Anda di halaman 1dari 22

MATA KULIAH METODOLOGI RISET

(BEDAH SKRIPSI)
HUBUNGAN TINGKAT KERUSAKAN KONSTRUKSI
TERHADAP POTENSI PENGEMBANGAN TANAH
LEMPUNG EKSPANSIF DI DESA OEBELO.

PENULIS : PAULUS. M SOGEN, ST

Oleh : Charly Oematan

BAB 1 PENDAHULUAN

Penulis memberikan Definisi Lempung Ekspansif.


Lempung ekspansif merupakan jenis tanah berbutir halus
yang terbentuk dari mineral mineral ekspansif. Kandungan
mineral ekspansif mengakibatkan lempung ini memiliki sifat
yang khas yakni mempunyai kapasitas pertukaran ion yang
tinggi sehingga lempung ekspansif memiliki potensi
kembang susut tinggi apabila terjadi perubahan kadar air.
Sifat kembang susut bisa menimbulkan kerusakan pada
bangunan (Hardyatmo, 2006). Rahardjo dan Soelistia (1977)
menyebutkan bahwa kerusakan konstruksi yang
ditimbulkan oleh tanah ekspansif terjadi akibat
ketidakseimbangan kadar air tanah dalam massa tanah
tersebut. Perbedaankadar air tersebut menyebabkan
terjadinya perbedaan perubahan volume tanah.

BAB 1 PENDAHULUAN

Penulis memberikan contoh dampak buruk tanah


ekspansif.
Di Indonesia sendiri, skala masalah tanah ekspansif,
belum terungkap secara detail, termasuk besar kerugian
yang ditimbulkan. Salah satu contoh kerusakan akibat
lempung ekspansif adalah ambruknya dua bangunan pada
proyek Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sarana Olah Raga
Nasional Hambalang, Bogor yang menelan kerugian
hingga 14 miliar. Menurut Ahli Geoteknik dari Institut
Teknologi Bandung, Masyhur Irsyam, menyatakan bahwa
jenis tanah di Hambalang itu adalah tanah lempung
ekspansif (
http://www.tempo.co/read/news/2012/05/29/ 063406788/
Pakar Tanah Hambalang Berjenis Ekspansif).

BAB 1 PENDAHULUAN

Penulis Mendeskripsikan temuan


pengaruh lempung ekspansif di Desa
Oebelo.
Oebelo merupakan suatu wilayah di
propinsi Nusa Tenggara Timur yang memiliki
jenis tanah lempung ekspansif (Sonbay,
2010). Berdasarkan pengamatan awal,
penulis menemukan sejumlah kerusakan
konstruksi di wilayah tersebut dengan jenis
kerusakan yang beraneka ragam.

BAB I PENDAHULUAN
Perumusan Masalah

Berapa besar nilai potensi pengembangan tanah


lempung ekspansif di Desa Oebelo dengan variasi
kadar air asli, kadar air 30% dan kadar air 40%?
Berapa besar nilai tekanan pengembangan yang
diperlukan untuk meminimalisir potensi
pengembangan tanah lempung ekspansif di Desa
Oebelo?
Bagaimana hubungan tingkat kerusakan
konstruksi terhadap potensi pengembangan
tanah lempung ekspansif ?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Pembentukan Tanah
2. Tanah Lempung dan Mineral Penyusunnya
2.1. Struktur Mineral Penyusun Lempung
2. 2. Sifat Umum Mineral Lempung
3. Klasifikasi Tanah
3. 1. Sistem Klasifikasi Tanah Menurut USCS (Unified Soil Clasification System)
3. 2. Sistem Klasifikasi Tanah AASHTO
4. Sifat sifat Fisik Tanah
4.1. Analisa Butiran Tanah
4.2. Kadar Air (Water Content)
4.3. Berat Spesifik Tanah (Gs)
4.4. Batas-Batas Konsistensi
a. Batas Cair (Liquid Limit)
b. Batas Plastis (Plastic Limit)
c. Batas Susut (Shrinkage limit)
5. Sifat-Sifat Mekanik Tanah
5.1. Potensi Pengembangan
5.2. Tekanan Pengembangan.
6. Identifikasi Tingkat Pengembangan Tanah Lempung Ekspansif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Kategori Tingkat Kerusakan Rumah Tinggal

Menurut Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan


Gedung Tahan Gempa, Direktorat Jenderal Cipta
Karya Departemen Pekerjaan Umum, Juni 2006,
tingkat kerusakan pada rumah tinggal dapat
dikategorikan sebagai berikut:
2.7.1Kerusakan Ringan Non-Struktural
2.7.2Kerusakan Ringan Struktur
2.7.3Kerusakan Struktur Tingkat Sedang
2.7.4Kerusakan Struktur Tingkat Berat
2.7.5Kerusakan Total

BAB II Tinjauan Pustaka.

Menurut penelitian Sonbay (2010) dengan judul Kajian Stabilitas Tanah


Lempung Ekspansif di Daerah Oebelo Dengan Garam Dapur Lokal,
melalui pengujian X-RAY untuk mengetahui kandungan mineral dalam
tanah diperoleh kandungan montmorillonite sebanyak 75% dan
kandungan mineral kaolinite sebanyak 25%. Tanah yang mengandung
montmorillonite sangat mudah mengembang ketika terjadi perubahan
kadar air pada tanah.
Pada penelitian Munir (2010) dengan judul Identifikasi Tingkat
Pengembangan, Potensi Pengembangan dan Tekanan Pengembangan
Tanah Lempung Ekspansif (Studi Kasus. Jln. Timor Raya-2 Desa Oebelo
Kabupaten Kupang) menggolongkan tingkat kerusakan jalan ke dalam 3
kategori yakni, permukaan jalan rusak berat, permukaan jalan rusak
ringan dan permukaan jalan baik. Berdasarkan hasil penelitian Munir
(2010) menunjukan bahwa potensi pengembangan pada permukaan
jalan rusak berat lebih tinggi dibandingkan potensi pengembangan
pada permukaan jalan rusak ringan dan permukaan jalan baik.

BAB III METODOLOGI


PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Desa Oebelo.
Laboratorium Mekanika Tanah, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas
Nusa Cendana.
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai bulan Januari
2015.

3.2 Objek Penelitian.


Objek penelitian yang ditinjau adalah kerusakan pada rumah-rumah warga di Desa Oebelo,

3.3 Sumber Data


3.3.1 Data Primer
Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date.
3.3.2 Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai
sumber yang telah ada.

3.4 Metode Pengumpulan Data


3.4.1 Metode Wawancara

Tahun rumah dibangun.


Pada musim apa rumah tersebut dibangun
Rumah dikerjakan sendiri ataukah menggunaka jasa tukang. Jika menggunakan jasa tukang
apakah pemilik mengawasi selama pengerjaan.
Jenis Pondasi yang digunakan, dimensi pondasi, sumber material dan komposisi campuran
yang digunakan.
Komposisi campuran pada lantai, tebal lantai dan tebal urugan pada dasar lantai.
Dimensi untuk sloof, kolom, dan ring balk, komposisi campuran, dimensi tulangan pokok,
dimensi dan jarak antar sengkang.
Jenis bata pada dinding, komposisi pada pasangan bata serta tebal dan komposisi
plesteran.
Sejak kapan pertama kali rumah tersebut mulai mengalami kerusakan dan komponem apa
yang pertama kali rusak.
Pada musim apa rumah tersebut rawan rusak.
3.4.2Metode Observasi
Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur
sikap dari responden (wawancara) namun dapat juga mempelajari perilaku manusia, gejalagejala alam dan pengujian di Laboratorium.
3.4.3Metode Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah teknik pengambilan data dengan mengambil teori-teori, rumusrumus serta peraturan dan ketetapan yang menunjang dalam melakukan penelitian.
3.4.4Metode Analisis
Setelah pengumpulan data baik di lokasi pengambilan sampel maupun di laboratorium,
data hasil penelitian dianalisis sesuai dengan teori yang terdapat pada bab II.

BAB III METODOLOGI


3.5 Prosedur Pelaksanaan
PENELITIAN
3.5.1
Persiapan

Untuk menunjang penelitian maka dilakukan pengamatan awal terkait kerusakan


konstruksi di Desa Oebelo, merumuskan masalah yang ditinjau, pengajuan
proposal penelitian.
3.5.2
Pekerjaan Lapangan
Melakukan wawancara
3.5.3
Pekerjaan Laboratorium
Pengambilan sampel di lapangan (lokasi)
A. Pengujian Pendahuluan
Pengujian Analisis Butiran
Pengujian Analisis Saringan (SNI M.08-1989)
Pengujian Analisis Hidrometer (SNI 03-3423-1994)
Pengujian Kadar Air (ASTM D 2216 - 71)
Pengujian Berat Jenis Tanah (ASTM D 854 - 58)
Pengujian Batas Konsistensi
Pengujian Batas Cair (ASTM D 423 - 66)
Pengujian Batas Plastis (ASTM D 424 - 59)
Pengujian Batas Susut (ASTM D 427 - 61)
B. Pengujian Utama
C. Teknik Analisa Data

BAB III METODOLOGI


PENELITIAN
Mulai

Pengumpulan
Data

Data
Primer

Pengamatan
Lapangan

Data
Sekunder
Standar/Pedoman Pengujian

Wawancara

Pengambilan
Sampel
Pengujian
Laboratorium

Sifat Fisik
Tanah

Sifat Mekanis
Tanah

Kesimpulan
Akhir

BAB IV HASIL DAN


PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN


PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN


PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN


PEMBAHASAN

4.3.2 Klasifikasi Tanah


Klasifikasi Unified Soil Classification System
Menurut klasifikasi tanah USCS, tanah dikelompokkan
menjadi 2 bagian yaiu tanah berbutir kasar
(persentase lolos ayakan No.200 < 50 %) dan tanah
berbutir halus (persentase lolos ayakan No.200 > 50
%). Berdasarkan nilai persentase lolos ayakan No.200
dari setiap sampel dari hasil uji analisis butiran tanah
yang disajikan pada Gambar 4.1 di atas menunjukan
bahwa nilai persentase lolos ayakan No.200 dari
setiap sampel lebih besar dari 50 %, maka tanah
digolongkan sebagai tanah berbutir halus

BAB IV HASIL DAN


PEMBAHASAN

Klasifikasi AASHTO
Klasifikasi ASSHTO mengelompokkan jenis tanah
menjadi 7 kelompok. A-1, A-2, dan A-3
merupakan tanah lolos saringan No. 200 kurang
dari 35% dan tanah yang lolos saringan No. 200
lebih dari 35% diklasifikasikan dalam kelompok
A-4, A-5, A-6, dan A-7. Pada penelitian ini setiap
sampel tanah lolos saringan No. 200 lebih besar
dari 35% dan berdasarkan nilai batas-batas
konsistensinya dari setiap sampel tanah
dikelompokkan ke dalam jenis A-7.

4.3.4

Sifat Mekanik Tanah

BAB V KESIMPULAN DAN


SARAN

Tingkat kerusakan konstruksi (rumah)


sangat dipengaruhi oleh potensi
pengembangan tanah. Semakin tinggi
potensi pengembangan tanah maka tingkat
kerusakan konstruksipun semakin tinggi

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai