PENDAHULUAN
Budaya populer atau budaya pop disebut pula sebagai budaya massa. Budaya
massa merupakan budaya yang lahir dan tumbuh subur di antara masyarakat umum.
Budaya ini timbul karena adanya hasrat untuk keluar dari kejenuhan dari aktivitas
dibuat sekelompok orang demi menarik simpati banyak orang dan umumnya
bermutu rendah. Hal-hal tersebut disebut juga sebagai low culture (budaya rendah)
yaitu kebalikan dari high culture (budaya tinggi) (Haryanto, 2006: 188).
Pada perkembangan budaya saat ini, antara high culture dan low culture
dan saling bertukaran. Stuart Hall (dalam Storey 1994) sendiri menggambarkan
budaya pop sebagai sebuah arena konsensus dan resistensi yang di dalamnya
terdapat hegemoni. Budaya pop juga merupakan salah satu tempat yang
populer sebagai budaya yang dihasilkan secara massal dengan bantuan teknologi
industri. Dipasarkan secara professional bagi publik konsumen dengan tujuan untuk
Populer’, Strinati juga menaruh perhatian terhadap definisi kata “populer” sebagai
salah satu fenomena tersebut merupakan hal-hal yang kita alami sekarang, yaitu
1
2
sebuah fenomena budaya yang lahir karena dukungan teknologi baru dan budaya
Berkat adanya kemajuan media dan teknologi, budaya pop yang tak mengenal
342).
uang. Uang mendapatkan peran yang sangat penting dalam masyarakat postmodern.
Berbeda dengan masa-masa sebelumnya, fungsi dan makna uang dalam budaya
postmodern tidak sekedar sebagai alat-tukar, namun juga merupakan simbol, tanda
(medium) ketimbang pesan (message), fiksi (fiction) ketimbang fakta (fact), sistem
tanda (system of signs) ketimbang sistem objek (system of objects), serta estetika
dunia simulasi, yakni dunia yang terbangun dengan pengaturan tanda, citra dan
fakta melalui produksi maupun reproduksi secara tumpang tindih dan berjalin
postmodern ditandai dengan sifat hiperrealitas, di mana citra dan fakta bertubrukan
3
dalam satu ruang kesadaran yang sama. Lebih jauh lagi, hiperrealitas merupakan
inovasi terhadap budaya populer yang terjadi dan proses tersebut juga disertai
dengan munculnya perantara budaya dari luar. Jumlah pencarian pun semakin
populer dan kebudayaan yang tidak biasa (uncommon cultures) melalui perluasan
media massa bagi masyarakat yang tertarik pada berbagai masalah kebudayaan
negara di seluruh penjuru dunia, tak terkecuali di Negeri Matahari Terbit, Jepang.
Fenomena keitai shousetsu yang terkenal di kalangan para remaja terutama siswa-
siswi sekolah menengah di Jepang menjadi salah satu dari berbagai budaya populer
di Jepang.
jasa layanan telepon genggam seperti NTT Docomo, DDI Cellular, Ezweb dan
dapat mengakses internet melalui telepon genggam mereka. Pada saat yang
bersamaan, tren blog juga mulai menyebar ke seluruh dunia, tidak terkecuali di
4
rando, salah satu situs jasa pembuatan homepage pertama secara gratis. Situs ini
memberikan satu layanan portal yang disebut Book Kinou, tempat para pengguna
internet dapat saling berinteraksi, berbagi cerita, menulis atau membaca dan
memberi komentar pada karya-karya yang dimuat di situs tersebut. Portal inilah
yang menjadi cikal bakal munculnya keitai shousetsu karena dapat diakses melalui
personal computer (PC) maupun telepon genggam (Minami, 2008: 68). Pada tahun
2007, sastra elektronik ini menyebar di antara berita-berita. Lima dari sepuluh buku
fiksi yang terjual sukses di Jepang adalah hasil dari keitai shousetsu (Mauermann,
Keitai shousetsu yang muncul dan berkembang di antara para remaja di Jepang
genggam. Hal ini mengindikasikan bahwa fenomena tersebut merupakan salah satu
budaya populer di Jepang. Keitai shousetsu yang merupakan bagian dari budaya
postmodernisme yang ada di dalam fenomena keitai shousetsu sebagai salah satu
1.2 Permasalahan
shousetsu merupakan wujud dari budaya populer yang lekat akan postmodernisme,
5
Tujuan penelitian ini untuk menjawab masalah yang telah peneliti ajukan dalam
fenomena keitai shousetsu di kalangan anak muda Jepang pada tahun 2002 hingga
2012. Rentang waktu tersebut dipilih, karena fenomena keitai shousetsu mencapai
peneliti asal Jerman bernama Johanna Mauermann pada tahun 2010 dalam
ini diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Gwendolyn Schulte dengan judul
generasi muda merupakan bagian dari masyarakat yang tidak akan melepaskan
telepon genggam dari tangannya dan itu selalu terlihat di tempat-tempat umum
6
seperti di dalam kereta, kafe-kafe atau ditempat umum lainnya. Tidak ada yang
menyangka dari sekian banyak remaja yang menggunakan telepon genggam akan
menjadi budaya yang hanya di kalangan remaja saja menjadi terkenal di antara
penduduk awam di Jepang. Selain itu, Johanna juga membahas hubungan keitai
shousetsu sebagai penghubung antara budaya komunikasi dan sastra serta sebagai
salah satu media baru e-commerce di dunia masa kini. Namun dalam jurnal ilmiah
ini, Mauermann hanya meneliti permukaan dari fenomena keitai shousetsu itu
Ada pula makalah yang meneliti keitai shousetsu milik Stephanie Coates
dengan judul The Language of Mobile Phone Novels: Japanese Youth, Media
yang berbeda yaitu novel dan telepon genggam dapat membuat salah satu fenomena
Makalah ini juga meneliti bahasa yang digunakan dalam keitai shousetsu yang
terdiri dari campuran antara bahasa percakapan dengan bahasa tulisan. Dalam
makalah ini, Coates hanya membatasi penelitiannya dengan lima novel yaitu: Dear
Friends karya Yoshi, Mata Aitakute karya SINKA, Aitsura Dake no Ohimesama!?
yang dikarang oleh Yui, Katayoku no Hitomi karya Nanase dan yang terakhir Sensei
Jurnal lainnya yang membahas keitai shousetsu adalah karya Larissa Hjorth
dengan judul Stories of the Mobile: Women, Micro-Narratives, and Mobile Novels
mikro narasi yaitu sebuah gaya narasi yang diringkas dengan terlihat
shousetsu merupakan wujud media yang dapat membuat narasi dengan singkat dan
padat. Jurnal ini juga mengemukakan bagaimana keitai shousetsu dapat menjadi
salah satu fenomena yang menghubungkan antara satu wanita dengan wanita
Fenomena keitai shousetsu sebelumnya telah dibahas pula pada bab enam
Chiaki menjelaskan mengenai bagaimana tema seks yang diusung dalam keitai
shousetsu sangatlah ringan, mudah, terkesan buru-buru dan berani untuk dijadikan
sisipan dalam cerita. Hal itu menjadi suatu hal yang lumrah bagi para penulisnya
yang notabene masih berusia remaja dan menjadi salah satu bukti bahwa keitai
yang terdapat di dalam keitai shousetsu. Untuk membuktikan ada tidaknya unsur-
Densha – Kimi to Boku no Heya karya Miyu, dan Ousama Game karya Pakkuncho.
8
konsep satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti. Menurut
antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Kerangka
konsep ini bertujuan untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar
semakin mudah. Abad komunikasi massa dipaksa berkembang lebih cepat lagi
dengan mencuatnya internet sebagai bagian dari media massa. Media ini dapat
menembus ruang dan waktu untuk mendapatkan informasi yang ingin didapatkan
oleh manusia. Dewasa ini, media massa lainnya seperti televisi, radio, media cetak
atau bahkan media massa selain internet ‘meminta bantuan’ internet itu sendiri
untuk menyebarkan informasi lebih cepat. Hal ini dapat terjadi karena manusia
pengaruh terhadap opini dan perilaku manusia dalam kehidupan sosialnya. Salah
dikemukakan oleh Marshall McLuhan pada tahun 1962. Ide dasar teori ini adalah
bahwa perubahan yang terjadi pada berbagai macam cara berkomunikasi akan
9
akhirnya mengarahkan manusia untuk bergerak dari satu abad teknologi ke abad
perluasan yang lebih baik pada pikiran dan perasaan manusia. Perkembangan media
ini dengan berbagai cara seperti berdiskusi, chatting, atau mengirim surat dengan
Sebagai salah satu komoditas yang muncul karena pemanfaatan media massa,
budaya massa atau budaya populer pun menjadi salah satu hal yang tak boleh luput.
Budaya populer adalah budaya massa yang digerakan oleh kepentingan pasar
karena mengambil nilai dari dunia iklan, industri hiburan dan dunia massa.
Menurut Strinati budaya massa yang menggeser masyarakat yang berbasis tradisi
sesaat dan cenderung dangkal dan bersifat massa sehingga penyebarannya di tengah
budaya yang disukai oleh banyak orang. Strinati juga mengungkapkan bahwa
budaya massa adalah suatu kebudayaan yang kurang memiliki tantangan dan
beban dan pelarian (2010:16). Dalam kebudayaan massa tidak ada lagi elitisme
merupakan paket, mempunyai penonton yang luas dan dapat diperoleh secara
demokratis (Kayam, 2004:28 via Pratama, 2014: 6). Teks dan praktik budaya pop
lebih dilihat dari sebagai fantasi publik. Budaya pop dianggap sebagai dunia impian
kolektif. Seperti diungkapkan oleh Richard Maltby, budaya pop memberi ruang
bagi “eskapisme yang bukan hanya lari dari, atau ke tempat tertentu, tetapi suatu
kali digunakan oleh Federico de Onis pada tahun 1930-an untuk menunjukkan
seni dengan kehidupan sehari-hari, hancurnya pembedaan antara seni tinggi dengan
budaya massa atau budaya populer, adanya percampuran stilistik umum serta
merupakan tanda dari akhirnya abad ke-20 dan merupakan tanda dari “Zaman
Meniru”. Penguasa teknologi sendiri sekarang lebih berada di tangan para siswa
atau kalangan remaja di mana mereka memiliki berbagai macam literasi baru dan
tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Selain itu,
menggunakan sampel yang besar, dan tidak dapat dianalisis secara statistik dan
diharapkan data yang didapat lebih menjurus kepada permasalahan yang akan
mencari data dari berbagai sumber, baik data primer maupun sekunder. Data-data
tersebut diperoleh dari studi pustaka dan beberapa informasi yang di dapatkan
melalui internet untuk mendukung kelengkapan data dalam penelitian ini. Data
utama pada penelitian ini yaitu studi pustaka yang mengacu pada buku-buku,
12
jurnal-jurnal, dan artikel yang berhubungan dengan tema penelitian ini, yaitu keitai
Sumber data tersebut diperoleh melalui perpustakaan dan pencarian arsip jurnal di
Selain studi pustaka, data pendukung lainnya yaitu wawancara dengan remaja
Jepang atau mahasiswa yang tinggal di Jepang yang pernah atau sedang membaca
keitai shousetsu. Wawancara dilakukan melalui situs jejaring sosial, forum maupun
pengumpulan data, langkah kedua yang harus dilakukan adalah verifikasi data,
Penelitian dalam skripsi ini direncanakan akan dijabarkan dalam 5 bab dengan
BAB I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sitematika
Jepang.