Anda di halaman 1dari 29

1

PROPOSAL PENELITIAN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA


LANSIA DI BRSLU GAU MABAJI KAB. GOWA

OLEH :

FAZRUL RAFZAN NGOFANGARE

14.071.014.058

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR

MAKASSAR

2021
2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah......................................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian........................................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian......................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjaun Umum Tentang Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian

Konstisipasi pada lansi…………………………………………………… 5

B. Pengertian..................................................................................................... 5

C. Penyebab....................................................................................................... 5

D. Gejala…………………………………………………….…………………. 7

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Pikir.............................................................................................. 10

B. Variabel Penelitian........................................................................................ 11

C. Definisi Operasional...................................................................................... 12

D. Hipotesis Penelitian....................................................................................... 16

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian........................................................................................... 17
3

B. Populasi dan Sampel..................................................................................... 17

C. Teknik Sampling........................................................................................... 18

D. Lokasi Dan Waktu Penelitian........................................................................ 19

E. Alur penelitian……………………………………………………............ 19

F. Instrumen penelitian...................................................................................... 20

G. Prosedur Pengumpulan Data......................................................................... 21

H. Validitas dan reabilitas…………………………………………………… 22

I. Analisis data……………………………………………………………… 22

J. Etika Penelitian............................................................................................ 24

DAFTAR PUSTAKA
4

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lansia merupakan proses penuaan dengan bertambahnya usia individu yang

ditandai dengan penurunan fungsi organ tubuh seperti otak,jantung,hati dan ginjal serta

peningkatan kehilangan jaringan aktif tubuh berupa otak-otak tubuh. Penurunan fungsi

organ tubuh pada lansia akibat dari berkurangnya jumlah dan kemampuan sel tubuh,

sehingga kemampuan jaringan tubuh untuk mempertahankan fungsi secara normal

menghilang, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan

yang diderita (Yulina Amry 2013).

Permasalahan yang terjadi pada lansia, dimana proses menua (aging) adalah

proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang

saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan ini cederung berpotensi menimbulkan

masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa

secara khusus pada lansia. Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan

(homeostatis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan/kemerosotan (deteriorisasi)

yang progresif terutama karena aspek psikologis yang mendadak, misalnya bingung,

panik, depresif, apatis, dsb. Hal ini biasanya bersumber dari munculnya stresor

psikososial yang paling berat misalnya kematian pasangan hidup, kematian sanak

keluarga dekat, terpaksa berurusan dengan penegak hukum atau trauma psikis (Yulina

Amry 2013).
5

Konstipasi masih seringan dianggap remeh oleh masyarakat. Mereka menganggap

kesulitan buang air besar bukan masalah besar, hanya akibat dari salah makan atau

kurang minum air sehingga disepelehkan dan diangap akan sembuh dengan sendirinya,

padahal, konstipasi dapat mengakibatkan kanker usus besar (cason cancer) yang dapat

berunjung kematian (Kartika Sari 2016).

Konstipasi adalah kondisi di mana fases mengeras sehingga susah dikeluarkan

melalui anus, dan menimbulkan rasa terganggu atau tidak nyaman pada rektum,

konstipasi dapat terjadi pada semua lapisan usia,yang pada umumnya ditandai dengan

frekuensi buang air besar yang rendah ( kurang dari 3 kali dalam satu minggu).

Preverensi konstipasi pada lansia di indonesia adalah sebesar 3,9 % untuk lansia usia 60-

69 tahun dan 6,3 % pada lasia diatas usia 70 tahun oleh berbagai hal, seperti kurangannya

asupan serat, kurang asupan air, pengaruh obat dikonsumsi, pengaruh dari penyakit yang

diderta, hingga akibat kurang aktivitas fisik. Banyak penelitian yang telah dilakukan

untuk mengatahui penyebab terjadinya konstipasi, terutama asupan serat dan asupan air.

Akan tetapi belum banyak penelitian yang meneliti hubungan aktifitas fisik dengan

kejadian konstipasi. Aktivitas fisik itu sendiri memiliki pengertian serangkaian gerakan

fisik yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangannya (Kartika Sari 2016).

Konstipasi atau kesulitan dalam buang air besar merupakan permasalahan

gastrointestinal yang lebih sering dilakukan di dunia, di mana yang paling umum terjadi

adalah konstipasi primer atau fungsional. Konstipasi ini dua kali lebih sering umum

terjadi pada perempuan daripada laki-laki, konstipasi dapat menimbulkan rasa

ketidaknyaman, timbulnya perasaan malaise (lesu, tidak sehat, dan gelisah,) gangguan

aktifitas seperti kram perut, serta penrunan kualitas hidup melelui produktivitas kerja
6

yang menurun dan tingginya tingkat ketidakhadiran di institusi tertentu seperti sekolah

atau kantor. Jika hal ini terus dibiarkan dalam jangka waktu yang panjang, maka akan

menimbulkan hemoroid dan divertikulum (Oktaviana 2013).

Konstipasi fungsional merupakan salah satu penyakit yang terjadi sebagai akibat

dari perubahan gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat. Konstipasi jarang ditemukan

pada masyarakat pedesaan, lebuh sering dialami pada masyarakat perkotaan yang

memiliki kaitan erat dengan asupan serat. Sering dengan perubahan zaman yang semakin

maju ditambah dengan tuntutan pergaulan membuat masyarakat memilih menjalani gaya

hidup yang cenderung tidak sehat. Perubahan gaya hidup dan pola makan kurang sehat

yang berkaitan dengan konstipasi fungsional meliputi rendahnya pengetahuan gizi,

rendahnya asupan serat dan asupan cairan, rendahnya tingkat aktifitas fisik, tingginya

stres, tingginya konsumsi kopi namun rendahnya konsumsi minuman probiotik, dan

posisi yang kurang baik (duduk) saat buang air besar. Hal tersebut menjadi hal umum

yang dialami pada kelompok remaja dan dewasa awal, termasuk mahasiswa (Oktaviana

2013). Kejadian konstipasi pada lansia di BRSLU GAU MABAJI GOWA dalam hal ini

peneliti telah meninjau beberapa pasien lansia Konstipasi dapat disebabkan oleh beberapa

hal, yaitu asupan serat, asupan air, konsumsi obat-obatan, akibat dari penyakit yang

diderita atau aktivitas fisik Berdasarkan dari seluruh responden, responden yang tidak

cukup melakukan aktivitas fisik dan mengalami konstipasi sebesar 82% dan sebagian

besar responden yang cukup melakukan aktivitas fisik sebesar 77,8% tidak mengalami

konstipasi.
7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah

apakah ada faktor yang berhubungan dengan kejadian kostipasi pada lansia di BRSLU Gau

Mabaji Kab.Gowa.

C. Tujuan Penelitians

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Faktor yang berhubungan dengan kejadian konstipasi pada

lansia di BRSLU Gau Mabaji Kab,Goa.

1. Tujuan Khusus

a. Megetahui yang berhubungan dengan asupan serat terhadap asupan cairan dan

aktifitas fisik faktor yang berkotribusi terhadap kejadian konstipasi pada lansia di

BRSLU Gau Mabaji Kab,Goa.

b. megetahui yang berhubungan dengan jenis kelamin terhadap asupan cairan dan

aktifitas fisik faktor yang konstribusi terhadap kejadian konstipasi pada lasia di

BRSLU Gau Mabaji Kab,Goa.

c. Mengetahui yang berhubungan dengan asupan cairan dan aktifitas fisik terhadap

konstipasi pada lansia di BRSLU Gau Mabaji Kab,Goa.

D. Manfaat Penelitan

1. Bagi pasien

Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan terjadinya konstipasi terhadap pasien


yang lanjut usia

2. Bagi perawat
8

a. Terjadinya pertukaran informasi antara perawat dengan pasien sebagai penerima

pelayanan kesehatan.

b. Mengevaluasi intervensi yang terencana pada penyembuhan pasien.

c. Membantu pasien dalam melakukan perawatan mandiri

3. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat meningkatkan pengatahuan dan pengalaman terutama bagai

penelitian tentang faktor yang berkontribusi terhadap kejadian konstisipasi pada

lansia.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjaun Umum Tentang Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian

Konstisipasi pada lansia

1. Pengertian

Konstisipasi merupakan kebiasaan buang air besar normal mempunyai

variasi yang luas pada setiap orang. Perubahan kebiasaan BAB merupakan

manifestasi klinis yang umum dari penyakit saluran cerna. Konstisipasi

didefenisikan sebagai evakuasi fases yang jarang atau sulit dan dapat akut

atau kronis. Konstisipasi absolut didefinisikan sebagai ketidak mampuan

untuk mengeluarkan fases maupun flatus. Konstisipasi merupakan keadaan

atau gejala hambatan gerak sisa makanan di saluran pencernaan sehingga

buang air besar tiadak bisa lancar dan teratur. Pada keadaan normal, setiap 24
9

jm usus besar (kolon) akan dikosongkan secara periodik. Seseorang dianggap

konstisipasi apabila tidak buang air besar selama dua hari atau lebih( Talitha

Raissa 2013).

2. Penyebab

Penyebab konstipasi yaitu kurangnya asupan serat dalam konsumsi sehari-

hari, kurangnya aktivitas terutama di usia lanjut, obat-obatan tertentu (obat

golongan narkotika, antasid yang mengandumg alumunium dan kalsium,

antihipertensi golongan penghambat kalsium, obat anti Parkinson,

antispasmodic, antidepresan, suplemen Fe, diuretik, antikonvulsan),

intoleransi susu, penyakit dan gangguan pada usus besar, kehamilan, usia

lanjut, pemakaian pencahar berlebihan, kebiasaan menahan buang air besar,

kurang asupan cairan, gangguan fungsional pada usus.

Beberapa hal yang penting untuk diperhatikan dalam hubungannya dengan

konstipasi, yaitu dimana konstipasi akut sering mengindikasikan obstruksi

usus, dengan gejala utamanya berupa nyeri kolik abdomen, muntah,

sssskonstipasi, dan distensi. Apabila yang terjadi adalah konstipasi kronis

maka akan beresiko untuk berkembang secara perlahan menjadi obstruksi

usus. Konstipasi kronis biasa terjadi akibat diet rendah serat. Selain itu, bias

juga karena makan tidak teratur, kurang pergerakan dan berolahraga, dan

mengabaikan saat terjadi rangsangan untuk buang air besar. Konstipasi yang

terjadi pada usia lanjut dengan atau tanpa gambaran sistemik harus diobati

secara sungguh-sungguh dengan tidak mengabaikan berat badan yang

menurun.
10

Penyebab konstipasi pada lansia antara lain obat-obatan; penyakit

neuropati dan miopati; idiopatik; anoreksia; dehidrasi; defekasi yang ditahan;

diet yang tidak adekuat; rendah serat; tinggi protein, bahkan serat yang

berlebihan; hiperglikemi; hipokalemi; hipotiroid; gaangguan psikologis; gaya

hidup kurang gerak; serta ganggua pada saraf pusat. Penyalahgunaan obat-

obatan narlotik pada lansia menyebabkan konstipasi . Jenis obat-obatan lain

yang menyebabkan pada lansia yaitu antara lain anabolik steroid, analgesik,

antiinflamasi nonstreoid, antikonilergik, antikonvulsan, antidpresan,

antihistamin, antihipertensi, antiparkinson, diuretik, dan obat-obatan yang

mengandung ion logam.

Gangguan mobilisasi, pengonsumsian obat pencahar dalam waktu yang

lama, serta kurangnya asupan cairan juga menyebabkan konstipasi pada

lansia. Kebiasaan duduk terus- menerus menyebabkan konstipasi. Stanley

dan Beare juga menyebutkan bahwa konstipasi pada lansia disebabkan oleh

menurunnya kekuatan dan tonus otot. Selain itu, konstipasi pada lansia juga

dapat disebabkan karena kurangnya privasi saat defekasi. Menurut Chu,

Zhang, Zhong, dan Hou, perbedaan kejadian konstipasi di beberapa negara

maju di akibatkan karena perbedaan pola diet serat dan tingkat aktivitas fisik.

3. Gejala

Gejala-gejala kosntipasi pada setiap orang berbeda-beda, tergantung pola

makan, hormon, gaya hidup dan bentuk usus besar masing-masing orang.

Akan tetapi, gejala umum yang sering ditemui diantaranya adalah perut

terasa penuh, nyeri dan mulas, tinja atau feses lebih keras dari biasanya; pada
11

saat BAB feses atau tinja sulit dikeluarkan atau dibuang, tubuh berkeringat

dingin, dan terkadang harus mengejan ataupun menekan-nekan perut terlebih

dahulu supaya dapat mengeluarkan dan membuang tinja; serta menurunnya

frekuensi BAB, dan meningkatnya waktu BAB( Talitha Raissa 2013).

Kurangnya asupan cairan merupakan salah satu penyebab susah buang

besar atau biasa disebut konstipasi, karena kurangnya asupan cairan dapat

mengakibatkan feses yang terbentuk menjadi keras, kering dan sulit

dikeluarkan. Terapi air adalah suatu metode perawatan dan penyembuhan

dengan menggunakan air untuk mendapatkan efek-efek terapis atau

penyembuhan. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Leo Chiton, seorang pakar

dibidang terapi air, yaitu bahwa terapi air merupakan terapi alami yang

didasarkan pada penggunaan air secara internal (dengan meminum air) dan

eksternal sebagai pengobatan. Konstipasi yang diabaikan maka akan

menyebabkan obstipasi, dan obstipasi yang cukup parah dapat menyebabkan

kanker usus yang berakibat fatal bagi penderitanya(Yulina 2013).

Konsumsi kopi dianggap pula menjadi faktor terjadinya konstipasi. Kopi

mengandung kafein yang merupakan diuretic, yang berarti bahwa jika kita

meminumnya justru akan menghapus lebih banyak cairan yang berasal dari

dalam tubuh individu daripada jumlah air (kopi) yang di minum tersebut. Ini

berarti tubuh lebih banyak memproduksi urin, hal itu menyebabkan dehidrasi

sedangkan dehidrasi merupakan faktor risiko konstipasi.

Mengonsumsi minuman probiotik dianggap menjadi salah satu cara efektif

untuk mencegah dan mengobati konstipasi. Bakteri yang terkandung dalam


12

minuman probiotik memproduksi asam organik di dalam usus, membantu

menurunkan pH usus, serta memiliki kemampuan untuk merangsang gerakan

peristaltic hamper pada semua bagian saluran pencernaan sehingga waktu

transit menjadi cepat.

Posisi saat buang air besar terbagi menjadi dua yaitu duduk dan jongkok.

Namun posisi jongkok menjadi posisi paling baik saat buang air besar, sebab

posisi jongkok saat buang air besar dapat mengurangi kemungkinan untuk

mengejan, sedangkan posisi duduk menyebabkan tekanan pada rectum

berkurang sehingga akan membutuhkan waktu lebih lama untuk megeluarkan

feses dan mempertinggi risiko terjadinya konstipasi (Oktaviana 2013).


13

BAB III

KERANGKA KERJA PENELITIAN

A. Kerangka Pikir

Konstipasi atau sering di sebut sembelit adalah gangguan pada sistem

pencernaan di mana seseorang manusia (atau mungkin juga pada hewan)

mengalami pengerasan tinja yang berlebihan sehingga sulit untuk dibuang atau

dikeluarkan dan dapat menyebabkan kesakitan yang hebat pada penderitanya.

Konstipasi yang cukup hebat disebut juga dengan obstipasi. Dan obstipasi yang

cukup parah dapat menyebabkan kanker usus yang berakibat fatal bagi

penderitanya.

Lansia

Karakteristik Contoh - Penyakit dan Konsumsi Penurunan


– Umur gangguan pada usus obat-obatan fungsi fisik
– Jenis Kelamin besar
– Tingkat Pendidikan
– Gangguan
– Status Gizi
fungsional pada usus

Asupan energi, - Asupan serat


Kurangnya
Protein, Karbohidrat, - Asupan cairan
aktifitas fisik
dan Lemak

Konstipasi
Tabel kerangka piker (Talitha Raisa,2013)
14

Golongan:

1.antikolinergik 6. Kalsium antagonis

2. narkotik 7. Preparat kalsium

3. analgetik 8. Preparat besi

4.diuretik 9. Antasida aluminium


Faktor
konstipasi 5. NSAID 10.penyalahgunaan pencahar
pada lansia

1. Stroke
2. Penyakit
Kondisi Parkinson
neurologik 3. Trauma
medulla
Gangguan spinalis
metabolik 4. Neuropati
diabetic

Kausa
psikologik 1. Hiperkalsemia
2. Hypokalemia
3. hipotiroidisme

1. Psikosis
2. Depresi
3. Demensia
4. Kurang privasi untuk BAB
5. Konstipasi imajiner

Penyakit saluran 1. Kanker kolon 6.iritable bowel syndrome


cerna 2. Divertikel 7. rektokel
3. Ileus 8. wasir
4. Hernia 9. Fistula/fisura ani
5. Volvulus 10. Inersia kolon

Lain lain: 1. Efisiensi diet dalam asupan cairan dan serat

2. imobilitas 4. Bepergian jauh

3. kurang olahraga 5. Paska tindakan bedah perut


15

A. Variabel Peneliti

1. Variable independen merupakan variable yang menyebabkan adanya suatu perubahan

sterhadap variabel yang lain. Akibat perubahan yang ditimbulkan, makavariable ini

disebut sebagai variable indenpenden atau variabel bebas.

Variabel independen penelitian ini adalah penyebab konstipasi pada lansia

2. Variable dependen merupakan variable yang mengalami perubahan sebagai akibat dari

perubahan variabel indenpenden.Oleh karena itu,maka variabel dependen ini juga

dikenal sebagai variabel terikat atau variabel tergantung.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah hubungan konstipasi pada lansia

B. Definisi operasional

1. Hubungan Asupan Serat dengan Konstipasi

Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square menunjukkan bahwa ada hubungan

antara asupan serat dengan kejadian konstipasi, sedangkan hasil uji Rank Spearman

menunjukkan adanya hubungan antara asupan serat (gram) dengan periode buang air

besar (hari) dan nilai koefisien korelasinya yang negatif menjelaskan bahwa semakin

besar asupan serat semakin kecil periode buang air besar atau dapat dikatakan buang air

besarnya semakin sering. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

pada pasien di BRSLU GAU MABAJI KAB GOWA yang menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara asupan serat dengan konsistensi feses (p = 0,016) artinya

semakin tercukupi asupan serat maka konsistensi feses semakin lembut, bervolume dan

dapat dikeluarkan dengan lancar begitupula sebaliknya.

Lansia yang mengalami konstipasi sebagian besar dikarenakan asupan seratnya

kurang sebab sering tidak menghabiskan makanan yang telah disediakan oleh pihak
16

PANTI. Hasil penelitian tersebut serupa dengan penelitian yang dilakukan pada lansia di

BRSLU GAU MABAJI KAB GOWA yang menunjukkan bahwa lansia yang mengalami

konstipasi (20,4%) cenderung dikarenakan konsumsi serat yang tidak cukup. Hal ini

terjadi karena lansia tidak menghabiskan makanannya dengan alasan tidak menyukai

makanan yang dihidangkan dan lebih senang untuk membeli jajanan yang cenderung

tinggi karbohidrat dan lemak.

2. Hubungan Posisi Buang Air Besar dengan Konstipasi

Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square menunjukkan bawa ada hubungan

antara posisi buang air besar dengan kejadian konstipasi. Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan pada anak berusia 10-15 tahun yang menunjukkan

adanya hubungan yang bermakna antara posisi buang air besar dengan kejadian

konstipasi.

Penelitian ini serupa dengan studi yang dilakukan di Jepang dengan pengukuran

tekanan abdomen dan sudut anorektal menggunakan video manometri pada tiga posisi

saat buang air besar yaitu duduk, duduk dengan kaki membentuk sudut 600 dan posisi

jongkok menjelaskan bahwa sudut rektoanal atau sudut yang terbentuk antara anus dan

rektum pada posisi buang air besar jongkok adalah 126o , sedangkan pada posisi buang

air besar duduk adalah 100o dan posisi duduk dengan kaki membentuk sudut 60o adalah

990 .

Hal ini berarti posisi buang air besar yang baik adalah pada posisi jongkok sebab

sudut yang dihasilkan semakin besar yang mempermudah proses defekasi dan tidak

memerlukan tenaga mengejan yang kuat.


17

3. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Konstipasi pada Responden


.

Berdasarkan hasil uji statistik Korelasi Spearman, didapat nilai p sebesar 0,000

di mana p < 0,1 yang berarti terdapat hubungan antara aktivitas fi sik dengan

konstipasi pada responden. Koefi sien korelasi yang didapat adalah sebesar 0,557

yang menunjukkan adanya hubungan yang kuat dan bersifat positif di antara kedua

variabel tersebut sehingga apabila terdapat peningkatan aktivitas fisik maka

meningkat juga kemungkinan untuk terbebas dari konstipasi dan sebaliknya.

sebagian besar responden yang mengalami konstipasi sebesar 82% belum

melakukan aktivitas fisik yang cukup. Hal tersebut berarti diperlukan aktivitas fisik

yang cukup untuk tidak mengalami konstipasi. Pernyataan ini diperkuat dengan

jumlah responden yang tidak mengalami konstipasi sebesar 77,8% telah melakukan

aktivitas fisik yang cukup.

Aktivitas fisik sebenarnya merupakan salah satu aspek yang tidak dapat lepas

dari kehidupan sehari–hari. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan

seseorang untuk melakukan aktivitas fisik seperti berdiri, berjalan dan bekerja.

Seringkali karena berbagai hal, seseorang malas bergerak dan melakukan aktivitas

sehari–hari. Padahal beraktivitas merupakan salah satu aspek yang penting dalam

kehidupan untuk menjaga kesehatan (Muzamil, et al., 2014).

Aktivitas fisik secara umum berarti serangkaian gerakan anggota tubuh akibat

kontraksi dan relaksasi oleh otot yang memerlukan energi (Ranggadwipa, 2014).

Aktivitas fisik perlu dilakukan untuk melatih kekuatan otot dan menjaga agar otot

tidak cepat mengalami penurunan fungsi yang signifi kan, terutama pada lansia.
18

Semakin tua seseorang, maka secara otomatis fungsi fi siologis dalam tubuh akan

menurun (Siregar, 2004).

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, aktivitas fi sik merupakan salah

satu aspek dalam hidup yang tidak terhindarkan. Aktivitas fisik bukan hanya yang

melibatkan olahraga atau mengangkat beban berat. Mengambil minum, memasak,

menyapu, berkebun, mandi, dan kegiatan-kegiatan kecil lainnya sudah dapat

dikategorikan sebagai aktivitas fisik (Driesse, et al., 2013).

Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah apakah aktivitas fisik yang telah

dilakukan sehari – hari sudah cukup untuk kebutuhan tubuh. Kurang beraktivitas

dapat berdampak terhadap beberapa aspek kesehatan yaitu munculnya penyakit

kronis dan penyakit degeneratif, salah satunya adalah konstipasi (Chu, et al., 2014).

Aktivitas yang kurang akan menyebabkan otot-otot tubuh, salah satunya otot polos

usus besar, akan mengalami penurunan fungsi fi siologis sehingga mengganggu

proses defekasi. Jika otot polos pada usus besar mengalami penurunan fungsi, maka

proses pencernaan tidak akan berjalan seoptimal biasanya. Proses pembentukkan

feses di dalam usus besar dan rektum akan terhambat, sedangkan semakin lama feses

berada di dalam usus besar maka akan semakin banyak air yang terserap oleh usus

besar sehingga feses mengeras mengakibatkan terjadinya konstipasi (Nugroho, 2014)

C. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesa Alternatif (Ha)

Hipotesa alternatif dalam penilitian ini adalah hubungan konstipasi pada lansia dengan

kepuasan pasien di ruang perawatan.


19

2. Hipotesa Nol (H0).

Hipotesa nol dalam penilitian ini adalah tidak terdapat hubungan konstipasi pada lansia

dengan kepuasan pasien di ruang perawatan . ( Dr. Saryono 2013)


20

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini syaitu deskriptik analitik dengan menggunakan metode

pengumpulan data secara crosssecitional. Penelitian deskriptik bertujuan memaparkan

peristiwa-peristiwa penting yang terjadi masa kini. Deskripsi peristiwa, dilakukan secara

sistematis dan lebih menekankan pada faktual dari pada data faktual penyimpulan. Penelitian

yang menekankan pada waktu pengukuran atau obsevasi data variabel indenpenden dan

dependen hanaya satu kali pada satu saat,dan di nilai secara simultan pada suatu saat jadi

tidak ada follow up. Alimul Aziz Hidayat. (2011)

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu

peneliti. Penentuan sumber data dalam suatu penelitian sangat penting dan

menetukan keakuratan hasil penelitian Populasi peneliti ini adalah semua pasien

yang menjalani atau mendapatkan perawatan kesehatan pelayanan di ruang perawatan

bajidaka.

2. Sampel

Populasi yang akan diteliti terkadang jumlahnya sangat melimpah, tempatnya

sangat luas dan berasal dari strata atau tingkatan yang berbeda. Adanya keterbatasan

waktu, tenaga, biaya dan sebab lain, penelitan hanya menggunakan sebagian dari
21

populai sebagai sumber data. Sebagaian dari populasi yang mewakili suatu populasi

disebut sebagian sampel. Bila dihitung dari jumlah rata-rata kunjungan perbulan

perhitungannya adalah sebagai berikut:

Jumlah pasien di ruang perawatan selama periode bulan desember-januari 2021

sebanyak 297 pasien.Jumlah rata – rata pasien di ruang perawatan perbulan adalah:

297 dibagi menjadi sembilan (9), sebanyak 33 pasien. Dan jumlah perawat yang

bekerja di ruangan berjumlah 12 orang perawat.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total dari populasi yang

ada di ruang perawatan sampel sebanyak 33 Pasien.

a. Kriteria inklus

1 ).Pasien yang bersedia menjadi responden

2 ).Pasien yang dirawat di ruang bajidaka

b. Kriteria eksklusi :

1). Pasien yang tidak bersedia menjadi responden.

C. Teknik sampling

Teknik sampling merupakan teknik yang memberikan peluang atau kesempatan yang

sama bagi setiap unsur (anggota) popolasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik

sampling yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik purvosive sampling

yaitu sampel penelitian yang diambil berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan diatas.( Dr.

Saryono 2013).
22

D. Lokasi dan waktu penelitian

1. Lokasi

Penelitian iniakan dilakukan di Rumah sakit PTSW Gau Mabaji Kab,Goa

2. Waktu

Penelitian ini akandilaksanakan pada bulan desember-februari 2021

E. AlurPenelitian

Sampel sesuai
dengan Kriteria
inklusi
Jelaskan prosedur
dan tujuan penelitian

Penerapan terhadap
kepuasan pasien

Penyelesaian administrasi

Olah data
23

F. Instrumen Penelitian

Peneliti menggunakan bebarapa instrumen sebagai pedoman dalam pengumpulan

data adalah sebagai berikut :

1. Instrumen.

a. Kuisioner A

Kuisioner A adalah data demografi responden yang berisi identitas responden yang

terdiri dari nama responden (inisial),jenis kelamin,usia.

2. Instrumen

b .Kuisioner B

Kuisioner B adalah kuisioner karakteristik perawata untuk mengukur

Kuisioner ini terdapat 10 pertanyaan. Skor untuk jawaban responden yaitu: Ya = 1.

Tidak =0.

c. Kuisioner C

Kuisioner C adalah penerapan timbnag terima (operan)merupakan kuisioner untuk

mengetahui penerapan timbnag terima yang di lakukan oleh perawat Terdapat 10

pertanyaan dalam kuisioner tersebut. Skor untuk jawaban responden yaitu: Ya = 1.

Tidak =0.

Untuk memperoleh data perimer dilakukan dengan cara membagikan

cosioner kepada responden yang terdiri dari 10 pertanyaan tertutup responden cukup

menjawab memberikan tanda ceklist (√) pada kolom yang benar Cosioner yang
24

dibuat berbentuk tertutup disediakan alternatif jawaban yaitu respon “YA” dan

respon “TIDAK” setiap pertanyaan dicosioner diberikan nilai dengan menggunakan

skala Guttment dengan 2 interval jawaban yaitu “YA” diberi nilai 1 dan

“TIDAK” diberi nilai 0.

Kemudian

Skor terendah X jumlah 0 X 10 = 0

Skor tertinggi X jumlah 1 X 10 = 10

0 – 10 merupakan rentang nilai ini diurutkan dari nilai terkecil sampai dengan

terbesar sehingga didapatkan nilai median adalah 5.

G. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang akan dilakukan meliputi prosedur administratif dan

tekhnis.

a. Prosedur Administratif

Penelitian dilakukan setelah mendapat surat ijin penelitian dari Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Makassar yang ditujukan kepada.

b. Prosedur Teknis

Prosedur teknisdalam penelitian ini yaitu :

Peneliti meminta izin kepada kepala ruangan dan penanggung jawab shift,

menyampaikan maksud dan tujuan penelitian.

a). Peneliti mengidentifikasi responden yang akan di teliti

b). Peneliti mengopservasi atau melihat perawat yang menerapkan timbang terima

(oprean) terhadap kepuasan pasien.


25

H. Validitas dan reabilitas

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatuindeks yang menyatakan alat ukur penelitian dapat

mengukur apa yang seharusnya diukur uji validitas untuk kuesioner menggunakan uji

korelasi pearson product moment (r) yaitu membandingkan antara skor nilai setiap item

pertanyaan dengan skor total kuesioner.

2. Uji Reliabilitas

Reabilitas adalah adanya suatu kesamaan hasil apabilah pengukuran dilaksanakan

dalam satu subjek yang sama dalam waktu yang berbeda. Uji reabilitas yang digunakan

adalah dengan alpha Cronbach lebi kecil dari 0,6 (minimal memiliki kriteria tinggi) maka

dinyatakan tidak reliabel dan sebaliknya alpha cronbach lebih besar 0,6 dinyatakan

reliabel.

I. Analisis Data

a. Editing

Editing adalah proses pengecekan atau memeriksa data yang telah berhasil

dikumpulkan dari lapangan, karena ada kemungkinan data yang telah masuk tidak

memenuhi syarat atau tidak dibutuhkan. Tujuan dari editing adalah untuk mengoreksi

kesalahan-kesalahan dan kekurangan data yang peneliti dapatkan pada saat melakukan

pencatatan lapangan.
26

b. Coding

Coding adalah kegiatan pemberian kode tertentu pada tiap-tiap data yang termasuk

kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk angka–angka atau

huruf untuk membedakan antara data atau identitas data yang akan dianalisis, sehingga

memudahkan dalam menganalisanya.

c. Scoring

Scoring dilakukan dengan memberikan nilai sesuai dengan skor yang telah

ditentukan peneliti.Jika klien mampu melakukan maka diberi skor nilai satu dan jika tidak

mampu melakukan maka diberi skor nilai nol.

d. Tabulasi Data

Data kemudian di analisis Pengolahan data secara komputerisasi dengan

menggunakan program SPSS Versi 16,0.Analisa dilakukan secara sistematik antara lain:

1) Analisis Univariat

Analisis univariat adalah cara analisis untuk variable tunggal analisis univariat

digunakan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel

penelitian. Bentuk analisis unuvariat tergantu jenis datanya. Data numeric digunakan

nilai mean dan median.

2) Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang menujukkan hubungan antarasatu

variable independen dengan satu variabel dependen.pada penelitian inivariable

independen dan variabel independen adalah kategorik maka menggunakan

analisischi-squarenilai a yang digunakan adalah 0,05 berdasarkan nilai pada uji chi
27

square,Ho diterima jika nilai p>a, Ho ditolak jika nilai p>a,maka Ha diterima jika Ho

ditolak dan Ha ditolak jika Ho diterima.

J. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti mendapatkan rekomendasi dari

institusi dalam hal ini FIK-UIM dengan mengajukan permohonan ini kepada

instansi atau lembaga tempat meneliti. Setelah mendapat persetujuan, peneliti

mulai melakukan penelitian dengan memperhatikan masalah etika penelitian,

meliputi:

1. Informed Consent (lembar persetujuan)

Informed consent dilakukan dengan memberikan lembar pertujuan untuk

menjadi responden. Jika setuju mereka harus menandatangani lembar persetujuan

dan jika responden tidak bersedia maka penelitian harus menghormati haknya.

2. Anonimity (tanpanama)

Untuk menjaga kerahasiaan subjek penelitian, peneliti tidak mencantumkan

namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan inisial dan member

nomor pada masing-masing lembar tersebut.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Semua informasi dari perawat rawat inap bajidaka Rumah Sakit Labuang

Baji Makassar yangtelah dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh penelitian,

hanya kelompokdata tertentu yang dilaporkan dalamhasil penelitian. Alimul Aziz

Hidayat. (2011)
28

DAFTAR PUSTAKA

Arsad Suni, (2018). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan. Jakarta:Bumi


Medika
Agus Kuntoro, (2010). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta:Nuha
Medika
Alimul Aziz Hidayat. (2011), Metode penelitian keperawatan & Teknik Analisa Data.
Jakarta : Salemba Mediak
Andriani, (2017). Hubungan mutu pelayanan kesehatan dengan kepuasan pasien. Journal di
(akses pada tanggal 10 juli 20180
Dolly Irbanto, (2015). Pengaruh pelayanan terhadap kepuasan pasien. Journal di (akses
pada tanggal 10 juli 2018)
Dr. Saryono (2013) Medikal Book Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam
bidang kesehatan
Hendrik, (2012). Analisis pangaruh kualitas layanan terhadap kepuasan pasien. Journal
skripsi universitas hasanuddin. (Di akses pada tanggal 10 juli 2018)
Nursalam, (2015). Manajemen keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Koesmiati, (2016). Hubungan timanag terima dengan kepuasan pasien. Journal di (akses
pada tanggal 9 juli 2018)
Tim Penyusun.(2018).Pedoman Penulisan Skripsi.Universitas Islam Makassar.
29

Anda mungkin juga menyukai