PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Motif
2
1.
Pengertian
Motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk
b. Penggolongan lain dalam (Sumadi Suryabrata, 2004: 71-72) didasarkan atas terbentuknya
motif-motif itu. Berdasarkan atas hal ini dapat dibedakan adanya dua macam motif, yaitu:
1) Motif-motif bawaan, yaitu motif-motif yang dibawa sejak lahir, jadi ada tanpa
dipelajari, seperti:
Dorongan untuk makan,
Dorongan untuk minum,
Dorongan untuk bergerak dan beristirahat,
Dorongan seksual.
Motif-motif ini seringkali disebut juga motif-motif yang disyaratkan secara biologis,
artinya ada dalam warisan biologis manusia.
2) Motif-motif yang dipelajari, yaitu motif-motif yang timbulnya karena dipelajari,
seperti:
Dorongan untuk belajar sesuatu cabang ilmu pengetahuan,
Dorongan untuk mengejar sesuatu kedudukan dalam masyarakat, dan sebagainya.
Motif-motif ini seringkali disebut juga motif-motif yang disyaratkan secara sosial,
karena manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan sesama manusia maka motifmotif golongan ini terbentuk.
c. Berdasarkan atas jalarannya (Sumadi Suryabrata, 2004: 72-72), maka orang membedakan
adanya dua macam motif, yaitu:
1) Motif-motif ekstrinsik, yaitu motif-motif yang berfungsinya karena adanya
perangsang dari luar, misalnya orang belajar giat karena diberi tahu bahwa sebentar
lagi akan ada ujian, orang membaca sesuatu karena diberi tahu bahwa hal itu harus
dilakukannya sebelum dia dapat melamar pekerjaan, dan sebagainya.
2) Motif-motif intrinsik, yaitu motif-motif yang berfungsinya tidak usah dirangsang dari
luar. Memang dalam diri individu sendiri telah ada dorongan itu. Misalnya orang
yang gemar membaca tidak usah ada yang mendorongnya telah mencari sendiri bukubuku untuk dibacanya, orang yang rajin dan bertanggung jawab tidak usah menanti
komando sudah belajar secara sebaik-baiknya.
d. Ada juga ahli yang menggolongkan motif-motif itu menjadi dua macam atas dasar isi
atau persangkutpautannya dalam (Sumadi Suryabrata, 2004: 73-74), yaitu:
1) Motif jasmaniah, seperti: refleks, instink, otomatisme, nafsu, hasrat dan sebagainya.
2) Motif rohaniah, yaitu kemauan.
Kemauan itu terbentuk melalui empat momen, seperti disajikan berikut ini.
a) Momen timbulnya alasan-alasan:
Misalnya seseorang sedang giat belajar dikamar karena (alasannya) sebentar lagi
akan menempuh ujian. Sekonyong-konyong dipanggil ibunya dan disuruh
mengantar/menemui tamu melihat pertunjukan wayang orang.
Disini timbul alasan baru: mungkin keinginan menghormati tamu, untuk tidak
mengecewakan ibunya, untuk menyaksikan pertunjukan wayang oran tersebut.
b) Momen pilih;
Momen pilih, yaitu keadaan dimana ada alternatif-alternatif, yang mengakibatkan
persaingan antara alasan-alasan itu. Di sini orang menimbang-nimbang dari
berbagai segi untuk menentukan pilihan, alternatif mana yang dipilih.
c) Momen putusan:
Momen perjuangan alasan-alasanberakhir dengan dipilihnya salah satu alternatif,
dan ini menjadi putusan, ketetapan yang menentukan aktivitas yang akan
dilakukan.
d) Momen terbentuknya kemauan:
Dengan diambilnya sesuatu keputusan, maka timbullah di dalam batin manusia
dorongan untuk bertindak, melakukan putusan tersebut.
B. Motivasi
1. Pengertian
Dalam (Ratna Yudhawati dan Dani Haryanto, 2011: 79) motivasi dapat diartikan
sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat presentasi dan
antusiasismenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam
diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi
ekstrinsik)
Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap
kualitas prilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar bekerja maupun dalam
kehidupan lainnya. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik
tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan
kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang (Ratna Yudhawati dan Dani
Haryanto, 2011: 79).
2. Macam-macam Motivasi
Dalam membicarakan soal macam-macam motivasi, menurut (Syaiful Bahri
Djamarah, 2000: 115-117) hanya akan dibahas dari dua sudut pandang, yakni motivasi
yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang yang disebut motivasi intrinsik dan
motivasi yang berasal dari luar diri seseorang disebut motivasi ekstrinsik
a. Motivasi Intrinsik
C. Konflik Individu
Menurut KBBI dalam (Primadi Avianto, 2011), konflik adalah percekcokan;
perselisihan; pertentangan. Dari asal kata configere yang berarti saling berbenturan.
Yakni semua bentuk benturan, tabrakan, ketidaksesuaian, pertentangan, perkelahian, dan
interaksi-interaksi yang saling bertentangan.
Dalam diri individu akan didapati sekian banyak motif yang mengarah kepada
tujuan tertentu. Dengan beragam motif yang terdapat dalam diri individu, adakalanya
individu harus berhadapan dengan motif yang saling bertentangan atau biasa disebut
konflik.
Konflik (conflict), terjadi ketika ada dua atau lebih motif yang saling bertentangan
sehingga individu berada dalam situasi petentangan batin, kebingungan, dan keraguraguan.
Bentuk-bentuk konflik tersebut menurut (Jufry Malyno, 2012), antara lain:
1. Approach-approach Conflict
Approach-approach Conflict, dimana seseorang mengalami konflik karena
diperhadapkan pada dua tujuan yang sama-sama menguntungkan atau sama-sama
disukai, karena memiliki daya tarik yang sama juga. Sebagai contoh, di waktu yang sama,
seseorang harus membuat pilihan menerima promosi jabatan yang sudah lama
didambakan atau pindah tempat tugas ke tempat lain dengan iming-iming gaji yang besar.
6
2. Avoidance-avoidanceConflict
Di sini, seseorang menghadapi situasi yang mengharuskan ia terpaksa memilih di
antara dua alternatif yang sama-sama tidak disukai atau sama-sama dianggap buruk.
Contoh kongkrit, seumpama seseorang disuruh memilih untuk dipindahkan kerja ke
daerah lain pada lokasi yang tidak menyenangkan, atau tidak pindah ke tempat baru yang
disuruh tapi gajinya diturunkan.
3. Approach-avoidanceconflict
Pada kasus ini, seseorang harus menghadapi situasi dimana waktu ia memilih, ia
harus menghadapi konsekwensi yang saling bertolak belakang. Misalnya, orang itu akan
memperoleh gaji yang sangat besar, tapi harus pindah ke tempat terpencil yang sangat
tidak disukai.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Motivasi merupakan bagian yang tidak boleh dilupakan dalam proses pendidikan.
Karena motivasi akan dapat memberi semangat atau dorongan terhadap siswa agar
dapat dengan giat mengikuti proses pendidikan khususnya proses pendidikan di
sekolah. Guru berperan sebagai sumber motivasi yang dibutuhkan oleh siswanya.
Dengan terpenuhinya kebutuhan siswa yang berpedoman terhadap karakteristik
seorang guru yang menjadi sosok pengganti orang tua di sekolah, siswa pun akan
dapat memiliki motivasi dalam belajar. Maka sebagai dampak positif dari itu semua
proses pendidikan akan dapat berjalan dengan lancar dan tujuan pendidikan pun akan
dapat tercapai.
2. Konflik hanya dapat dicapai dan diselesaikan di lokasi emosional mereka dengan
orang yang telah memperoleh keterampilan memproses emosional.
B. Saran
Demikian yang dapat kami sajikan dalam makalah ini. Mungkin masih banyak
kekurangan yang perlu dibenahi. Kami membuka lebar pintu kritik dan saran bagi yang
berkenan, untuk pembenahan makalah ini. Sehingga kesalahan yang ada dapat dibenahi,
serta menjadi pelajaran untuk pembuatan makalah yang lebih sempurna lagi.
8
Kesalahan dalam belajar adalah sesuatu yang wajar dan maklum. Tetapi perlu adanya
perbaikan sehingga kesalahan yang sama tidak terulang lagi. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis, umumnya bagi semua yang berkenan menelaah
tulisan kami ini. Sekian, terima kasih.