Anda di halaman 1dari 4

MASALAH ETIKA MORAL DALAM

PELAYANAN KEPERAWATAN
Pengertian Etika Moral
Etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang mengatur bagaimana sepatutnya manusia
hidup di dalam masyarakat yang melibatkan aturan/prinsip yang menentukan tingkah laku
yang benar yaitu baik dan buruk atau kewajiban dan tanggung jawab.
Moral, istilah ini berasal dari bahasa latin yang berarti adat dan kebiasaan. Pengertian
moral adalah perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yang merupakan standar perilaku
dan nilai yang harus diperhatikan bila seseorang menjadi anggota masyarakat tempat ia
tinggal
Etiket/adat merupakan sesuatu yang dikenal, diketahui, diulang, serta menjadi sesuatu
kebiasaan di dalam suatu masyarakat, baik berupa kata-kata walaupun bentuk perbuatan yang
nyata.
Ketiga istilah di atas, etika, moral, dan etiket sulit dibedakan, hanya dapat dilihat
bahwa etika lebih dititikberatkan pada aturan, prinsip, yang melandasi perilaku yang
mendasar dan mendekati aturan, hokum, dan UU yang membedakan benar atau salah secara
moralitas.
Nilai-nilai moral yang ada dalam kode etik keperawatan Indonesia (2000), diantaranya:
1. Menghargai hak klien sebagai indoividu yang bermartabat dan unik.
2. Menghormati nilai-nilai yang diyakini klien.
3. Bertanggung jawab terhadap klien.
4. Confidentiality.
Metode Pendekatan Pembahasan Masalah Etika
Sebelum membahas masalah etika, perawat penting memahami metode pendekatan
yang digunakan dalam diskusi masalah etika. Dari Ladd. J, 1978 dikutip oleh Frell
(Mccloskey, 1990) mengatakan ada 4 metode utama, yaitu otoritas, consensum hominum,
pendekatan intuisi/self-evidence, dan metode argumentasi.
1. Metode Otoritas
Metode ini mengatakan bahwa dasar setiap tindakan atau keputusan adalah otoritas.
Otoritas dapat berasal dari manusia atau kepercayaan supranatural kelompok
manusia/suatu instuisi seperti kelompok ulama, dewan gereja, atau pemerintah.
Penggunaan metode ini terbatas hanya pada penganut yang percaya.

2. Metode Consensum Hominum


Metode

ini

menggunakan

pendekatan

berdasarkan

persetujuan

masyarakat

luas/kelompok manusia yang diyakini bijak dan secara etika dapat diterima, dimasukkan
dalam keyakinan.
3. Metode Pendekatan Intuisi/Self-evidence
Metode ini dinayatakan oleh para ahli filsafat berdasarkan pada apa yang mereka
kenal sebagai teknik intuisi. Metode ini terbatas hanya pada orang-orang yang
mempunyai intuisi tajam.
4. Metode Argumentasi/Metode Sokratik
Metode ini menggunakan pendekatan dengan menajukan pertanyaan/mencari jawaban
dengan alasan yang tepat. Metode ini digunakan untuk memahami fenomena etika.
Bandman (1990) secara umum menjelaskan bahwa maslah etika keperawatan pada
dasarnya terdiri atas 5 jenis. Kelima maslah tersebut akan diuraikan dalam rangka perawat
mempertimbangkan prinsip etika yang bertentangan terdapat lima faktor yang pada
umumnya harus dipertimbangkan:
1. Pernyataan dari klien yang pernah diucapkan kepada anggota keluarga, teman-temannya,
dan petugas kesehatan.
2. Agama dan kepercayaan klien yang dianutnya.
3. Pengaruh terhadap anggota keluarga lain.
4. Kemungkinan akibat simpangan yang tidak dikehendaki.
5. Diagnosis dengan atau tanpa pengobatan.
Dalam praktik keperawatan, ada lima masalah dasar etika keperawtaan yang
berhubungan dengan pertimbangan prinsip etika yang bertentangan. Secara lebih rinci,
kelima masalah berikut contohnya akan diuraikan dibawah ini:
1. Kuantitas vs Kualitas Hidup, contohnya:
-

Seorang ibu meminta perawat untuk melepas selang yang dipasang pada anaknya
yang berusia 14 tahun, yang koma selama 8 hari. Dalam keadaan seperti ini, perawat
menghadapai masalah tentang posisi yang dimilikinya. Dalam menentukan keputusan
secara moral, sebenarnya perawat berada pada posisi kuantitas versus kualitas hidup
karena klien.

Seorang bayi dilahirkan dengan penyakit sindrom down dan beberapa cacat bawaan
lainnya. Untuk menyelamatkan kehidupannya, suatu operasi diperlukan dengan
segera. Namun kedua orangtua menolak dengan alasan bila anaknya hidup, justru
akan menambah penderitaaan anak tersebut dan mereka tidak akan memeliharanya.

Seseorang nenek yang menderita berbagai penyakit kronis telah menolak makan dan
minum serta tidak mau minum obat yang dianjurkan perawat puskesmas dengan
alasan supaya cepat meninggal daripada tersiksa. Anak perempuannya mendukung hal
itu sehingga beberapa hari kemudia nenek itu meninggal dunia.

2. Kebebasan vs Penanganan dan Pencegahan Bahaya, contohnya:


-

Seorang klien berusia lanjut yang menolak untuk mengenakan sabuk pengaman
sewaktu berjalan, ia ingin berjalan dengan bebas. Pada situasi ini, perawat
menghadapi masalah upaya menjaga keselamatan klien yang bertentangan dengan
kebebasan klien.

Tn. DS berusia 48 tahun yang sehari-harinya bekerja sebagai tukang becak dengan
rata-rata penghasilan Rp.3.000-4.000/hari. Istrinya yang berusia 42 tahun, berjualan
sayur dengan laba sekitar Rp.1.500/hari. Tn. DS mempunyai anak 6 orang, paling
besar berusia 11 tahun, kemudian berturut-turut 9 tahun, 7 tahun, 5 tahun, 3 tahun, dan
2 bulan. Semua anaknya tampak kurus, kurang gizi, dan menderita skabies. Anak
yang berusia 3 tahun menderita bronkitis dan yang usia 7 tahun pernah menderita
tipus abdominalis. Tn. DS adalah warga yang sulit bertetangga dari setiap diberi
bantuan misalnya makanan oleh tetangga selalu ditolaknya. Oleh perawat puskesmas
bapak/ibu DS sudah sering dianjurkan untuk ber-KB, namun mereka selalu
menolaknya dan mengatakan bahwa KB bertentangan dengan keyakinanya. Setiap
perawat berkunjung, mereka selalu menghindari, bahkan pada kunjungan terakhir,
mereka tidak mau menerima dan menyuruh perawat meninggalkan rumahnya. Ini
membuat perawat dan petugas puskesmas jera. Walaupun mereka tahu bahwa anak
Tn. DS terancam gangguan akibat kurang gizi, anak ke-5 teranggu pernafasannya dan
resiko ibu DS untuk hamil lagi cukup besar setelah kunjungan perawat yang terakhir.
Satu tahun kemudian ibu DS hamil lagi dan anak ke-5 meninggal akibat sesak nafas.

3. Berkata Jujur vs Berkata Bohong, contohnya:


-

Seorang perawat yang mendapati teman kerjanya menggunakan narkotika. Dalam


posisi ini perawat tersebut berada dalam pilihan apakah akan mengatakan hal ini
secara terbuka atau diam karena diancam akan dibuka rahasia yang dimilikinya bila
melaporkan pada orang lain.

4. Keinginan Terhadap Pengetahuan yang Bertentangan dengan Falsafah Agama, Politik,


Ekonomi, dan Ideologi, contohnya:
-

Seorang klien memilih ke dukun daripada ke dokter.

Kampanya anti rokok demi keselamatan bertentangan dengan kebijakan ekonomi.

Alokasi dana untuk kepentingan militer lebih besar daripada kepentingan kesehatan.

5. Terapi Ilmiah Konvensional vs Terapi Tidak Ilmiah dan Coba-coba, contohnya:


-

Hampir semua suku bangsa di Indonesia memiliki praktek terapi konvensional yang
masih dianggap sebagai tindakan yang dapat dipercaya. Secara ilmiah tindakan
tersebut sulit dibuktikan kebenarannya, namun sebagian masyarakat mempercayainya.

Anda mungkin juga menyukai