan), (Siagian, 2010).
Keuntungan dari metode ini antara lain adalah biaya yang dikeluarkan
relatif murah, metode nya sederhana, pengisian kuesioner dapar dilakukan
sendiri oleh responden, tidak memerlukan keahlian khusus, mudah
didistribusikan, dan dapat menjelaskan hubungan antara penyakit dan
kebiasaan makan, serta tepat digunakan pada penelitian kelompok besar
yang asupan pangan setiap hari sangat variatif (Arisman, 2009; Supariasa,
2002).
1. 0-5 Bulan 9
2. 6-11 Bulan 15
3. 1-3 Tahun 20
4. 4-6 Tahun 25
Sumber : Kemkes.go.id, 2019
Sumber: Jadwal Imunisasi anak usia 0-18 bulan tahun 2020 IDAI
Penelitian yang dilakukan Neldawati (2006) menunjukkan
bahwa status imunisasi memiliki hubungan signifikan terhadap
indeks status gizi TB/U. Milman, et al. (2005), mengemukakan
bahwa status imunisasi menjadi underlying factor dalam kejadian
stunting pada anak <5 tahun. Penelitian lain juga menunjukkan
bahwa status imunisasi yang tidak lengkap memiliki hubungan
yang signifikan dalam kejadian stunting pada anak usia< 5 tahun
(Taguri, et al., 2007).
2.4.6. Usia Balita
Masa balita merupakan usia paling rawan karena pada masa ini
balita sering terkena penyakit infeksi sehingga menjadikan anak
berisiko tinggi menjadi kurang gizi. Anak memerlukan energi lebih
karena peningkatan aktivitas dan meningkatnya keterampilan dan
proses berpikir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian
stunting lebih banyak terdapat pada kelompok usia 12-23 bulan
(57,0%) jika dibandingkan pada kelompok usia 6-12 bulan
(30,7%). (Nasrul et al, 2015)
2.4.7. Jenis Kelamin
Studi kohort di Ethiopia menunjukkan bayi dengan jenis
kelamin laki-laki memiliki risiko 2 kali lipat menjadi stunting
23
KarakteristikSosioekonomi
Usia
Jenis Kelamin
Berat Badan Lahir
Tingkat Pendidikan Orang Tua
Status Ekonomi Keluarga
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
N 193
n= 2
= 2
=65,87
1+ N . e 1+193.(0,1)
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = tingkat kesalahan penelitian, diambil sebanyak 10% (0,1)
27
30
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
1. Stunting tinggi yang seharusnya. Kuesioner Wawancara stunting (< -2 SD HAZ) Ordinal
Stunting dan severe stunting digabung dalam 2 = Normal (≥ -2 SD HAZ)
kategori stunting.
(WHO, 2005)
5. Penyakit Infeksi Status balita terhadap penyakit infeksi (ISPA Kuesioner Wawancara 1 = Sakit (balita pernah Ordinal
dan Diare) dalam satu bulan terakhir. menderita ISPA atau diare
Pemberian ASI ASI eksklusif adalah memberikan hanya ASI 1 = ASI eksklusif
7. Kuesioner Wawancara Ordinal
Eksklusif saja untuk bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan. 2 = Non ASI eksklusif
1 = 9-11 bulan
2 = 12-24 bulan
Waktu yang dilalui atau lama kehidupan balita
9. Usia Balita yang dihitung berdasarkan bulan penuh pada Kuesioner Wawancara 3 = 24-36 bulan Ordinal
saat ibu diwawancara. 4 = 37-48 bulan
5 = 49-60 bulan
10. Berat Badan Lahir Berat badan balita pada saat dilahirkan yang Kuesioner Wawancara 1 = BBLASR (BBL <1000 Ordinal
33
gram)
gram)
diukur dengan menggunakan timbangan.
3 = BBLR (<2500 gram)
Tinggi)
12. Status Ekonomi Gambaran status ekonomi keluarga balita yang Kuesioner Wawancara 1 = Rendah (≤Rp.1.500.000) Ordinal
Keluarga dikelompokkan berdasarkan jumlah 2 = Sedang (Rp. 1.500.000
pengeluaran perkapita sebulan untuk golongan s.d. Rp.2.500.000)
makanan.
3 = Tinggi (>Rp. 2.500.000
s.d. 3.500.000)
34
Baik (Beragam) 9 45
Kurang Beragam 11 55
Total 20 100%
b. Asupan Energi
Asupan energi balita dalam penelitian ini dikategorikan
menjadi dua, yaitu rendah dan cukup. Asupan energi balita
dikategorikan rendah apabila <100% angka kecukupan gizi
(AKG) dan dikatakan cukup jika ≥100% AKG. Asupan energi
balita di Kecamatan Babat Toman yang dikategorikan rendah
lebih banyak dibandingkan dengan asupan energi yang cukup,
yaitu berturut 80% (16) dan 20% (20).
38
39
c. Asupan Protein
Pada penelitian ini asupan protein balita dibagi menjadi dua
kategori, yaitu rendah dan cukup. Kategori asupan protein
rendah apabila <100% dari asupan protein menurut AKG dan
kategori asupan cukup apabila ≥100% dari asupan protein
menurut AKG. Kebutuhan protein untuk balita usia 1-3 tahun
adalah 25 gram dan untuk usia 4-6 tahun sebesar 39 gram. Di
Kecamatan Babat Toman, seluruh penderita stunting memiliki
asupan protein yang cukup.
Total 20 100%
Lengkap 18 90
Tidak Lengkap 2 10
Total 20 100%
b. Pemberian ASI
Pemberian ASI eksklusif dalam penelitian ini dibedakan
menjadi dua kategori yaitu tidak ASI eksklusif dan ASI eksklusif.
Balita dapat dikatakan diberi ASI Eksklusif jika balita mulai
menerima makanan atau minuman tambahan selain ASI setelah
usia 6 bulan dan dikategorikan tidak diberi ASI Eksklusif jika
balita sudah menerima makanan atau minuman tambahan selain
ASI sebelum usia 6 bulan.
Mendapat ASI 18 90
Total 20 100%
Total 18 100%
Tidak Sakit 8 40
Sakit 12 60
Total 20 100%
ISPA 9 75
Diare 3 25
Total 12 100%
Jenis penyakit infeksi yang dialami oleh penderita stunting di
Kecamatan Babat Toman diklasifikasikan menjadi dua yaitu
ISPA dengan gejala demam, batuk pilek dan diare. Berdasarkan
tabel di atas, penderita stunting yang mengalami ISPA lebih
banyak jika dibandingkan dengan diare, yaitu berturut-turut 75%
(9) dan 25% (3).
4.1.3. Karakteristik Sosioekonomi
Pada penelitian ini karakteristik sosioekonomi didapatkan dari
distribusi frekuensi usia, jenis kelamin, berat badan lahir, pendidikan
orang tua dan status ekonomi keluarga penderita stunting di
Kecamatan Babat Toman.
a. Usia
Distribusi frekuensi usia balita dapat dilihat pada tabel di
bawah ini. Berdasarkan tabel tersebut sebagian besar responden
adalah balita berusia 13-24 bulan yaitu sebanyak 35% (7), 30%
(6) balita berusia 25-36 bulan, 15%(3) usia 49-60 bulan dan
sisanya 10% (2) masing-masing pada balita berusia 6-12 bulan
dan usia 37-48 bulan.
6-12 2 10
13-24 7 35
25-36 6 30
37-48 2 10
49-60 3 15
Total 20 100%
43
b. Jenis Kelamin
Distribusi frekuensi jenis kelamin balita dapat dilihat pada
tabel berikut.
Laki-laki 9 45
Perempuan 11 55
Total 20 100%
Total 20 100%
44
Rendah 11 55
Menengah 9 45
Tinggi 0 0
Total 20 100%
Rendah 8 40
Menengah 12 60
Tinggi 0 0
Total 20 100%
Rendah 9 45
Sedang 8 40
Tinggi 2 10
Sangat Tinggi 1 5
Total 20 100%
4.2. Pembahasan
4.2.1. Karakteristik Asupan Gizi
a. Pola Konsumsi Pangan
Pola konsumsi pangan yang beragam dijadikan indikator oleh
pemerintah untuk mengetahui kecukupan gizi pada masyarakat
sehingga saat ini pemerintah gencar dalam program
penganekaragaman konsumsi pangan. Penganekaragaman
konsumsi pangan ditujukan untuk memenuhi konsumsi gizi
seimbang. Gizi seimbang adalah syarat untuk dapat bekerja
secara aktif dan produktif. (Kemenkumham, 2013). Hal ini
dasarkan pada teori bahwa kebutuhan gizi konsumsi seseorang
tidak dapat dipenuhi hanya dengan satu jenis pangan saja.
Kebutuhan gizi dapat terpenuhi jika sesorang mendapatkan
konsumsi makanan yang beragam dari berbagai sumber
karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur dan buah.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pola konsumsi pangan
pada 20 orang responden, didapatkan bahwa 9 orang responden
(45%) memiliki pola konsumsi pangan yang beragam dan 11
orang responden (55%) memiliki pola konsumsi pangan yang
kurang beragam. Hal ini menunjukkan bahwa hampir sebagian
besar pola konsumsi pangan pada anak yang mengalami stunting
masih dinilai kurang. Akan tetapi, hasil yang didapat antara yang
memiliki pola konsumsi pangan yang beragam dan kurang
47
b. Jenis Kelamin
Subjek dengan jenis kelamin perempuan paling banyak yang
mengalami stunting yaitu 11 orang (55%) dan paling sedikit pada
subjek laki-laki sebanyak 9 orang (45%) (Tabel 13). Hal ini
bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nasrul
et al (2015) yang menyatakan bahwa lebih banyak jenis kelamin
laki-laki yang mengalami stunting yaitu 95 orang dari 184 orang
sedangkan hanya 71 orang (42,8%) dari 166 orang jenis kelamin
perempuan yang mengalami stunting. Salah satu yang menjadi
penyebabnya adalah perkembangan motorik kasar anak laki-laki
lebih cepat dan beragam sehingga membutuhkan energi lebih
banyak. (Setyawati, 2018). Berdasarkan profil kesehatan RI tahun
2019, angka kejadian stunting berdasarkan jenis kelamin lebih
banyak terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.
Namun tidak ada hubungan yang bermakna mengenai jenis
kelamin dengan kejadian stunting. (Kementerian Kesehatan RI,
2020)
c. Berat Badan Lahir
Terdapat sebanyak 17 orang (85%) dari 20 orang yang
mengalami stunting (Tabel 14). Hal ini sejalan dengan penelitian
Gabrielisa et al (2017) yang menyatakan bahwa bayi dengan
berat badan lahir normal lebih banyak yang mengalami stunting
yaitu sebesar 39% dibandingkan dengan bayi berat badan lahir
rendah yaitu 8,5%. Menurut Nasikhah (2012), efek berat lahir
terhadap stunting terbesar pada usia 6 bulan awal kemudian
menurun hingga usia 2 tahun. Bila pada 6 bulan awal, balita
dapat melakukan kejar tumbuh maka ada kemungkinan balita
dapat tumbuh dengan tinggi badan normal. Bayi BBLR tanpa
komplikasi dapat mengejar ketertinggalan berat badan seiring
dengan pertambahan usia. Namun, bayi BBLR memiliki risiko
lebih besar untuk stunting dan mengidap penyakit tidak menular
seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung saat dewasa.
57
badan bayi turun. Jika kondisi ini terjadi dalam waktu yang
cukup lama dan tidak disertai dengan pemberian asupan yang
cukup untuk proses penyembuhan maka dapat mengakibatkan
stunting (Riskesdas,2017).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Sebanyak 55% balita penderita stunting di Kecamatan Babat Toman
memiliki pola konsumsi pangan yang beragam. 80% mengasup energi
kurang dan 100% mengasup protein cukup.
2. Sebanyak 90% balita penderita stunting di Kecamatan Babat Toman
memiliki status imunisasi lengkap, 66,7% menerima ASI eksklusif,
60% pernah mengalami penyakit infeksi dalam satu bulan terakhir dan
75% diantaranya memiliki riwayat sakit ISPA.
3. Sebanyak 35% balita penderita stunting di Kecamatan Babat Toman
berusia 13-24 bulan, 30% balita berusia 25 – 36 bulan, 15% usia 49 -
60 bulan dan sisanya 10% masing masing pada balita berusia 6 – 12
bulan dan usia 37-48 bulan.
4. Sebanyak 45% balita penderita stunting di Kecamatan Babat Toman
berjenis kelamin laki-laki, 55% berjenis kelamin perempuan, 85% lahir
dengan berat badan normal.
5. Sebanyak 60% balita penderita stunting di Kecamatan Babat Toman
memiliki ibu berpendidikan menengah, 55% balita memiliki ayah
berpendidikan rendah dan 45% keluarga balita berstatus ekonomi
rendah.
5.2 Saran
5.2.1. Bagi Peneliti dan Peneliti Lain
1. Diharapkan dapat dilakukan penelitian dengan memasukkan
berbagai variabel yang tidak terdapat dalam penelitian ini, seperti
faktor genetik dan pola asuh.
2. Diharapkan adanya penelitian dengan disain yang dapat
menggambarkan hubungan sebab-akibat agar lebih pasti untuk
mengetahui faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya
stunting pada balita.
60
61
5.2.2.Bagi Masyarakat
1. Diharapkan kepada keluarga dapat memberikan asupan gizi yang
adekuat sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya stunting
pada balita.
2. Diharapkan kepada masyarakat dan petugas kesehatan terutama
kader posyandu sebaiknya dapat mengetahui lebih dini kejadian
stunting pada balita.
5.2.3.Bagi Pemerintah
1. Diharapkan Dinas Kesehatan bersama Pemerintahan Kabupaten
Musi Banyuasin, serta instansi-instansi lain yang terkait dapat
memberikan solusi atau membuat kebijakan-kebijakan dalam
rangka memperbaiki status gizi balita khususnya stunting.
2. Diharapkan Dinas Kesehatan dapat menyediakan alat
antropometri yang baku di setiap posyandu.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Almatsier S., Soetardjo S., & Soekarti M. 2011. Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Anna Vipta Resti Mauludyani, Drajat Matianto, Y.F.B. 2008. Pola Konsumsi Dan
Permintaan Pangan Pokok Berdasarkan Analisis Data Susenas 2005.
Jurnal Gizi dan Pangan, 3(2), pp.101–117
Arifin DZ, Irdasari SY, Sukandar H. 2012. Analisis Sebaran dan Faktor Risiko
Stunting pada Balita di Kabupaten Purwakarta. Epidemiologi Komunitas.
Bandung: FKUP.
Arisman, MB. 2007. Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta:
ECG.
Azmy, Ulul & Mundiastuti, Luki. 2018. Konsumsi Zat Gizi pada Balita Stunting
dan Non-Stunting di Kabupaten Bangkalan. Amerta Nutrition, 2(3), 292-
298. http://dx.doi.org/10.2473/amnt.v2i1.2018.292-298.
Brown, J. E. & Isaacs, J. S. 2002. Nutrition through the life cycle 1st edition.
Stamford: CT: Cengage Learning.
Dinkes. 2011. Laporan Kegiatan Pemantauan Status Gizi Tahun 2011. Depok:
Dinas Kesehatan Kota Depok.
Eko S., Rizanda M., Masrul. 2018. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan
kejadian Stunting pada Anak Usia 24-59 Bulan diwilayah Kerja
Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun 2018.
Jurnal Kesehatan Andalas.
Fitri. 2012. Berat Lahir Sebagai Faktor Dominan Terjadinya Stunting pada
Balita (12-59 bulan) di Sumatera (Analisis Data Riskesdas 2010) (Thesis).
Depok: FKM UI
Gabrielisa W., Nancy S H., Punuh M I. 2017. Hubungan antara berat badan lahir
anak dengan kejadian stunting pada batita diwilayah kerja puskesmas
Sonder Kabupaten Minahasa. Manado: FKM Universitas Sam Ratulangi
62
63
Hardinsyah, Hardinsyah & Riyadi, Hadi & Napitupulu, Victor. 2013. Kecukupan
Energi, Protein, Lemak Dan Karbohidrat. Bogor: Departemen Gizi
Masyarakat FEMA IPB.
Hayati, et al.. 2016. Pola Konsumsi Pangan Dan Asupan Energi Dan Zat Gizi
Anak Stunting dan Tidak Stunting 0—23 Bulan. Jurnal Gizi dan Pangan. 7.
73. 10.25182/jgp.2012.7.2.73-80.
Hidayati, L., Hadi, H., Kumara, A. 2010. Kekurangan Energi dan Zat Gizi
Merupakan Faktor Risiko Kejadian Stunted pada Anak Usia 1–3 Tahun
yang tinggal di Wilayah Kumuh Perkotaan Surakarta. Jurnal Kesehatan,
3(1), 89–104.
Mahan K. dan Escott-Stump. 2008. Food, Nutrition, and Diet Therapy. USA:
W.B Saunders Company.
Nasrul., Hafid F., Thaha A R., Suriah. 2015. Stunting Risk Factors Ranging from
6-23 Months Old in Bontoramba Distric of Jeneponto Regency. Jurnal
MKMI : hal 139-146
Neldawati. 2006. Hubungan Pola Pemberian Makan pada Anak dan Karakteristik
Lain dengan Status Gizi Balita 6-59 Bulan di Laboratorium Gizi
Masyarakat Puslitbang Gizi dan Makanan (P3GM) (Analisis Data
Sekunder Data Balita Gizi Buruk Tahun 2005) (Skripsi). Depok: FKM UI.
Oktarina, Z. & Sudiarti, D. T. 2013. Faktor Risiko Stunting pada Balita (24-59
Bulan) Di Sumatera. Jurnal Gizi dan Pangan, 8(3), 177-180.
http://doi.org/10.25182/jpg.2013.8.3.177-180
Sundari, E., & Nuryanto, N. (2016). Hubungan Asupan Protein, Seng, Zat Besi,
dan Riwayat Penyakit Infeksi dengan ZScore TB/U pada Balita. Journal of
Nutrition College, 5(4), 520-529.
Taguri, A. E., et al. 2008. Risk Factor For Stunting Among Under Five in Libya.
Public Health Nutrition, 12 (8), 1141-1149.
United Nations Children’s Fund, World Health Organization, World Bank Group.
2018. Levels and Trends in Child Malnutrition: Key Findings of The 2018
Edition of The Joint Child Malnutrition Estimates.
Wahyuningsih U., Anwar F., dan Kustiyah L. 2020. Kualitas Konsumsi Pangan
Kaitannya dengan Status Gizi Anak Usia 2-5 Tahun pada Masyarakat
Adat Kasepuhan Ciptagelar dan Sinar Resmi. Indonesian Jurnal of Health
Development, 2(1).
Wawan A., Dewi M. 2017. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika
Assalamu’alaikum wr. wb
Pada kesempatan kali ini saya mohon kesedian Ibu untuk berkenan menjadi responden penelitian
dengan judul tersebut di atas, yang pada saat ini sedang menyusun skripsi untuk menyelesaikan tugas
internsip berupa Mini Project. Maka dari itu, saya akan menanyakan kepada Ibu beberapa hal yang
berkaitan dengan Gizi dan Kesehatan. Jawaban yang Ibu berikan akan bermanfaat bagi program
kesehatan di Kecamatan Babat Toman dan terjamin kerahasiaannya.
Apakah Ibu bersedia menjadi responden pada penelitian ini?
1. Ya
2. Tidak
Atas bantuan dan kesediaan waktu yang telah Ibu berikan, saya ucapkan
terimakasih. Wassalamualaikum wr. wb.
LEMBAR PERSETUJUAN
Setelah mendengar penjelasan tentang mengenai tujuan penelitian, prosedur penelitian, manfaat dan
inti dari kuesioner ini. Saya mengerti bahwa:
Pada diri saya akan dilakukan wawancara sesuai dengan pertanyaan pada kuesioner
Maka dengan ini saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Umur : tahun
Alamat :
Nama anak yang berpartisipasi :
Menyatakan setuju untuk berpartisipasi sebagai subyek penelitian ini secara sukarela dan bebas tanpa
ada paksaan, dengan catatan apabila merasa dirugikan dalam penelitian ini dalam bentuk apapun
berhak membatalkan persetujuan ini.
, tanggal / /2021
Pembuat pernyataan,
( )
66
67
Lampiran 2. Kuesioner
KUESIONER PENELITIAN
KARAKTERISTIK ASUPAN GIZI, STATUS KESEHATAN DAN SOSIOEKONOMI BALITA
PENDERITA STUNTING DI KECAMATAN BABAT TOMAN TAHUN 2020
Tanggal Wawancara :
:
1. Tidak sekolah
2. Tamat SD/MI
3. Tamat SLTP/MTs
IKR 8 Pendidikan Responden (Ibu) 4. Tamat SLTA/MA [ ]
5. Diploma: D1/D2/D3
6. Sarjana: S1/S2
7. Lainnya:
1. Tidak Bekerja
2. Sekolah
3. Jasa (ojek/supir)/bangunan
IKR 9 Pekerjaan Kepala Keluarga 4. PNS/TNI/Polri [ ]
5. Pegawai swasta
6. Dagang/wiraswasta
7. Lainnya:
68
1. Tidak Bekerja
2. Sekolah
3. Buruh Cuci
IKR10 Pekerjaan Responden (Ibu) 4. PNS/TNI/Polri [ ]
5. Pegawai swasta
6. Dagang/wiraswasta
Lainnya:
Pendapatan Rumah Tangga Rp. [ ][ ][ ][ ]
IKR12
per Bulan [ ][ ][ ]
Jumlah Anggota Rumah
IKR13 Tangga (yang Masih [ ][ ]
Dibiayai Orang Tua)
IKR14 Alamat Lengkap
Identitas Balita
IB 1 Nama Balita
[ ][ ]-[ ][ ]-
IB 2 Tanggal Lahir Balita
[ ][ ]
IB 3 Umur Balita bulan [ ][ ]
IB 4 Jenis Kelamin Balita 1. Perempuan 2. Laki-laki [ ]
B. Penyakit Infeksi
B1 Apakah (nama anak) pernah sakit?
1. Ya
[ ]
2. Tidak
B2 Penyakit apa yang pernah dialami oleh (nama anak)?
D. Status Imunisasi
D1 Apakah anak Ibu diimunisasi?
1. Ya lanjut ke D2
[ ]
2. Tidak
71
Frekuensi
No. Bahan … URT Berat Cara Ket.
… kali/ … kali/ … kali/ Tdk
Makanan kali/ (gr) Pengolahan
Minggu Bulan Tahun Pernah
Hari
Sumber Karbohidrat
1. Nasi
2. Jagung
Mie (mie
3. instan, mie
kering, dll)
4. Ubi jalar
5. Singkong
6. Kentang
Sumber Protein Hewani
Telur dan
1. produk
olahannya
2. Daging sapi
Daging
3. kambing
Daging
4.
ayam
Ikan air
5.
tawar
6. Ikan teri
7. Ikan laut
Susu dan Produk Susu
1. Susu bubuk
Sumber Protein Nabati
1. Tahu
2. Tempe
Kacang
3.
Hijau
Sayuran
1. Kangkung,
bayam, katuk
2. Wortel
73
Kacang
3. panjang
Daun
4.
singkong
5. Lainnya
Buah-buahan
1. Pisang
2. Jeruk
3. Pepaya
4. Mangga
5. Lainnya
74
Lampiran 3. Dokumentasi