DISUSUN OLEH :
Joice Melati Habeahan
22010033
PEMBIMBING :
dr. Novita Hasiani Simanjuntak, MARS
KELUARGA BINAAN
UPT PUSKESMAS TUNGTUNGAN
PERIODE : 02 OKTOBER 2023 s.d 04 NOVEMBER 2023
Disusun Oleh:
Joice Melati H
22010033
Diketahui Oleh:
Kepala UPT Puskesmas Tuntungan
NIP. 196704102000032006
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-
Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik
Senior di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Keluarga Binaan Desa
kecamatan Tuntungan. Laporan kemudian saya susun sebagai syarat untuk
menyelesaikan kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Terselesaikannya laporan ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu
penyusunan laporan keluarga binaan ini, yaitu:
2. dr. Novita Hasiani Simanjuntak, MARS ; dan dr. Putri Eyanoer, Ms. Epi,
Ph, D selaku dosen pembimbing di Departemen Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universits HKBP Nommensen.
Joice Melati H
3
DAFTAR ISI
4
2.7. Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan (PIS-PK).......................... 29
2.7.1 PHBS .......................................................................................... 29
2.7.2 PIS-PK......................................................................................... 33
2.8. Rumah Sehat .......................................................................................... 34
2.8.1 Definisi ......................................................................................... 34
2.8.2 Syarat rumah sehat .................................................................... 34
2.8.3 Faktor-faktor Rumah Sehat ...................................................... 36
2.8.4 Manfaat Rumah Sehat ............................................................... 37
2.9 Penanggulangan dan eliminasi TB....................................................... 38
2.10 Penanggulangan DDB ........................................................................... 40
2.11 Isi Piringku............................................................................................. 42
BAB III PENILAIAN KELUARGA .................................................................. 45
3.1. Identitas Keluarga ................................................................................. 45
3.1.1 Identitas Anggota Keluarga ...................................................... 45
3.1.2 Data Status Kesehatan Keluarga .............................................. 46
3.1.3. Status Perilaku Kesehatan Keluarga Binaan ............................ 47
3.1.4 Bentuk dan Siklus Keluarga ........................................................ 48
3.1.5 Genogram ...................................................................................... 49
3.2. Analisa Kesehatan Keluarga ................................................................ 50
3.3 Kesehatan Lingkungan ......................................................................... 55
3.4 Penilaian PIS-PK dan PHBS ................................................................ 58
3.4.1 PIS-PK ......................................................................................... 58
3.4.2 PHBS ............................................................................................. 59
BAB IV INTERVENSI DAN EVALUASI ......................................................... 60
BAB V REFLEKSI .............................................................................................. 61
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 62
6.1. Kesimpulan ............................................................................................ 62
6.2. Saran ...................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 63
LAMPIRAN DOKUMENTASI .......................................................................... 66
5
BAB I
PENDAHULUAN
6
keluarga, kemampuan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
disekitarnya bagi keluarga.2
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keluarga
Menurut KBBI, Keluarga adalah ibu dan bapak beserta anak- anaknya,
satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat.3 Menurut UU No
52 Tahun 2009 keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri
dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu
dan anaknya.4
2.1.2 Fungsi Keluarga
Cinta dan kasih merupakan salah satu bagian yang mendasari karakter
anak. Rasa cinta dan kasih harus ada dalam diri keluarga agar dapat
memberikan rasa aman bagi keluarga.
4. Fungsi Perlindungan
8
Rasa aman, nyaman, dan kehangatan akan dapat dicapai apabila seluruh
bagian keluarga saling menumbuhkan rasa dan suasana saling
melindungi.
5. Fungsi Reproduksi
Keluarga menjadi tempat untuk mengembangkan fungsi reproduksi dan
pendidikan seksualitas bagi anak. Melanjutkan keturunan agar
terciptanya kesejahteraan keluarga.
6. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan
Keluarga merupakan wadah utama bagi anak dalam mendapatkan
pendidikan termasuk pendidikan untuk mencerdaskan dan pembentuk
karakter anak. Keluarga juga dapat menjadi tempat untuk anak dapat
berinteraksi dan bersosialisasi dengan baik dan sehat.
7. Fungsi Ekonomi
Keluarga menjadi tempat anak untuk ditanamkan nilai-nilai yang
berkaitan dengan keuangan, dan pemenuhan kebutuhan hidup untuk
dapat mewujudkan keluarga yang sejahtera.
8. Fungsi Pembinaan Lingkungan
Keluarga menjadi tempat membina lingkungan masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, selain bersosialisasi dengan tetangga,
memiliki rasa peduli terhadap kelestarian lingkungan alam juga penting
untuk memberikan yang terbaik bagi generasi yang akan datang.
9
4. Keempat ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-
anggota kelompok yang mempunyai ketentuan khusus terhadap
kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan untuk
mempunyai keturunan dan membesarkan anak
5. Kelima merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga
yang walau bagaimanapun, tidak mungkin menjadi terpisah terhadap
kelompok keluarga.
10
Keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang tinggal
bersama, berbagi hak, dan tanggung jawab serta memiliki kekayaan
bersama
7. Keluarga serial (serial family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan
mungkin telah punya anak, tetapi kemudian bercerai dan masing-masing
menikah lagi serta memiliki anak-anak dengan pasangan masing-
masing, tetapi semuanya menganggap sebagai satu keluarga
8. Keluarga gabungan/komposit (composite family)
Keluarga terdiri dari suami dengan beberapa istri dan anak-anaknya
(poligami) atau istri dengan beberapa suami dan anak-anaknya
(poliandri) yang hidup bersama
9. Keluarga tinggal bersama (cohabitation family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa
ada ikatan perkawinan dan hukum yang sah
2.1.5 Tahapan Perkembangan Keluarga
Keluarga memiliki fungsi afektif (internal keluarga), sosialisasi
reproduksi, ekonomi dan pemeliharaan kesehatan. Adapun tahapan
perkembangan keluarga terdiri dari :7
1. Tahap I : Keluarga Pemula/Baru atau pasangan baru
Membina hubungan yang harmonis, membina hubungan dengan
orang lain dengan hubungan persaudaraan yang harmonis. Kemudian
merencanakan kehamilan dan mempersiapkan diri menjadi orang tua
2. Tahap II : Keluarga dengan anak tertua sampai 30 bulan
Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan
pernikahan yang harmonis, memperluas persahabatan dengan keluarga
besar dengan menambahkan peran orang tua, kakek, dan nenek.
3. Tahap III : Keluarga dengan anak pra sekolah (anak tertua 2-10 tahun)
Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak,
disisi lain dengan tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya,
mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar
keluarga, menanamkan dan norma kehidupan, mulai mengenalkan
11
kultur keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi
kebutuhan bermain anak.
4. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua 6-13 tahun)
Meningkatkan prestasi sekolah disisi lain mengembangkan huungan
dengan teman sebayanya mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggora keluarga,
membiasakan belajar teratur
5. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua 13-20 tahun)
Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan mandiri. Memfokuskan kembali hubungan
perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-
anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan
tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.
6. Tahap VI : Keluarga melepas anak dewasa muda (mulai anak pertama
sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah)
Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga
yang didapat melalui perkawinan anak-anak, melanjutkan untuk
memperbaharui hubungan perkawinan. Dapat membantu orang tua
lanjut usia dan orang yang sakit sakit dari suami maupun istri, juga
membantu anak mandiri, mempertahankan komunikasi, memperluas
hubungan keluarga antara orang tua dengan menantu, dan menata
kembali peran dan fungsi keluarga setelah ditinggalkan anak.
7. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiun)
Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan, kemudian
mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti pada
orang tua dan lansia, memperkokoh hubungan perkawinan, dan juga
harus menjaga keintiman, dan merencanakan kegiatan yang akan
datang memperhatikan kesehatan masing-masing pasangan, harus tetap
menjaga komunikasi dengan anak-anak.
8. Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiun dan lansia.
Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan,
menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan
12
hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan
pasangan, mempertahankan ikatan keluarga antar generasi, meneruskan
untuk memahami eksistensi mereka, saling memberi perhatian yang
menyenangkan antar pasangan, merencanakan kegiatan untuk mengisi
waktu tua seperti berolalıraga, berkebun, mengasuh cucu.
2.2 Genogram
Merupakan suatu model grafis yang menggambarkan asal usul
keluarga dalam tiga generasi yaitu generasi dirinya, orang tuanya, dan kakek
neneknya. Genogram memiliku kemiripan dengan pohon keluarga atau
“family tree”, tetapi degan penjelasan informasi yang labih lengkap.
Genogram berfungsi untuk menyatakan karakter dari pribadi-pribadi yang
terkait atau berarti bagi diri kita sendiri. Genogram mampu memberikan
berbagai informasi mengenai diri dan anggota keluarga yang lain, secara
sejarah keluarga, berbagai kejadian-kejadian penting yang terjadi serta
bagaimana pola hidup dan interaksi anggota keluarga yang lain mampu
menginspirasi individu. Penggalian informasi dalam genogram didapat
dengan melakukan berbagai tahapan yang ada. Secara umum tahapan
genogram terdiri dari tiga tahap dan proses, yaitu: 8
1. Tahap 1 : Konstruksi Genogram
Ilustrasi yang disajikan menggambarkan secara fiktif tentang suatu
silsilah keluarga dengan jumlah yang terbatas.
2. Tahap 2 : Identifikasi Jabatan
Dilakukannya wawancara dengan konseli untuk mengembangkan
alternatif dalam upaya mengidentifikasi jabatan.
3. Tahap 3 : Eksplorasi Konseli
Tahap ini bertujuan untuk mengeksplorasi konseli mengenai
pemahaman dirinya, lingkungan khususnya lingkungan kerja serta
13
kemampuan dalam merencanakan dan membuat keputusan bagi
karirnya sekarang dan masa yang akan datang.
14
Misalnya pada masyarakat tradisional dimana sarana transportasi masih
sangat minim maka masyarakat terbiasa berjalan kaki dalam beraktivitas,
sehingga individu/masyarakat senantiasa menggerakkan anggota
tubuhnya (berolah raga). Pada masyarakat modern dimana sarana sudah
semakin maju, maka individu/masyarakat terbiasa beraktivitas dengan
menggunakan transportasi seperti kendaraan bermotor sehingga
individu/masyarakat kurang menggerakkan anggota tubuhnya (berolah
raga). Kondisi ini dapat beresiko mengakibatkan obesitas pada
masyarakat modern karena kurang berolah raga ditambah lagi kebiasaan
masyarakat modern mengkonsumsi makanan cepat saji yang kurang
mengandung serat.
2. Lingkungan
Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik (baik natural atau buatan
manusia), dan sosiukultur (ekonomi, pendidikan, pekerjaan, dll). Pada
lingkungan fisk, kesehatan akan dipengaruhi oleh kualitas sanitasi
lingkungan dimana manusia itu berada. Hal ini dikarenakan banyak
penyakit yang bersumber dari buruknya kualitas sanitasi lingkungan,
misalnya ; ketersediaan air bersih pada suatu daerah akan mempengaruhi
derajat kesehatan karena air merupakan kebutuhan pokok manusia dan
manusia selalu berinteraksi dengan air dalam kehidupan seharihari.
Sedangkan lingkungan social berkaitan dengan kondisi perekonomian
suatu masyarakat. Semakin miskin individu/masyarakat maka akses
untuk mendapatkan derajat kesehatan yang baik maka akan semakin sulit.
Contohnya :
• Manusia membutuhkan makanan dengan gizi seimbang untuk
menjaga kelangsungan hidup, jika individu/masyarakat berada pada
garis kemiskinan maka akan sulit untuk memenuhi kebutuhan
makanan dengan gizi seimbang.
• Semakin tinggi tingkat pendidikan individ/masyarakat maka
pengetahuan akan cara hidup akan semakin baik.
3. Pelayanan Kesehatan
15
Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan
sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan
terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan
masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan
fasilitas dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat dijangkau atau tidak. Yang
keduan adalah tenaga kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan
motivasi masyarakat untu mendatangi fasilitas untuk memperoleh
pelayanan serta program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai
dengan kebutuhan masyarakat yang memerlukan. Kondisi pelayanan
kesehatan juga menunjang derajat kesehatan masyrakat. Pelayanan
kesehatan yang berkualitas sangatlah dibutuhkan. Masyarakat
membutuhkan posyandu, puseksmas, rumah sakit dan pelayanan
kesehatan lainnya untuk membantu dalam mendapatkan pengobatan dan
perawatan kesehatan. Terutama untuk pelayanan kesehatan dasar yang
memang banyak dibutuhkan masyarakat. Kualitas dan kuantitas sumber
daya manusia di bidang kesehatan juga mesti ditingkatkan.
Contohnya :
• Tersedianya sarana dan prasarana kesehatan yang baik akan
memudahkan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan
yang bermutu dan berkualitas.
• Adanya asuransi kesehatan akan memudahkan individu/masyarakat
untuk mengakses pelayanan kesehatan.
4. Genetik / Keturunan
Faktor genetik ini sangat berpengaruh pada derajat kesehatan. Hal
ini karena ada beberapa penyakit yang diturunkan lewat genetic, seperti
leukemia. Faktor hereditas sulit untuk diintervensi karena hal ini
merupakan bawaan dari lahir dan jika dapat diintervensi maka harga yang
dibayar sangat mahal.
16
Contohnya :
• Perkawinan antar golongan darah tertentu akan mengakibatkan
leukemia.
• Adanya kretinisme yang diakibatkan mutasi genetik.
Gambar
Gambar 2.3 Determinan kesehatan menurut H.Blum 1974
17
3. Pertumbuhan (Growth)
Yang dinilai adalah tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap
kebebasan yang diberikan keluarga dalam mematangkan pertumbuhan
dan atau kedewasaan setiap anggota keluarga.
4. Kasih sayang (Affection)
Yang dinilai adalah tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap
kasing saying serta interaksi emosional yang berlangsung dalam
keluarga.3
5. Kebersamaan (Resolve)
Yang dinilai adalah tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap
kebersamaan dalam membagi waktu, kekayaan, dan ruang antar
anggota keluarga.
No Pernyataan Sering Kadang- Jarang/
/Selalu Kadang Tidak
1. Saya puas bahwa saya dapat kembali kepada
keluarga saya, bila saya menghadapi masalah.
2. Saya puas dengan caracara keluarga saya
membahas serta membagi maasalah dengan
saya.
3. Saya puas bahwa keluarga saya menerima dan
mendukung keinginan saya melaksanakan
kegiatan dan ataupun arah hidup yang baru
4. Saya puas dengan caracara keluarga saya
menyatakan rasa kasih sayang dan menanggapi
emosi.
5. Saya puas dengan cara keluarga saya membagi
waktu bersama.
Untuk setiap jawaban sering/selalu diberikan nilai 2, jawaban
kadang-kadang diberi nilai 1, sedangkan jawaban jarang/tidak pernah
diberikan nilai 0, kemudian lima nilai tersebut dijumlah, selanjutnya dinilai
sebagai berikut:
18
1. 7 - 10 berarti keluarga sehat, dalam arti setiap anggota keluarga saling
mendukung satu sama lain.
2. 4 – 6 berarti keluarga kurang sehat, dalam arti hubungan antar anggota
keluarga masih perlu untuk lebih ditingkatkan.
3. 0 – 3 berarti keluarga tidak sehat, dalam arti sangat memerlukan banyak
perbaikan untuk lebih meningkatkan hubungan antar anggota keluarga.
19
dijanjikan dengan membayar ganti rugi kepada pihak tertanggung. Terdapat
syarat yang harus dipenuhi agar penanggung dalam melaksanakan
kewajibannya:
1. Adanya peristiwa yang tidak tertentu
2. Hubungan sebab akibat
3. Cacat atau kebusukan benda
4. Kesalahan sendiri dari tertanggung
5. Azas indemnity (keseimbangan)
6. Nilai benda yang dipertanggungkan
7. Hal-hal yang memberatkan risiko
8. Subrograsi
9. Persekutuan dari penanggung
20
2.5.4 Prinsip asuransi
2.5.4.1 Insurable interest ( prinsip kepetingan yang dapat diasuransikan)
Mensyaratkan adanya kepentingan dalam mengadakan perjanjian
asuransi dengan akibat batalnya perjanjian asuransi apabila tidak
dipenuhi.
2.5.4.2 Prinsip utmost good faith (UGF)
Menyebutkan bahwa si tertanggung harus memberitahukan semua
fakta material dengan benar, lengkap, serta sukarela atas obyek
pertanggungan, baik diminta maupun tidak diminta. Sebaliknya,
perusahaan asuransi pun dituntut harus menunjukkan itikad baiknya
kepada si tertanggung. Dasar hukum prinsip ini dapat dilihat dalam
Pasal 251, 252, 276, 277 KUH Dagang.
2.5.4.3 Prinsip indemnity (Prinsip keseimbangan)
Yang mengandung arti bahwa penggantian kerugian dari si
penanggung harus seimbang dengan kerugian yang sungguh-sungguh
diderita oleh tertanggung. Prinsip ini tidak dimuat secara tegas dalam
KUH Dagang tetapi terkandung dalam beberapa pasal seperti Pasal 246,
250, 252, 253, 254, 271, 277, 278, 280, 284 KUH Dagang.
2.5.4.4 Prinsip proximate cause ini merupakan sebagian dari prinsip
sebab akibat (Causaliteit Principle) yang menentukan bahwa timbulnya
kewajiban penanggung untuk mengganti kerugiaan kepada tertanggung
apabila peristiwa yang menjadi sebab timbulnya kerugian itu disebutkan
dalam polis. Ada 3 pendapat untuk menentukan sebab timbulnya
kerugian dalam perjanjian asuransi yaitu :
1. Causa Proxima
22
2.6 BPJS (Badan Penyedia Jaminan Sosial)
2.6.1 Definisi
BPJS menurut UU SJSN adalah transformasi dari badan penyelenggara
jaminan sosial yang sekarang telah berjalan dan dimungkinkan untuk
membentuk badan penyelenggara baru sesuai dengan dinamika
perkembangan jaminan sosial.12
23
f. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan
sesuai dengan ketentuan program jaminan sosial
g. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan
sosial kepada peserta dan masyarakat.
8. Wewenang 12
Dalam melaksanakan tugasnya BPJS berwenang:
a. Menagih pembayaran iuran
b. Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek
dan jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas,
solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai
c. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan
pemberi kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional
d. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar
pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang
ditetapkan oleh Pemerintah
e. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan
f. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja
yang tidak memenuhi kewajibannya
g. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai
ketidakpatuhannya dalam membayar iuran atau dalam memenuhi
kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan
h. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka
penyelenggaraan program jaminan sosial.
24
b. Memperoleh hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan
program jaminan sosial dari DJSN (Dewan Jaminan Sosial Nasional)
2. Kewajiban BPJS 12
UU BPJS menentukan bahwa untuk melaksanakan tugasnya, BPJS
berkewajiban untuk:
a. Memberikan nomor identitas tunggal kepada peserta. Yang dimaksud
dengan ”nomor identitas tunggal” adalah nomor yang diberikan secara
khusus oleh BPJS kepada setiap peserta untuk menjamin tertib
administrasi atas hak dan kewajiban setiap peserta. Nomor identitas
tunggal berlaku untuk semua program jaminan sosial
b. Mengembangkan aset Dana Jaminan Sosial dan aset BPJS untuk
sebesar-besarnya kepentingan peserta
c. Memberikan informasi melalui media massa cetak dan elektronik
mengenai kinerja, kondisi keuangan, serta kekayaan dan hasil
pengembangannya. Informasi mengenai kinerja dan kondisi keuangan
BPJS mencakup informasi mengenai jumlah aset dan liabilitas,
penerimaan, dan pengeluaran untuk setiap Dana Jaminan Sosial, dan/
atau jumlah aset dan liabilitas, penerimaan dan pengeluaran BPJS
d. Memberikan manfaat kepada seluruh peserta sesuai dengan UU SJSN
e. Memberikan informasi kepada peserta mengenai hak dan kewajiban
untuk mengikuti ketentuan yang berlaku
f. Memberikan informasi kepada peserta mengenai prosedur untuk
mendapatkan hak dan memenuhi kewajiban
g. Memberikan informasi kepada peserta mengenai saldo Jaminan Hari
Tua (JHT) dan pengembangannya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun
h. Memberikan informasi kepada peserta mengenai besar hak pensiun 1
(satu) kali dalam 1 (satu) tahun
i. Membentuk cadangan teknis sesuai dengan standar praktik aktuaria
yang lazim dan berlaku umum
j. Melakukan pembukuan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku
dalam penyelenggaraan jaminan sosial
25
k. Melaporkan pelaksanaan setiap program, termasuk kondisi keuangan
secara berkala 6 (enam) bulan sekali kepada Presiden dengan
tembusan kepada DJSN.
l. Kewajiban-kewajiban BPJS tersebut berkaitan dengan tata kelola
BPJS sebagai badan hukum publik.
26
dan bukan pekerja yang tidak termasuk yang mampu membayar
iuran.
27
Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III/a dengan masa kerja 14 tahun
per bulan, dibayar oleh pemerintah.
2.6.8 Tarif pelayanan di fasilitas kesehatan
1. Pelayanan fasilitas kesehatan tingkat pertama:16
a. Tarif kapitasi
Merupakan besaran pembayaran per-bulan yang dibayar dimuka
oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan
jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan.
Tabel 2.1 Tarif kapitasi
NO PUSKESMAS TARIF (Rp)
1 Puskesmas atau Fasilitas Kesehatan yang 3.000 - 6.000
setara
2 RS. Pratama, Klinik Pratama, Praktek 8.000 - 10.000
Dokter, atau Fasilitas Kesehatan yang
setara (swasta)
3 Praktik Dokter Gigi di luar Fasilitas 2.000
Kesehatan A1 atau B1
28
7 Pelayanan pra rujukan pada komplikasi 125.000
kebidanan dan neonatal
8 Pelayanan KB pemasangan:
- IUD/Implant 100.000
- Suntik 15.000
9 Penanganan komplikasi KB paska persalinan 125.000
1. Definisi 17,18
29
anggotanya mampu menolong diri sendiri pada bidang kesehatan serta
memiliki peran aktif dalam aktivitas masyarakat.
2. Tujuan PHBS
Tujuan utama dari gerakan PHBS adalah meningkatkan kualitas
kesehatan melalui proses penyadartahuan yang menjadi awal dari
kontribusi individu-individu dalam menjalani perilaku kehidupan sehari-
hari yang bersih dan sehat. Manfaat PHBS yang paling utama adalah
terciptanya masyarakat yang sadar kesehatan dan memiliki bekal
pengetahuan dan kesadaran untuk menjalani perilaku hidup yang
menjaga kebersihan dan memenuhi standar kesehatan.
3. Manfaat PHBS
Manfaat PHBS secara umum adalah meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk mau menjalankan hidup bersih dan sehat. Hal tersebut
agar masyarakat bisa mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan.
Selain itu, dengan menerapkan PHBS masyarakat mampu menciptakan
lingkungan yang sehat dan meningkatkan kualitas hidup.
a. Manfaat PHBS di Sekolah
PHBS di sekolah merupakan kegiatan memberdayakan siswa,
guru dan masyarakat lingkungan sekolah untuk mau melakukan pola
hidup sehat untuk menciptakan sekolah sehat. Manfaat PHBS di
Sekolah mampu menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat,
meningkatkan proses belajar mengajar dan para siswa, guru hingga
masyarakat lingkungan sekolah menjadi sehat.
b. Manfaat PHBS di Rumah Tangga
Menerapkan PHBS di rumah tangga tentu akan menciptakan
keluarga sehat dan mampu meminimalisir masalah kesehatan.
Manfaat PHBS di rumah tangga antara lain, setiap anggota keluarga
mampu meningkatkan kesejahteraan dan tidak mudah terkena
penyakit, rumah tangga sehat mampu meningkatkan produktivitas
anggota rumah tangga dan manfaat PHBS rumah tangga selanjutnya
adalah anggota keluarga terbiasa untuk menerapkan pola hidup sehat
dan anak dapat tumbuh sehat dan tercukupi gizi.
30
c. Manfaat PHBS di Tempat Kerja
PHBS di Tempat kerja adalah kegiatan untuk memberdayakan
para pekerja agar tahu dan mau untuk melakukan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat dan berperan dalam menciptakan tempat kerja yang
sehat. manfaat PHBS di tempat kerja yaitu para pekerja mampu
meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit, meningkatkan
produktivitas kerja dan meningkatkan citra tempat kerja yang positif.
d. Manfaat PHBS di Masyarakat
Manfaat PHBS di masyarakat adalah masyarakat mampu
menciptakan lingkungan yang sehat, mencegah penyebaran penyakit,
masyarakat memanfaatkan pelayanan fasilitas kesehatan dan mampu
mengembangkan kesehatan yang bersumber dari masyarakat. 17,18
4. Indikator PHBS
Terdapat beberapa indikator PHBS pada tingkatan rumah tangga
yang dapat dijadikan acuan untuk mengenali keberhasilan dari praktik
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada tingkatan rumah tangga. Berikut
ini 10 indikator PHBS pada tingkatan rumah tangga :
a. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan.
Persalinan yang mendapat pertolongan dari pihak tenaga kesehatan
baik itu dokter, bidan ataupun paramedis memiliki standar dalam
penggunaan peralatan yang bersih, steril dan juga aman. Langkah
tersebut dapat mencegah infeksi dan bahaya lain yang beresiko bagi
keselamatan ibu dan bayi yang dilahirkan.
b. Pemberian ASI eksklusif
Kesadaran mengenai pentingnya ASI bagi anak di usia 0 hingga 6
bulan menjadi bagian penting dari indikator keberhasilan praktek
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada tingkat rumah tangga.
c. Menimbang bayi dan balita secara berkala
Praktek tersebut dapat memudahkan pemantauan pertumbuhan bayi.
Penimbangan dapat dilakukan di Posyandu sejak bayi berusia 1
31
bulan hingga 5 tahun. Posyandu dapat menjadi tempat memantau
pertumbuhan anak dan menyediakan kelengkapan imunisasi.
Penimbangan secara teratur juga dapat memudahkan deteksi dini
kasus gizi buruk.
d. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih
Praktek ini merupakan langkah yang berkaitan dengan kebersihan
diri sekaligus langkah pencegahan penularan berbagai jenis penyakit
berkat tangan yang bersih dan bebas dari kuman.
e. Menggunakan air bersih
Air bersih merupakan kebutuhan dasar untuk menjalani hidup sehat.
f. Menggunakan jamban sehat
Jamban merupakan infrastruktur sanitasi penting yang berkaitan
dengan unit pembuangan kotoran dan air untuk keperluan
pembersihan.
g. Memberantas jentik nyamuk
Nyamuk merupakan vektor berbagai jenis penyakit dan memutus
siklus hidup makhluk tersebut menjadi bagian penting dalam
pencegahan berbagai penyakit.
h. Konsumsi buah dan sayur
Buah dan sayur dapat memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral
serta serat yang dibutuhkan tubuh untuk tumbuh optimal dan sehat.
i. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Aktivitas fisik dapat berupa kegiatan olahraga ataupun aktivitas
bekerja yang melibatkan gerakan dan keluarnya tenaga.
j. Tidak merokok di dalam rumah
Perokok aktif dapat menjadi sumber berbagai penyakit dan masalah
kesehatan bagi perokok pasif. Berhenti merokok atau setidaknya
tidak merokok di dalam rumah dapat menghindarkan keluarga dari
berbagai masalah kesehatan.
32
2.7.2 PIS-PK
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga atau lebih sering
dikenal dengan PIS-PK merupakan salah satu program dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat. PIS-PK
menekankan esensi fungsi puskesmas dalam upaya promotif dan preventif.
Terdapat 12 indikator PIS-PK yaitu : 19
5. Keluarga mengikuti Keluarga Berencana (KB)
6. Ibu bersalin di fasilitas kesehatan
7. Bayi dapat imunisasi dasar lengkap
8. Bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan
9. Pertumbuhan balita dipantau tiap bulan
10. Penderita Tuberculosis (TB) paru berobat sesuai standar
11. Penderita hipertensi berobat teratur
12. Gangguan jiwa berat tidak ditelantarkan
13. Tidak ada anggota keluarga yang merokok
14. Keluarga mempunyai akses terhadap air bersih
15. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat
16. Sekeluarga menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
33
6. Melaksanakan Sistem Informasi dan Pelaporan Puskesmas oleh tenaga
pengelola data Puskesmas.
34
µg/m2, asbestos kurang dari 0,5 serat/m3 per 24 jam, plumbum (Pb)
kurang dari 300 mg/kg bahan.
b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan
berkembangnya mikroorganisme patogen.
2. Komponen dan penataan ruangan
a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan.
b. Dinding rumah memiliki ventilasi, kamar mandi dan kamar cuci
kedap air dan mudah dibersihkan.
c. Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan.
d. Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir.
e. Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya.
f. Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap.
3. Pencahayaan
Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung
dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal
60 lux dan tidak menyilaukan mata.
4. Kualitas udara
a. Suhu udara nyaman antara 18–30oC.
b. Kelembaban udara 40–70%.
c. Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam.
d. Pertukaran udara 5 kaki3/menit/penghuni.
e. Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam.
f. Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3.
5. Ventilasi
Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.
6. Vektor penyakit
Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.
7. Penyediaan air
a. Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60
liter/orang/hari
35
b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau
air minum menurut Permenkes no. 416 tahun 1990 dan Kepmenkes
no. 907 tahun 2002.
8. Sarana penyimpanan makanan
Tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman.
2.8.3 Faktor-faktor Rumah Sehat
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun rumah adalah
sebagai berikut :20
1. Faktor Lingkungan (Alam)
Lingkungan yang dimaksud termasuk lingkungan fisik, biologis,
maupun sosial. Hal ini menyangkut kondisi lingkungan alam dan sosial
di sekitar rumah yang akan didirikan.
2. Tingkat Kemampuan Ekonomi
Individu yang ingin membangun suatu rumah tentunya akan
mengukur tingkat kemampuan ekonominya, terutama menyangkut
kesiapan finansial. Hal-hal yang perlu menjadi perhatian tiap-tiap
individu dalam masyarakat yang akan membangun rumah adalah
diperlukan pemeliharaan rumah tersebut sehingga dapat dipergunakan
dalam waktu yang cukup lama bahkan dapat dinikmati oleh anak
cucunya.
3. Kemajuan Teknologi
Saat ini teknologi perumahan sudah begitu modern, namun rumah
yang modern belum tentu sesuai dengan selera individu di masyarakat.
Teknologi modern selain membutuhkan biaya dan perawatan yang juga
mahal juga diperlukan pengetahuan yang cukup agar mengerti tentang
teknologi tersebut. Teknologi yang tinggi jika diterapkan di daerah
tertentu belum tentu sesuai.
4. Kebijaksanaan (Peraturan) Pemerintah Menyangkut Tata Guna Tanah
Peraturan pemerintah terkait tata guna bangunan jika tidak dibuat
secara tegas dan jelas dapat menyebabkan gangguan ekosistem seperti
banjir, pemukiman kumuh, dan lain-lain
36
2.8.4 Manfaat Rumah Sehat
1. Memberi perlindungan dari penyakit menular, mencakup pelayanan air
bersih, sanitasi, persampahan, drainase, hygiene perseorangan dan
pemukiman, kemanan makanan, bangunan yang aman terhadap tranmisi
penyakit.
2. Meningkatkan perlindungan terhadap kecelakaan dan penyakit kronis
dengan memperbaiki kontruksi dan bahan bangunan rumah, pencemaran
di dalam rumah, penggunaan rumah sebagai tempat kerja.
3. Memberi perlindungan terhadap penyakit kejiwaan dengan mengurangi
tekanan jiwa dan sosial akibat rumah.
4. Meningkatkan kesehatan dalam lingkungan perumahan dengan
memperhatikan ketersediaan pelayanan keperluan sehari-hari dan
pekerjaan dekat rumah.
5. Meningkatkan pemanfaatan rumah sehingga dapat meningkatkan
kesehatan, yaitu pemanfaatan rumah dapat memberi dampak kesehatan
yang maksimum pada penghuninya.
6. Memberi perlindungan terhadap populasi yang menyandang resiko
tinggi, yakni anak-anak dan wanita, masyarakat dengan rumah
substandard, masyarakat yang tersisih dan mobil, manula, penderita
penyakit kronis dan yang cacat.
7. Penyebarluasan pentingnya aspek kesehatan rumah sehingga yang
berwenang dapat memasukkan aspek-aspek kesehatan tersebut ke dalam
kebijakan pembangunan pemukiman.
8. Meningkatkan kebijakan sosial ekonomi yang menunjang tata guna tanah
dan pemukiman sehingga kesehatan fisik, mental dan sosial dicapai
secara maksimal.
9. Meningkatkan proses pembangunan sosial ekonomi; mulai dari
perencanaan, pengelolaan, pengaturan tata guna tanah derah urban,
peraturan pemukiman, desain dan kotruksi rumah, pelayanan terhadap
masyarakat dan pemantauan yang kontinu.
37
10. Meningkatan penyuluhan serta kualitas profesi kesehatan masyarakat
dan profesi yang membangun pemukiman; penyediaan perumahan dan
penggunaan rumah untuk meningkatkan kesehatan.
11. Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
pemukiman secara swadaya, gotong royong dan koperatif.20
38
Pengendalian faktor resiko TB dilakukan dengan cara :
1. Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat
2. Membudayakan perilaku etika berbatuk
39
3. melakukan pemeliharaan dan perbaikan kualitas perumahan dan
lingkungannya sesuai dengan standar rumah sehat
4. peningkatan daya tahan tubuh
5. penanganan penyakit penyerta TB
6. penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi TB di fasilitas
pelayanan kesehatan, dan di luar fasilitas pelayanan kesehatan21
40
4. Meningkatkan kapasitas sumber daya pencegahan dan pengendalian
DBD, meliputi peningkatan kapasitas SDM, biaya serta bahan dan
peralatan.
5. Menerbitkan Surat Edaran Gubernur kepada Bupati/Walikota dalam
rangka kesiapsiagaan peningkatan kasus DBD.
41
Adapun yang dimaksud dengan Plus adalah segala bentuk kegiatan
pencegahan lainnya seperti:
1. Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit
dibersihkan, misalnya water toren, gentong/tempayan penampung air
hujan, dll.
2. Menggunakan kelambu saat tidur,
3. Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk
4. Menanam tanaman pengusir nyamuk,
5. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa
menjadi tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain.
6. Menggunakan anti nyamuk semprot maupun oles bila diperlukan.22
2.11 Isi Piringku
Isi piringku merupakan selogan yang diserukan oleh kementerian
kesehatan untuk menyeimbangkan porsi gizi. Konsep 4 sehat 5 sempurna
tidak lagi relevan karena dapat menjadi tidak sehat apabila porsi dan gizinya
tidak seimbang. Porsi dan jenis makanan disesuaikan dengan usia dan
aktivitasnya. Untuk balita yang sedang dalam masa pertumbuhan, makanan
dengan protein harus lebih banyak diberikan, sedangkan untuk dewasa,
porsi karbohidrat harus dikurangi. 23
1. Baduta (1-2 tahun)24
Anak di atas 1 tahun umumnya sudah boleh diberi makanan
keluarga. Ada sejumlah aturan pemberian makan untuk anak usia 12-24
bulan, yaitu:
a. Hindari memberikan makanan yang dapat mengganggu organ
pencernaan, seperti makanan terlalu berbumbu tajam, pedas, terlalu
asam atau berlemak.
b. Berikan makanan yang bisa dipegang (finger snack) misalnya
potongan sayuran rebus atau buah untuk melatih keterampilan dalam
memegang makanan sekaligus merangsang pertumbuhan gigi.
c. Pemberian ASI masih tetap diteruskan sampai anak berumur dua
tahun.
42
i. Ibu harus memperhatikan frekuensi pemberian makan untuk anak, yaitu
3-4 kali sehari makanan keluarga + 1-2 kali sehari makanan selingan
atau bergantung pada nafsu makan anak + pemberian ASI. Jumlah
setiap kali makan: Semangkuk penuh berukuran 250 ml.
2. Batita (2-3 tahun)24
Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) Indonesia tahun 2013, anak usia
2-3 tahun butuh 1125 kilo kalori. Bagi kebutuhan kalori tersebut menjadi
5 kali makan dengan pembagian 2 kali snack (rata-rata 100-150 kilo
kalori setiap makan snack) dan 3 kali makan besar. Anak usia 2-3 tahun
setiap makan besar harus menghabiskan sekitar 300 kilo kalori dan 100
kilo kalori camilan. Berikut ini contoh menu yang bisa diberikan untuk
anak 2-3 tahun dalam 1 porsi makan besar dan snacknya:
a. Karbohidrat, bisa berupa nasi 5-6 sendok makan atau roti tawar 1
lembar. Protein berupa setengah potong ayam ukuran sedang atau
daging sapi giling 2-5 sendok makan.
b. Untuk sayur, berikan brokoli 2-3 sendok makan atau jagung manis 2
sendok makan, untuk buah berikan apel setengah ukuran sedang atau
pisang 1 ukuran sedang. Untuk susu atau produk turunannya, berikan
susu 1 gelas atau yogurt 1 gelas kecil.
c. Sedangkan untuk snack berikan biskuit 3 keping sedang atau cokelat
2-4 potong.
43
Gambar 2.4 Isi Piringku 24
44
BAB III
PENILAIAN KELUARGA
45
3.1.2 Data Status Kesehatan Keluarga
Data kesehatan awal, diambil saat kunjungan pertama ke rumah
keluarga binaan Bapak Jujur Ginting (Jumat, 27 Oktober 2023).
Tabel 3.3 Data Status Kesehatan Keluarga Bapak Jujur Ginting
Berat Badan 64 kg 67 kg
Tinggi Badan 165 cm 158 cm
Tekanan Darah 110/70 mmHg 120/80 mmHg
Berat Badan 64 kg 68 kg
Tinggi Badan 165 cm 158 cm
Tekanan Darah 120/70 mmHg 120/80 mmHg
46
3.1.3. Status Perilaku Kesehatan Keluarga Binaan
Status perilaku Kesehatan keluarga Bapak Jujur Ginting diuraikan dalam
tabel berikut :
Tabel 3.5 Status Kesehatan dan Kejadian Darurat Keluarga Bapak Jujur
Ginting
47
3.1.4 Bentuk dan Siklus Keluarga
48
3.1.5 Genogram
Keterangan:
Perempuan Meninggal
49
3.2. Analisa Kesehatan Keluarga
1. Program KB
Pada keluarga Bapak Jujur Ginting, Ibu Depina telah menopause dan
tidak ada penggunaan KB menggunakan pil KB kombinasi.
3. Imunisasi Lengkap
4. ASI Eksklusif
5. Pemantauan Pertumbuhan
Berdasarkan hasil wawancara, anggota keluarga Ibu Depina tidak ada yang
menderita penyakit menular.
51
8. Kesehatan Jiwa dan Penilaian APGAR Keluarga
52
Hasil Penilaian APGAR Bapak Jujur Ginting
Sering/ Kadang- Jarang/
Selalu kadang Tidak
Adaptasi √
Partnership √
Growth √
Affection √
Resolve √
Skor: 7
Keterangan:
Berarti keluarga sehat, dalam arti setiap keluarga saling
mendukung satu sama lain. Sebagai kepala keluarga, bapak Jujur memiliki
tanggung jawab besar dalam memimpin keluarganya.
Skor: 8
Keterangan:
Berarti keluarga sehat, dalam arti setiap anggota keluarga saling
mendukung satu sama lain. Dalam bercerita dan berkomunikasi Ibu
Depina merasa aman dan nyaman dengan Bapak Jujur. Anak juga
membantu ibunya mengurus masalah dalam keluarga.
53
9. Merokok
Indeks Brinkman
Hasil:
< 200 = Perokok Ringan
200-599 = Perokok Sedang
>600 = Perokok Berat
54
3.3 Kesehatan Lingkungan
Tabel 3.10 Karakteristik Lingkungan Rumah
No PROFIL KETERANGAN
1. Rumah Rumah beratap seng, berdinding batu- bata dan
berlantai semen.
Luas rumah yaitu 15m x 5m = 75 m2
Rumah memiliki 6 pintu : 2 pintu masuk, 1
pintu kamar tidur, 1 pintu gudang, 2 pintu
kamar mandi yang berukuran sama yaitu
(2m x 0.8m).
Terdapat 2 jendela, yaitu 1 jendela di ruang
tamu yang berukuran (1,8 m x 2,2 m) dan 1
jendela di jalan menuju dapur yang
berukuran (1,5 m x 1,3 m).
Terdapat 6 ruangan di dalam rumah, yaitu 1
ruang tamu dan kamar, 1 kamar tidur, 1
gudang, 2 kamar mandi yang memiliki
jamban di dalamnya dan 1 dapur.
Pencahayaan cukup, kamar tidur masing-
masing dengan lampu 10 watt dan ruangan
yang lain dengan lampu 18 watt berwarna
putih.
55
2. Ventilasi Terdapat 2 lubang ventilasi tetap, 2
diruangan tamu (15 cm x 40 cm) atau 600
cm2 dan (30 cm x 40 cm) atau 1200 cm2
Terdapat 2 ventilasi insidentik (dapat dibuka
dan ditutup) berupa jendela kaca yang
terdapat di ruang tamu yang berukuran (1,8
m x 2,2 m) atau 39.600 cm2 dan di jalan
menuju dapur yang berukuran (1,5 m x 1,3
m) atau 19.500 cm2
Perbandingan antara keseluruhan ventilasi
60.900 cm2 dengan luas rumah 750.000cm2
adalah 12% dan sudah memenuhi
ventilasi standar rumah sehat.
3. MCK (mandi, Keluarga ini memiliki kamar mandi yang layak
cuci kaki dan dengan jamban jongkok didalamnya dan
kakus) disalurkan ke septic tank.
4. Air bersih Kebutuhan air rumah tangga didapatkan dari
sumur bor. Air yang dihasilkan sumur bor
tampak jernih, tidak berbau dan akan ditampung
ke dalam sebuah bak, kemudian digunakan.
Air minum didapatkan dari air isi ulang
yang dibeli dari depot air dan air minum yang
dimasak sampai mendidih.
5. Pembuangan Keluarga ini mempunyai pembuangan limbah
limbah
tinja atau septic tank dengan jarak lebih dari
10m dari sumber air rumah tangga
Keluarga ini mengelola sampah organik dan
non- organik dengan cara dibakar.
56
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa keluarga ini
menghuni rumah yang sesuai dengan kriteria rumah sehat. Yaitu rumah
berdinding semen, berlaintai semen, beratap seng, berjendela, dan kamar
yang dipakai untuk tidur , pencahayaan cukup, memiliki sumber air bersih,
memiliki jamban sehat, dan limbah rumah tangga yang tidak mencemari
lingkungan.
57
3.4 Penilaian PIS-PK dan PHBS
3.4.1 PIS-PK
Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari kunjungan
terhadap keluarga binaan yang dibina ditemukan juga beberapa masalah
indikator keluarga sehat, yaitu:
Tabel 3.11 Penilaian Indikator PIS- PK Keluarga Binaan
No Indikator PIS-PK Keterangan
1. Keluarga mengikuti program KB T
2. Ibu hamil memeriksa kehamilannya Y
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap Y
4. Pemberian ASI Eksklusif 0-6 bulan Y
5. Pertumbuhan balita dipantau tiap bulan Y
6. Penderita TB Paru berobat sesuai standar N
7. Penderita hipertensi berobat secara teratur N
8. Gangguan jiwa berat tidak ditelantarkan N
9. Tidak ada anggota keluarga yang merokok T
10. Keluarga memiliki atau memakai air bersih Y
11. Keluarga memiliki atau memakai jamban sehat Y
12. Sekeluarga menjadi anggota JKN/ Askes Y
Keterangan:
Y (Ya) : Kondisi/keadaan anggota keluarga sesuai dengan
indikator
T (Tidak) : Kondisi/keadaan anggota keluarga tidak sesuai
dengan indikator
N (Not Applicable) : Indikator tersebut tidak mungkin ada/tidak berlaku
pada anggota keluarga
Skor : 0,7
Berdasarkan tabel diatas, ditemukan indikator yang sesuai (Y) sebanyak 7,
indikator yang tidak sesuai (T) sebanyak 2 dan indikator yang tidak berlaku
(N) sebanyak 3. Nilai indikator PIS- PK Keluarga Bapak Jujur Ginting
adalah sebesar 0.7 yang termasuk kedalam kelompok keluarga pra sehat
(0.5- 0.8).
58
3.4.2 PHBS
Tabel 3.12 Penilaian Indikator PHBS Keluarga Binaan
Anggota Keluarga
No Indikator PHBS
Jujur Depina
1. Persalinan N Y
2. ASI Eksklusif N Y
3. Timbang Balita N Y
4. Air Bersih Y Y
5. Cuci Tangan Y Y
6. Gunakan Jamban Y Y
7. Berantas Jentik Y Y
8. Makan Buah dan Y Y
Sayur
9. Aktivitas Fisik T T
10. Merokok di rumah T Y
59
BAB IV
INTERVENSI DAN EVALUASI
Selama saya menjalani kegiatan keluarga binaan ini saya merasa senang dan
antusias karena keluarga Bapak Jujur Ginting sangat menerima dengan baik dalam
kegiatan ini. Seluruh anggota keluarga bersikap kooperatif selama saya
mengumpulkan data kesehatan baik saat wawancara maupun selama pengamatan
dan pengukuran. Selama melakukan kegiatan keluarga binaan ini saya tidak
menemukan kendala yang berarti selama membina keluarga. Anggota keluarga
terlihat antusias untuk mendengarkan informasi yang saya berikan. Kegiatan ini
membantu saya untuk memantau seberapa tingkat kesadaran keluarga terhadap
PHBS dan PIS-PK, serta kontrol penyakit tidak menular dalam keluarga.
61
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Keluarga ini merupakan keluarga Bapak Jujur Ginting yang tinggal di
rumah yang terletak di jalan Bunga Melati No. 8, Kelurahan Kemenangan Tani,
Medan Tuntungan dimana keluarga ini termasuk tipe Keluarga ini adalah
Keluarga inti “Nuclear Family” dan masuk ke dalam tahap ke-VIII (keluarga
masa pensium dan lansia).
6.2. Saran
Adapun beberapa saran kepada petugas Kesehatan UPT Puskesmas
Tuntungan terkait dengan hasil kegiatan keluarga binaan yang telah
dilakukan adalah:
a. Melakukan promosi kesehatan mengenai Diabetes Melitus dan
pentingnya mengkonsumsi obat dan rutin control KGD.
b. Melakukan promosi kesehatan mengenai bahaya merokok dan cara
mengurangi dan menghentikan kebiasaan merokok.
c. Mengadakan kegiatan senam Bersama baik di puskesmas maupun di
kegiatan posyandu lansia dengan koordinasi kader tiap lingkungan
untuk partisipasi anggota lingkungannya.
62
DAFTAR PUSTAKA
63
https://www.researchgate.net/publication/356455242_Asuransi
12. BPJS kesehatan. Paham BPJS. Jakarta: Friedrich-Ebert-Stiftung Kantor
Perwakilan Indonesia; 2014. 1–62 p.
13. Peraturan BPJS Kesehatan No.4 Tahun 2020 Tentang petunjuk teknis
penjaminan pelayanan kesehatan dengan asuransi kesehatan tambahan dalam
program jaminan kesehatan.
14. Solechan. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan sebagai
pelayanan publik. Adminitrative Law Gov Journal [Internet]. 2019;2(4):686–
96. Available from:
https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/alj/article/download/6594/3468
15. R RN. Faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan masyarakat membayar
premi BPJS kesehatan kategori peserta mandiri di kelurahan sudiang raya.
Universitas Hasanuddin; 2019.
16. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 69 Tahun 2013 tentang standar tarif
pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama dan fasilitas
kesehatan tingkat lanjutan dalam penyelenggaraan program jaminan
kesehatan. 2013.
17. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 2269 tahun
2011 tentang pedoman pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Jakarta; 2011. 4 p.
18. Kementerian Kesehatan RI. PHBS [Internet]. 2016 [cited 2022 Nov 20].
Available from: https://promkes.kemkes.go.id/phbs
19. Marta Nia I. Hambatan pelaksanaan program Indonesia sehat dengan
pendekatan keluarga (PIS-PK) di puskesmas. Promot J Kesehat Masy.
2022;12(1):1–7.
20. Rahmah U. Hubungan karakteristik kepala keluarga dengan rumah sehat di
desa duwet kecamatan baki kabupaten sukoharjo. UMS J [Internet].
2015;151:10–7. Available from: http://eprints.ums.ac.id/34793/1/Naskah
Publikasi.PDF
21. Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 67 tahun 2016
tentang penanggulangan tuberkulosis.
22. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Kesiapsiagaan
64
menghadapi peningkatan kejadian demam berdarah dengue tahun 2019
[Internet]. Kementerian Kesehatan. 2019 [cited 2022 Nov 22]. Available
from: http://p2p.kemkes.go.id/kesiapsiagaan-menghadapi-peningkatan-
kejadian-demam-berdarah-dengue-tahun-2019/
23. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat. Isi Piringku [Internet].
Kementerian Kesehatan. 2018 [cited 2022 Nov 19]. Available from:
https://kesmas.kemkes.go.id/konten/133/0/062511-isi-
piringku#:~:text=Secara umum%2C %22Isi Piringku%22,lemak dalam
konsumsi sehari-hari.
24. Isi piringku beda usia beda kebutuhannya [Internet]. Sari Husada. 2018
[cited 2022 Dec 8]. Available from: https://www.sarihusada.co.id/Nutrisi-
Untuk-Bangsa/Kesehatan/Umum/Isi-Piringku-Beda-Usia-Beda-
Kebutuhannya
65
LAMPIRAN DOKUMENTASI
66
Pengukuran Jendela Pengukuran Pintu
67
Pengukuran Tinggi Badan Pengukuran Berat Badan
76