PENDAHULUAN
Budaya populer atau budaya pop disebut pula sebagai budaya massa. Budaya
massa merupakan budaya yang lahir dan tumbuh subur di antara masyarakat umum.
Budaya ini timbul karena adanya hasrat untuk keluar dari kejenuhan dari aktivitas
yang dilakukan sehari-harinya dari masyarakat umum tersebut. Budaya massa dibuat
sekelompok orang demi menarik simpati banyak orang dan umumnya bermutu
rendah. Hal-hal tersebut disebut juga sebagai low culture (budaya rendah) yaitu
Pada perkembangan budaya saat ini, antara high culture dan low culture semakin
sulit untuk membedakan keduanya, sebab keduanya saling bersublimasi dan saling
bertukaran. Stuart Hall (dalam Storey 1994) sendiri menggambarkan budaya pop
sebagai sebuah arena konsensus dan resistensi yang di dalamnya terdapat hegemoni.
Budaya pop juga merupakan salah satu tempat yang memberikan legalitas pada
sosialisme. Menurut Strinati (2010: 2-5), budaya populer sebagai budaya yang
professional bagi publik konsumen dengan tujuan untuk mendatangkan profit. Pada
buku ‘Popular Culture: Pengantar Menuju Budaya Populer’, Strinati juga menaruh
perhatian terhadap definisi kata “populer” sebagai salah satu fenomena tersebut
1
2
sebuah fenomena budaya yang lahir karena dukungan teknologi baru dan budaya
Berkat adanya kemajuan media dan teknologi, budaya pop yang tak mengenal
uang. Uang mendapatkan peran yang sangat penting dalam masyarakat postmodern.
Berbeda dengan masa-masa sebelumnya, fungsi dan makna uang dalam budaya
postmodern tidak sekedar sebagai alat-tukar, namun juga merupakan simbol, tanda
ketimbang pesan (message), fiksi (fiction) ketimbang fakta (fact), sistem tanda
(system of signs) ketimbang sistem objek (system of objects), serta estetika (aesthetic)
simulasi, yakni dunia yang terbangun dengan pengaturan tanda, citra dan fakta
melalui produksi maupun reproduksi secara tumpang tindih dan berjalin kelindan.
dalam satu ruang kesadaran yang sama. Lebih jauh lagi, hiperrealitas merupakan
inovasi terhadap budaya populer yang terjadi dan proses tersebut juga disertai
dengan munculnya perantara budaya dari luar. Jumlah pencarian pun semakin
populer dan kebudayaan yang tidak biasa (uncommon cultures) melalui perluasan
media massa bagi masyarakat yang tertarik pada berbagai masalah kebudayaan
negara di seluruh penjuru dunia, tak terkecuali di Negeri Matahari Terbit, Jepang.
Fenomena keitai shousetsu yang terkenal di kalangan para remaja terutama siswa-
siswi sekolah menengah di Jepang menjadi salah satu dari berbagai budaya
populer di Jepang.
layanan telepon genggam seperti NTT Docomo, DDI Cellular, Ezweb dan Softbank
mengakses internet melalui telepon genggam mereka. Pada saat yang bersamaan, tren
pada blog mereka tidak luput dari perhatian Mahou no i-rando, salah satu situs jasa
pembuatan homepage pertama secara gratis. Situs ini memberikan satu layanan portal
yang disebut Book Kinou, tempat para pengguna internet dapat saling berinteraksi,
berbagi cerita, menulis atau membaca dan memberi komentar pada karya-karya yang
dimuat di situs tersebut. Portal inilah yang menjadi cikal bakal munculnya keitai
shousetsu karena dapat diakses melalui personal computer (PC) maupun telepon
genggam (Minami, 2008: 68). Pada tahun 2007, sastra elektronik ini menyebar di
antara berita-berita. Lima dari sepuluh buku fiksi yang terjual sukses di Jepang adalah
com/index.php?id=8392).
merupakan salah satu budaya populer di Jepang. Keitai shousetsu yang merupakan
sebagai salah satu budaya yang sempat populer di antara para remaja di Jepang.
1.2 Permasalahan
shousetsu merupakan wujud dari budaya populer yang lekat akan postmodernisme,
5
Tujuan penelitian ini untuk menjawab masalah yang telah peneliti ajukan
fenomena keitai shousetsu di kalangan anak muda Jepang pada tahun 2002 hingga
2012. Rentang waktu tersebut dipilih, karena fenomena keitai shousetsu mencapai
peneliti asal Jerman bernama Johanna Mauermann pada tahun 2010 dalam
ini diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Gwendolyn Schulte dengan judul
generasi muda merupakan bagian dari masyarakat yang tidak akan melepaskan
telepon genggam dari tangannya dan itu selalu terlihat di tempat-tempat umum
6
seperti di dalam kereta, kafe-kafe atau ditempat umum lainnya. Tidak ada yang
menyangka dari sekian banyak remaja yang menggunakan telepon genggam akan
menjadi budaya yang hanya di kalangan remaja saja menjadi terkenal di antara
penduduk awam di Jepang. Selain itu, Johanna juga membahas hubungan keitai
shousetsu sebagai penghubung antara budaya komunikasi dan sastra serta sebagai
salah satu media baru e-commerce di dunia masa kini. Namun dalam jurnal ilmiah
ini, Mauermann hanya meneliti permukaan dari fenomena keitai shousetsu itu
Ada pula makalah yang meneliti keitai shousetsu milik Stephanie Coates
dengan judul The Language of Mobile Phone Novels: Japanese Youth, Media
yang berbeda yaitu novel dan telepon genggam dapat membuat salah satu
Makalah ini juga meneliti bahasa yang digunakan dalam keitai shousetsu yang
terdiri dari campuran antara bahasa percakapan dengan bahasa tulisan. Dalam
makalah ini, Coates hanya membatasi penelitiannya dengan lima novel yaitu:
Dear Friends karya Yoshi, Mata Aitakute karya SINKA, Aitsura Dake no
Ohimesama!? yang dikarang oleh Yui, Katayoku no Hitomi karya Nanase dan
Jurnal lainnya yang membahas keitai shousetsu adalah karya Larissa Hjorth
dengan judul Stories of the Mobile: Women, Micro-Narratives, and Mobile Novels
mikro narasi yaitu sebuah gaya narasi yang diringkas dengan terlihat
shousetsu merupakan wujud media yang dapat membuat narasi dengan singkat
dan padat. Jurnal ini juga mengemukakan bagaimana keitai shousetsu dapat
menjadi salah satu fenomena yang menghubungkan antara satu wanita dengan
wanita lainnya mengingat penulis keitai shousetsu didominasi oleh kaum hawa.
Fenomena keitai shousetsu sebelumnya telah dibahas pula pada bab enam
Chiaki menjelaskan mengenai bagaimana tema seks yang diusung dalam keitai
shousetsu sangatlah ringan, mudah, terkesan buru-buru dan berani untuk dijadikan
sisipan dalam cerita. Hal itu menjadi suatu hal yang lumrah bagi para penulisnya
yang notabene masih berusia remaja dan menjadi salah satu bukti bahwa keitai
yang terdapat di dalam keitai shousetsu. Untuk membuktikan ada tidaknya unsur-
Densha – Kimi to Boku no Heya karya Miyu, dan Ousama Game karya Pakkuncho.
8
konsep satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti. Menurut
antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan.
semakin mudah. Abad komunikasi massa dipaksa berkembang lebih cepat lagi
dengan mencuatnya internet sebagai bagian dari media massa. Media ini dapat
menembus ruang dan waktu untuk mendapatkan informasi yang ingin didapatkan
oleh manusia. Dewasa ini, media massa lainnya seperti televisi, radio, media cetak
atau bahkan media massa selain internet ‘meminta bantuan’ internet itu sendiri
untuk menyebarkan informasi lebih cepat. Hal ini dapat terjadi karena manusia
pengaruh terhadap opini dan perilaku manusia dalam kehidupan sosialnya. Salah
dikemukakan oleh Marshall McLuhan pada tahun 1962. Ide dasar teori ini adalah
bahwa perubahan yang terjadi pada berbagai macam cara berkomunikasi akan
9
akhirnya mengarahkan manusia untuk bergerak dari satu abad teknologi ke abad
perluasan yang lebih baik pada pikiran dan perasaan manusia. Perkembangan
“mengitari dunia” ini dengan berbagai cara seperti berdiskusi, chatting, atau
Sebagai salah satu komoditas yang muncul karena pemanfaatan media massa,
budaya massa atau budaya populer pun menjadi salah satu hal yang tak boleh luput.
Budaya populer adalah budaya massa yang digerakan oleh kepentingan pasar karena
mengambil nilai dari dunia iklan, industri hiburan dan dunia massa. Menurut Strinati
budaya massa yang menggeser masyarakat yang berbasis tradisi sehingga budaya
populer sering disebut dengan budaya massa. Kebudayaan populer memiliki dua
karakter, yaitu bersifat instan, memberikan pemuasaan sesaat dan cenderung dangkal
budaya yang disukai oleh banyak orang. Strinati juga mengungkapkan bahwa
budaya massa adalah suatu kebudayaan yang kurang memiliki tantangan dan
beban dan pelarian (2010:16). Dalam kebudayaan massa tidak ada lagi elitisme
merupakan paket, mempunyai penonton yang luas dan dapat diperoleh secara
demokratis (Kayam, 2004:28 via Pratama, 2014: 6). Teks dan praktik budaya pop
lebih dilihat dari sebagai fantasi publik. Budaya pop dianggap sebagai dunia
impian kolektif. Seperti diungkapkan oleh Richard Maltby, budaya pop memberi
ruang bagi “eskapisme yang bukan hanya lari dari, atau ke tempat tertentu, tetapi
Menurut Kohler (1977) dan Hassan (1985), istilah ‘postmodernisme’ pertama kali
digunakan oleh Federico de Onis pada tahun 1930-an untuk menunjukkan reaksi
kehidupan sehari-hari, hancurnya pembedaan antara seni tinggi dengan budaya massa
atau budaya populer, adanya percampuran stilistik umum serta percampuran berbagai
merupakan tanda dari akhirnya abad ke-20 dan merupakan tanda dari “Zaman
Meniru”. Penguasa teknologi sendiri sekarang lebih berada di tangan para siswa
atau kalangan remaja di mana mereka memiliki berbagai macam literasi baru dan
tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Selain itu,
menggunakan sampel yang besar, dan tidak dapat dianalisis secara statistik dan
diharapkan data yang didapat lebih menjurus kepada permasalahan yang akan
mencari data dari berbagai sumber, baik data primer maupun sekunder. Data-data
tersebut diperoleh dari studi pustaka dan beberapa informasi yang di dapatkan melalui
internet untuk mendukung kelengkapan data dalam penelitian ini. Data utama pada
jurnal-jurnal, dan artikel yang berhubungan dengan tema penelitian ini, yaitu
Jepang. Sumber data tersebut diperoleh melalui perpustakaan dan pencarian arsip
Selain studi pustaka, data pendukung lainnya yaitu wawancara dengan remaja
Jepang atau mahasiswa yang tinggal di Jepang yang pernah atau sedang membaca
maupun secara langsung. Setelah melakukan penentuan objek yang diteliti dan
pengumpulan data, langkah kedua yang harus dilakukan adalah verifikasi data,
Penelitian dalam skripsi ini direncanakan akan dijabarkan dalam 5 bab dengan
BAB I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,
Jepang.
Budaya adalah (1) pikiran; akal budi, (2) adat istiadat, (3) sesuatu mengenai
kebudayaan yang sudah berkembang (beradab, maju), (4) sesuatu yang sudah
menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah. Selain itu budaya juga diartikan
sebagai cara manusia memberikan respons kepada lingkungannya, agar dia bisa
survive dan menang.1[2] Sedangkan kata “Pop” sendiri berasal dari kata
“Populer” yang dalam KBBI diartikan sebagai sesuatu yang dikenal dan disukai
orang banyak (umum), sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya;
mudah dipahami orang banyak, disukai dan dikagumi orang banyak.2[3] Maka
budaya pop atau budaya popular dapat diartikan sebagai sesuatu yang sudah
berkembang kemudian menjadi kebiasaan dan disukai oleh banyak orang.
1
2