Anda di halaman 1dari 16

BAB X

PENGETAHUAN DASAR PETA, PENGINDERAAN JAUH, DAN SIG

A. PRINSIP-PRINSIP DASAR PETA

1. Pengertian Peta
Peta didefinisikan sebagai gambar sebagian atau seluruh permukaan bumi pada bidang datar
yang diperkecil dengan skala tertentu.
Menurut ICA (International Cartografic Association), peta adalah gambaran atau
representasi unsur-unsur abstrak yang dipilih dari permukaan bumi, yang ada kaitannya
dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa.
Ilmu yang mempelajari peta disebut Kartografi.

2. Fungsi Peta
Peta memiliki berbagai fungsi, antara lain adalah :
a. Menunjukkan lokasi suatu wilayah di permukaan bumi.
b. Menggambarkan luas, bentuk dan penyebaran berbagai objek dan gejala di permukaan
bumi.
c. Menentukan jarak dan arah.

3. Unsur/Komponen Peta

a. Judul Peta
Judul peta dapat memberikan informasi mengenai jenis peta dan daerah yang
tergambar. Dengan kata lain judul peta dapat menggambarkan isi peta.
b. Garis Astronomis
Garis astronomis terdiri dari garis lintang dan garis bujur/meridian, fungsinya
untuk menentukan lokasi suatu tempat pada peta.
c. Garis Tepi Peta
Garis tepi peta merupakan garis yang membatasi informasi yang terdapat pada
peta. Pembuatannya biasanya rangkap dua.Garis ini berfungsi untuk menem-
patkan titik-titik garis astronomis dan berguna ketika peta diperbesar atau di-
perkecil.
d. Simbol Peta
Simbol peta adalah tanda yang menggambarkan keadaan sebenarnya.
Simbol peta dibedakan menjadi :
 Simbol Titik, digunakan untuk menyajikan tempat atau data positional seperti simbol
kota, pertambangan, dan titik triangulasi (ketinggian).

69
Simbol titik kualitatif terdiri dari :
 Simbol titik berbentuk geometrik/abstrak (bangun-bangun matematis)
 Simbol titik berbentuk piktorial (seperti wujud aslinya)
 Simbol titik berbentuk huruf
 Simbol Garis, dapat menyatakan penghubung dua unsur, pemisah, gerakan atau aliran
dari suatu unsur. Misalnya : sungai, jalan raya, jalan kereta api, dan batas wilayah.
 Simbol Area/luasan/bidang, digunakan untuk menyatakan unsur-unsur yang ada dalam
daerah tertentu. Misalnya : rawa, hutan, padang pasir, perkebunan kelapa, dan
sebagainya.

e. Legenda
Legenda adalah keterangan dari simbol-simbol
f. Lettering
Lettering adalah semua tulisan atau angka untuk mempertegas arti simbol.
g. Inset (Peta Sisipan)
Inset berfungsi untuk menunjukkan lokasi daerah yang dipetakan pada
Kedudukannya dengan daerah sekitar yang lebih luas.
h. Tanda Arah/Tanda Orientasi
Tanda orientasi berfungsi untuk menunjukkan arah utara, selatan, timur, barat
i. Warna Peta
j. Sumber Peta dan Tahun Pembuatan
Beberapa lembaga khusus pembuat peta di Indonesia :
 Dinas Pemetaan DKI Jakarta.
 Jawatan Topografi Angkatan Darat.
 Badan Pertanahan Nasional (BPN)
 Badan Koordinasi survei dan Pemetaan Naasional (Bakosurtanal).
k. Skala Peta
Skala adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak sebenarnya.
Skala peta dibedakan menjadi :
 Skala pecahan atau skala angka atau skala numerik, contoh 1 : 100.000

 Skala grafis atau skala garis, contoh 0 1 2 3 4 cm


===.===.===.===
0 1 2 3 4 km

 Skala Verbal atau skala kata, contoh 1 cm berbanding 10 km

4. Penentuan Skala Peta

70
Apabila dalam peta tidak tercantum skala maka skala dapat ditentukan
dengan cara berikut :
 Membandingkan jarak titik-titik pada peta dengan jarak di lapangan
Rumusnya Jarak pada peta
Skala Peta = Jarak sebenarnya

Contoh soal :
Jarak titik A-B pada peta = 4 cm, setelah diukur di lapangan jarak A-B
Ternyata 200 m, maka skala petanya adalah ....

Pembahasan :
4 cm 4cm 1
Skala Peta = _________ = _________ = _______
200 m 200.000 cm 50.000
Maka skala peta tersebut adalah 1 : 50.000

 Membandingkan peta yang tidak diketahui skalanya dengan peta yang ada skalanya
pada daerah yang sama.
Rumusnya d1
P2 = ___ x P1
d2
P1 = Penyebut skala yang sudah diketahui
P2 = Penyebut skala yang akan dicari
d1 = Jarak pada peta yang diketahui skalanya
d2 = Jarak pada peta yang dicari skalanya

Contoh Soal :

Tentukan skala peta B!

Pembahasan :

71
Diketahui : d1 = 5 cm
d2 = 10 cm
P1 = 100.0000
Ditanyakan : P2
Jawab :
5 cm
P2 = ___ x 100.000
10 cm

P2 = 50.000
Maka skala peta tersebut adalah 1 : 50.000

 Untuk peta topografi yang tidak diketahui skalanya menggunakan rumus

Ci = __1____ x Penyebut skala


2.000

Ci (Contour Inteval) = jarak antargaris kontur

Contoh Soal :
Diketahui pada sebuah peta topografi jarak antara masing-masing garis
kontur adalah 50. Tentukan skala peta tersebut!
Pembahasan :
Diketahui : Ci = 50
Ditanyakan : Skala Peta

Jawab :
50 = __1____ x Penyebut skala
2.000
Penyebut Skala = 100.000

Maka skala peta tersebut adalah 1 : 100.000

 Menghitung selisih garis lintang atau garis bujur


Contoh Soal :
Pada peta suatu daerah diketahui jarak antara kota A dan B adalah 4 cm,
Kota A terletak pada lintang 4o LS kota B pada lintang 5o LS. Tentukan
Skala peta tersebut!

Pembahasan :
Diketahui : Jarak pada peta = 4 cm
Selisih lintang = 1o ( 5o-4o )
Jarak sebenarnya = 111 km
( 10 = 110,56 km = 111 km)
Ditanyakan : skala peta
Jawab :

4 cm 4cm 1
Skala Peta = _________ = _________ = _______
111 km 11.100.000 cm 2.775.000

Maka skala peta tersebut adalah 1 : 2.775.000

72
4. Jenis-Jenis Peta
Peta dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis, yaitu :
a. Berdasarkan sumber data
 Peta dasar (basic map), yaitu peta yang dihasilkan dari survei langsung di lapangan
yang dilakukan secara sistematis. Peta dasar merupakan peta yang dijadikan acuan
dalam pembuatan peta lainnya.
 Peta turunan (derived map), yaitu peta yang dibuat (diturunkan) berdasarkan acuan
peta yang sudah ada, sehingga survei langsung ke lapangan tidak diperlukan.
b. Berdasarkan isinya/jenis data yang disajikan
 Peta Umum, yaitu peta yang menggambarkan kenampakan fisik dan budaya secara
keseluruhan. Peta umum terdiri dari :
 Peta Topografi, yaitu peta yang menggambarkan semua unsur yang nampak di
permukaan bumi baik unsur alam (seperti sungai, gunung, hutan, dan lain-lain)
maupun unsur buatan manusia ( seperti jalan, pemukiman, pelabuhan, dan lain-
lain), serta menggambarkan pula keadaan relief /tinggi rendahnya permukaan
bumi.Dalam peta topografi terdapat garis kontur. Kontur adalah garis yang
menghubungkan tempat-tempat yang memiliki ketinggian sama. Ciri-ciri garis
kontur antara lain sebagai berikut :
Garis kontur yang rapat atau berdekatan menggambarkan daerah tersebut
berlereng curam.
Garis kontur yang bergerigi menggambarkan daerah tersebut terjadi depresi
puncak.
Garis kontur yang menggambarkan garis pantai diberi tanda angka 0 (nol meter),
dan yang menunjukkan kedalamaan dasar laut diberi tanda (-)

Gambar garis-garis kontur pada peta Topografi

 Peta Chorografi, yaitu peta yang menggambarkan permukaan bumi baik sebagian
maupun seluruhnya. Contohnya peta dunia dan atlas
 Peta khusus/peta tematik, yaitu peta yang menggambarkan kenampakan dan gejala
tertentu di permukaan bumi, baik yang berkenaan dengan kenampakan fisik maupun
sosial budaya. Contohnya : peta politik, peta militer, peta persebaran fauna, peta
kepadatan penduduk, peta pariwisata, peta komunikasi, peta penyebaran hasil
tambang dan peta penggunaan lahan.
c. Berdasarkan skalanya
 Peta skala sangat besar/peta kadaster
Peta yang berskala 1 : 100 s.d. 1 : 5.000
 Peta skala besar
Peta yang berskala 1 : 5.000 s.d. 1 : 250.000
 Peta skala sedang
Peta yang berskala 1 : 250.000 s.d. 1 : 500.000
 Peta skala kecil
Peta yang berskala 1 : 500.000 s.d. 1 : 1.000.000
 Peta skala sangat kecil/peta geografis
Peta yang berskala lebih dari 1 : 1.000.000
73
5. Proyeksi Peta

Proyeksi peta adalah suatu sistem pemindahan dari bentuk permukaan yang
lengkung ke bidang datar.

Syarat-syarat umum dalam proyeksi peta adalah :


a. Bentuk yang dipindahkan harus tetap (conform)
b. Luas permukaan yang dipindahkan harus tetap (equivalent)
c. Jarak antara satu titik dengan titik lain di atas permukaan yang dipindahkan harus tetap
(equidistant)
d. Peta yang diubah tidak mengalami penyimpangan (distorsi).

Jenis-jenis proyeksi peta


a. Berdasarkan jenis bidang proyeksi
 Proyeksi bidang datar/proyeksi zenithal/proyeksi azimuthal, yaitu proyeksi peta yang
menggunakan bidang datar sebagai bidang proyeksinya.
Proyeksi azimuthal dibedakan menjadi :
 Proyeksi gnomonis
 Proyeksi ortografis
 Proyeksi stereografis
 Proyeksi kerucut, yaitu yang menggunakan bidang kerucut sebagai bidang
proyeksinya
 Proyeksi silinder, yaitu yang menggunakan bidang silinder sebagai bidang
proyeksinya

b. Berdasarkan kedudukan bidang proyeksi


 Proyeksi normal, apabila sumbu simetrisnya berimpit dengan sumbu bumi.
 Proyeksi miring, apabila sumbu simetrisnya membentuk sudut terhadap sumbu bumi.
 Proyeksi transversal, apabila sumbu simetrisnya tegak lurus terhadap sumbu bumi.

c. Bedasarkan jenis unsur yang bebas dari distorsi


 Proyeksi conform, proyeksi peta yang mempertahankan besarnya sudut sehingga
sudut pada bidang lengkung (elipsoid) akan sama besar dengan sudut tersebut pada
bidang proyeksinya. Dengan kata lain proyeksi ini mempertahankan bentuk yang
sama.
 Proyeksi equidistant, proyeksi yang mempertahankan jarak.
 Proyeksi equivalent, proyeksi yang mempertahankan luas.

d. Berdasarkan gabungan ketiga kelompok di atas


 Proyeksi silinder normal conform
Contohnya Proyeksi Mercator
Pada proyeksi Mercator berlaku sistem kordinat tunggal, sehingga untuk
seluruh wilayah semua lingkaran paralel dan lengkungan meridian akan
diproyeksikan berupa garis lurus, sehingga jaringan garis-garis proyeksi
membentuk grid.

74
 Proyeksi kerucut normal conform
Contohnya Proyeksi Lambert
Di Indonesia yang termasuk proyeksi Lambert adalah proyeksi Polyeder,
lingkaran-lingkaran paralel diproyeksikan menjadi lingkaran-lingkaran
konsentris dengan puncak kerucut sebagai pusatnya. Lingkaran paralel terse-
but dinamakan paralel standar, sedangkan jaringan garis-garis yang dibangun
oleh garis-garis proyeksi lingkaran paralel dan lengkungan meridian dinama-
kn Graticule.
 Proyeksi silinder transversal conform
Contohnya Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM)
Bidang proyeksi UTM berpotongan terhadap elipsoid sehingga terjadi dua
Garis potong.s emua garis lengkungan meridin dan lingkaran paralel berupa
Garis lengkung.
 Proyeksi azimuthal/zenithal normal conform
Contohnya Proyeksi Polar Stereografis

B. PEMETAAN
1. Membuat dan Menggambar Peta
Untuk memperoleh suatu peta yang baik dan benar, maka penggambarannya perlu
dikontrol oleh ahli pemetaan (kartograf). Tugas kartograf dalam pembuatan peta antara
lain : menyelidiki dan mengukur data, menggambar data, mengoreksi kembali dengan
mencocokan di lapangan, dan melakukan pencetakan terhadap peta yang sudah benar.
Data yang diukur di lapangan meliputi :
a. Jarak, alat yang digunakan antara lain meteran.
b. Arah, alat yang digunakan adalah kompas. Arah yang ditunjukkan oleh kompas disebut
azimut atau magnetik azimut. Caranya yaitu sudut diukur dari arah utara searah dengan
jarum jam yang besarnya antara 0-360o
c. Lokasi
Penguikuran data dengan menggunakan meteran dan kompas kurang efektif dan efisien
karena proses pengambilan datanya lama dan sangat sulit untuk mengukur tempat yang
sangat luas. Tetapi dalam rangka pembelajaran pembuatan peta di sekolah, alat ini dapat
digunakan.
Teknik pengukuran langsung untuk mendapatkan informasi data pembuatan peta
diantaranya dengan menggunkan teodolit. Alat ini sangat praktis dalam dalam mengukur
arah, jarak, ketinggian dan kemiringan suatu tempat.

75
2. Tata Cara Penulisan dalam Peta
Tata cara penulisan dan penggunaan warna pada peta antara lain adalah :
 Judul peta ditulis dengan menggunakan huruf kapital tegak.
 Nama sungai ditulis searah dengan aliran sungai dan menggunakan huruf miring- biru
 Tubuh perairan yang lain, seperti laut ditulis miring warna biru.
 Nama jalan harus searah dengan arah jalan, baik dari kiri ke kanan atau dari bawah ke
atas.
 Dalam peta topografi penggunaan warna antara lain sebagai berikut :
 Hijau untuk dataran rendah (0-200 mdpl)
 Kuning untuk dataran dengan ketinggian lebih dari 200 mdpl tetapi kurang dari 2.000
mdpl.
 Coklat untuk dataran tinggi atau pegunungan (2.000 -3.000 mdpl)
 Biru dengan gradasinya untuk perairan.
 Putih untuk pegunungan yang sangat tinggi (puncaknya bersalju)
 Warna merah umumnya untuk bentukan buatan manusian seperti jalan, batas wilayah,
kota, dan sebagainya.

3. Mengubah Ukuran Peta


Mengubah ukuran peta adalah kegiatan memperbesar peta atau memperkecil peta.
Dengan berubahnya ukuran peta, maka skala peta pun akan berubah.
Rumus untuk mengubah skala peta yang diperbesar adalah :

Penyebut Skala Peta : Angka Perbesaran


Contoh :
Jika selembar peta dengan skala 1:500.000 diperbesar dua kali, maka skala peta tersebut
menjadi :
500.000 : 2 = 250.000
Maka skala peta yang diperbesar adalah 1 : 250.000

Sebaliknya apabila peta diperkecil ukurannya, maka perubahan skalanya menggunakan


rumus berikut :

Penyebut Skala Peta X Angka Perkecilan

Contoh :
Sebuah peta dengan skala 1 : 500.000 diperkecil menjadi empat kali lipatnya. Berapa skala
peta yang diperkecil tersebut ?
Jawab :
500.000 X 4 = 2.000.000
Maka skala peta tersebut adalah 1 : 2.000.000

Cara mengubah ukuran peta adalah dengan teknik grid/petak-petak, dengan difotokopi atau
menggunakan alat pantograf.
Langkah-langkah Memperbesar atau Memperkecil Peta dengan teknik grid :
 Ukur panjang dan lebar garis tepi peta pada lembaran peta asal.
 Buat garis tepi peta dengan ukuran lebih besar atau lebih kecil pada lembaran kertas baru.
 Buat garis-garis vertikal dan horizontal dengan jarak yang sama pada peta asal.
 Buat garis-garis vertikal dan horizontal dengan jarak yang lebih besar atau lebih kecil
pada kertas baru, sehingga membentuk petak-petak yang sama.
 Gambar peta pada petak-petak yang sudah dibuat.

76
B. PENGINDERAAN JAUH

Sistem Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh adalah ilmu atau seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah
atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat, tanpa
kontak langsung dengan obyek, daerah atau gejala yang dikaji. (Lillesand and Kiefer, 1990).

Sistem Penginderaan Jauh


Penginderaan jauh merupakan suatu sistem yang terdiri atas beberapa komponen. Komponen-
komponen dan interaksi antarkomponen dalam penginderaan jauh adalah sebagai berikut :
1. Tenaga untuk penginderaan jauh
2. Atmosfer
3. Sensor
4. Wahana
5. Perolehan data
6. Pengguna data

Sistem penginderaan jauh dalam bentuk skema dapat diperlihatkan oleh gambar berikut :

sensor Pemrosesan
Sumber tenaga
Citra

Foto Non Foto

Data
T. Pantulan

Pengguna
Data

Permukaan
bumi/objek

Jenis-jenis Citra
1. Citra Foto
a. Berdasarkan spektrum elektromagnetik :
 Foto Ultraviolet
 Foto Ortokromatik
 Foto Inframerah Asli
 Foto Inframerah Modifikasi
 Foto Ultraviolet
b. Berdasarkan Arah Sumbu Kamera :
 Foto Tegak
 Foto Condong
c. Berdasarkan Jenis Kamera:
 Foto Tunggal
 Foto Jamak
d. Berdasarkan warna yang digunakan:
 Foto berwarna semu (false color)
 Foto warna asli (true color)

77
2. Citra NonFoto
a. Berdasarkan spektrum elektromagnetik :
 Citra inframerah thermal
 Citra radar dan Citra gelombang mikro
b. Berdasarkan Sensor :
 Citra Tunggal
 Citra Multispektral
c. Berdasarkan Wahanan:
 Citra Dirgantara
 Citra Satelit

Karakteristik Citra Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik


1. Foto Pankromatik

 Direkam menggunakan semua spektrum tampak (merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila,
ungu) dengan panjang gelombang 0,51 – 0,73 mikrometer.
 Kepekaan film hampir sama dengan kepekaan mata manusia
Cirinya warna objek sama dengan kesamaan mata manusia
Kenampakan seperti foto hitam putih atau berwarna.
 Digunakan untuk pemetaan kota
Mendeteksi pencemaran air, kerusakan akibat banjir, penyebaran air tanah, dan
air permukaan.

2. Foto Ortokromatik

78
 Direkam menggunakan spektrum tampak dari saluran biru hingga hijau dengan panjang
gelombang 0,43 – 0,59 mikrometer.
 Banyak objek yang tampak jelas
Memiliki film yang peka terhadap objek di bawah permukaan air hingga
Kedalaman lebih dari 20 meter
Daun hijau tergambar dengan kontras
 Digunakan untuk penentuan atau survey vegetasi, pergerakan sedimen, dan kedalaman
air dangkal.
Bermanfaat untuk studi pantai

3. Foto Inframerah Asli

 Direkam menggunakan spektrum inframerah dekat dengan panjang gelombang 0,9 – 1,2
mikrometer.
 Objek agak gelap
Dapat mencapai bagian dalam daun sehingga rona pada foto tidak ditentukan oleh
warna daun, tetapi oleh jaringannya
 Digunakan untuk pemetaan vegetasi
Baik untuk mendeteksi berbagai jenis tanaman, termasuk tanaman yang sehat atau
yang sakit

4. Foto Inframerah Modifikasi

 Direkam menggunakan spektrum inframerah dekat dan sebagian spektrum tampak pada
saluran merah dan sebagian saluran hijau dengan panjang gelombang 0,79 – 0,89
mikrometer.
 Objek agak terang
Dapat mencapai bagian dalam daun sehingga rona pada foto tidak ditentukan oleh
Warna daun, tetapi oleh jaringannya
 Digunakan untuk studi biomasa dan delineasi tubuh air, dapat membedakan air
79
5. Foto Ultraviolet

 Direkam menggunakan spektrum ultraviolet dekat dengan panjang gelombang 0,29


mikrometer.
 Untuk beberapa objek mudah pengenalannya karena memiliki kekontrasan yang besar
 Sangat baik untuk mendeteksi tumpahan minyak di laut,membedakan atap logam yang
tidak dicat, jaringan jalan aspal, dan batuan kapur

6. Citra Inframerah Termal

 Direkam menggunakan spektrum inframerah termal dengan panjang gelombang 10,40 –


12,50 mikrometer
 Penginderaan berdasarkan perbedaan suhu, sehingga daya pancar pada citra tercermin
dengan beda warna atau rona.
 Digunakan untuk analisis panas tanaman, perbedaan kelembaban tanaman, dan pemetaan
termal.

7. Citra Radar

80
 Direkam dengan sistem gelombang mikro. Merupakan hasil penginderaan dengan sistem
aktif, yaitu dengan sumber tenaga buatan.
 Relief permukaan bumi yang tergambar dapat diperjelas, lebih jelas dari relief
sebelumnya maupun dari gambaran pada jenis citra lainnya.
 Digunakan untuk interpretasi bentuk lahan, mengenali kelurusan dan patahan, mengenali
pola pengaliran

Interpretasi Citra
Di dalam penginderaan jauh, interpretasi citra merupakan langkah yang harus dilakukan agar
dapat memperoleh informasi dari citra untuk dimanfaatkan. Menurut Este dan Simonett (1975),
interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara atau citra dengan maksud untuk
mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek tersebut.
Dalam interpretasi citra, penafsir berupaya mengenali objek melalui tahapan sebagai berikut :
1) Deteksi
Deteksi adalah usaha penyadapan data secara global, baik yang tampak maupun yang
tidak tampak. Di dalam deteksi ditentukan ada tidaknya suatu objek.
2) Identifikasi
Identifikasi adalah kegiatan untuk mengenali objek yang tergambar pada citra
berdasarkan ciri yang terekam oleh sensor.
Ada tiga ciri utama yang dapat dikenali, yaitu :
a) Ciri spektral, merupakan ciri yang dihasilkan oleh interaksi antara tenaga
elektromagnetik dengan objek. Ciri spectral dinyatakan dengan rona dan warna.
b) Ciri spasial,merupakan ciri yang terkait dengan ruang yang meliputi :
(1) Bentuk, merupakan variable kualitatif yang memberikan konfigurasi atau
kerangka suatu objek. Contohnya jalan bentuknya memanjang dan lapangan
sepak bola bentuknya persegi panjang.
(2) Ukuran, merupakan cirri objek yang berkaitan dengan jarak, luas, tinggi, volume.
Misalnya ukuran rumah lebih kecil daripada kantor dan bangunan industri.
(3) Tekstur, merupakan frekuensi perubahan rona pada citra yang dinyatakan dalam
bentuk kasar, sedang, dan halus. Misalnya hutan bertekstur kasar, belukar
bertekstur sedang, dan lapangan berumput bertekstur halus.
(4) Pola, merupakan susunan suatu objek. Pada objek buatan umumnya memiliki
pola teratur, kurang teratur, dan tidak teratur.
(5) Bayangan, bersifat menyembunyikan detail objek yang berada di daerah gelap
dan merupakan kunci pengenalan dari beberapa objek yang justru dengan adanya
bayangan menjadi lebih jelas.
(6) Situs, merupakan letak suatu objek. Misalnya pemukiman biasanya berada di
sepanjang tepi jalan atau sungai.
(7) Asosiasi, adalah keterkaitan objek satu dengan objek lainnya. Misalnya, stasiun
kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api, pemukiman penduduk berasosiasi
dengan jalan.
c) Ciri temporal, merupakan ciri yang terkait dengan benda pada saat perekaman.
Misalnya rekaman sungai pada saat musim hujan tampak cerah,sedangkan pada saat
musim kemarau tampak gelap.

81
Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh
Pemanfaatan jasa penginderaan jauh dalam berbagai sektor kehidupan, antara lain sebagai
berikut :
1) Bidang meteorologi
a) Mengamati sistem pola angin permukaan
b) Memetakan data meteorologi dan klimatologi
c) Mengamati kandungan air dalam udara
2) Bidang hidrologi
a) Mengamati arah aliran sungai
b) Mengamati kecepatan aliran sungai
c) Pemetaan luas daerah dan intensitas banjir
d) Pemantauan DAS dan konservasi sungai
3) Bidang oceanografi
a) Pemetaan potensi sumber daya laut
b) Studi perubahan pantai, abrasi, dan sedimentasi
c) Pengamatan pasang surut dan gelombang air laut
4) Bidang geologi
a) Pemetaan daerah gunung api
b) Pemantauan wilayah bencana
c) Penentuan struktur batuan suatu wilayah
5) Bidang geomorfologi
a) Mengamati bentuk lembah
b) Mengamati beda ketinggian
c) Mengamati kekasaran lereng
6) Bidang pertanian
a) Mengetahui jenis tanah
b) Mengetahui sifat fisik tanah
c) Mengetahui tanaman yang terserang hama
7) Bidang perencanaan
a) Menentukan lokasi pembangunan
b) Menetukan arah pengembangan suatu wilayah
c) Menentukan model pengembangan suatu wilayah

82
C. SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)

Pengertian SIG
Menurut Borrough, SIG adalah suatu sistem perangkat yang dapat melakukan pengumpulan,
penyimpanan, pengambilan kembali, pengubahan (transformasi), dan penanganan dari data-data
keruangan (spasial) untuk kebutuhan tertentu.
Menurut Aronoff, SIG adalah sistem informasi yang mendasarkan pada kerja komputer yang
mampu menerima masukan, mengelola (memberi, mengambil, memanipulasi, dan analisis data)
dan kemudian memberi uraian.

Komponen SIG
1. Data
1) Jenis data SIG
a. Data grafis, yaitu data dalam bentuk gambar atau peta. Data tersebut jika dilihat
dari strukturnya dapat berupa data vektor atau data raster.
 Data vektor adalah data dalam bentuk titik, garis, dan poligon pada peta
yang terikat oleh koordinat (x,y).
 Data raster adalah data dalam bentuk baris dan kolom (grid/sel/pixel)
b. Data atribut atau disebut juga data tabular, yaitu data yang dinyatakan dalam
bentuk teks atau angka.
2) Sumber data SIG
a. Peta
b. Citra Penginderaan Jauh
c. Data Teristris, yaitu data yang diperoleh dari pengukuran lapangan

2. Sistem Komputer
a. Perangkat keras (hardware)
 Unit Masukan (input) : Digitizer, Scanner, Keyboard, CCD-Rom
 Unit Pemrosesan : CPU, VDU
 Unit Penyimpanan : Disk Drive, Tape Drive
 Unit Keluaran (Output) : Printer, Plotter
b. Perangkat lunak (software)

3. Manusia (Pelaksana/Brainware)

Tahapan Kerja SIG


Mengolah data SIG menjadi sebuah informasi spasial dalam bentuk peta, diperlukan peralatan
dan keterampilan yang memadai. Untuk menyusun dan mengolah data tersebut diperlukan
tahapan kerja sebagai berikut:
1. Proses Masukan Data
a) Digitasi, memindahkan peta dalam bentuk lembaran peta (hardcopy) ke dalam
komputer (format digital). Alat yang digunakan adalah digitizer atau scanner.
b) Editing, mengoreksi atau memperbaiki data atau simbol yang salah atau tidak tepat.
Kesalahan yang umumnya terjadi adalah overshoot (garis lebih) dan undershoot
(garis tidak nyambung).
c) Pembangunan Topologi Data
d) Pemberian Atribut
 Anotasi, pemberian nama atau catatan terhadap objek pada peta. Misalnya nama
sungai, nama kota, nama gunung, dll.
 Labelling, pemberian identitas dari objek. Label atau identitas tersebut biasanya
dituangkan dalam legenda.

83
e) Transform Koordinat/Konversi, tahap penyesuaian koordinat dengan mengubah
koordinat meja digitizer ke dalam koordinat lintang dan meridian bumi yang
sesungguhnya.
2. Pengolahan Data
a) Pengarsipan
b) Pemodelan
3. Manipulasi dan Analisis Data
a) Buffering, adalah analisis yang menghasilkan buffer atau penyangga yang bisa
berbentuk lingkaran atau poligon yang melingkupi suatu objek sebagai pusatnya,
sehingga bisa diketahui luas objek dan jarak dari objek lainnya.
b) Skoring
c) Overlay, penggabungan beberapa peta dengan cara tumpang susun sehingga
dihasilkan peta baru yang lebih informatif.
4. Keluaran Data

Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG)


SIG dan penginderaan jauh menunjang perencanaan pembangunan di beberapa bidang, yaitu :
1. Transmigrasi
a) Pemilihan lokasi transmigrasi
b) Perencanaan waktu pemindahan penduduk yang tepat
2. Lingkungan hidup
a) Perencanaan kota dan data yang berkaitan dengan tata ruang
b) Pemantauan terhadap pencemaran lingkungan hidup
3. Pemantauan daerah pantai dan laut
a) Pencarian lokasi ikan dan hasil laut lainnya
b) Pemantauan garis pantai dan abrasi
c) Pemantauan proses kelautan, seperti pengangkatan, arus, dan intrusi air laut
4. Pertanian dan kehutanan
a) Inventarisasi tanaman pangan
b) Pemantauan penggunaan lahan
c) Inventarisasi tanaman perkebunan/tanaman pertanian
d) Inventarisasi dan pemantauan hutan
e) Inventarisasi lahan kritis
5. Inventarisasi sumber daya alam
a) Mengetahui persebaran sumber daya lam
b) Mengetahui persebaran lahan
6. Pemantauan bencana alam
a) Memantau luas wilayah bencana alam
b) Pencegahan terjadinya bencana alam
c) Menyusun rencana pembangunan kembali daerah bencana
d) Penentuan tingkat bahaya erosi
e) Prediksi ketinggian banjir
f) Prediksi tingkat kekeringan
7. Bidang sosial
a. Mengetahui potensi dan persebaran penduduk
b. Pendataan dan pengembangan jaringan transportasi
c. Pendataan dan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan dan pembangunan
d. Pendataan dan pengembangan permukiman penduduk, kawasan industri, sekolah,
rumah sakit, sarana hiburan dan rekreasi

84

Anda mungkin juga menyukai