PROPOSAL PENELITIAN
OLEH :
14.071.014.058
MAKASSAR
2021
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian........................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian......................................................................................... 4
B. Pengertian..................................................................................................... 5
C. Penyebab....................................................................................................... 5
D. Gejala…………………………………………………….…………………. 7
A. Kerangka Pikir.............................................................................................. 10
B. Variabel Penelitian........................................................................................ 11
C. Definisi Operasional...................................................................................... 12
D. Hipotesis Penelitian....................................................................................... 16
A. Desain Penelitian........................................................................................... 17
3
C. Teknik Sampling........................................................................................... 18
E. Alur penelitian……………………………………………………............ 19
F. Instrumen penelitian...................................................................................... 20
I. Analisis data……………………………………………………………… 22
J. Etika Penelitian............................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ditandai dengan penurunan fungsi organ tubuh seperti otak,jantung,hati dan ginjal serta
peningkatan kehilangan jaringan aktif tubuh berupa otak-otak tubuh. Penurunan fungsi
organ tubuh pada lansia akibat dari berkurangnya jumlah dan kemampuan sel tubuh,
menghilang, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
Permasalahan yang terjadi pada lansia, dimana proses menua (aging) adalah
proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang
saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan ini cederung berpotensi menimbulkan
masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa
secara khusus pada lansia. Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan
yang progresif terutama karena aspek psikologis yang mendadak, misalnya bingung,
panik, depresif, apatis, dsb. Hal ini biasanya bersumber dari munculnya stresor
psikososial yang paling berat misalnya kematian pasangan hidup, kematian sanak
keluarga dekat, terpaksa berurusan dengan penegak hukum atau trauma psikis (Yulina
Amry 2013).
5
kesulitan buang air besar bukan masalah besar, hanya akibat dari salah makan atau
kurang minum air sehingga disepelehkan dan diangap akan sembuh dengan sendirinya,
padahal, konstipasi dapat mengakibatkan kanker usus besar (cason cancer) yang dapat
melalui anus, dan menimbulkan rasa terganggu atau tidak nyaman pada rektum,
konstipasi dapat terjadi pada semua lapisan usia,yang pada umumnya ditandai dengan
frekuensi buang air besar yang rendah ( kurang dari 3 kali dalam satu minggu).
Preverensi konstipasi pada lansia di indonesia adalah sebesar 3,9 % untuk lansia usia 60-
69 tahun dan 6,3 % pada lasia diatas usia 70 tahun oleh berbagai hal, seperti kurangannya
asupan serat, kurang asupan air, pengaruh obat dikonsumsi, pengaruh dari penyakit yang
diderta, hingga akibat kurang aktivitas fisik. Banyak penelitian yang telah dilakukan
untuk mengatahui penyebab terjadinya konstipasi, terutama asupan serat dan asupan air.
Akan tetapi belum banyak penelitian yang meneliti hubungan aktifitas fisik dengan
kejadian konstipasi. Aktivitas fisik itu sendiri memiliki pengertian serangkaian gerakan
fisik yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangannya (Kartika Sari 2016).
gastrointestinal yang lebih sering dilakukan di dunia, di mana yang paling umum terjadi
adalah konstipasi primer atau fungsional. Konstipasi ini dua kali lebih sering umum
ketidaknyaman, timbulnya perasaan malaise (lesu, tidak sehat, dan gelisah,) gangguan
aktifitas seperti kram perut, serta penrunan kualitas hidup melelui produktivitas kerja
6
yang menurun dan tingginya tingkat ketidakhadiran di institusi tertentu seperti sekolah
atau kantor. Jika hal ini terus dibiarkan dalam jangka waktu yang panjang, maka akan
Konstipasi fungsional merupakan salah satu penyakit yang terjadi sebagai akibat
dari perubahan gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat. Konstipasi jarang ditemukan
pada masyarakat pedesaan, lebuh sering dialami pada masyarakat perkotaan yang
memiliki kaitan erat dengan asupan serat. Sering dengan perubahan zaman yang semakin
maju ditambah dengan tuntutan pergaulan membuat masyarakat memilih menjalani gaya
hidup yang cenderung tidak sehat. Perubahan gaya hidup dan pola makan kurang sehat
rendahnya asupan serat dan asupan cairan, rendahnya tingkat aktifitas fisik, tingginya
stres, tingginya konsumsi kopi namun rendahnya konsumsi minuman probiotik, dan
posisi yang kurang baik (duduk) saat buang air besar. Hal tersebut menjadi hal umum
yang dialami pada kelompok remaja dan dewasa awal, termasuk mahasiswa (Oktaviana
2013). Kejadian konstipasi pada lansia di BRSLU GAU MABAJI GOWA dalam hal ini
peneliti telah meninjau beberapa pasien lansia Konstipasi dapat disebabkan oleh beberapa
hal, yaitu asupan serat, asupan air, konsumsi obat-obatan, akibat dari penyakit yang
diderita atau aktivitas fisik Berdasarkan dari seluruh responden, responden yang tidak
cukup melakukan aktivitas fisik dan mengalami konstipasi sebesar 82% dan sebagian
besar responden yang cukup melakukan aktivitas fisik sebesar 77,8% tidak mengalami
konstipasi.
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah
apakah ada faktor yang berhubungan dengan kejadian kostipasi pada lansia di BRSLU Gau
Mabaji Kab.Gowa.
C. Tujuan Penelitians
1. Tujuan Umum
1. Tujuan Khusus
a. Megetahui yang berhubungan dengan asupan serat terhadap asupan cairan dan
aktifitas fisik faktor yang berkotribusi terhadap kejadian konstipasi pada lansia di
b. megetahui yang berhubungan dengan jenis kelamin terhadap asupan cairan dan
aktifitas fisik faktor yang konstribusi terhadap kejadian konstipasi pada lasia di
c. Mengetahui yang berhubungan dengan asupan cairan dan aktifitas fisik terhadap
D. Manfaat Penelitan
1. Bagi pasien
2. Bagi perawat
8
pelayanan kesehatan.
3. Bagi peneliti
lansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
variasi yang luas pada setiap orang. Perubahan kebiasaan BAB merupakan
didefenisikan sebagai evakuasi fases yang jarang atau sulit dan dapat akut
buang air besar tiadak bisa lancar dan teratur. Pada keadaan normal, setiap 24
9
konstisipasi apabila tidak buang air besar selama dua hari atau lebih( Talitha
Raissa 2013).
2. Penyebab
intoleransi susu, penyakit dan gangguan pada usus besar, kehamilan, usia
usus. Konstipasi kronis biasa terjadi akibat diet rendah serat. Selain itu, bias
juga karena makan tidak teratur, kurang pergerakan dan berolahraga, dan
mengabaikan saat terjadi rangsangan untuk buang air besar. Konstipasi yang
terjadi pada usia lanjut dengan atau tanpa gambaran sistemik harus diobati
menurun.
10
diet yang tidak adekuat; rendah serat; tinggi protein, bahkan serat yang
hidup kurang gerak; serta ganggua pada saraf pusat. Penyalahgunaan obat-
yang menyebabkan pada lansia yaitu antara lain anabolik steroid, analgesik,
dan Beare juga menyebutkan bahwa konstipasi pada lansia disebabkan oleh
menurunnya kekuatan dan tonus otot. Selain itu, konstipasi pada lansia juga
maju di akibatkan karena perbedaan pola diet serat dan tingkat aktivitas fisik.
3. Gejala
makan, hormon, gaya hidup dan bentuk usus besar masing-masing orang.
Akan tetapi, gejala umum yang sering ditemui diantaranya adalah perut
terasa penuh, nyeri dan mulas, tinja atau feses lebih keras dari biasanya; pada
11
saat BAB feses atau tinja sulit dikeluarkan atau dibuang, tubuh berkeringat
besar atau biasa disebut konstipasi, karena kurangnya asupan cairan dapat
penyembuhan. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Leo Chiton, seorang pakar
dibidang terapi air, yaitu bahwa terapi air merupakan terapi alami yang
didasarkan pada penggunaan air secara internal (dengan meminum air) dan
mengandung kafein yang merupakan diuretic, yang berarti bahwa jika kita
meminumnya justru akan menghapus lebih banyak cairan yang berasal dari
dalam tubuh individu daripada jumlah air (kopi) yang di minum tersebut. Ini
berarti tubuh lebih banyak memproduksi urin, hal itu menyebabkan dehidrasi
Posisi saat buang air besar terbagi menjadi dua yaitu duduk dan jongkok.
Namun posisi jongkok menjadi posisi paling baik saat buang air besar, sebab
posisi jongkok saat buang air besar dapat mengurangi kemungkinan untuk
BAB III
A. Kerangka Pikir
mengalami pengerasan tinja yang berlebihan sehingga sulit untuk dibuang atau
Konstipasi yang cukup hebat disebut juga dengan obstipasi. Dan obstipasi yang
cukup parah dapat menyebabkan kanker usus yang berakibat fatal bagi
penderitanya.
Lansia
Konstipasi
Tabel kerangka piker (Talitha Raisa,2013)
14
Golongan:
1. Stroke
2. Penyakit
Kondisi Parkinson
neurologik 3. Trauma
medulla
Gangguan spinalis
metabolik 4. Neuropati
diabetic
Kausa
psikologik 1. Hiperkalsemia
2. Hypokalemia
3. hipotiroidisme
1. Psikosis
2. Depresi
3. Demensia
4. Kurang privasi untuk BAB
5. Konstipasi imajiner
A. Variabel Peneliti
sterhadap variabel yang lain. Akibat perubahan yang ditimbulkan, makavariable ini
2. Variable dependen merupakan variable yang mengalami perubahan sebagai akibat dari
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah hubungan konstipasi pada lansia
B. Definisi operasional
Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square menunjukkan bahwa ada hubungan
antara asupan serat dengan kejadian konstipasi, sedangkan hasil uji Rank Spearman
menunjukkan adanya hubungan antara asupan serat (gram) dengan periode buang air
besar (hari) dan nilai koefisien korelasinya yang negatif menjelaskan bahwa semakin
besar asupan serat semakin kecil periode buang air besar atau dapat dikatakan buang air
besarnya semakin sering. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
pada pasien di BRSLU GAU MABAJI KAB GOWA yang menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara asupan serat dengan konsistensi feses (p = 0,016) artinya
semakin tercukupi asupan serat maka konsistensi feses semakin lembut, bervolume dan
kurang sebab sering tidak menghabiskan makanan yang telah disediakan oleh pihak
16
PANTI. Hasil penelitian tersebut serupa dengan penelitian yang dilakukan pada lansia di
BRSLU GAU MABAJI KAB GOWA yang menunjukkan bahwa lansia yang mengalami
konstipasi (20,4%) cenderung dikarenakan konsumsi serat yang tidak cukup. Hal ini
terjadi karena lansia tidak menghabiskan makanannya dengan alasan tidak menyukai
makanan yang dihidangkan dan lebih senang untuk membeli jajanan yang cenderung
Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square menunjukkan bawa ada hubungan
antara posisi buang air besar dengan kejadian konstipasi. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan pada anak berusia 10-15 tahun yang menunjukkan
adanya hubungan yang bermakna antara posisi buang air besar dengan kejadian
konstipasi.
Penelitian ini serupa dengan studi yang dilakukan di Jepang dengan pengukuran
tekanan abdomen dan sudut anorektal menggunakan video manometri pada tiga posisi
saat buang air besar yaitu duduk, duduk dengan kaki membentuk sudut 600 dan posisi
jongkok menjelaskan bahwa sudut rektoanal atau sudut yang terbentuk antara anus dan
rektum pada posisi buang air besar jongkok adalah 126o , sedangkan pada posisi buang
air besar duduk adalah 100o dan posisi duduk dengan kaki membentuk sudut 60o adalah
990 .
Hal ini berarti posisi buang air besar yang baik adalah pada posisi jongkok sebab
sudut yang dihasilkan semakin besar yang mempermudah proses defekasi dan tidak
Berdasarkan hasil uji statistik Korelasi Spearman, didapat nilai p sebesar 0,000
di mana p < 0,1 yang berarti terdapat hubungan antara aktivitas fi sik dengan
konstipasi pada responden. Koefi sien korelasi yang didapat adalah sebesar 0,557
yang menunjukkan adanya hubungan yang kuat dan bersifat positif di antara kedua
melakukan aktivitas fisik yang cukup. Hal tersebut berarti diperlukan aktivitas fisik
yang cukup untuk tidak mengalami konstipasi. Pernyataan ini diperkuat dengan
jumlah responden yang tidak mengalami konstipasi sebesar 77,8% telah melakukan
Aktivitas fisik sebenarnya merupakan salah satu aspek yang tidak dapat lepas
dari kehidupan sehari–hari. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan
seseorang untuk melakukan aktivitas fisik seperti berdiri, berjalan dan bekerja.
Seringkali karena berbagai hal, seseorang malas bergerak dan melakukan aktivitas
sehari–hari. Padahal beraktivitas merupakan salah satu aspek yang penting dalam
Aktivitas fisik secara umum berarti serangkaian gerakan anggota tubuh akibat
kontraksi dan relaksasi oleh otot yang memerlukan energi (Ranggadwipa, 2014).
Aktivitas fisik perlu dilakukan untuk melatih kekuatan otot dan menjaga agar otot
tidak cepat mengalami penurunan fungsi yang signifi kan, terutama pada lansia.
18
Semakin tua seseorang, maka secara otomatis fungsi fi siologis dalam tubuh akan
satu aspek dalam hidup yang tidak terhindarkan. Aktivitas fisik bukan hanya yang
Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah apakah aktivitas fisik yang telah
dilakukan sehari – hari sudah cukup untuk kebutuhan tubuh. Kurang beraktivitas
kronis dan penyakit degeneratif, salah satunya adalah konstipasi (Chu, et al., 2014).
Aktivitas yang kurang akan menyebabkan otot-otot tubuh, salah satunya otot polos
proses defekasi. Jika otot polos pada usus besar mengalami penurunan fungsi, maka
feses di dalam usus besar dan rektum akan terhambat, sedangkan semakin lama feses
berada di dalam usus besar maka akan semakin banyak air yang terserap oleh usus
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesa alternatif dalam penilitian ini adalah hubungan konstipasi pada lansia dengan
Hipotesa nol dalam penilitian ini adalah tidak terdapat hubungan konstipasi pada lansia
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
peristiwa-peristiwa penting yang terjadi masa kini. Deskripsi peristiwa, dilakukan secara
sistematis dan lebih menekankan pada faktual dari pada data faktual penyimpulan. Penelitian
yang menekankan pada waktu pengukuran atau obsevasi data variabel indenpenden dan
dependen hanaya satu kali pada satu saat,dan di nilai secara simultan pada suatu saat jadi
1. Populasi
peneliti. Penentuan sumber data dalam suatu penelitian sangat penting dan
menetukan keakuratan hasil penelitian Populasi peneliti ini adalah semua pasien
bajidaka.
2. Sampel
sangat luas dan berasal dari strata atau tingkatan yang berbeda. Adanya keterbatasan
waktu, tenaga, biaya dan sebab lain, penelitan hanya menggunakan sebagian dari
21
populai sebagai sumber data. Sebagaian dari populasi yang mewakili suatu populasi
disebut sebagian sampel. Bila dihitung dari jumlah rata-rata kunjungan perbulan
sebanyak 297 pasien.Jumlah rata – rata pasien di ruang perawatan perbulan adalah:
297 dibagi menjadi sembilan (9), sebanyak 33 pasien. Dan jumlah perawat yang
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total dari populasi yang
a. Kriteria inklus
b. Kriteria eksklusi :
C. Teknik sampling
Teknik sampling merupakan teknik yang memberikan peluang atau kesempatan yang
sama bagi setiap unsur (anggota) popolasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik
sampling yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik purvosive sampling
yaitu sampel penelitian yang diambil berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan diatas.( Dr.
Saryono 2013).
22
1. Lokasi
2. Waktu
E. AlurPenelitian
Sampel sesuai
dengan Kriteria
inklusi
Jelaskan prosedur
dan tujuan penelitian
Penerapan terhadap
kepuasan pasien
Penyelesaian administrasi
Olah data
23
F. Instrumen Penelitian
1. Instrumen.
a. Kuisioner A
Kuisioner A adalah data demografi responden yang berisi identitas responden yang
2. Instrumen
b .Kuisioner B
Tidak =0.
c. Kuisioner C
Tidak =0.
cosioner kepada responden yang terdiri dari 10 pertanyaan tertutup responden cukup
menjawab memberikan tanda ceklist (√) pada kolom yang benar Cosioner yang
24
dibuat berbentuk tertutup disediakan alternatif jawaban yaitu respon “YA” dan
skala Guttment dengan 2 interval jawaban yaitu “YA” diberi nilai 1 dan
Kemudian
0 – 10 merupakan rentang nilai ini diurutkan dari nilai terkecil sampai dengan
Prosedur pengumpulan data yang akan dilakukan meliputi prosedur administratif dan
tekhnis.
a. Prosedur Administratif
Penelitian dilakukan setelah mendapat surat ijin penelitian dari Fakultas Ilmu
b. Prosedur Teknis
Peneliti meminta izin kepada kepala ruangan dan penanggung jawab shift,
b). Peneliti mengopservasi atau melihat perawat yang menerapkan timbang terima
1. Uji Validitas
mengukur apa yang seharusnya diukur uji validitas untuk kuesioner menggunakan uji
korelasi pearson product moment (r) yaitu membandingkan antara skor nilai setiap item
2. Uji Reliabilitas
dalam satu subjek yang sama dalam waktu yang berbeda. Uji reabilitas yang digunakan
adalah dengan alpha Cronbach lebi kecil dari 0,6 (minimal memiliki kriteria tinggi) maka
dinyatakan tidak reliabel dan sebaliknya alpha cronbach lebih besar 0,6 dinyatakan
reliabel.
I. Analisis Data
a. Editing
Editing adalah proses pengecekan atau memeriksa data yang telah berhasil
dikumpulkan dari lapangan, karena ada kemungkinan data yang telah masuk tidak
memenuhi syarat atau tidak dibutuhkan. Tujuan dari editing adalah untuk mengoreksi
kesalahan-kesalahan dan kekurangan data yang peneliti dapatkan pada saat melakukan
pencatatan lapangan.
26
b. Coding
Coding adalah kegiatan pemberian kode tertentu pada tiap-tiap data yang termasuk
kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk angka–angka atau
huruf untuk membedakan antara data atau identitas data yang akan dianalisis, sehingga
c. Scoring
Scoring dilakukan dengan memberikan nilai sesuai dengan skor yang telah
ditentukan peneliti.Jika klien mampu melakukan maka diberi skor nilai satu dan jika tidak
d. Tabulasi Data
menggunakan program SPSS Versi 16,0.Analisa dilakukan secara sistematik antara lain:
1) Analisis Univariat
Analisis univariat adalah cara analisis untuk variable tunggal analisis univariat
penelitian. Bentuk analisis unuvariat tergantu jenis datanya. Data numeric digunakan
2) Analisa Bivariat
analisischi-squarenilai a yang digunakan adalah 0,05 berdasarkan nilai pada uji chi
27
square,Ho diterima jika nilai p>a, Ho ditolak jika nilai p>a,maka Ha diterima jika Ho
J. Etika Penelitian
institusi dalam hal ini FIK-UIM dengan mengajukan permohonan ini kepada
meliputi:
dan jika responden tidak bersedia maka penelitian harus menghormati haknya.
2. Anonimity (tanpanama)
namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan inisial dan member
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Semua informasi dari perawat rawat inap bajidaka Rumah Sakit Labuang
Hidayat. (2011)
28
DAFTAR PUSTAKA