Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes merupakan salah satu gangguan kesehatan dengan jumlah penderita yang
cukup besar didalam populasi penduduk dunia. Diabetes merupakan suatu bentuk kelainan
atau gangguan metabolisme tubuh, dimana tubuh penderita diabetes mengalami gangguan
mengolah karbohidrat dikarenakan kurangnya hormon insulin atau mengalami kekurangan
transporter glukosa. Adapun penanganan diabetes melitus pada ibu hamil memerlukan
perhatian yang serius karena menyangkut 2 nyawa yaitu : nyawa sang ibu serta janin yang
tengah dikandung. Ibu hamil memiliki resiko mengalami diabetes gestational yang biasanya
diakibatkan karena obesitas dan hipertensi.
Semua ibu hamil pada suatu waktu dalam masa kehamilannya akan menjalani
pemeriksaan untuk men-screening diabetes gestasional. terutama pada ibu hamil yang
usianya diatas 35 tahun, berat badan berlebih, atau yang memiliki riwayat diabetes dalam
keluarga dapat menjalani pemeriksaan ini lebih awal dan lebih sering. Ibu hamil yang
sebelum masa kehamilan tidak menderita diabetes melitus juga berisiko untuk menderita
diabetes melitus gestasional pada masa kehamilan.
Mengalami gangguan diabetes disaat hamil dapat mengakibatkan dampak buruk bagi
sang ibu dan juga janin yang tengah dikandungnya. Melakukan pemeriksaan teratur guna
mengecek kondisi gula darah merupakan tindakan yang sangat dianjurkan dan juga teratur
mengunjungi dokter guna menjalani konsultasi medis. Adapun penangan diabetes melitus
pada ibu hamil sebagai usaha menjaga kestabilan kondisi tubuh seperti melakukan
pengaturan pola makan guna mengurangi resiko terjadinya hipoglikemia.
Sekitar 2-5% ibu hamil dapat mengalami diabetes gestasional dengan peningkatan
hingga 7-9% pada populasi dengan ibu yang memiliki faktor risiko. Biasanya pemeriksaaan
untuk screening penyakit ini dilakukan pada masa antara kehamilan minggu ke-24 dan ke-28
karena pada saat ini plasenta memproduksi hormon dalam yang dapat mengakibatkan
resistensi insulin dalam jumlah banyak. Jika hasil pemeriksaan didapatkan kadar yang
meningkat, pemeriksaan selanjutnya perlu dilakukan untuk konfirmasi diagnosis diabetes
gestasional.

1|D I A B E T E S M E L I T U S G E S T A S I O N A L
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu kehamilan?
2. Apa itu penyakit Diabetes Mellitus (DM)?
3. Apa kaitan Diabetes Mellitus (DM) dengan Ibu Hamil?
4. Bagaimana Asuhan Keperawatan ibu hamil dengan penyakit Diabetes Mellitus?

C. Tujuan Umum
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pengertian dari kehamilan, Diabetes
Mellitus (DM) serta kaitan Diabetes Mellitus (DM) dengan ibu hamil
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami asuhan keperawatan ibu hamil
dengan penyakit Diabetes Mellitus (DM)
D. Tujuan Khusus
Mampu menerapkan asuhan keperawatan ibu hamil dengan penyakit Diabetes
Mellitus sebagai upaya meningkatkan kualitas kesehatan.

E. Manfaat Penulisan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kehamilan
2. Mengetahui apa yang dimaksud Diabetes Mellitus (DM)
3. Dapat menjelaskan kaitan Diabetes Mellitus (DM) dengan Ibu Hamil
4. Mampu menerapakan asuhan keperawatan ibu hamil dengan penyakit Diabetes
Mellitus sebagai upaya meningkatkan kualitas kesehatan.

2|D I A B E T E S M E L I T U S G E S T A S I O N A L
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya adalah 280
hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) di hitung dari hari pertama haid terakhir (syaifuddin,
2006).
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi
yang berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba,2008).
Kehamilan merupakan proses yang diawali dengan adanya pembuahan (konsepsi), masa
pembentukan bayi dalam rahim, dan diakhiri oleh lahirnya sang bayi (Monika,2009).
Jadi, kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin yang diawali dengan adanya
pembuahan dan diakhiri oleh lahirnya sang bayi di hitung dari hari pertama haid terakhir.
Diabetes melitus merupakan kelainan herediter dengan ciri influensi atau absennya insulin
dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi, dan berkurangnya glikogenesis (Wahyu
Purwaningsih, 2010).
Mengalami gangguan diabetes disaat hamil dapat mengakibatkan dampak buruk bagi sang
ibu dan juga janin yang tengah dikandungnya.
Diabetes Melitus Gestasional (DMG) merupakan intoleransi karbohidrat yang
mengakibatkan hiperglikemia dengan keparahan yang beragam dan onset atau deteksi
pertama kali pada saat hamil. Definisi ini berlaku tanpa memandang apakah hormon insulin
digunakan atau tidak dalam penanganannya ataukah keadaan tersebut tetap bertahan setelah
kehailan berakhir. Intoleransi gukosa dapat mendahului kehamilan tetapi keadaan ini tidak
diketahui penyebabnya. Prawihardjo (2010) menyebutkan bahwa DMG (Diabetes Melitus
Gestasional) adalah intoleransi glukosa yang dimulai atau baru ditemukan pada waktu hamil.
Tidak daat dikesampingkan kemungkinan adanya intoleransi glukosa yang tidak diketahui
yang muncul seiring kehamilan. Setelah ibu melahirkan, keadaan DMG sering akan kembali
ke regulasi glukosa normal.

Definisi lain menyebutkan bahwa DMG


adalah kelainan pada metabolisme karbohidrat dari faktor yang memberatkan yang
terjadi selama kehamilan (Marilyn, 2001). DMG adalah gangguan dari glukosa yang dipicu

3|D I A B E T E S M E L I T U S G E S T A S I O N A L
oleh kehamilan, biasanya menghilang setelah melahirkan (Murray et all.,2002). DMG adalah
diabetes yang dialami oleh seorang ibu yang pernah menderita DM sebelum hamil dan ibu
mengalami DM pada saat hamil (Syafei Piliang,1993)

Menurut American Diabetes Associaton (2014) menyebutkan bahwa wanita hamil yang tidak
memiliki riwayat diabetes sebelumnya tetapi memiliki kadar gula darah yang tinggi selama
kehamilan dapat disebut sebagai diabetes melitus gestasional. Berdasarkan kriteria diagnosa
terakhir mengenai diabetes melitus gestasional disebutkan bahwa DMG memiliki efek
sebesar 18% selama kehamilan.

Tidak ada penyebab yang jelas dari DMG tetapi ada beberapa petunjuk mengenai hal
tersebut. Plasenta adalah pendukung dalam pertumbuhan janin. Beberapa hormon dari
plasenta membantu janin untuk berkembang tetapi hormon itu juga menghambat kerja insulin
pada tubuh ibu. Masalah ini disebut resistansi insulin. Resistensi insulin membuat tubuh ibu
sulit menggunakan insulin karena dia membutuhkan insulin tiga kali dari biasanya. Jika ibu
tidak memiliki cukup insulin, glukosa tidak dapat berpindah dari darah dan berubah jadi
energi. Glukosa akan tetap beredar di dalam pembuluh darah hingga gula darah semakin
tinggi. Hal ini disebut hiperglikemia.

B. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes melitus menurut Mitayani (2009) adalah
1. Kelas A.

Diabetes kimiawi disebut juga diabetes laten/subklinus atau diabetes kehamilan dengan kadar
gula darah normal setelah makan, tetapi akan terjadi peningkatan kadar glukosa 1 atau 2 jam.
Ibu tidak memerlukan insulin, cukup diobati dengan pengaturan diet.

2. Kelas B.

Diabetes dewasa terjadi setelah usia 19 tahun dan berlangsung selama 10 tahun, tidak disertai
kelainan pembuluh darah.

3. Kelas C.

Diabetes yang diderita pada usia 10-19 tahun dan berlangsung selama 10-19 tahun dengan
tidak disertai penyakit vaskular.

4|D I A B E T E S M E L I T U S G E S T A S I O N A L
4. Kelas D.

Diabetes yang sudah lebih dari 20 tahun, tetapi diderita sebelum usia 10 tahun disertai
dengan kelainan pembuluh darah.

5. Kelas E.

Diabetes yang disertai pengapuran pada pembuluh darah panggul, termasuk arteri uterusna.

6. Kelas F.

Diabetes dengan nefropati, termasuk glomerulonefritis dan pielonefritis.

Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke:

1. Kelas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil
dan menghilang setelah melahirkan.
2. Kelas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil
dan berlanjut setelah hamil.
3. Kelas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit
pembuluh darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pembuluh darah
panggul dan pembuluh darah perifer, 90% dari wanita hamil yang menderita
Diabetes termasuk ke dalam kategori DM Gestasional (Tipe II).

C. Etiologi
DMG adalah gangguan (secara luas) pada kehamilan akhir, yang disebabkan oleh
peningkatan stimulasi pankreas yang berhubungan dengan kehamilan.

Penyakit DM yang terjadi selama kehamilan disebabkan karena kurangnya jumlah insulin
yang dihasilkan oleh tubuh yang dibutuhkan untuk membawa glukosa melewati membran
sel.

Menurut Kapita Selekta Jilid III, 2006, yaitu :


1. Faktor autoimun setelah infeksi mumps, rubella dancoxsakie B4.
2. Genetik

D. Faktor Predisposisi

5|D I A B E T E S M E L I T U S G E S T A S I O N A L
1. Usia tua saat hamil
2. Multiparitas (jumlah kehamilan lebih dari 4 kali)
3. Obesitas (kelebihan berat badan sebelum lahir lebih 20% dari BB ideal)
4. Riwayat melahirkan bayi dengan BB lebih dari 4000 g / 4 kg
5. Riwayat kehamilan : Sering meninggal dalam rahim, sering mengalami lahir
mati, sering mengalami keguguran
6. Hipertensi
7. Mempunyai riwayat diabetes mellitus gestasional pada kehamilan
sebelumnya
8. Meningkatnya hormon antiinsulin seperti GH, glukogen, ACTH, kortisol,
dan epineprin.
9. Obat-obatan
10. Riwayat keluarga diabetes (jika orang tua atau saudara kandung
memiliki diabetes)
11. Gangguan toleransi glukosa atau glukosa puasa terganggu (kadar gula darah
yang tinggi, tetapi tidak cukup tinggi untuk menjadi diabetes) (Peterson,
1992).

E. Patofisiologi
Sebagian kehamilan ditandai dengan adanya resistensi insulin dan hiperinsulinemia yang
pada beberapa perempuan akan menjadi faktor predisposisi terjadinya diabetes selama
kehamilan. Resistensi ini berasal dari hormon diabetogenik hasil sekresi plasenta yang terdiri
dari atas hormon pertumbuhan (growth hormon), Cortikotropin Releasing Hormone (CRH),
plasenta laktogen, dan progesterone. Hormon ini dan perubahan endokrinologik serta
metabolik akan menyebabkan perubahan dan menjamin pasokan bahan bakar dan nutrisi ke
janin sepanjang waktu. Akan terjadi diabetes mellitus gestasional apabila fungsi pankreas
tidak cukup untuk mengatasi keadaan resistensi insulin yang diakibatkan oleh perubahan
hormon diabetogenik selama kehamilan.

Kadar glukosa yang meningkat pada ibu hamil sering menimbulkan dampak yang kurang
baik terhadap bayi yang dikandungnya. Bayi yang lahir dari ibu dengan diabetes melitus

6|D I A B E T E S M E L I T U S G E S T A S I O N A L
biasanya lebih besar, dan bisa terjadi juga pembesaran dari organ-organnya (hepar, kelenjar
adrenal, jantung). Segera setelah lahir, bayi dapat mengalami hipoglikemia karena produksi
insulin janin yang meningkat, sebagai reaksi terhadap kadar glukosa ibu yang tinggi. Oleh
karena itu, setelah bayi dilahirkan, kadar glukosanya perlu dipantau dengan ketat.

Ibu hamil penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol dengan baik akan meningkatkan
resiko terjadinya keguguran atau bayi lahir meninggal. Bila diagnosis diabetes melitus sudah
dapat ditegakkan sebelum kehamilan, tetapi tidak terkontrol dengan baik, maka janin
beresiko mempunyai kelainan kongenital.

Pada awal kehamilan, glukosa menembus plasenta mencapai fetus secara difusi, sedangkan
asam amino berdifusi secara aktif. Ini berarti bahwa alanin (asam amino glukoneogenik)
menurun dalam plasma ibu sebagai respon terhadap proses transportasi aktif tersebut. Kedua
peristiwa ini akan menyebabkan penurunan kadar gula darah ibu antara 55-65 mg% pada
awal kehamilan, dan mungkin pula disertai penurunan kadar insulin, sedangkan kadar
glukagon dan hormon pertumbuhan normal. Pada proses penyesuaian ini, ibu tersebut dapat
terjadi ketogenesis. Pada penderita diabetes yang hamil ketonemia harus dihindarkan. Dalam
hal ini, dianjurkan pada setiap penderita diabetes gestasional perlu diberikan tambahan
karbohidrat 25 gram saat akan tidur untuk mencegah ketosis pada malam hari. Semakin
bertambah usia kehamilan, produksi Human Plasenta Lactogen (HPL) atau human chorionic
somatomamotropin meningkat karena pembentukannya oleh plasenta meningkat. Kedua
hormon ini adalah antagonis insulin dan sebagai akibatnya penggunaan glukosa oleh ibu
menjadi melambat. Pada wanita hamil normal, sel betha pulau-pulau langerhans akan
menyesuaikan diri terhadap perubahan ini dengan meningkatkan sekresi insulin. Besarnya
plasenta juga berpengaruh terhadap kadar HPL yang beredar dalam darah ibu. Bila
ditemukan hipertrofi plasenta, hal ini menunjukkan diabetesnya tidak terkontrol baik,
menyebabkan kadar HPL meninggi dalam darah ibu. Sebaliknya, kadar HPL plasma yang
rendah dapat ditemukan pada plasenta yang kecil yang dijumpai sebagai akibat komplikasi
pregestasional diabetes terhadap pembuluh darah yang berlangsung lama sehingga
mempengaruhi pertumbuhan plasenta. Salah satu peranan HPL adalah untuk melindungi
fetus dari aktivitas insulin yang berlebihan meskipun jumlah pemberian glukosa ke fetus
tetap berlangsung. Setelah melhirkan dan pengeluaran plasenta, kadar HPL ibu cepat
menghilang dan perubahan pengaturan hormonal akan kembali normal.

7|D I A B E T E S M E L I T U S G E S T A S I O N A L
F. Manajemen Terapeutik
Manajemen terapeutik yang diberikan bertujuan untuk mencegah timbulnya komplikasi pada
ibu dan memertinggi angka keselamatan bayi. Ada tiga tujuan utama pengobatan DMG:

1. Mencegah timbulnya ketosis dan hipoglikemia


2. Mencegah hiperglikemia dan glikosuria seminimal mungkin
3. Mencapai usia kehamilan seoptimal mungkin

Diet ibu diabetes dalam kehamilan tidak berbeda dengan diet diabetes lainnya, kecuali
penambahan kalori total untuk mencapai penambahan BB 10-12 kg selama hamil dan
menjaga asupan karbohidrat tidak kurang dari 200g/hari. Diperhatikan diet yang teratur dan
asupan kalori total yang tepat diselingi dengan makanan kecil (4-6 kali sehari).

Saat tidur, diberikan tambahan 25 gram karbohidrat untuk mencegah ketosis pada malam
hari. Pada wanita dengan glukosa dimana GTT intoleransi glukosa tidak diberikan insulin,
tetapi memerukan pengawasan tetap.

G. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang dirasakan berupa: polidipsi, poliuri, polifagia, penurunan BB, lemah,
mengantuk (somnolen) dan dapat timbul ketoasidosis.

 Pengaruh DM pada kehamilan adalah:


1. Hiperemesis gravidarum
2. Pemakaian glikogen bertambah
3. Meningkatnya metabolisme basal
 Dampak diabetes pada kehamilan
1. Abortus dan Partus prematurus
2. Preeklampsia
3. Hidramnion
4. Kelainan letak janin
5. Insufisiensi
 Pengaruh diabetes pada bayi yang dilahirkan adalah
1. Kematian hasil konsepsi dalam kehamilan muda mengakibatkan abortus
2. Cacat bawaan

8|D I A B E T E S M E L I T U S G E S T A S I O N A L
3. Dismaturitas
4. Janin besar
5. Kelainan neurologis

H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Uji Tantangan Glukosa (Glucose Challenge Test, GCT).
a. Waktu

GCT seringkali dilakukan sebagai uji tapis rutin untuk DMG pada semua kehamilan minggu
ke-24 sampai ke-28. GCT harus dilakukan lebih dini jika terdapat gejala. Beberapa sumber
menganjurkan untuk dilakukan uji tapis pada kunjungan prenatal pertama jika terdapat faktor
resiko. Ulangi pada minggu ke-24 sampai ke-28 jika hasil uji sebelumnya negatif.

b. Prosedur

Kadar glukosa darah dilakukan 1 jam setelah diberikan beban glukosa oral 50g.

c. Interpretasi

Abnormal jika kadarnya 140 mg/dl atau lebih. Meskipun kadar di bawah 140 mg/dl memiliki
nilai prediktif negatif yang tinggi, tetapi ada beberapa yang hasilnya positif palsu. Uji
toleransi glukosa 3 jam puasa harus dilakukan jika GCT >130 mg/dl.

2. Uji Toleransi Glukosa (Glucose Tolerance Test, GTT)

a. Waktu

Sebagai tindak lanjut untuk hasil GCT abnormal.

b. Prosedur

Pasien harus makan makanan mengandung sedikitnya 150 g karbohidrat selama 2 hari.
Pasien memiliki kadar glukosa serum yang diperoleh setelah berpuasa semalaman dan
kemudian makan 100 g larutan glukosa. Kadar glukosa serum kemudian diperiksa pada
jam pertama, kedua, dan ketiga.

c. Interpretasi

9|D I A B E T E S M E L I T U S G E S T A S I O N A L
Jika dua pembacaan atau lebih abnormal, pasien memerlukan pengajaran tentang
diabetes. Jika glukosa darah tidak dapat dikendalikan dengan diet, pasien perlu
diresepkan insulin.

Batas Atas Kadar Glukosa Serum Normal (mg/dl) dengan GTT 3 jam

Puasa 1 jam 2 jam 3 jam


105 190 165 145

3. Adanya kadar glukosa darah yang tinggi secara abnormal. Kadar gula darah pada waktu
puasa > 140 mg/dl. Kadar gula sewaktu >200 mg/dl.

4. Glukosa darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada darah vena,
serum/plasma 10-15% daripada darah utuh, metode dengan deproteinisasi 5% lebih
tinggi daripada metode tanpa deproteinisasi.

5. Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah > 160-180% maka
sekresi dalam urin akan naik secara eksponensial, uji dalam urin: + nilai ambang ini
akan naik pada orang tua. Metode yang populer: carik celup memakai
GOD/glukooksidase.

6. Benda keton dalam urin: bahan urin segar karena asam asetoasetat cepat didekarboksilasi
menjadi aseton. Metode yang dipakai Natroprusid, 3-hidroksibutirat tidak terdeteksi.

7. Pemeriksan lain: fungsi ginjal (ureum, kreatinin), Lemak darah: (kolesterol, HDL, LDL,
trigleserida), Fungsi hati, antibodi anti sel insula langerhans ( islet cellantibody).

Fourth International Workshop-Conference on Gestational Diabetes: Merekomendasikan


skrining untuk mendeteksi Diabetes Gestasional :

a. Risiko Rendah :
Tes glukosa darah tidak dibutuhkan apabila :
Angka kejadian diabetes gestational pada daerah tersebut rendah.
Tidak didapatkan riwayat diabetes pada kerabat dekat.
Usia < 25 tahun.

10 | D I A B E T E S M E L I T U S G E S T A S I O N A L
Berat badan normal sebelum hamil.
Tidak memiliki riwayat metabolisme glukosa terganggu.
Tidak ada riwayat obstetrik terganggu sebelumnya.

b. Risiko Sedang :
Dilakukan tes gula darah pada kehamilan 24 – 28 minggu terutama pada wanita dengan ras
Hispanik, Afrika, Amerika, Asia Timur, dan Asia Selatan.

c. Risiko Tinggi :
Wanita dengan obesitas, riwayat keluarga dengan diabetes, mengalami glukosuria (air seni
mengandung glukosa).
Dilakukan tes gula darah secepatnya. Bila diabetes gestasional tidak terdiagnosis maka
pemeriksaan gula darah diulang pada minggu 24 – 28 kehamilan atau kapanpun ketika pasien
mendapat gejala yang menandakan keadaan hiperglikemia (kadar gula di dalam darah
berlebihan).

I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang diperlukan adalah pemeriksaan kadar gula darah atau skrining glukosa
darah, ultrasonografi untuk mendeteksi adanya kelainan bawaan dan makrosomia,
Hemoglobin glikosida (HbA1c) yang menunjukkan kontrol diabetik (HbA1c lebih besar dari
6% khususnya sebelum kehamilan, membuat janin berisiko anomali kongenital).

J. Penatalaksanaan
Penyusunan diet merupakan terapi utama

1. Masukan kalori harus 30 sampai 35 kkal/kg/hari. Masukan harus dikurangi menjadi


24 kkal/kg/hari jika pasien gemuk.
2. Pasien harus menghindari kue, permen, dan karbohidrat keja cepat lainnya.
3. Komposisi diet harus terdiri dari karbohidrat 50 % sampai 60 , protein 20 % sampai
25 %, dan lemak 20 % dengan kandungan serat yang tinggi.
4. Olahraga terbukti memiliki manfaat tambahan bersama dengan terapi diet.

11 | D I A B E T E S M E L I T U S G E S T A S I O N A L
5. Kontrol secara ketat gula darah, sebab bila kontrol kurang baik upayakan lahir lebih
dini, pertimbangkan kematangan paru janin. Dapat terjadi kematian janin mendadak.
Berikan insulin yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan melalui drips.
6. Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya. Lakukan upaya
pencegahan infeksi dengan baik.
7. Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus
glukosa.
8. Penanganan DMG yang terutama adalah diet, dianjurkan diberikan 25 kalori/kgBB
ideal, kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah.
9. Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10% BB.
10. Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari:

(1) Kalori basal 25 kal/kgBB ideal


(2) Kalori kegiatan jasmani 10-30%
(3) Kalori untuk kehamilan 300 kalor
(4) Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB
Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau
normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mg/dl dan 2 jam pp di bawah
120 mg/dl, maka terapi insulin harus segera dimulai.

 Kontrol kadar gula darah

Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler.
Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya, dengan
ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa
kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai. Pengelolaan DM dalam kehamilan
bertujuan untuk :

a. Mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl


b. Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp < 120 mg/dl
c. Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) < 6%
d. Mencegah episode hipoglikemia
e. Mencegah ketonuria/ketoasidosis diabetik
f. Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal.

12 | D I A B E T E S M E L I T U S G E S T A S I O N A L
Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari, jika
mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah). Dianjurkan kontrol sesuai jadwal
pemeriksaan antenatal, semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin
sering. Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali. Kenaikan berat badan
ibu dianjurkan sekitar 1-2,5 kg pada trimester pertama dan selanjutnya rata-rata 0,5 kg setiap
minggu. Sampai akhir kehamilan, kenaikan berat badan yang dianjurkan tergantung status
gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg, ibu BB normal 12,5-17,5 kg dan ibu BB
lebih/obesitas 7,5-12,5 kg).

 Terapi Insulin

Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil, maka insulin langsung digunakan. Insulin yang
digunakan harus preparat insulin manusia (human insulin), karena insulin yang bukan berasal
dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkan terbentuknya antibodi terhadap insulin
endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah plasenta (placental blood barrier)
sehingga dapat mempengaruhi janin. Pada DMG, insulin yang digunakan adalah insulin dosis
rendah dengan lama kerja intermediate dan diberikan 1-2 kali sehari. Pada DMG, pemberian
insulin mungkin harus lebih sering, dapat dikombinasikan antara insulin kerja pendek dan
intermediate, untuk mencapai kadar glukosa yang diharapkan.Obat hipoglikemik oral tidak
digunakan dalam DMG karena efek teratogenitasnya yang tinggi dan dapat diekskresikan
dalam jumlah besar melalui ASI.

 Pengamatan Obstetrik

1. Ultrasonografi dini untuk perkiraan usia kehamilan yang tepat.


2. Pantau setiap 2 minggu sampai usia kehamilan 36 minggu, kemudian setiap minggu.
3. Periksa glukosa darah puasa dan periksa pemantauan di rumah pada setiap kunjungan.
Jika kadar glukosa puasa > 105 mg/dl, pasien harus dirawat di rumah sakit untuk
memastikan kepatuhan dietnya.
4. Jika glukosa puasa tetap > 110 mg/dl, terapi insulin merupakan indikasi.
5. Periksa adanya ketonuria setiap hari untuk memastikan konsumsi kalori yang
mencukupi.
6. Jika dicurigai adanya makrosomia, lakukan pemeriksaan ultrasonografi. Jika
perkiraan berat janin > 4000 g, dapat dipikirkan seksio sesaria saat aterm.

13 | D I A B E T E S M E L I T U S G E S T A S I O N A L
Amniosentesis bermanfaat untuk mengetahui maturitas paru – paru janin sebelum
seksio sesaria, karena bayi dari ibu diabetic memiliki maturitas paru yang lebih
lambat dibandingkan bayi dari ibu nondiabetik dengan usia kehamilan yang serupa.
7. Pada diabetes gestasional harus diperiksa GTT oral 75 g setiap 6 minggu pascapartum
untuk menyingkirkan kemungkinan intoleransi karbohidrat yang menetap.
Beritahukan pasien bahwa ia memiliki resiko sekitar 35 % untuk menderita diabetes
pada saat tertentu dalam hidupnya.

 Latihan Fisik

Latihan fisik dianjurkan untuk pasien diabetes bukan hanya untuk menurunkan berat badan,
namun untuk menjaga metabolisme glukosa dalam tubuh. Oleh karena itu latihan fisik juga
berguna untuk mencegah diabetes. Contoh latihan fisik yang dianjurkan adalah jalan santai,
bersepeda santai dan yoga.

Saran latihan fisik pada penderita diabetes adalah mengecek kadar gula sebelum latihan fisik,
terutama apabila penderita diabetes tipe 1 tidak patuh terhadap pengobatan. Penderita
diabetes tipe 1 sebaiknya menunda latihan fisik apabila kadar gula darah sedang sangat tinggi
(>300 mg/dl) atau sangat rendah (<70 mg/dl). Latihan fisik yang terlalu lama justru dapat
mengacaukan titik pengaturan metabolisme glukosa dalam tubuh. Jika kadar insulin plasma
pada penderita diabetes tipe 1 sebelum latihan fisik adalah tinggi, latihan fisik dapat
menyebabkan hipoglikemi, bahkan saat sudah tidak ada aktivitas otot. Di sisi lain, jika kadar
insulin plasma sebelum latihan fisik adalah rendah, latihan fisik dapat meningkatkan kadar
gula darah dan menyebabkan kondisi ketoasidosis (gula tidak bisa dimetabolisme sehingga
menghasilkan keton yang bersifat racun bagi tubuh).

 Penatalaksanaan Diabetes Gestasional Intrapartum:

1. Persalinan SC adalah pilihan yang tepat jika TBJ > 4000 gram.
2. Sumber primer hormon anti insulin adalah plasenta maka tidak terdapat tata
laksana lebih lanjut yang dibutuhkan pada periode segera setelah persalinan.
3. Semua ibu dengan DG harus menjalani skrining 6 – 8 mg pasca salin karena
memiliki resiko terkena DM diluar kehamilan.

14 | D I A B E T E S M E L I T U S G E S T A S I O N A L
K. Komplikasi

1. Pada ibu

a. Peningkatan risiko terjadinya preeklampsia

Preeklampsia adalah berkembangnya hipertensi dengan proteinuria atau edema atau


keduanya yang disebabkan oleh kehamilan atau dipengaruhi oleh kehamilan yang sekarang.
Biasanya keadaan ini timbul setelah umur kehamilan 20 minggu tetapi dapat pula
berkembang sebelum saat tersebut pada penyakit trofoblastik. Preeklampsia biasanya terjadi
pada primigravida.

b. Peningkatan risiko seksio sesaria

Hal ini terjadi karena bayi yang baru lahir dari ibu dengan DMG akan memiliki berat badan
yang lebih besar dari berat badan bayi baru lahir normal.

c. Terjadinya diabetes melitus tipe 2 setelah melahirkan

2. Pada janin

a. Makrosomia

Bayi baru lahir dengan berat badan yang berlebihan, yaitu sekitar 4.000-4.500 g atau lebih
besar dari 90% menurut usia kehamilan setelah mengoreksi jenis kelamin atau etnis.

b. Trauma persalinan

Trauma persalinan timbul karena bayi mengalami mikrosomia sehingga menjadi faktor
penyulit dalam proses persalinan.

c. Polisitemia

Polisitemia adalah peningkatan jumlah eritrosit karena pembentukan eritrosit yang berlebihan
oleh sumsum tulang. Akibat dari polisitemia adalah darah menjadi kental dan kecepatan
aliran darah ke pembuluh darah kecil menjadi berkurang. Jika kecepatan aliran darah ke
pembuluh darah maka oksigen yang masuk akan berkurang dan bayi tampak kebiruan.

d. Hipoglikemia

Hipoglikemia pada bayi baru lahir diakibatkan karena kadar glukosa menurun pada jam-jam
pertama kehidupan bayi setelah dilahirkan akibat aliran glukosa dari plasenta yang telah
terputus dan dipengaruhi juga oleh hiperinsulin pada bayi tersebut.

15 | D I A B E T E S M E L I T U S G E S T A S I O N A L
e. Hipokalsemia

Hipokalsemia terjadi karena ketidaknormalan kadar kalsium pada ibu yang disalurkan ke
janin. Kadar kalsium yang tinggi pada ibu selama kehamilan direspon oleh janin dengan
hipoparatiroid yang kemudian terjadi hipokalsemia.

f. Hipomagnesemia

Hipomagnesemia belum diketahui pasti etiologinya, biasanya ada kaitannya dengan


hipokalsemia. Hal lain yang memungkinkan adalah penyimpanan sekunder magnesium
dalam otot yang tidak cukup akibat defisiensi melalui transfer plasenta dan
hipoparatiroidisme neonatus.

g. Hiperbilirubinemia neonatal

Adanya warna kuning pada kulit dan sklera bayi baru lahir yang disebabkan oleh jumlah
produk pemecahan bilirubin berlebihan karena imaturitas fisiologis hati.

h. Sindroma distres respirasi

Bayi dengan hiperinsulin karena tingginya kadar gula darah ibu mengakibatkan gangguan
pernapasan. Hal itu terjadi karena jumlah insulin yang banyak pada bayi menghambat enzim
lesin yang diperlukan untuk produksi surfaktan. Surfaktan adalah lapisan yang melapisi paru-
paru dan memungkinkan bayi untuk bernapas ketika lahir.

i. Resiko bayi lahir cacat

Resiko bayi lahir cacat berupa kelainan jantung bawaan dan spina bifida terjadi karena
sebagian kelainan itu muncul saat trimester pertama. Ibu dengan DMG akan mengalami
peningkatan gula darah yang pesat pada masa tersebut.

j. Mortalitas

Hal ini terjadi karena ukuran bayi yang terlalu besar pada janin saat berada di kandungan
atau aliran darah pada bayi tinggi asam laktat dan kurang oksigen.

L. Prognosis
Diabetes melitus gestasional umumnya hilang setelah bayi dilahirkan. Hasil studi
menunjukkan bahwa kesempatan untuk menderita diabetes melitus gestasional pada
kehamilan kedua antara 30% dan 84% berdasarkan latar belakang budaya. Kehamilan kedua

16 | D I A B E T E S M E L I T U S G E S T A S I O N A L
dengan jangka waktu satu tahun dari kehamilan sebelumnya memiliki resiko yang lebih
tinggi.

Wanita yang terdiagnosa dengan diabetes melitus gestasional memiliki peningkatan resiko
diabetes melitus di kemudian hari. Resiko semakin meningkat pada wanita yang
membutuhkan terapi insulin, wanita yang hamil lebih dari dua kali dan obesitas.

Wanita yang mendapatkan terapi insulin untuk menangani diabetes melitus gestasional
memiliki resiko 50% berkembangnya diabetes saat 5 tahun kedepan.

Berdasarkan populasi yang diteliti, kriteria diagnosa dan tindak lanjut yang dilaksanakan
dapat memiliki resiko yang bervariasi. Resiko dapat meningkat lebih tinggi pada lima tahun
pertama hingga mencapai sebuah titik tinggi sesudahnya.

Studi lain menemukan bahwa resiko diabetes melitus setelah diabetes melitus gestasional
lebih dari 25% setelah 15 tahun. Populasi dengan resiko rendah untuk diabetes melitus tipe 2,
pasien dengan autoimun, ada tingkat yang lebih tinggi dari diabetes melitus tipe 1. Resiko ini
berkatian dengan peningkatan glukosa ibu. Belum ada kejelasan berapa banyak faktor
genetik dan lingkungan yang berpengaruh terhadap resiko ini dan apakah pengobatan
diabetes melitus gestasional dapat mempengaruhi hasil ini.

M. Pencegahan
Faktor keturunan merupakan faktor yang tidak dapat diubah, tetapi faktor lingkungan yang
berkaitan dengan gaya hidup seperti kurang berolahraga serta asupan nutrisi yang berlebihan
dan kegemukan merupakan faktor yang dapat diperbaiki.

Nutrisi merupakan faktor yang penting untuk timbulnya diabetes tipe 2 khususnya diabetes
melitus pada kehamilan. Berikut adalah beberapa cara umum yang dapat dilakukan untuk
mencegah agar tidak terkena diabetes melitus:

1. Pada bayi, pemberian ASI dapat mencegah resiko diabetes mellitus tipe 1 dan
2 minimal sampai umur 4 bulan.
2. Pengaturan pola makan atau diet yang sehat untuk menjaga berat tubuh yang
stabil.
3. Membatasi jumlah lemak jenuh dan lemak trans di dalam pola makan.
4. Konsumsi sumber karbohidrat, sebagian dari kebutuhan energi. Pilihlah
karbohidrat yang kompleks dan serat.
5. Hindari merokok dan pengaruh asapnya.
6. Meningkatkan aktivitas tubuh dan berolahraga yang cukup.

17 | D I A B E T E S M E L I T U S G E S T A S I O N A L
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
2. RKD (Riwayat Kesehatan Dahulu)
a. Riwayat diabetes

b. Riwayat anak lahir besar

3. Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)


a. Adanya keluarga yang menderita DM

4. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)


a. Ditemui adanya tanda-tanda DM, seperti polidipsi, polifagi, poliuri, dan lain-lain

5. Saluran urinarius
Dapat mengalami riwayat poliuri, Infeksi Saluran Kemih (ISK), nefropati makanan
dan cairan, polidipsia, polifagia, mual, muntah, serta penurunan berat badan.

6. Keamanan
Intregitas kulit lengan, paha dapat berubah karena injeksi insulin yang sering, terdapat
kerusakan penglihatan/retinopati, serta riwayat gejala-gejala infeksi dan atau positif
terhadap infeksi perkemihan.

7. Status kebidanan
Tinggi fundus mungkin lebih tinggi atau rendah dari normal terhadap usia gestasi
(hidramnion, ketidaktepatan pertumbuhan janin); riwayat neonatus besar terhadap
usia gestasi (LGA); hidramnion; anomali kongenital; dan kematian janin yang tidak
jelas penyebabnya.

8. Sosial ekonomi
Masalah faktor sosial ekonomi dapat meningkatkan resiko komplikasi,
ketidakadekuatan, atau kurangnya sistem pendukung yang bertanggung jawab.

9. Pemeriksaan diagnostik

18 | D I A B E T E S M E L I T U S G E S T A S I O N A L
Hemoglobin glukosa (HbAlc) kadar glukosan serum acak, kadar keton urine, protein
urine dan kreatin (24 jam), tes fungsi tiroid, hemaglobin, hemaktokrit, kadar estriol,
tes toleransi glukosa, albumin glukosa, elektrodiagram, kultur vagina, tes nonstrs
(NST), ultrasonografi, contraction stress test (CST), oxytocyn challenge test (OCT),
amniosintesis, serta kriteria profil biofisik.

19 | D I A B E T E S M E L I T U S G E S T A S I O N A L
B. Pathway

Pengambilan glukosa
sirkulasi plasenta ↑

Estrogen, kotisol, HPL ↑

Kerja insulin terganggu dan


Glukosa tidak dapat


diserap

Hiperglikemia

Glukosa diplasma ↑ Glukosa disel ↓

Sel tidak dapat nutrisi


↑ osmolalitas plasma dan Glukosa masuk ke
cairan dalam tubulus ginjal plasenta dan ↑

Badan lemas,
polifagi
Poliuri Bayi kelebihan nutrisi
(hiperglikemia)

Dehidrasi

20 | D I A B E T E S M E L I T U S G E S T A S I O N A L
C. Diagnosa Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan


cairan berlebihan dan tidak adekuatnya intake cairan.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
kelainan metabolisme
3. Keletihan di tandai dengan penurunan produksi energi metabolik.
4. Risiko infeksi di tandai dengan hiperglikemia.
5. Resiko tinggi cedera di tandai dengan penurunan visus penglihatan
6. Resiko tinggi cedera janin yang di tandai dengan peningkatan kadar glukosa
maternal sebagai perubahan pada sirkulasi.

D. Intervensi Keperawatan
Dx. 1 : Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebihan dan tidak adekuatnya intake cairan.

Hasil yang diharapkan:


a. Turgor kulit kembali normal
b. Membran mukosa lembab
c. BB stabil
d. Tanda vital dalam batas normal

Rencana Intervensi Rasional


Mandiri:
Pengkajian status cairan dan
Kaji dan dokumentasikan elekrolit yang akurat menjadi
1 turgor kulit, kondisi membrane 1 dasar rencana asuhan
mukosa, TTV keperawatan dan evaluasi
intervensi
Penimbangan berat bada
Timbang BB setiap hari hari
perludilakukan secara rutin
2 dengan menggunakan alat yang 2
untuk mengetahui kesesuaian
sama
BB dengan umur kehamilan

21 | D I A B E T E S M E L I T U S G E S T A S I O N A L
Poliuri menyebabkan pasien
benyak kehilangan cairan.
Catat intake dan output secara
3 3 Pengkajian output dan input
adekuat
yang tepat membantu
menentukan tindakan
Jika klien mampu, najurkan Mencegah kekurangan
untuk mengonsumsi cairan cairandan memperbaiki
4 peroral dengan perlahan , dan 4 keseimbangan asam-basa,
tingkatkan jumlah cairan sesuai perubahan kadar elektrolit, dan
order hipovitaminosis
Menetapkan data dasar yang
dilakukan secara rutin untuk
mendeteksi situasi potensial
Tes urine terhadap aseton, risiko tinggi seperti
5 5
albumin, dan glukosa ketidakadekuatan intake
karbohidrat, diabetic
ketoaidosis, dan hipertensi
dalam kehamilan

Kolaborasi
Selanjutnya guna
Berikan cairan intravena
mempertahankan
sesuai order yang terdiri
6 6 kesimbangan asam-basa
dari elektrolit, glukosa,
dan keadaan elektrolit
dan vitamin
yang tidak seimbang

Dx. 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan kelainan
metabolisme.
Hasil yang diharapkan:

22 | D I A B E T E S M E L I T U S G E S T A S I O N A L
1. Nutrisi ibu akan meningkatkan 24-30 Ib pada masa prenatal atau yang tepat
berat badan sebelum kehamilan.
2. Ibu akan mempertahankan glukosa darah puasa antara 60-100 mg dl 1 jam
prapartum tidak lebih 140 mg/dl.

3. Ibu akan sering mengungkapkan pemahaman tentang aturan individu dan


kebutuhan pemantauan diri.
Rencana Intervensi Rasional
Mandiri:
Membantu dalam
Kaji masukan kalori dan pola mengevaluasi pemahaman ibu
1 1
makan dalam 24 jam. tentang diet dan/atau
pentingnya menaati aturan diet.
Makan sedikit dan sering
Tinjau ulang pentingnya
menghindari glikemia
2 makan kudapan yang teratur 2
postprandial dan ketosis
bila menggunanakan insulin.
puasa/kelaparan.
Bila terjadi hipoglikemia
Mual dan muntah dapat
asimtomatik, atasi dengan
mengakibatkan defisiensi
segelas susu sebanya 8 oz dan
3 3 karbohidrat yang dapat
ulangi tiap 15 menit bila kadar
menimbulkan metabolisme
glukosa serum tetap dibawah
lemak dan terjadi ketosis.
70 mg dl.

Kolaborasi
Penggunaan jumlah besar
karbohidrat sederhana untuk
Diskusikan dosis, jadwal, dan
4 4 mengatasi hipoglikemia
tipe insulin.
menyebabkan nilai glukosa
darah meningkat cepat.

23 | D I A B E T E S M E L I T U S G E S T A S I O N A L
Kombinasi karbohidrat
dengan protein
mempertahankan
normoglikemia lebih lama dan
membantu mempertahankan
stabilitas glukosa sepanjang
hari.
Pembagian dosis
mempertimbangkan
kebutuhan maternal dan rasio
waktu makan terhadap
Sesuaikan diet atau cara
makanan dan memungkinkan
5 pemberian insulin untuk 5
kebebasan dalam penjadwalan
memenuhi kebutuhan individu.
makanan. Dosis total setiap
hari berdasarkan usia gestasi,
berat badan ibu, dan kadar
glukosa serum.
Kebutuhan metabolik pranatal
berubah setiap trimester dan
penyesuain ditentukan oleh
penambahan berat badan dan
Rujuk pada ahli diet dan
tes laboratorium. Diet spesifik
6 konseling pertanyaan mengenai 6
pada individu diperlukan
diet yang dianjurkan.
untuk mempertahankan
normoglikemia dan
mendapatkan berat badan
yang diinginkan.
Memberikan keakuratan
Tentukan hasil HbAlc setiap 2-
7 7 gambaran rata-rata kontrol
4 minggu.
glukosa serum selama 60 hari.

24 | D I A B E T E S M E L I T U S G E S T A S I O N A L
Dx.3 : Keletihan di tandai dengan penurunan produksi energi metabolik.
Hasil yang diharapkan:

1. Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.


2. Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam
aktivitas yang diinginkan.

Rencana Intervensi Rasional


Mandiri:
Pendidikan dapat memberikan
Diskusikan dengan pasien
motivasi untuk meningkatkan
1 kebutuhan akan aktivitas. 1
tingkat aktivitas meskipun
pasien mungkin sangat lemah.
Berikan aktivitas alternatif
Mencegah kelelahan yang
2 dengan periode istirahat yang 2
berlebihan.
cukup.
Pantau nadi, frekuensi
Mengindikasikan tingkat
pernafasan dan tekanan darah
3 3 aktivitas yang dapat ditoleransi
sebelum/sesudah melakukan
secara fisiologis.
aktivitas.
Meningkatkan kepercayaan
Tingkatkan partisipasi pasien
diri/ harga diri yang positif
4 dalam melakukan aktivitas 4
sesuai tingkat aktivitas yang
sehari-hari sesuai toleransi.
dapat ditoleransi.

Dx. 4 : Risiko infeksi di tandai dengan hiperglikemia.


Hasil yang diharapkan:

1. Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.


2. Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah
terjadinya infeksi.

25 | D I A B E T E S M E L I T U S G E S T A S I O N A L
Rencana Intervensi Rasional
Mandiri :
Pasien mungkin masuk dengan
infeksi yang biasanya telah
Kaji tanda-tanda infeksi dan
1 1 mencetuskan keadaan
peradangan.
ketoasidosis atau dapat
mengalami infeksi nosokomial.
Tingkatkan upaya untuk
pencegahan dengan melakukan Mencegah timbulnya infeksi
2 2
cuci tangan yang baik pada silang.
semua.
Kadar glukosa yang tinggi
Pertahankan teknik aseptik pada dalam darah akan menjadi
3 3
prosedur invasif. media terbaik bagi
pertumbuhan kuman.
Sirkulasi perifer bisa terganggu
yang menempatkan pasien pada
Berikan perawatan dengan
4 4 peningkatan resiko terjadinya
teratur dan sungguh-sungguh.
kerusakan pada kulit/iritasi kulit
dan infeksi.
Lakukan perubahan posisi, Membantu dalam memventilasi
5 anjurkan batuk efektif dan nafas 5 semua daerah paru dan
dalam. memobilisasi sekret.

Kolaborasi
Untuk mengidentifikasi
Lakukan pemeriksaan
organisme sehingga dapat
kultur dan ssensitifitas
6 6 memilih / memberikan
sesuai dengan indikasi.
terapi anti biotik yang
terbaik.

26 | D I A B E T E S M E L I T U S G E S T A S I O N A L
Penanganan awal dapat
Berikan anti biotik yang
7 7 membantu mencegah
sesuai
timbulnya sepsis.

Dx. 5 : Resiko tinggi cedera di tandai dengan penurunan visus penglihatan


Hasil yang diharapkan:
1. Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.
Rencana Intervensi Rasional
Mandiri :
Pantau tanda-tanda vital dan Sebagai dasar untuk
1 status mental. 1 membandingkan temuan
abnormal.
Menurunkan kebingungan dan
Panggil pasien dengan nama,
membantu untuk
2 orientasikan kembali sesuai 2
mempertahankan kontak
dengan kebutuhannya.
dengan realitas.
Pelihara aktivitas rutin pasien
Membantu memelihara pasien
sekonsisten mungkin, dorong
tetap berhubungan dengan
3 untuk melakukan kegiatan 3
realitas dan mempertahankan
sehari- hari sesuai
orientasi pada lingkungannya.
kemampuannya.
Dekatkan barang–barang yang
Menghindari resiko terjadinya
sering diperlukan oleh pasien
4 4 cidera pada pasien.
dan jauhkan barang–barang yang
mampu membahayakan pasien.
Bantu pasien saat berada ke Menghindari pasien dari resiko
5 5
toilet. jatuh saat berada di toilet.
Tempatkan pasien pada ruangan Rangsangan berlebih
6 6
yang tenang dan tersendiri meningkatkan agitasi pasien.

27 | D I A B E T E S M E L I T U S G E S T A S I O N A L
Dx. 6 : Risiko cidera janin yang di tandai dengan peningkatan kadar glukosa maternal
akibat perubahan pada sirkulasi.
Hasil yang diharapkan:

Ibu akan menunjukkan reaksi NST secara normal dan oxytocyn challnge test dan/ atau tes
stres kontraksi negatif.

Rencana Intervensi Rasional


Mandiri :
Janin kurang beresiko bila
Tentukan klasifikasi White
klasifikasi White adalah A, B,
terhadap diabetes, jelaskan
1 1 dan C dengan klasifikasi D atau
klasifikasi serta makna pada ibu
diatas akan mengalami masalah
dan pasangan.
ginjal atau komplikasi lainnya.
Kontrol ketat sebelum konsepsi
Kaji kontrol diabetik sebelum
2 2 membantu risiko mortalitas
konsepsi.
janin dan anomali kongenital.
Kaji gerakan janin dan DJJ
Terjadinya insufiensi plasenta
setiap kunjungan sesuai indikasi.
dan ketosis maternal mungkin
Anjurkan untuk mencatatnya
3 3 secara negatif akan
mulai usia gestasi 18 minggu
memengaruhi gerakan janin dan
dan setiap hari mulai minggu ke-
DJJ.
34.
Pantau adanya tanda hipertensi
Bermanfaat untuk
dalam kehamilan (edema,
4 4 mengidentifikasi pola
proteinuria, dan peningkatan
pertumbuhan abnormal.
TD).
Kira-kira 12-13 dari diabetes
Berikan informasi tentang efek
menjadi gangguan hipertensi
diabetes yang mungkin pada
5 5 karena perubahan
pertumbuhan dan perkembangan
kardiovaskular berkenaan
janin.
dengan diabetes.

28 | D I A B E T E S M E L I T U S G E S T A S I O N A L
Kolaborasi :
Pengetahuan membantu ibu
Kaji HbAlc setiap 2-4 minggu membuat keputusan tentang
6 6
sesuai indikasi. melaksanakan aturan dan dapat
meningkatkan kerja sama.
Insiden bayi malformasi secara
Dapatkan kadar serum alfa
kongenital meningkat pada
7 fetoprotein (AFP) pada gestasi 7
wanita dengan kadar tinggi pada
14-16 minggu.
awal kehamilan buruk.
USG bermanfaat dalam
Siapkan untuk USG pada usia
memastikan tanggal gestasi dan
kehamilan 8, 12, 18, 28, 36
8 8 membantu mengevaluasi Intra
sampai 38 minggu sesuai
Uterine Growth Retardation
indikasi.
(IUGR)
Mengkaji kesejahteraan janin
Lakukan NST dan OCT/CST
9 9 dan keadekuatan perfusi
dengan tepat.
plasenta.

29 | D I A B E T E S M E L I T U S G E S T A S I O N A L
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Diabetes melitus pada kehamilan dapat mengakibatkan dampak buruk bagi sang ibu dan juga
janin yang tengah dikandungnya.
2. Penyakit diabetes melitus yang terjadi selama kehamilan disebabkan karena kurangnya
jumlah insulin yang dihasilkan oleh tubh yang dibutuhkan untuk membawa glukosa melewati
membran sel.
3. Faktor resiko ibu hamil dengan diabetes melitus adalahRiwayat keluarga dengan diabetes
melitus, Glukosuria dua kali berturut-turut, Obesitas, Keguguran kehamilan yang tidak bisa
dijelaskan (abortus spontan), Adanya hidramnion, Kelahiran anak sebelumnya besar, Umur
mulai tua, Herediter.
4. Hal yang terpenting dari penanganan diabetes gestasional adalah mengontrol kadar gula
dalam darah.

B. Saran
Bagi ibu hamil hendaknya mengatur pola makan dan porsi makan dengan benar,
menhindari makan dan minuman yang mengandung glukosa berlebih, rutin berolahraga, serta
selalu rajin untuk control gula darah, agar jika terdapat peningkatan gula darah yang berlebih,
segera mendapatkan penangan dari petugas kesehatan.

30 | D I A B E T E S M E L I T U S G E S T A S I O N A L
DAFTAR PUSTAKA

1. Gibney, Michael J., et all. Gizi Kesehatan Masyarakat. 2008. Jakarta: EGC
2. Graber, Mark A., Peter P. Toth, Robert L. Herting. 2006. Buku Saku : Dokter
Keluarga University Of Lowa Edisi 3. Jakarta: EGC
3. Hartini, Sri. 2009. Diabetes? Siapa takut!!: Panduan Lengkap untuk Diabetesi,
Keluarganya, dan Profesional Medis. Bandung: Qanita.
4. Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
5. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka
6. Sastrawinata, Sulaiman. 2004. Obstetri Patologi: Ilmu Kesehatan Reproduksi edisi 2.
Jakarta: EGC
7. Stright, Barbara R. 2001. Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir edisi 3. Jakarta: EGC
8. http://dokter-alwi.com/diabetes.html diakses tanggal 17 maret 2014 pukul 10.04
9. http://www.scribd.com/doc/81299017/PENATALAKSANAAN-KEHAMILAN-
DAN-PERSALINAN-PADA-DIABETES-MELITUS-GESTASIONAL-pptx Diakses
tanggal 18 Maret 2014 pukul 12.16
10. http://www.news-medical.net/health/Gestational-Diabetes-Prognosis.aspx

31 | D I A B E T E S M E L I T U S G E S T A S I O N A L

Anda mungkin juga menyukai