Okeu Yudipratomo
Universit as Indonesia
okeuyudiprat omo@gmail.com
Abstrak
M edia sosial di era saat ini melebur menjadi sebuah kebut uhan primer untuk
aktualisasi diri, dengan pengguna t anpa bat as dan dapat diakses kapanpun
dimanapun di seluruh dunia m enjadikan kont en dalam m edia sosial menjadi
sebuah isu yang menarik terkait imperialisme. Pengakuan akan budaya dan
norma masing-masing yang ada di dalam media sosial membuat sebuah t ekanan
yang dapat memicu benturan budaya. Hal tersebut dikarenakan adanya faktor
kemudahan akses dalam berselancar di media sosial. Hal yang m enarik dalam
fenomena ini adalah sebuah konsumsi dari produk-produk budaya yang
ditampilkan secara ringkas namun sarat akan makna yang disebarkan melalui
media sosial. Fokus kajian ini adalah mengkaji benturan ant ara budaya barat dan
budaya t imur di dalam kont en media sosial melalui paham imperialisme,
orientalism e dan oksidentalisme secara konseptual. Kedua paham budaya
t ersebut mew akili budaya dan harfiahnya masing-masing dalam menunjukkan
kualit as dalam kehidupan. Penyerapan informasi dari kont en yang t ersedia di
media sosial diant ara kedua budaya t ersebut dapat menjadi subjekt if dan
mempengaruhi sikap. Dalam kajian konsept ual ini menggambarkan pengguna
media sosial yang t erlibat dengan narasi sosial yang panjang at au kont en media
sosial yang kompleks m enjadikan cult ural crossfit at au persilangan budaya
menjadi salah satu aspek dalam t erjadinya benturan.
Kata Kunci: M edia Sosial, Imperialisme Budaya, Orient alisme, Oksident alisme,
Kont en M edia Sosial
Abstract
In t he current era, social media has merged int o a primary need for self-
act ualizat ion, wit h unlimit ed users and can be accessed anyt ime anywhere in t he
w orld, making cont ent on social media an int erest ing issue relat ed t o
imperialism. The recognit ion of each ot her's cult ure and norms in social media
creat es a pressure t hat can t rigger a clash of cult ures. The pressure comes due t o
t he ease of access fact or in surfing on social media. The excit ing t hing in t his
phenomenon is t he consumpt ion of cult ural product s present ed briefly but full of
meaning spread t hrough social media. This st udy focuses on examining t he clash
bet ween west ern and east ern cult ures in social media cont ent t hrough
170
Okeu Yudipratomo, Benturan Imperialisme Barat..170-186
concept ual imperialism, orient alism and occident alism. The t w o cult ural
underst andings represent a cult ure and t heir lit eral each ot her in showing qualit y
in life. The absorpt ion of informat ion from cont ent available on social media
bet w een t he t wo cult ures can be subject ive and affect at t it udes. This concept ual
st udy describes social media users w ho are involved w it h long social narrat ives or
complex social media cont ent , making cult ural crossfit one of the aspect s in t he
occurrence of a collision.
Keywords: Cult ural Imperialism, Occident alism, Orient alism, Social M edia, Social
M edia Cont ent
1. Pendahuluan
Kehidupan manusia abad ini t idak t erlepas dari media dan segala bentuk
dunia dengan one st ops ent ert ainment yang dim ilikinya. Kecepatan akses
informasi yang didukung banyak sekali t eknologi canggih melalui gaw ai dan
perant i pendukung lainnya yang m embuat seluruh dunia t erhubung t anpa ada
masyarakat dunia mengakses media sosial melalui gaw ai pintar untuk sekadar
Penetrasi inform asi dan budaya dari seluruh penjuru dunia ke m edia
sosial bagi masyarakat dunia t idak dapat terbendung karena efek dari luasnya
cakupan media sosial. Hal yang menarik dalam fenomena ini adalah sebuah
sarat akan makna yang disebarkan melalui media sosial. M ark Poster (Lit tlejohn
& Foss, 2011) m engungkapkan periode baru dimana teknologi int eraktif dan
hasil riset yang dikemukakan oleh We Are Social dalam Global Digit al Report
2018 (We Are Social & Hoot suit e, 2018), dunia saat ini memiliki tiga besar
171
Jurnal Audience: Jurnal Ilmu Komunikasi
Vol 03 No. 02 Tahun 2020
dalam penyebarluasan kont en yait u Facebook, Yout ube, Instagram. Kont en-
kont en dalam media sosial t ersebut m emiliki kat egori yang dapat diklasifikasikan
sebagai berikut: (1) kategori inform asi berupa iklan, berit a, tips dan trik (2)
kategori hiburan berupa olahraga, otom otif, humor, video musik, drama, web
series, vlog, infot ainment dan realit y show (3) kat egori pendidikan berupa
dakw ah agama, pengetahuan umum, film dokument er dan penelit ian ilmiah.
Cara penyampaian kont en dapat dibagi menjadi t eks, fot o dan video. M elalui
kategori tersebut, masyarakat dunia mencari dan memilih konten secara bebas
sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Seiring w akt u penggunaan int ernet
dan media sosial, di t ahun 2020, aplikasi TikTok yang merupakan aplikasi berfit ur
kont en video kreat if kini menjadi plat form media sosial yang secara signif ikan
digunakan (Hoot suit e, 2020) dan menjadi bagian pent ing dalam pert ukaran
yang berbeda sat u sama lain, budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang
ist iadat , dan kemampuan yang lain sert a kebiasaan yang didapat oleh manusia
sebagai anggot a masyarakat (Set iadi, 2012). Dengan budaya yang dimiliki, pola
budaya yang dibangun oleh masyarakat dunia menjadi perbedaan yang sangat
kuat dan dapat menjadi alat propaganda yang efekt if dan dapat menimbulkan
efek perang maya. M eningkat nya perluasan cakupan media saat ini memberikan
kesadaran kepada publik bahw a dunia maya bisa menjadi arena peperangan
budaya baik ant ar individu maupun ant ar kelompok. Bent rok yang t erjadi di
media sosial akan berkembang ket ika masing-masing budaya yang berbeda t idak
merupakan hal yang t idak pant as unt uk dit iru dan diadapt asi.
172
Okeu Yudipratomo, Benturan Imperialisme Barat..170-186
barat dan bagian timur. M asyarakat barat dan t imur secara fakt ual m em ang
dipisahkan oleh benua yang berbeda, namun, pem bagian masyarakat kelompok
barat dan kelom pok t imur bukan didasari oleh letak geografis, namun penetapan
kluster ini ditandai oleh faktor-faktor fisiologis, psikologis, budaya dan sejarah
rekat dan erat, tidak dapat dipisahkan karena stat usnya menjadi seragam.
M asyarakat kelompok barat menekankan ilmu dan logika serta cenderung aktif
empiris yang kuat yang m engesampingkan cara pandang hidup t radisional dan
agam is.
Cara berpikir masyarakat kelom pok barat lebih t erpikat kepada kemajuan
mat erial, sehingga t idak begit u cocok dengan cara berpikir untuk melihat makna
hidup dan makna dunia. Filsafat t radisional dan agama bagi masyarakat
kelompok barat hanya muncul sebagai sistem ik ide-ide abst rak tanpa ada
hubungannya dengan kenyat aan dan prakt ek hidup. Ada tiga ciri dominan yang
mengungkapkan pendapat dan kebebasan dalam berpakaian (3) pencipt aan dan
pemanfaat an t eknologi.
di bagian barat dunia, yaitu benua Amerika dan Eropa, namun secara kultural
dibawa oleh penjajah atau pendatang. Secara letak geografis Afrika berada di
t engah-t engah bagian dunia, secara sejarah, Afrika bagian t engah hingga selat an
173
Jurnal Audience: Jurnal Ilmu Komunikasi
Vol 03 No. 02 Tahun 2020
pernah dijajah oleh bangsa Eropa dan Amerika, sehingga terjadi pembentukan
Australia, negara yang term asuk ke dalam commonw ealt h secara sejarah lebih
Asia dan sebagian Afrika bagian utara dilihat dari sejarah yang
t erhadap norma bersumber dari ajaran agama yang lahir di dunia timur.
int elekt ualnya. Nilai budaya t imur t erbentuk melalui cara berpikir kont emplatif
kelompok timur t idak hanya bersumber dari agama t etapi ide abstrak dan simbol
menjadi hal yang konkret dalam prakt ek kehidupananya. Dalam kenyat aannya,
masyarakat kelom pok timur t idak hanya m enambah pengetahuan kognitif saja,
Pandangan secara garis besar m asyarakat kelompok barat dan kelom pok
t imur menyisakan hal yang penting untuk dibahas lebih lanjut, klasifikasi
kelompok masyarakat yang m emiliki percam puran budaya barat dan timur atau
dalam sub-kelompok dan sub-budaya. Sub-sub ini menjadi salah sat u fakt or
bagaim ana high cult ure cont ext dan low cult ure cont ext yang t erjadi di kelompok
barat dan timur t idak banyak memiliki pengaruh dalam int eraksi sosial di t at anan
merupakan kom unitas rasial, etnik, regional, ekonomi atau sosial yang
yang melingkupinya.
174
Okeu Yudipratomo, Benturan Imperialisme Barat..170-186
budaya-budaya yang dit ampilkan agar t ercipt anya pengagungan (superior) dan
penguasaan budaya ke seluruh dunia melalui berbagai cara, dimulai dari perang,
jajahan dan media. Imperialisme t idak t erlepas dari sejarah kolonialism e budaya
menguasai t anah negara yang berada di w ilayah timur pada awalnya untuk
just ru bergeser m enjadi penguasaan dan penjajahan polit ik semat a-mat a unt uk
menjaga kepent ingan perdagangan t erhadap gejolak politik lokal yang dapat
Kolonialisme berlangsung t iga t ahap yang dimulai dari era Vasco da Gama
pada t ahun 1498 hingga revolusi indust ri di Inggris pada t ahun 1763 yang
kemudian pasca-revolusi indust ri hingga tahun 1870 dan yang t erakhir t ahun
t ert uju kepada pembinaan sebuah bangsa melalui pendidikan, kesehat an,
masyarakat kelom pok barat menyisakan banyak budaya art efak dan non art efak,
sepert i bahasa, budaya hingga jauh ke dalam sikap individu dan kelompok.
Terlihat jelas dari pemaparan t ersebut bahw a barat ’seakan’ menjajah t imur
(ideologi ket imuran) dalam masyarakat kelompok barat . Hal ini menjadikan
175
Jurnal Audience: Jurnal Ilmu Komunikasi
Vol 03 No. 02 Tahun 2020
perist iw a, gagasan m aupun orang tert entu yang terjadi dapat berbeda sat u sama
Kelompok barat menyirat kan pandangan t ent ang ident it as orang barat dengan
kekuatan dan kekuasaan serta memandang kelompok timur sebagai bagian yang
melint asi lit erat ur, arsit ekt ur, hubungan int ernasional, bisnis dan perdagangan.
Oksident alisme merupakan pandangan oleh Hassan Hanafi seorang filsuf muslim
yang menit ikberat kan kepada gaya dunia barat , dalam kajian oksident alisme
gerakan penyeimbang kajian timur dan barat dari berbagai aspeknya dengan
prinsip relasi yang egalit er, t ransformat if, dan ilmiah (Kasdi & Umma, 2013).
budaya t imur unt uk memet akan w ilayah kekuasaan unt uk menguasai wilayah
mendominasi dari budaya barat seperti teknologi dan kebebasan yang dimiliki
dan t akdir Tuhan m elalui agama dan kebudayaan m asyarakat kelompok t imur.
176
Okeu Yudipratomo, Benturan Imperialisme Barat..170-186
Namun t erkadang apa yang t ersembunyi ant ara label t imur dan barat seringkali
t idak jelas. Paham oksident al dalam usungan Hanafi t idak dapat dilepaskan dari
t iga pilar pemikirannya yait u sikap krit is t erhadap t radisi lama yang dimiliki timur,
sikap krit is terhadap barat serta sikap krit is terhadap realitas. Oksident alism e
sering berarti Am erika Serikat dan negara-n egara penting secara sim bolis di
Eropa at au Uni Eropa. M engenai t imur, sering kali hanya China dan dunia muslim
(Carrier, 1995; M achart et al., 2016). Paham oriental bermula dari puncak
(budaya timur) yang menjadi sebuah akar kajian akademis dari pemahaman para
kelompok barat .
t radisional yang dilakukan oleh kelompok t imur, namun menjadi tidak t erkendali
ketika orient alisme menjadi pusat dominasi kekuasaan dan politik sehingga
kebudayaan timur oleh kelompok barat. Sehingga terjadi perlaw anan oleh
kembali budaya tim ur. misalnya mengasosiasikan orang-orang kelom pok t imur
denga nilai at au minat yang lebih filosofis dan religius dibandingkan kelompok
barat, atau penggam baran kelompok t imur lebih pekerja keras dan berdedikasi.
t unduk pada nilai-nilai individualist is. Kondisi ini juga membent uk upaya bagi
kelompok barat dengan sudut pandang west ophobia sebagai suat u sikap yang
melanggengkan dan memperkuat ketidakseim bangan ant ara dua entitas barat
dan timur serta gaya berpikir yang mengkritik dan melawan semua bentuk
177
Jurnal Audience: Jurnal Ilmu Komunikasi
Vol 03 No. 02 Tahun 2020
barat .
seolah menguasai dunia dan ingin menjadikan budaya barat sebagai hegemoni
budaya, sehingga budaya t imur seakan menjadi budaya t erbelakang. Hal ini
dikrit isi oleh Said seorang cendikiawan dan sast raw an (Lary, 2007; Said, 2005),
menjadi sebuah konot asi. Ambiguitas antara oksidentalisme dan orientalisme ini
t erjadi karena cara pandang kelompok yang t erjajah dan dijajah pada masa
kolonial sehingga m enim bulkan prasangka dan konflik sentimental yang t ersisa
hingga saat ini. Konflik pemahaman at as budaya barat dan t imur berakar dari
5. Komunikasi Antarbudaya
Komunikasi ant arbudaya t erjadi apabila pesan yang disampaikan oleh suat u
anggot a budaya dit erima pesannya oleh anggot a suat u budaya lainnya. Dalam
keadaan ini, akan menjadi sebuah masalah sit uasi pesan komunikasi akan
diint erpret asikan dan dimaknai secara individu maupun kelompok dalam suat u
budaya dan diinterpret asikan kembali ke dalam bentuk budaya lain yang lebih
sosial dan perist iw a (M ulyana & Rakhmat , 2006). Dalam komunikasi budaya juga
terdapat unsur-unsur sosio budaya, unsur tersebut t erdiri atas tiga bent uk, yait u
178
Okeu Yudipratomo, Benturan Imperialisme Barat..170-186
(1) sistem-sist em kepercayaan ( belief ) (2) nilai (value) (3) sikap (at t it ude);
pandangan dunia (w orld view ), dan organisasi sosial (social organizat ion ). Unsur-
bersifat pribadi serta subjekt if. Ketiga unsur ini dapat masuk ke dalam etika
int erper sonal dan memiliki pengaruh terhadap persepsi sosial dalam media.
diyakini individu bahwa suatu objek at au perist iw a memiliki karat erist ik t ert ent u,
sedangkan nilai-nilai budaya berasal dari isu-isu yang filosofis yang menjadi
rujukan anggot a budaya t ent ang baik buruk, posit if negat if dan salah benar.
perilaku yang diperoleh dari respon yang dipelajari dalam suatu kont eks budaya
6. Interaksi Sosial
kelompok dan organisasi dalam sosial. Pergaulan hidup akan terjadi ketika
bersama, mengadakan persaingan, pert ikaian dan lain-lain (Set iadi, 2012) m aka
berinteraksi, jarak yang jauh tidak m enjadi penghalang. Pert ukaran inform asi
yang t erjadi di m edia sosial m enjadi sangat massive namun mengandung banyak
budaya barat dan masyarakat budaya t imur seringkali berbent uran akibat
int eraksi yang salah pemaknaan dan malah berujung pert engkaran individu dan
179
Jurnal Audience: Jurnal Ilmu Komunikasi
Vol 03 No. 02 Tahun 2020
Dam pak dari globalisasi interaksi yang m erubuhkan tembok batas ruang
jarak dan sudut pandang manusia adalah t idak terkendalinya miss informat ion
dan miss percept ion yang t erbent uk. Sebenarnya, int eraksi sosial hanya sebuah
akt ivit as komunikasi ant ar individu dan kelompok yang t erbangun, namun
int eraksi t ersebut menjadi lebih mencolok apabila t imbul pert ent angan ant ara
kepent ingan-kepent ingan pribadi dan kelompok. M enurut Gillin dan Gillin
(cooperat ion ), persaingan (compet ition ) dan pert ent angan (conflict ) secara lebih
luas lagi dijabarkan menjadi dua m acam proses interaksi sosial yait u (a) Proses
Asosiatif yang t erdiri dalam tiga bentuk khusus yait u akomodasi, asim ilasi dan
akulturasi (b) Proses Disosiatif mencakup persaingan yang meliputi contravent ion
dan pert ent angan pert ikaian. Perbedaan yang mencolok ant ara kelompok
masyarakat barat dan kelompok masyarakat timur muncul dari segi sikap dan
budaya dari t erpaan pesan-pesan m edia yang dilakukan oleh kedua belah pihak
kelompok budaya ini dimulai dari pert ent angan pribadi, pert ent angan rasional
7. Studi Kasus
Bagi masyarakat kelom pok barat, konten yang dibuat berdasarkan kebebasan,
hasil seni yang t idak berpat okan dengan nilai-nilai agamis, dan menjunjung t inggi
pluralisme, hal-hal sensit if yang m enyinggung seperti isu polit ik, propaganda,
konspirasi dan lain sebagainya (Flew & Iosifidis, 2020). Kont en media budaya
barat seperti realit y show , ajang pencarian bakat , t erpaan berit a menjadi
konsumsi media yang layak untuk dit ayangkan. Imperialisme budaya yang
dit onjolkan oleh budaya barat melalui penyebaran informasi adalah cara
180
Okeu Yudipratomo, Benturan Imperialisme Barat..170-186
agam a dan norm a-norm a yang dianggap t abu, kelom pok budaya barat sangat
kolonialisme bangsa budaya barat t elah memiliki fakt or sugest i dari int eraksi
Pert ent angan dan bent uran at as imperialism e budaya barat dan budaya
timur terjadi sangat agresif. Contohnya seperti ajang beaut y pageant s M iss
World, M iss Universe dan lainnya yang sempat menjadi polemik di media sosial
masyarakat Indonesia karena adanya sesi sw imsuit yang bert olak belakang dari
dan sopan. Norm a ini dipengaruhi oleh agama khas t im ur seperti Islam salah
sat unya. Hal ini disebabkan karena pada umumnya t idak semua anggot a
melalui media massa dan media sosial (Ridho, 2013). Terlebih lagi, imperialisme
budaya barat semakin gencar diperlihat kan melalui t iga besar indust ri media
#PrideM ont h yaitu dukungan t erhadap LGBT yang dit andai dengan banyaknya
t eorit is dapat memicu pert ent angan sosial dan polit ik, namun melalui media
unt uk menyuarakan aksi (de Ridder, 2012; M arst on, 2019) dengan adanya
tersebut banyak yang bereaksi akibat benturan imperialisme budaya ini akibat
181
Jurnal Audience: Jurnal Ilmu Komunikasi
Vol 03 No. 02 Tahun 2020
M asyarakat kelom pok timur yang memiliki akun media sosial tersebut
mau t idak mau mengikut i imperialisme budaya ini karena banyak fakt or yang
melatarbelakangi. Salah sat u m asyarakat kelom pok t imur yang memproduksi dan
mengadapt asi dengan baik produk imperialisme budaya barat sebagai bagian
dari asimilasi budaya adalah negara maju sepert i Korea Selat an, kehadiran musik
Korea Selatan selalu mengadapt asi hal-hal imperialisme budaya barat m elalui
pesan-pesan semiot ika, gaya bahasa dan t ingkah laku at au sikap, untuk
melalui bahasa, kuliner dan kebudayaan t radisional (Jin, 2007). Negara yang
berada di timur seperti Jepang juga membaw a kebudayaan populer dalam acara
t elevisi, anime, manga , Japan Pop, berbagai informasi kuliner dan pariw isat a
Jepang sebagai imperialism e budaya (Lukacs, 2010). Negara-n egara lainnya yang
barat dikembangkan melalui media dakw ah, musik t radisional, bent uk promosi
pariwisata dan film dokumenter m engenai etnis dan budaya khas ketimuran
yang dim asukkan ke dalam media sosial sebagai konten yang ’m enyerang’
M elalui t ent angan t ersebut , budaya barat yang t erkesan glamour seakan
alam, yang pada saat ini budaya barat t idak memilikinya akibat perkembangan
dari era revolusi industri maka cara m emikat masyarakat kelompok budaya tim ur
kendali besar dalam pangsa pasar dunia, jika dikait kan, hal m aka akan
menghilangkan sedikit demi sedikit keaslian dan kehebat an barat , namun dalam
182
Okeu Yudipratomo, Benturan Imperialisme Barat..170-186
prinsip ekonomi, perput aran uang kapit alisme dan fanat isme t erhadap barat
Benturan yang dit imbulkan oleh imperialisme budaya t imur ke budaya barat
juga menekankan dari segi agama (Parker Gumucio, 2008), agama sangat penting
dalam memahami individu dan budaya, dan agama secara inheren bersifat
budaya (Cohen et al., 2016) hal ini vokal sekali dilakukan oleh budaya masyarakat
t imur yang harus hidup selaras dengan agama, ajaran Islam, Hindu, Budha,
Konghucu dan kepercayaan t imur lainnya yang berpat okan dengan alam dan
dewa maupun nabi sebagai gambaran jelas bahw a penent angan akan budaya
barat yang seakan anti-agama atau anti-Tuhan karena kebebasan yang mereka
miliki. Budaya timur dengan ciri khasnya mulai merasuki masyarakat kelompok
agam a, banyak budaya t imur bersifat kolekt ivis dibandingkan banyak budaya
8. Simpulan
Konten media sosial yang beragam dan memiliki akses tidak terbatas bagi
masyarakat di seluruh dunia. M edia pada aw alnya hanya sebat as ret orika, radio,
surat kabar dan media cetak m aupun media audio visual seperti televisi. Di era
perkembangan digit al, konvergensi media turut serta m emberikan pot ensi besar
bahw a ruang dari individu menerima akses inform asi terus berkembang
mengikut i era yang dinamis. Dalam pendahuluan t elah dijelaskan kont en m edia
sosial dapat diklasifikasikan menjadi beberapa (1) kategori inform asi berupa
iklan, berit a, t ips dan t rik (2) kat egori hiburan berupa olahraga, otomot if, humor,
video musik, drama, w eb series, vlog, infot ainment dan realit y show (3) kat egori
183
Jurnal Audience: Jurnal Ilmu Komunikasi
Vol 03 No. 02 Tahun 2020
pendidikan berupa dakw ah agama, penget ahuan umum, film dokument er dan
penelitian ilmiah. Cara penyampaian kont en dapat dibagi menjadi t eks, fot o dan
media menimbulkan efek yang luas t erhadap propaganda yang dilekat kan pada
(At madja & Aryani, 2018; Weare, 2016). Imperialisme set elah pascakolonial
bukan lagi menggam barkan dalam artian kekuasaan secara m enaklukan sebuah
daerah at au negara tert ent u, dengan seiring kemajuan informasi dan t eknologi,
derajat kebaruan imperialisme saat ini menuju kepada imperialism informasi dan
media (Fuchs, 2010). Dalam rangkaian produksi, kont en media sosial memiliki
pesan yang t idak netral namun berdim ensi secara ideologis dan memperkuat
sebuah kebudayaan yang kuat dan memiliki pengaruh. Posisi m edia dalam
berbentuk gagasan sebagai sumber pemaknaan legit imasi bagi struktur sosial
t ermasuk dominasi dan hegemoni baik budaya barat dan budaya timur.
hidup dunia dengan budaya yang dit ampilkan unt uk mencapai kepent ingan
budaya dalam media sosial di dalam masyarakat budaya barat dan budaya t imur
menunjukkan bahw a benturan ant ar budaya akan selalu ada dan selalu
menunjukkan superiorit asnya. Level kom unikasi yang semakin meningkat dan
dinamis dari segi t eknologi membuat siapa saja dapat membuat kont en media
sosial dengan kampanye dan propaganda yang dimaknai didalamnya. Kebut uhan
184
Okeu Yudipratomo, Benturan Imperialisme Barat..170-186
memaksa set iap individu menyerap makna yang ada di kont en yang dilihat .
ruang adapt asi bagi set iap kelompok masyarakat budaya yang berbeda, hal ini
menunjukkan bahwa asim ilasi dan akulturasi budaya juga m asuk ke dalam faktor
int eraksi sosial yang menjadi proses utama aktivitas kom unikasi masyarakat
penyesuaian antara budaya barat dan t imur agar berjalan secara kesinam bungan
dan menimbulkan dampak posit if bagi kepent ingan individu dan kelompok.
Daftar Pustaka
Buku
At madja, N. B., & Aryani, L. P. S. (2018). Sosiologi M edia Perspekt if Teori Kritis
(1st ed.). Rajaw ali Press.
Carrier, J. G. (Ed.). (1995). Occident alism: Images of t he W est . Clarendon Press;
Oxford University Press.
Lit tlejohn, S. W., & Foss, K. A. (2011). Theories of Human Communicat ion. In
Theories of Human Communicat ion (9th ed.). Salemba Humanika.
M achart , R., Dervin, F., & Gao, M . (Eds.). (2016). Int ercult ural M asquerade.
Springer Berlin Heidelberg. htt ps:/ / doi.org/ 10.1007/ 978-3-662-47056-5
M ulyana, D., & Rakhmat, J. (2006). Komunikasi Ant arbudaya (X). Rem aja
Rosdakarya.
Nasrullah, R. (2018). Et nografi Virt ual Riset Komunikasi, Budaya dan
Sosiot eknologi di Int ernet (2nd ed.). Simbiosa Rekat ama M edia.
Said, E. W. (2005). Orient alism (3rd ed.). Pantheon Books, a Division of Random
House Inc.
Set iadi, E. M . (2012). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (2nd ed.). Kencana Prenada
M edia Group.
Sulaeman, M . M . (2015). Ilmu Budaya Dasar. In Ilmu Budaya Dasar (XIII, pp. 50–
51). Refika Adit ama.
Jurnal
Cohen, A. B., Wu, M . S., & M iller, J. (2016). Religion and Culture: Individualism
and Collect ivism in the East and W est . Journal of Cross-Cult ural
Psychology, 47 (9), 1236–1249.
ht t ps:/ / doi.org/ 10.1177/ 0022022116667895
de Ridder, S. (2012). Book Review : Christ opher Pullen and M argaret Cooper,
LGBT Identit y and Online New M edia. New M edia & Societ y, 14 (2), 354–
356. ht t ps:/ / doi.org/ 10.1177/ 1461444811429927b
185
Jurnal Audience: Jurnal Ilmu Komunikasi
Vol 03 No. 02 Tahun 2020
Flew , T., & Iosifidis, P. (2020). Populism, globalisation and social media.
Int ernat ional Communicat ion Gazet t e, 82 (1), 7–25.
ht t ps:/ / doi.org/ 10.1177/ 1748048519880721
Friedman, J. (2009). Occident alism and the Cat egories of Hegemonic Rule.
Theory, Cult ure & Societ y, 26 (7–8), 85–102.
ht t ps:/ / doi.org/ 10.1177/ 0263276409348081
Fuchs, C. (2010). New im perialism : Inform ation and media imperialism? Global
M edia and Communicat ion, 6 (1), 33–60.
ht t ps:/ / doi.org/ 10.1177/ 1742766510362018
Jin, D. Y. (2007). Reinterpret at ion of cultural imperialism: Emerging domest ic
market vs cont inuing US dominance. M edia, Cult ure and Societ y , 29 (5),
753–771. ht t ps:/ / doi.org/ 10.1177/ 0163443707080535
Kasdi, A., & Umma, F. (2013). Oksident alisme Sebagai Pilar Pembaharuan. Fikrah ,
1 (2), 231–252.
Lary, D. (2007). Edw ard Said: Orient alism and Occident alism. Journal of the
Canadian Hist orical Association, 17 (2), 3–15.
ht t ps:/ / doi.org/ 10.7202/ 016587ar
M arst on, K. (2019). Researching LGBT+ Youth Intimacies and Social M edia: The
St rengt hs and Limit ations of Part icipant -Led Visual M et hods. Qualitat ive
Inquiry, 25 (3), 278–288. ht tps:/ / doi.org/ 10.1177/ 1077800418806598
Parker Gumucio, C. (2008). Int ercult uralit y, Conflict s and Religion: Theoret ical
Perspect ives. Social Compass, 55 (3), 316–329.
ht t ps:/ / doi.org/ 10.1177/ 0037768608093694
Rahm an, M . (2010). Queer as Intersectionalit y: Theorizing Gay M uslim Identities.
Sociology, 44 (5), 944–961. ht t ps:/ / doi.org/ 10.1177/ 0038038510375733
Ridho, K. (2013). Konflik Dan Tant angan Budaya Baru . Informasi , 18 (02), 8.
Weare, A. M . (2016). Book Review : Fabienne Darling-Wolf, Imagining t he global:
Transnat ional media and popular cult ure beyond East and West. Journal
of Communicat ion Inquiry , 40 (2), 196–198.
ht t ps:/ / doi.org/ 10.1177/ 0196859916630474
Artikel Daring
Hoot suit e. (2020). Social M edia Trend 2020. Social M edia Trend 2020.
https:/ / hoot suite.com/ research/ social-t rends?utm_campaign=all-
unlocking_the_value_of _social-digit al_in_2020-glo-none-report -
q1_2020&ut m_source=w hit e_paper& ut m_medium=owned_cont ent &ut
m_content=
We Are Social, & Hoot suit e. (2018, January 30). Global Digit al Report 2018 .
Digit al in 2018: World’s Int ernet Users Pass t he 4 Billion M ark.
https:/ / w earesocial.com / blog/ 2018/ 01/ global-digit al-report -2018
186