Anda di halaman 1dari 8

PENINGKATAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL (KOGNITIF, AFEKTIF

DAN PERILAKU) MELALUI PENERAPAN TERAPI PERILAKU KOGNITIF


DI RSJ DR AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

Sri Nyumirah
Program Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan Keperawatan Jiwa
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, 16424, Indonesia
Email : srinyumirah@yahoo.co.id

ABSTRAK

Isolasi sosial merupakan suatu keadaan perubahan yang dialami klien skizofrenia. Suatu pengalaman
menyendiri dari seseorang dan perasaan segan terhadap orang lain sebagai sesuatu yang negatif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi perilaku kognitif terhadap
kemampuan klien isolasi sosial dalam melakukan interaksi di ruang rawat inap di RSJ Dr Amino
Gondohutomo Semarang. Desain penelitian quasi experimental pre-post test with without control. Sampel
berjumlah 33 orang dengan tehnik pengambilan sampel total sampling. Hasil penelitian menunjukkan ada
pengaruh terapi perilaku kognitif terhadap kemampuan interaksi (kognitif, afektif dan perilaku) pada klien
isolasi sosial (p value < 0.05). Ada peningkatan kemampuan interaksi sosial (kognitif, afektif dan
perilaku) setelah dilakukan terapi perilaku kognitif. Terapi perilaku kognitif direkomendasikan diterapkan
sebagai terapi keperawatan dalam merawat klien dengan isolasi sosial dengan penurunan kemampuan
interaksi sosial.

Kata kunci :Terapi perilaku kognitif, kemampuan interaksi sosial (kognitif, afektif dan psikomotor), klien
isolasi sosial
Daftar pustaka : 88 (1999 -2012)

ABSTRACT

Social isolation is a state of change experienced by clients with schizophrenia. A person's solitude
experience and shyness towards others as something negative. This study aims to determine the effect of
cognitive behavioral therapy for social isolation in the client's ability to interaction the hospitalized in the
RSJ Dr Amino Gondohutomo Semarang. Quasi-experimental research design pre-post test without
control. Sample 33 peoples with total sampling technique. Results showed no effect of cognitive
behavioral the rapyon the ability of interaction (cognitive, affective and behavioral) on the client's social
isolation (p value <0.05). There is increasing social interaction skills (cognitive, affective and
behavioral) after cognitive behavioral therapy. Cognitive behavioral therapy is recommended as a
treatment applied to nursing in the care of clients with social isolation with a reduction in social
interaction skills.

Keyword : Cognitive Behavioral Therapy, ability of social interaction (cognitive, affective and
behavioral), social isolation client.
Bibliography : 88 ( 1999 - 2012)

Videback, 2008). Kesehatan jiwa juga


PENDAHULUAN mempunyai sifat yang harmonis dan
memperhatikan semua segi dalam kehidupan
manusia dalam berhubungan dengan
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat manusia lainnya yang akan mempengaruhi
emosional, psikologis, dan sosial yang perkembangan fisik, mental, dan sosial
terlihat dari hubungan interpersonal yang individu secara optimal yang selaras dengan
memuaskan perilaku dan koping individu perkembangan masingmasing individu.
efektif, konsep diri yang positif dan
kestabilan emosional (Johnsons, 1997 dalam
Peningkatan Kemampuan Interaksi Sosial (Kognitif, Afektif Dan Perilaku) Melalui Penerapan
121
Terapi Perilaku Kognitif Di RSJ DR Amino Gondohutomo
Semarang Sri Nyumirah
Menurut WHO (2009), prevalensi masalah berfikir abstrak, kurang spontanitas, serta
kesehatan jiwa mencapai 13% dari penyakit gangguan pikiran/ inkoheren.
secara keseluruhan dan kemungkinan akan
berkembang menjadi 25% di tahun 2030, Gejala yang lebih banyak muncul pada klien
gangguan jiwa juga berhubungan dengan dengan skizofrenia yaitu disfungsi sosial dan
bunuh diri, lebih dari 90% dari satu juta pekerjaan yang mempengaruhi perilaku pada
kasus bunuh diri setiap tahunnya akibat klien skizofrenia menyebabkan depresi pada
gangguan jiwa. Gangguan jiwa ditemukan di klien yang mengganggu konsep diri klien
semua negara, terjadi pada semua tahap sehingga menjadikan kurangnya penerimaan
kehidupan, termasuk orang dewasa dan klien di lingkungan keluarga dan masyarakat
cenderung terjadi peningkatan gangguan terhadap kondisi yang dialami klien yang
jiwa. mengakibatkan klien mengalami isolasi
sosial (Sinaga, 2008). Isolasi sosial adalah
Prevalensi terjadinya gangguan jiwa berat di merupakan suatu keadaan perubahan yang
Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan dialami klien skizofrenia. Isolasi sosial
Dasar (2007) adalah sebesar 4,6 permil, adalah suatu pengalaman menyendiri dari
dengan kata lain dari 1000 penduduk seseorang dan perasaan segan terhadap
Indonesia empat sampai lima diantaranya orang lain sebagai sesuatu yang negatif atau
menderita gangguan jiwa berat (Balitbang keadaan yang mengancam (NANDA,
Depkes RI, 2008). Penduduk Indonesia pada 2005). Klien yang mengalami isolasi sosial
tahun 2007 (Pusat Data dan Informasi akan cenderung muncul perilaku
Depkes RI, 2009) sebanyak 225.642.124 menghindar saat berinteraksi dengan orang
sehingga klien gangguan jiwa di Indonesia lain dan lebih suka menyendiri terhadap
pada Tahun 2007 diperkirakan 1.037.454 lingkungan agar pengalaman yang tidak
orang. Kondisi diatas mengambarkan jumlah menyenangkan dalam berhubungan dengan
klien gangguan jiwa yang mengalami orang lain tidak terulang kembali (Keliat,
ketidakmampuan untuk terlibat dalam 1999). Dengan demikian kegagalan individu
aktivitas oleh karena keterbatasan mental dalam melakukan interaksi dengan orang
akibat gangguan jiwa berat yang akan lain sebagai akibat dari pikiran negatif dan
mempengaruhi kualitas kehidupan pengalaman yang tidak menyenangkan
penderitanya. Tahun 2009 angka kejadian sebagai ancaman terhadap individu.
penderita gangguan jiwa di Jawa Tengah
berkisar antara 3300 orang sampai 9300
orang (Widyayati, 2009). Angka kejadian ini Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di
merupakan penderita yang sudah RSJ Dr Amino Gondohutomo oleh peneliti
terdiagnosa. Persentase gangguan kesehatan bahwa sudah dilakukan tindakan
jiwa itu akan terus bertambah seiring dengan keperawatan namun dampak terhadap
meningkatnya beban hidup masyarakat kemampuan klien dalam melakukan
Indonesia. interaksi sosial masih belum maksimal
dengan masih tampaknya gejala isolasi
sosial yang muncul dan pikiran menganggap
Salah satu bentuk gangguan kejiwaan yang tidak penting dan tidak ada gunanya
memiliki tingkat keparahan yang tinggi berinteraksi dengan orang lain sehingga
adalah skizofrenia. Skizofrenia merupakan menurunkan motivasi klien saat akan
gangguan jiwa berat yang akan membebani berinteraksi dengan orang lain. Tindakan
masyarakat sepanjang hidup penderita yang keperawatan pada klien isolasi sosial akan
dikarakteristikan dengan disorganisasi lebih efektif dan meningkatkan kemampuan
pikiran, perasaan dan perilaku klien dalam melakukan interaksi sosial
(Lenzenweger & Gottesman, 1994 dalam secara adekuat bila dipadukan dengan
Sinaga 2008). Seseorang yang mengalami tindakan keperawatan lanjut/spesialis.
skizofrenia akan mempengaruhi semua Menurut Putdangmith (2011 dalam Suryani,
aspek dari kehidupannya yang ditandai 2006) apabila tidak ada komunikasi saat
dengan gejala-gejala psikotik yang khas dan melakukan interaksi sosial akan terjadi
terjadi kemunduran fungsi sosial yaitu berkurangnya individu yang kita kenali,
gangguan dalam berhubungan dengan orang adanya ketidakharmonisan terhadap individu
lain, fungsi kerja menurun, kesulitan dalam yang satu sama lain, dapat berakibat konflik,
128 Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 1, No. 2, November 2013; 121-128
bahkan terpecahnya suatu kelompok itu perilaku yang adaptif, sehingga pada
sendiri. akhirnya diharapkan individu dengan
masalah isolasi sosial memiliki peningkatan
Berdasarkan data dari RSJ Dr Amino kemampuan untuk melakukan interaksi
Gondohutomo Semarang untuk gangguan sosial dan bereaksi secara adaptif dalam
jiwa dengan isolasi sosial tahun 2011 menghadapi masalah atau situasi yang sulit
sebanyak 553, sedangkan bulan Januari dalam setiap fase hidupnya.
sampai Februari 2012 sebanyak 40 orang
dari delapan ruang rawat inap. Dari data Menurut Singer dan Addington (2009 dalam
tersebut dapat disimpulkan bahwa Lelono, 2010) penerapan terapi perilaku
banyaknya gangguan jiwa yang terjadi kognitif dapat menurunkan gejala negatif
dengan masalah isolasi sosial maka perlu skizofrenia yang akan menjadi positif serta
menjadi perhatian dan penanganan khusus fungsi sosial yang baik dan menunjukan
bagi individu, keluarga, petugas di rumah efek yang menetap setelah pengobatan
sakit maupun lingkungan tempat tinggal berakhir, dibandingkan dengan perawatan
klien. rutin saja, karena dengan terapi perilaku
kognitif klien dapat membantu klien
Salah satu bentuk psikoterapi yang dapat melakukan perilaku dan pikiran yang positif.
diterapkan pada klien isolasi sosial dengan Jika diterapkan pada klien dengan isolasi
penurunan kemampuan dalam melakukan sosial terbentuk pikiran yang positif
interaksi sosial karena pengalaman yang sehingga mendapatkan perilaku yang positif.
tidak menyenangkan dan pikiran negatif Klien dengan isolasi sosial yang mengalami
yang muncul pada individu sebagai penurunan motivasi dalam melakukan
ancamanindividu yaitu dengan terapi interaksi sosial dengan diberikan terapi
perilaku kognitif yang didasarkan pada teori perilaku kognitif akan mempunyai persepsi
bahwa tanda dan gejala fisiologis yang positif dan klien mengetahui
berhubungan dengan interaksi antara pentingnya interaksi sosial.
pikiran, perilaku dan emosi (Pedneault,
2008). Sedang menurut (Epigee, 2009) Tujuan Umum: Penelitian ini bertujuan
terapi ini merupakan terapi yang didasari untuk mendapatkan gambaran tentang
dari gabungan beberapa terapi yang pengaruh terapi perilaku kognitif
dirancang untuk merubah cara berfikir dan terhadap tingkat kemampuan klien
memahami situasi dan perilaku sehingga
isolasi sosial dalam melakukan interaksi
mengurangi frekuensi negatif, emosi yang
menganggu dan mengurangi penurunan
sosial di ruang rawat inap RSJ Dr Amino
motivasi terutama dalam melakukan Gondohutomo Semarang.
interaksi sosial. Sesuai penelitian Renidayati
(2008) tentang pengaruh Social Skills METODE PENELITIAN
Training (SST) pada klien isolasi sosial
bahwa terdapat peningkatan kemampuan
kognitif dan kemampuan perilaku pada Penelitian ini adalah penelitian dengan
kelompok yang mengikuti SST dan yang metode kuantitatif menggunakan desain
tidak mengikuti SST, dimana pada ”Quasi experimental pre-post test
kelompok yang mengikuti SST mengalami without control” dengan intervensi terapi
peningkatan kemampuan kognitif dan perilaku kognitif yang terdiri dari 5 sesi
perilaku yang lebih tinggi dibandingkan pada tanggal 25 April-5 Juni 2012.
kelompok yang tidak mengikuti SST. Teknik pengambilan sampel secara total
sampling. Penelitian dilakukan untuk
Menurut (Martin, 2010) bahwa penerapan menganalisa peningkatan kemampuan
terapi psikososial dengan perilaku kognitif kognitif, afektif dan perilaku klien
dapat merubah pola pikir yang negatif isolasi social dalam melakukan interaksi
menjadi positif sehingga perilaku yang sosial. Sampel berjumlah 33 orang.
maladaptif yang timbul akibat pola pikir Instrumen yang digunakan instrumen ini
yang salah juga akan berubah menjadi
Peningkatan Kemampuan Interaksi Sosial (Kognitif, Afektif Dan Perilaku) Melalui Penerapan
123
Terapi Perilaku Kognitif Di RSJ DR Amino Gondohutomo
Semarang Sri Nyumirah
modifikasi peneliti dari (Townsend, (kognitif, afektif dan perilaku) setelah
2009; Videback, 2008; Suryani, 2006; dilakukan terapi perilaku kognitif lebih
Nasir dkk 2009; Nurjannah, 2001) dan tinggi dibandingkan sebelum dilakukan
penilaian dari buku catatan harian klien terapi perilaku kognitif.
dan raport hasil evaluasi pelaksanaan
Variabel Mean P Value
terapi perilaku kognitif dengan
menggunakan modul, buku kerja, buku Kognitif
raport yang dibuat oleh Sasmita (2007); 13,79 0,000
Fauziah (2009) dan Wahyuni, (2010); Sebelum 19,88
Erwina (2010); Hidayat (2010); Lelono
(2010); Sudiatmika (2010). Pengolahan Sesudah 14,58 0,000
data dengan editing, coding, processing Afektif 17,33
dan cleaning. Analisis statistik yang Sebelum
dipergunakan yaitu univariat dan bivariat 9,64 0,000
dengan analisis dependen dan Sesudah 11,06
independent sample t-test sertauji anova
dankorelasi regresi. Etika penelitian Perilaku
yang digunakan peneliti Maleficience,
Justice, Anomymous, Beneficence Sebelum
danInformed concent.
Sesudah
HASIL PENELITIAN

Menjelaskan bahwa dari 33 orang


responden dalam penelitian ini, usia
produktif pada responden adalah 31
tahun dengan umur termuda 20tahun dan
tertua 45 tahun yang paling banyak
berjenis kelamin laki-laki 25 (75,8%)
yang berpendidikan SMP 20 (60,6%),
bekerja 20 (60,6%), tidak kawin 24
(72,7%).

Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 2


Berdasarkan hasil uji statistik tidak ada
bahwa hasil uji statistik dengan nilai p
hubungan umur dengan kognitif, afektif <0,05. Rata-rata kemampuan kognitif,
dan perilaku dan ada hubungan antara afektif dan perilaku responden setelah
jenis kelamin dengan kognitif (p<0,05). dilakukan terapi perilaku kognitif lebih
Ada hubungan antara pekerjaan dengan besar dibandingkan sebelum dilakukan
semua kemampuan responden dalam terapi perilaku kognitif.
melakukan interaksi sosial (kognitif,
afektif, perilaku) responden (p<0,05). PEMBAHASAN
Ada hubungan pendidikan SD-SMA
dengan kemampuan kognitif responden Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil
dalam melakukan interaksi sosial. Ada uji statistik ada peningkatan kemampuan
hubungan antara status perkawinan kognitif responden setelah dilakukan terapi
dengan kognitif dan afektif responden. perilaku kognitif. Responden dalam
penelitian ini memiliki pengalaman yang
Berdasarkan tabel 1 menjelaskan bahwa tidak menyenangkan saat berhubungan
dengan orang lain, karena ada penolakan,
dari 33 responden rata-rata kemampuan
merasa bodoh, tidak percaya dan merasa
dalam melakukan interaksi sosial
128 Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 1, No. 2, November 2013; 121-128
tidak ada manfaatnya jika berhubungan sehingga responden dapat mengubah
dengan orang lain karena merasa takut untuk perasaan yang negatif menjadi positif yang
mendapatkan penolakan untuk berhubungan akhirnya akan memunculkan perilaku yang
dengan orang lain sehingga responden positif juga setelah diajarkan mengubah
merasa tidak nyaman yang mengakibatkan perasaan negatif untuk menjadi positif pada
responden suka menyendiri, lebih banyak sesi 3 dalam penerapan terapi perilaku
diam, dan malas melakukan interaksi dengan kognitif. Respon emosi merefleksikan
orang lain. Kenyataan yang ditemukan respon perilaku dan fisiologis sebagai hasil
dalam penelitian ini juga sesuai dengan yang analisis kognitif dalam mengahadapi suatu
diuraikan Townsend (2009), NANDA situasi yang penuh stres (Stuart & Laraia,
(2007) dan Keliat (2005). 2005).
Min-
Hal ini sesuai dengan pendapat Oemarjoedi Kemampuan Mean SD 95% CI
Maks
(2003) bahwa terapi perilaku kognitif Kognitif
meyakini pola pemikiran manusia terbentuk Sebelum 13,79 3,09 9-22 12,69-14,88
melalui proses rangkaian stimulus- Sesudah 19,88 3,01 12-24 18,81-20,95
kognisirespon yang saling terkait dan
Afektif
membentuk jaringan dalam otak manusia,
Sebelum 14,58 1,6 11-18 14,00- 15,15
dimana faktor kognitif akan menjadi
Sesudah 17,33 2,16 14-22 16,57 - 18,10
penentu dalam menjelaskan bagaimana
Perilaku
manusia berpikir, merasa, dan bertindak.
Sebelum 9,64 4,39 8-11 9,27 - 10,00
Klien isolasi sosial memiliki pikiran negatif
Sesudah 11,06 4,95 8-12 10,66 - 11,46
(distorsi kognitif) yang menyebabkan
terjadinya perilaku isolasi sosial sehingga
pikiran negatif perlu mendapatkan Sesuai penelitian yang dilakukan oleh
penanganan terlebih dahulu. Lelono (2010) bahwa ada peningkatan
kemampuan afektif pada klien halusinasi
dan perilaku kekerasan setelah dilakukan
Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil
terapi perilaku kognitif.
penelitian sebelumnya Hidayat (2011) dalam
penelitiannya tentang pengaruh terapi
perilaku kognitif pada klien perilaku Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil
kekerasan yang mengalami peningkatan uji statistik ada peningkatan perilaku dalam
kemampuan kognitif untuk mengurangi melakukan interaksi sosial responden setelah
munculnya perilaku kekerasan. Hasil dilakukan terapi perilaku kognitif.
penelitian Lelono (2010) tentang pengaruh Penerapan terapi perilaku kognitif di sesi 4
terapi perilaku kognitif pada klien halusinasi responden dilatih dalam melakukan perilaku
dan perilaku kekerasan mendapatkan hasil yang negatif menjadi positif yang ditulis
terjadi peningkatan kemampuan kognitif dalam buku kerja klien. Pada setiap akhir
secara bermakna. Menurut Davis (2005) sesi pertemuan peneliti memberikan tugas
mengatakan terapi perilaku kognitif dapat pada klien untuk melakukan latihan mandiri
diberikan klien skizofrenia untuk intervensi dengan klien lain di ruangan dan
meningkatkan kepercayaan yang positif bagi mendokumentasikan latihan yang dilakukan
klien sehingga muncul perilaku yang positif pada buku kerja klien. Peneliti melakukan
juga pada klien. evaluasi terhadap pelaksanaan latihan
mandiri pada masing-masing responden dan
memberikan umpan balik positif terhadap
Hasil uji statistik ada peningkatan
apa yang telah dilakukan responden.
kemampuan interaksi sosial dengan
kemampuan afektif responden setelah
dilakukan terapi perilaku kognitif. Peningkatan kemampuan psikomotor atau
Meningkatnya respon afektif pada peningkatan perilaku yang positif dalam
responden setelah dilakukan terapi perilaku melakukan interaksi sosial pada responden
kognitif karena klien merasa tidak cemas ini terjadi karena pada terapi terapi perilaku
selalu optimis dan dapat menghargai kognitif diberikan latihan melawan pikiran
individu, orang lain dan lingkungan negatif dan kemudian dilanjutkan dengan
Peningkatan Kemampuan Interaksi Sosial (Kognitif, Afektif Dan Perilaku) Melalui Penerapan
125
Terapi Perilaku Kognitif Di RSJ DR Amino Gondohutomo
Semarang Sri Nyumirah
membentuk perilaku yang positif dalam responden setelah dilakukan terapi
melakukan interaksi sosial. Latihan perilaku kognitif.
meningkatkan kemampuan interaksi sosial.
Hal ini sesuai dengan Frisch dan Frisch
Rumah sakit dengan pelayanan psikiatri
(2006) bahwa tindakan keperawatan pada
hendaknya selalu menerapkan terapi
klien isolasi sosial bertujuan untuk melatih
generalis dengan pelaksanaan strategi
klien ketrampilan sosial sehingga merasa
pelaksanaan dan terapi aktivitas kelompok
nyaman dalam situasi sosial dan melakukan
pada klien isolasi sosial sehingga dapat
interaksi sosial.
mengevaluasi perubahan kemampuan
(kognitif, afektif dan perilaku) pada klien
Hal ini sesuai dengan yang disampaikan isolasi sosial dalam melakukan interaksi
oleh Ramdhani dalam Prawitasari (2002) sosial. Rumah sakit merencanakan ruangan
bahwa pada penerapan ketrampilan untuk pelaksanaan intervensi keperawatan
berkomunikasi diajarkan cara bertanya pada klien dengan tempat khusus yang lebih
untuk konfirmasi, cara memberi dan nyaman dan leluasa dalam melakukan terapi
menerima pujian, cara mengeluh dan sehingga mudah berkonsentrasi dalam
menghadapi keluhan, cara menolak, cara proses intervensi. Perawat Puskesmas
meminta pertolongan, cara menuntut hak, keperawatan jiwa diberikan pelatihan
cara berempati, dan cara berinteraksi dengan tentang kesehatan jiwa di masyarakat yang
orang lain. Menurut Halgin dan Whitbourne dapat diterapkan saat klien sudah pulang
(2007) bahwa penerapan latihan komunikasi dari Rumah Sakit dengan penerapan terapi
dalam melakukan interaksi dengan orang keperawatan jiwa.
lain adalah intervensi perilaku yang meliputi
pemberian penguatan terhadap perilaku yang
sesuai khususnya dalam hal membina Pihak pendidikan tinggi keperawatan
hubungan interpersonal. Menurut Davis hendaknya mengembangkan terapi perilaku
kognitif beserta modul atau pedoman
(2005) mengatakan terapi perilaku kognitif pelaksanaan terapi perilaku kognitif pada
dapat diberikan klien skizofrenia untuk kelompok klien dengan masalah yang lain,
intervensi meningkatkan kepercayaan yang baik kelompok klien gangguan maupun
positif bagi klien sehingga muncul perilaku kelompok klien risiko (remaja atau anak
yang positif juga pada klien. sekolah dengan kesulitan bergaul atau
berinteraksi dengan orang lain) dalam upaya
meningkatkan terapi modalitas dalam
KESIMPULAN DAN SARAN
keperawatan jiwa yang efektif. Hasil
penelitian ini bisa dijadikan acuan untuk
Tidak ada hubungan antara umur pelaksanaan terapi individu perilaku kognitif
responden dengan kemampuan interaksi pada klien isolasi sosial untuk meningkatkan
sosial. Ada hubungan antara jenis kemampuan interaksi sosial.
kelamin responden dengan kemampuan
kognitif dalam melakukan interaksi Perlunya dilakukan penelitian tentang
sosial. Ada hubungan pendidikan SD- pengaruh terapi perilaku kognitif pada klien
SMA responden dengan kemampuan dengan masalah keperawatan yang lain baik
kognitif dalam melakukan interaksi pada klien kelompok gangguan maupun
kelompok risiko yang mengalami penurunan
sosial. Ada hubungan antara pekerjaan
kemampuan interaksi sosial sehingga
dengan semua kemampuan responden muncul perilaku negatif dengan
dalam melakukan interaksi sosial menggunakan instrumen yang berbeda yang
(kognitif, afektif, perilaku). Ada dapat mengukur kemampuan kognitif klien
hubungan antara status perkawinan dalam melakukan interaksi sosial sehingga
dengan kognitif dan afektif responden. meningkatkan kemampuan klien dalam
Ada peningkatan kemampuan interaksi melakukan interaksi sosial. Perlunya
sosial (kognitif, afektif dan perilaku) dilakukan penelitian dengan
mengkombinasikan terapi kelompok dengan
terapi individu perilaku kognitif yang

128 Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 1, No. 2, November 2013; 121-128


dibandingkan hasilnya dalam penerapan NACBT. (2009). Cognitive Behavior
terapi tersebut dengan melihat faktor-faktor Therapy.
yang mempengaruhi tanda dan gejala yang
http://www.nacbt.og.uk/nacbt/cogni
muncul pada penurunan dan peningkatan
kemampuan interaksi sosial (kognitif, afektif tice_behavioral_therapy.htm.
dan perilaku) dalam rentang waktu yang Pebruari 13, 2012
lebih lama sehingga evaluasi yang optimal.
NANDA. (2005). Nursing Diagnoses :
DAFTAR PUSTAKA Definitions & Classification 2007-
2008. Philadelphia: NANDA
Davis, dkk. (2005). The indianapolis International
vocational intervention program A
cognitive behavioral apporoach to Oemarjoedi, A,K,. (2003). Pendekatan
addresy rehabilitation. Departement Cognitive Behavioral Dalam
of veterans affairs. Psikoterapi. Jakarta : Kreativ Media.

Frisch, N.C., & Frisch, L.E. (2006). Prawitasari, dkk. (2002). Psikoterapi
Psychiatric Mental Health Nursing. Pendekatan Konvensional dan
3th ed. Canada : Thomson Delmar Kontemporer. Yogyakarta : Pustaka
Learning Pelajar dan Unit Publikasi Fakultas
Psikologi UGM.
Kazantzis, N., Reinecke, M.A., &
Freeman, A. (2010). Cognitive and Saksa, J.R., dkk. (2009). Cognitive
Behavioral Theories in Clinival Bahavioral Therapy for Early Psychosis
Practice. New York : A Division of : A Comprehensive Review
Guildford Publications, Inc. of
Individual vs. Group treatment Studies.
International Journal of Group
Kelana(2010). EEfektivitas Cognitive
Behavioral Therapy (CBT) Dan Psychotherapy, 59(3), 357-377
Rational Emotive Behavioral
Therapy (REBT) Terhadap Klien Sasmita, H. (2007). Efektifitas Cognitive
Perilaku Kekerasan, Halusinasi dan Behavioral Therapy (CBT) pada Klien
Harga Diri Rendah di RS. Dr. H. Harga Diri Rendah di RS Dr. Marzoeki
Mahdi Bogor tahun 2007. Tesis FIK-
Marzoeki Mahdi Bogor.Tesis FIKUI.
Tidak dipublikasikan. UI. Tidak dipublikasikan

Keliat, B.A., dkk. (2005). Modul Basic Stuart, G.W. (2009). Principles and
Course Community Mental Health Practice of Psychiatric Nursing, 9th
Nursing. Kerjasama FIK UI dan ed. Missouri : Mosby, Inc.
WHO. Townsend, M.C. (2008). Psychiatric
Mental Health Nursing Concepts of
Care in Evidence-Based Practice. 6th
Morrison. (2009). Cognitive behavior
ed. Philadelphia: F.A. Davis
therapy for people with
Company
schizofrenia.Department of
Psychiatry.Wright State University
Boonshoft School of Medicine, Wahyuni, SE. (2010). Pengaruh
Dayton, Ohio. Cognitive Behaviour Therapy

Peningkatan Kemampuan Interaksi Sosial (Kognitif, Afektif Dan Perilaku) Melalui Penerapan
127
Terapi Perilaku Kognitif Di RSJ DR Amino Gondohutomo
Semarang Sri Nyumirah
Terhadap Halusinasi Pasien di
Rumah Sakit Jiwa Pempropsu
Medan. Tesis FIK-UI. Tidak
dipublikasikan.

128 Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 1, No. 2, November 2013; 121-128

Anda mungkin juga menyukai