Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH FILSAFAT

“AKSIOLOGI”

NAMA :SABILATUL HUSAIN


NPP :28.0574
KELAS :C-8

IPDN
KEMENDAGRI
JATINANGOR 2017
BAB I

KATA PENGANTAR

Assalamuala’ikum Wr. Wb.

Puji syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat allah SWT, yang telah
memberikan segala limpahan rahmat, bimbingan, dan petunjuk, serta
hidayahnya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa penulisan dan penyusunan makalah


ini terdapat kekurangan, namun mohon dimaklumi karena dalam proses
belajar, kesalahan itu wajar.

Akhirnya saya berharap semoga makalah saya ini dalam memenuhi tugas
mata kuliah pengantar ilmu filsafat, dapat bermanfaat bagi semua pihak,
semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat serta petunjuk bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, 23 Desember 2017

Muda Praja Sabilatul Husain

NPP 28.0574
BAB II

PENDAHULUAN

Latar belakang

Aksiologi merupakan bagian dari filsafat ilmu yang mempertanyakan


bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi adalah istilah yang
berasal dari bahasa yunani atau axios yang artinya nilai dan logos artinya teori
atau ilmu. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai dalam berbagai bentuk.

Dalam kamus Bahasa Indonesia aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan


bagi kehidupan manusia tentang nilai-nilai khususnya etika.

kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu
masyarakat, sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh
masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan
sebaliknya menimbulkan bencana.

Dewasa ini ilmu pengetahuan melenceng jauh, yang seharusnya dapat


mensejahterakan hidup manusia namun di salah gunakan, seperti
diciptakannya bom atom, senjata biologi, peperangan. Perkembangan ilmu
pengetahuan disalahgunakan oleh manusia untuk kepentingannya. Ini
merupakan pelencengan terhadap kegunaan ilmu pengetahuan.

Apakah ilmu pengetahuan malah menjadi petaka bagi kehidupan


manusia? Disinilah moral sangat berperan sebagai landasan normatif dalam
penggunaan ilmu serta dituntut tanggung jawab sosial ilmuwan dengan
kapasitas keilmuannya dalam menuntun pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi sehingga tujuan hakaki dalam kehidupan manusia bisa tercapai.
DAFTAR ISI

BAB I. KATA PENGANTAR

BAB II. PENDAHULUAN

BAB III. PEMBAHASAN


a. PENGERTIAN AKSIOLOGI
b. KEGUNAAN AKSIOLOGI TERHADAP TUJUAN ILMU
PENGETAHUAN
c. TEORI TENTANG NILAI
d. ETIKA DAN ESTETIKA

BAB IV. KESIMPULAN


BAB III

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AKSIOLOGI

Beberapa pengertian aksiologi :

1. aksiologi berasal dari kata axios (yunani) berarti nilai dan logos yang artinya
teori. Jadi aksiologi adalah “teori tentang nilai”

2. Arti aksiologi dalam buku Jujun S. Suriasumantri filsafat ilmu sebuah


pengantar populer bahwa aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan
dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh

3. Menurut Bramel, aksiologi terbagi menjadi tiga bagian :

A. Moral Conduct yaitu tindakan moral, Bidang ini melahirkan disiplin khusus
yaitu etika.

B. Estetic expression yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan


keindahan

C. Socio-politcal life yaitu kehidupan social politik, yang akan melahirkan


filsafat social politik.

4. Menurut pandangan Kattsoff aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang


menyelidiki tentang hakekat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang
kefilsafatan.

5. Barneld
menurutnya aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki tentang
nilai-nilai, menjelaskan berdasarkan kriteria atau prinsip tertentu yang
dianggap baik di dalam tingkah laku manusia

B. KEGUNAAN AKSIOLOGI BAGI ILMU PENGETAHUAN

Ilmu itu sendiri merupakan alat bagi manusia untuk mencapai


kebahagiaan hidupnya dan ilmu memiliki sifat netral, ilmu tidak mengenal baik
ataupun buruk melainkan tergantung pada pemilik dalam menggunakannya.
Menurut Jujun S. Sumantri dalam filsafat ilmu suatu pengantar, “aksiologi
adalah nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang
diperoleh”. selain itu menurut Wibisono “aksiologi adalah nilai-nilai (value)
sebagai tolak ukur kebenaran (ilmiah), etik, dan moral sebagai dasar normatif
dalam penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu.

Jadi aksiologi adalah suatu teori tentang nilai yang berkaitan dengan
bagaimana suatu ilmu digunakan. Aksiologi berperan penting bagaimana agar
penggunaa ilmu pengetahuan dapat bermanfaat bagi kehidupan ini sehingga
tidak disalah-gunakan yang mengakibatkan hal yang merugikan.

C. TEORI TENTANG NILAI

Teori umum tentang nilai bermula dari perdebatan antara Alexius Meinong
dengan Christian von Ehrenfels pada tahun 1890-an berkaitan dengan sumber
nilai. Alexius Meinong berpendapat sumber nilai adalah
perasaan (feeling) atau perkiraan adanya kesenangan terhadap suatu objek.
Christian von Ehrenfels berpendapat sumber nilai adalah hasrat atau
keinginan (desire). Menurut pendapat keduanya nilai adalah milik objek itu
sendiri.

 Objektivisme atau realisme :


Penetapan nilai merupakan suatu yang dianggap objektif. Objektif disini
dalam arti bahwa nilai dapat di dukung oleh argumentasi yang cermat dan
rasional konsisten sebagai yang terbaik dalam situasi itu. Alexander
mengatakan nilai, norma, ideal, dan sebagainya merupakan unsur atau
berada dalam objek atau berada pada realitas objek . Penetapan suatu nilai
memiliki arti benar atau salah, meskipun penilaian itu tidak dapat diverifikasi,
yaitu yang tidak dapat dijelaskan melalui suatu istilah tertentu.
Pendukung dari objektivisme aksiologi mencangkup Plato, Aristoteles , St.
Thomas Aquinas, Maritain, Rotce, Alexander , dan lain- lainnya.
Beberapa bentuk Ekspresi Objektivisme Aksiologi:
1. Bosanquet ( idealisme )
Nilai adalah kualitas tertentu dari suatu objek, kejujujuran apa adanya, tetapi
manifestasinya diilhamkan kedalam sikap pikiran manusia.
2. Scheler (fenomenologi)

Nilai adalah esensi yaitu entitas yang ada dengan sendirinya yang
diintuisikan secara emosional.

3. C.I. Lewis (Pragmatisme konseptual)

Penetapan nilai tunduk pada standar yang sama pada pengetahuan dan
validitas seperti halnya penilaian empiris kognitif lainnya.
4. G. E. moore ( Intuisime)
Nilai adalah suatu yang tidak dapat diterangkan, yakni tidak dapat dianalisis,
tidak dapat direduksi dari terma itu sendiri,meskipun nilai adalah suatu
tindakan.

 Subjektivisme Aksiologi

Penentuan nilai mereduksi penentuan nilai ke dalam statemen yang berkaitan


dengan sikap mental terhadap suatu objek atau situasi dan penentuan sejalan
dengan pernyataan benar atau salah. Subjektivisme aksiologi cenderung
mengabsahkan teori etika yang disebut hedonism, sebuah teori yang
mengatakan kebahagian sebagai criteria nilai dan naturalism yang meyakini
bahwa suatu nilai dapat direduksi ke dalam psikologis.
Pendukung subjektivisme aksiologi adalah Hume , Perry, Prall, Parker,
Santayana, dan lainnya.
Beberapa bentuk Ekspresi Subjektivisme Aksiologi :
1. Hume ( skeptisime )

A memiliki nilai berarti orang menyukai A


2. Sarte (eksistensialisme)

Nilai adalah kualitas empiris yang tidak dapat dijelaskan menyatu dengan
kebahagian perasaan daripada berpikir bagaimana kita ingin merasakannya.
3. D. H. Parker (humanisme)

Nilai merupakan pengalaman , tidak berwujud objek.


4. Perry (naturalisme)
Semua objek dari kepentingan sebagai suatu hubungan yang saling terkait
antara kepentingan dengan objek.

 Nominalisme Aksiologis atau Skeptisime (Emotivisme) Aksiologi.

Pandangan ini mengatakan bahwa penentuan nilai adalah ekspresi emosi


atau usaha untuk membujuk yang semua itu tidak faktual.
Emotivisme : Nilai adalah suatu nilai yang tidak dapat dijelaskan dan bersifat
emotif walaupun memiliki makna secara faktual.
Asal mula emotivisme yaitu dengan adanya G. E. Moore mengajarkan tentang
kebahagian yang tidak dapat dijelaskan tetapi kebaikan secara factual
dletakkan pada suatu tindakan atau objek, dengan I.A.Richard membedakan
antara makna factual dan makna emotif.
Pendukung emotivisme aksiologi adalah Nietzsche,Ayer, Stevenson, Carnap,
dan lainnya.
Beberapa bentuk Ekspresi Subjektivisme Aksiologi :
1. Nietzsche ( relativisme aksiologi)

Nilai adalah sebuah ekspresi perasaan dan kebiasaan daripada sebuah


pernyataan terhadap suatu fakta.
2. Ayer ( logika positivism)

Nilai adalah fungsi ekspresif , memberi celah bagi perasaan , dan statemen
yang bersifat emotif atau nonkognitif.
3. Stevenson (logika empirisme)

Nilai adalah fungsi persuasive dan tidak memiliki objek kesalahan seperti
benar dan salah, maka persuasi diperlukan dapat diterima.

D. ETIKA DAN ESTETIKA


Menurut Langeveld, bahwa aksiologi terdiri atas dua hal yaitu etika dan
estetika.

A. Etika
Etika adalah bagian filsafat nilai dan penilaian yang membicarakan
perilaku orang. Semua perilaku mempunyai nilai dan tidak bebas dari
penilaian. Jadi tidak benar suatu perilaku dikatakan etis dan tidak etis. Lebih
tepat, perilaku adalah beretika baik atau beretika tidak baik. Sejalan dengan
perkembangan penggunaan bahasa yang berlaku sekarang istilah etis dan
tidak etis tidak baik untuk hal yang sama. Demikian juga etis dan etis baik.
Banyak wacana dalam hal perilaku ini digunakan istilah baik dan jahat
untuk etika karena perbuatan manusia yang tidak baik akan berarti merusak,
sedangkan perbuatan yang baik akan berarti membangun.
Dalam Craig (2005), menurut Crisp ada beberapa etika falsafiah yang
bersifat luas dan umum, serta berupaya untuk mendapatkan prinsip-prinsip
umum atau keterangan-keterangan dasar mengenai moralitas, cenderung
lebih menfokuskan pada analisis atas masalah sentral pada etika itu sendiri.
Misalnya, masalah otonomi. Perhatian terhadap pemerintahan sejajar dengan
masalah-masalah yang menyangkut diri(self), hakikat moral dan relasasi etis
masalah lain. Topic lain juga termasuk masalah ini adalah ideal moral, makna
pahala, reponsibilitas moral.

B. Estetika
Estetika membicarakan tentang permasalahan (Russel), pertanyaan
(Langer), atau isu (farber) mengenai kehidupan, menyangkut ruang lingkup,
nilai, pengalaman, perilaku, dan pemikiran seniman, seni, serta persoalan
estetika dan seni dalam kehidupan manusia (The Liang Gie, 1976)
Dalam Craig (2005), Marcia Eaton menyatakan, bahwa konsep-konsep
estetika merupakan konsep-konsep yang berkaitan dengan deskripsi dan
evaluasi objek serta kejadian artistic dan esteika. Emund Burke dan David
Hume pernah membicarakan masalah estetika dengan cara menjelaskan
konsep estetika secara empiris, yaitu dengan cara mengamati respons
psikologis dan fisik yang dapat membedakan individu satu dengan lainnya
untuk objek dan kejadian berbeda. Mereka berupaya untuk melihat estetika ini
dalam sudut pandang objektif. Sebaliknya, Immanuel Kant berpendapat,
bahwa konsep estetika itu bersifat subjektif, tetapi ia menyatakan bahwa taraf
dasar manusia secara universal memiliki perasaan yang sama terhadap apa
yang membuat merek nyaman dan senang ataupun menyakitkan dan tidak
nyaman.
Konsep estetika merupakan konsep-konsep yang berasosiasi dengan
istilah-istilah yang mengangkat kelengkapan estetik yang mengacu pada
deskripsi dan evalusai mengenai pengalaman-pengalaman yang melibatkan
objek, serta kejadian artistik, dan estetik.

BAB IV

KESIMPULAN

Aksiologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang orientasi atau


nilai suatu kehidupan. Aksiologi disebut juga teori nilai, karena ia dapat
menjadi sarana orientasi manusia dalam usaha menjawab suatu pertanyaan
yang amat fundamental.

Teori -teori dalam aksiologi diantarannya :

1. objektivisme atau realisme aksiologis

2. Subjektivisme aksiologi

3. Nominalisme Aksiologis atau Skeptisime (Emotivisme) Aksiologi.

Etika adalah bagian dari filsafat nilai dan penilaian yang membicarakan
perilaku orang. Sedang estetika adalah bagian aksiologi yang membicarakan
permasalahan, pertanyaan, atau isu mengenai kehidupan, menyangkut ruang
lingkup, nilai, pengalaman, perilaku, pemikiran, seniman, seni, serta persoalan,
estetika, dan seni dalam kehidupan manusia.

Anda mungkin juga menyukai