Anda di halaman 1dari 86

KELOMPOK 8

Asuhan Keperawatan dengan


Anak Berkebutuhan Khusus

DR. TITI SULASTRI S. KP., M.KEP


Naufal Mu’aafi Bani Arisandi P3.73.20.2.20.024
Shofa Robiatul Adawiyah P3.73.20.2.20.039
Syarah Lailaty Azizah P3.73.20.2.20.040
Syifa Fauzia Fajrin P3.73.20.2.20.041
Thresia Gres Margareha P3.73.20.2.20.042
Vingky Nadya P3.73.20.2.20.046
Pengertian Anak
Berkebutuhan Khusus
istilah umum untuk beragam diagnosis, mulai dari
kondisi yang bisa sembuh dengan cepat hingga
kondisi yang dapat menjadi tantangan seumur
hidup. Baik kondisi yang relatif ringan hingga
kondisi yang berat.

Kebutuhan khusus
anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang
mengalami keterlambatan dalam perkembangan,
memiliki kondisi medis, kondisi kejiwaan, dan/atau
kondisi bawaan tertentu. Mereka membutuhkan
perhatian dan penanganan khusus supaya bisa
mencapai potensinya

Apa itu anak berkebutuhan khusus?


Anak-anak berkebutuhan khusus, adalah anak-
anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam
jenis dan karakteristiknya, yang membedakan
mereka dari anak-anak normal pada umumnya.

Anak Kebutuhan
Hambatan belajar & berkembang
disebabkan factor eksterna. Ex:
bersifat sementara gangguan emosi>>trauma akibat
(temporer) diperkosa hingga anak tidak dpt belajar

tidak memperoleh intervensi yang


tepat>> akan menjadi permanen.
Konsep Anak
Berkebutuhan Cukup layanan Pendidikan kebutuhan
khusus
Khusus
Hambatan belajar & berkembang
disebabkan factor internal.

bersifat permanen
akibat langsung dari kondisi kecacatan
Faktor yang mempengaruhi ABK

1. Herediter 2. Infeksi 3.
Kebanyakan anak
Infeksi (baik secara
keracunan
Keracunan yang
berkebutuhan khusus
langsung ataupun tidak dimaksud dapat secara
merupakan bawaan dari
langsung) yang langsung pada anak,
lahir. Dan yang
menyerang bayi maupun lewat perantara
mendasari hal tersebut,
sebelum / sesudah lahir ibu ketika mengandung
adalah faktor hereditas
juga dapat
atau genetik yang
menyebabkan kelainan
diturunkan dari orang
tua
Faktor yang mempengaruhi ABK

4. Trauma
5. Kekurangan
Merupakan cedera yang Gizi
Kurangnya asupan gizi
terjadi pada anak
pada bayi dalam
sehingga menyebabkan
kandungan maupun
perubahan struktur
sesudah lahir, sangat
rangka, ataupun cedera
mempengaruhi tumbuh
yang terjadi ketika
kembang anak
proses persalinan.
Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus
A. Sebelum Kelahiran. Faktor-factor diantaranya : B. Selama Proses Kelahiran. Faktor-factor diantaranya :
- Gangguan Genetika : Kelainan Kromosom. - Proses kelahiran lama, premature, kekurangan oksigen.
- Infeksi Kehamilan. - Kelahiran dengan alat bantu : Vacum.
- Usia Ibu Hamil. - Kehamilan terlalu lama : > 40 minggu
- Keracunan Saat Hamil.
- Pengguguran.
- Lahir Prematur
.
C. Setelah Kelahiran. Faktor-factor diantaranya :
- Penyakit Infeksi Bakteri ( TBC ).
- Kekurangan zat makanan.
- Kecelakaan, atau Keracunan
Konsep Dasar Anak
Berkebutuhan Khusus dengan
Gangguan Kognitif: Retardasi
Mental
Pengertian
Retardasi Mental (RM) merupakan:
• Gangguan kognitif (hambatan intelektual) pada
anak (Purwati dan Sulastri, 2019).

• Kondisi anak mengalami hambatan pada


perkembangan mental, intelegensi, bahasa,
sosial, dan motorik (Schwart dalam Arfandi,
2012).

Retardasi Mental
Klasifikasi Retardasi Mental

Sumber: Purwati & Sulastri. (2019). Tinjauan elsevier keperawatan anak. Edisi kesatu. Singapore: Elsevier
Etiologi Reterdasi Mental
1) Genetik 3) Perinatal
• Abnormalitas kromosom • Proses Kelahiran: Berat Badan Lahir
• Mutasi genetic Rendah, prematuritas, dan post
• Gangguan metabolik prematurnitas
• Posisi yang abnormal
• Kecelakaan waktu lahir: Cedera fisik
• Kernikterus

2) Prenatal
• Gizi 4) Pascanatal
• Mekanis
• Akibat infeksi trauma kapitis dan
• Toksin
• tumor otak
Endokrin
• Kelainan tulang
• Radiasi
• Kelainan endokrin dan metabolik
• Infeksi
• Stress
• Imunitas
• Anoksia Embrio
Patofisiologis
Hambatan Perkembangan Bayi baru lahir tidak mampu
menghisap
Bayi umur 4-6 bulan: Head lag (kepala
tidak terangkat)
Perkembangan berbicara lambat/tidak bisa
Konkrit
berbicara sama sekali
Kemampuan abstrak
terbatas Kemampuan Mental

Ekolalia (mengulang kata)

Manifestasi klinik
Gangguan Lainnya Kurang mampu menilai
diri sendiri
Tidak mampu mengikuti perintah rumit
Sulit bersosialisasi
dengan teman sebaya Rentang perhatian pendek dan lebih tertarik
pada musik

Sumber: Purwati & Sulastri. (2019). Tinjauan elsevier keperawatan anak. Edisi kesatu. Singapore: Elsevier
Tanda dan Gejala
Lamban mempelajari hal baru

Kesulitan menggeneralisasi dan mempelajari hal baru

Kemampuan bicara yang kurang bagi RM Berat

Cacat fisik dan perkembangan gerak

Kurang dalam menolong diri sendiri

Tingkah laku dan interaksi tidak lazim


Yusuf, A., & Fitriyasari, N., & Nihayati,.
H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika
Penanganan Anak Restardasi Mental

Penanganan Behavioral Latihan Komunikasi

Mengajarkan keterampilan melalui Dilakukan bedasarkan tingkat


motivasi perilaku, contoh: keterampilan yang dimiliki.
mengajarkan mandi, berpakaian, Contoh:
buang air besar. • RM Ringan: pengorganisasian
bicara
• RM Berat: memberikan
tantangan baru menggunakan
bahasa isyarat

Barlow, H. D. & Durand, M.V. (2007). Psikologi Abnormal. Jakarta: Penerbit Pustaka belajar
Komplikasi
Soetjiningsih. 2012. Perkembangan Anak dan
Permasalahannya dalam Buku Ajar I Ilmu

Penatalaksanaan Perkembangan Anak Dan Remaja.


Jakarta :Sagungseto
Konsep Asuhan Keperawatan Anak
Berkebutuhan Khusus dengan Gangguan
Kognitif: Retardasi Mental
Pengkajian Keperawatan
c. Pola Kebiasaan
Nutrisi, eliminasi bab dan bak,
a. Identitas Anak istirahat dan tidur, olahraga dan
Nama, Umur, Jenis Kelamin, rekreasi, personal hygiene, dan
Agama, Penanggung jawab, aktivitas.
alamat

c. Pemeriksaan
- TTV
b. Riwayat Kesehatan - Head to toe
Riwayat kesehatan anak masalalu, - Penunjang: kromosomal kariotipe,
parental, kelahiran, kesehatan Elektro Ensefalogram (EEG), MRI,
keluarga, tumbuh kembang, dan Titer virus, Serum asam urat, Serum
imunisasi Seng, dll.
Keluarga Kecemasan Keluarga
Defisit Pengetahuan
Koping Keluarga Tidak Efektif
Isolasi Sosial
Gangguan Komunukasi
Verbal Hubungan Sosial

Gangguan Interaksi Sosial


Diagnosa Keperawatan
Defisit Perawatan Diri
Perkembangan Risiko Cedera b.d perilaku
agresif
Gangguan pertumbuhan dan
perkembangan
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Intervensi
Kecemasan Keluarga 1. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
2. Informasikan secara factual mengenasi diagnosis, pengobatan, dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
Defisit Pengetahuan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. Menjelaskan faktor risiko yang memengaruhi anak dengan retardasi mental
3. Memberikan kesempatan untuk bertanya
Koping Keluarga Tidak Efektif 1. Identifikasi respom emosional terkait kondisi saat ini
2. Dengarkan masalah, pertanyaan, dan perasaan keluarga
3. Diskusikan rencana dan perawatan medis
4. Fasilitasi pengambilan keputusan dalam merencanakan keperawatan jangka panjang

Isolasi Sosial 1. Identifikasi kemampuan melakukan interaksi


2. Motivasi berinteraksi di luar lingkungan
3. Latih bermain peran
Gangguan Komunikasi Verbal 1. Identifikasi perilaku emodional dan fisik sebagai komunikasi
2. Gunakan metode komunikasi alternatif
3. Sesuaikan gaya komunikasi dengan kebutuhan
Gangguan Interaksi Sosial 1. Identifikasi penyebab kurangnya keterampilan sosial
2. Beri umpan balik positif
3. Libatkan keluarga selama Latihan keterampilan sosial
4. Latihan keterampilan sosial bertahap
Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Intervensi


Resiko Cedera 1. Berikan posisi yang aman dan nyaman
2. Manajemen perilaku anak yang sulit
3. Batasi aktivitas berlebihan
4. Ambulansi dengan bantuan: kamar mandi khusus
Gangguan Pertumbuhan dan 1. Kaji faktor penyebab gangguan anak
Perkembangan 2. Identifikasi dan gunakan sumber pendidikan untuk memfasilitasi perkembangan anak yang
optimal
3. Berikan aktivitas eliminasi sesuai usia
4. Pantau pola pertumbuhan

Defisit Perawatan Diri 1. Identifikasi kebutuhan akan kebersihan diri dan berikan bantuan sesuai kebutuhan
2. Identifikasi kesulitan dalam perawatan diri
3. Dorong anak melakukan perawatan sendiri
Implementasi
Keperawatan Venus

Implementasi keperawatan
dilakukan sesuai dengan intervensi
atay rencana keperawatan yang
telah dibuat sebelumnya Komponen Implementasi:
1. Diagnosa Keperawatan
2. Tanggal dan waktu dilakukan
Fig. VII
3. Tindakan keperawatan
bedasarkan intervensi
4. Tanda tangan perawat
pelaksana
Evaluasi
Keperawatan

Evaluasi Keperawatan dilakukan


bedasarkan respon pasien setelah
dilakukan intervensi.
Komponen Evaluasi:
1. Diagnosis Keperawatan
2. Tanggal dilakukan evaluasi
keperawatan
3. Evaluasi keperawatan
dengan pendekatan SOAP
Konsep Asuhan Keperawatan Pada
Anak Down Syndrom
Sindrom Down (SD) merupakan suatu kelainan genetik yang paling

sering terjadi dan paling mudah diidentifikasi. SD atau yang lebih

dikenal sebagai kelainan genetik trisomi, di mana terdapat

tambahan kromosom pada kromosom 21. Kromosom ekstra

tersebut menyebabkan jumlah protein tertentu juga berlebih

sehingga mengganggu pertumbuhan normal dari tubuh dan

menyebabkan perubahan perkembangan otak yang sudah tertata

sebelumnya. Sindrom down memiliki ciri khas, yakni penampilan

wajah yang khas, cacat intelektual, keterlambatan perkembangan, Down Syindrom


dan dapat terkait dengan tiroid atau penyakit jantung.
Klasifikasi
Translokasi
Suatu keadaan di mana
tambahan kromosom 21
Trisomi 21 klasik melepaskan diri pada saat Mosaik
pembelahan sel dan menempel
pada kromosom yang lainnya. Bentuk kelainan yang paling
Bentuk kelainan yang paling Kromosom 21 ini dapat jarang terjadi, di mana hanya
sering terjadi pada penderita menempel dengan kromosom 13, beberapa sel saja yang
Sindrom Down, di mana 14, 15, dan 22. Ini terjadi memiliki kelebihan kromosom
terdapat tambahan kromosom sekitar 3-4% dari seluruh 21 (trisomi 21). Bayi yang lahir
pada kromosom 21. Angka penderita Sindrom Down. Pada dengan Sindrom Down mosaik
kejadian trisomi 21 klasik ini beberapa kasus, translokasi akan memiliki gambaran klinis
sekitar 94% dari semua Sindrom Down ini dapat dan masalah kesehatan yang
penderita Sindrom Down diturunkan dari orang tua lebih ringan dibandingkan bayi
kepada anaknya. Gejala yang yang lahir dengan Sindrom
ditimbulkan dari translokasi ini Down trisomi 21 klasik dan
hampir sama dengan gejala translokasi. Trisomi 21 mosaik
yang ditimbulkan oleh trisomi hanya mengenai sekitar 2-4%
21. dari penderita Sindrom Down
Etiologi
Nondisjunction Anafase lag
Pada sindrom Down, trisomi 21 dapat
terjadi tidak hanya pada saat meiosis
pada waktu pembentukan gamet, tetapi anaphase lag. Yaitu, kegagalan dari
juga dapat terjadi saat mitosis awal kromosom atau kromatid untuk
dalam perkembangan zigot. Oosit bergabung ke salah satu nukleus anak
primer yang perkembangannya terhenti yang terbentuk pada pembelahan sel,
pada saat profase meiosis I tidak sebagai akibat dari terlambatnya
berubah pada tahap tersebut sampai perpindahan/pergerakan selama
terjadi ovulasi. Diantara waktu anafase. Kromosom yang tidak masuk
tersebut, oosit mengalami ke nukleus sel anak akan menghilang.
nondisjunction. Pada sindrom Down, Ini dapat terjadi pada saat meiosis
pada meiosis I menghasilkan ovum yang ataupun mitosis
mengandung 21 autosom dan apabila
dibuahi oleh spermatozoa normal, yang
membawa autosom 21, maka terbentuk
zigot trisomi 21.
Kelainan fisik Mongoloid face, yaitu adanya lipatan epikantus, wajah datar
dengan jembatan hidung yang datar, telinga displastik atau
dapat dilipat, atau telinga yang kecil dan letak rendah,
brakisefalik, mulut terbuka, lidah menonjol, leher pendek
Retardasi Mental dengan kulit yang berlebih pada tengkuk leher, palatum
sempit, dan gigi yang abnormal

Gangguan Neuropsikiatri, atresia duodenum atau


seperti Alzheimer, autisme, stenosis,pankreas annular,
dan gangguan perilaku dan Hirschprung Disease,

Manifestasi klinik
yang terjadi di 2,5 %
seperti agresifitas dan penderita sindrom down
depresi

Kelainan GI CompleteAtrioventricular Septal


defect (CAVSD) 37%,Ventricular
Septal Defect (VSD) 31 %, Atrial
Septal Defect (ASD) 15 %,Partial
Penyakit Jantung Atrioventricular Septal Defect
(PAVSD) 6 %, Tetralogi Fallot (TOF ) 5
%,Patent Ductus Arteriosus (PDA) 4 %
Pertumbuhan terlambat kelainan refraksi, strabismus, nystagmus

Gangguan Pendengaran Otitis media adalah masalah yang sering dialami


oleh 50 sampai 70 persen anak-anak sindrom
down

Gangguan Endokrin disfungsi tiroid dan


diabetes

Kelainan hematologi Kelainan


Paru-paru Manifestasi klinik
Gangguan kulit hyperkeratosis,
dermatitis seboroik,
xerosis, dan alopecia
areata

Masalah reproduksi hampir semua laki-laki dengan Sindrom Down


infertil. Hal ini terjadi karena adanya penurunan
spermatogenesis.

Defisiensi imun
Clinical
Pathway
Komplikasi
Kelainan jantung
Gangguan pencernaan
Demensia
Gangguan penglihatan
Masalah kesehatan mulut
Penyakit tiroid
Gangguan pendengaran
Sleep apnea
Gangguan psikologis dan mental
Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan
USG noninvasif seperti
tes DNA janin cell-
Prosedur free yang diisolasi
aminotesis di dari darah ibu
trimester kedua
kehamilan
Penanganan
Terapi fisik

Terapi bicara

Terapi kerja

Terapi Okupasi

Pemberian obat dan suplemen

Perangkat bantu
Asuhan
keperawatan Down
Syndrom
Pengkajian
1. Identitas Pasien 8. Pemeriksaan Fisik
2. Riwayat penyakit sekarang • Keadaan umum
3. Riwayat penyakit terdahulu • Kepala
4. Riwayat antenatal, natal dan pasca • Mata
natal • Telinga
5. Riwayat perrtumbuhan dan • Mulut/leher
perkembangan • Kulit
6. Riwayat kesehatan keluarga • Thorax
7. Pengkajian berdasarkan pola gordon : • Paru
• Pola presepsi ksehatan dan • Jantung
manajemen kesehatan • Genitalia
• Pol nutrisi • Ekstremitas
• Pola eliminasi
• Pola aktivitas dan latihan
• Pola istirahat dan tidur
• Pola presepsi dan kognitif
Diagnosa Keperawatan

Penurunan koping Defisit Nutrisi


Gangguan tumbuh keluarga b.d b.d gangguan
kembang b.d kelainan kelainan fisik menelan
genetik pada anak (D.0019)
(D.0106) (D.0097)
Perencanaan
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Gangguan tumbuh kembang Setellah dilakukan tindakan 1. Identifikasi pencapaian tugas


b.d kelainan genetik keperawatan selama 3x24 perkembangan anak
(D.0106) jam, diharapkan status 2. Berikan sentuhan yang bersifat
perkembangan anak gmble dan tidak ragu-ragu
membaik, dengan kriteria 3. Dukung anak mengekspresikan diri
hasil : melalu penghargaan positif atau
1. Keterampilan dan umpan balik atas usahanya
perilakuk sesuai usia 4. Pertahankan kenyamanan anak
meningkat 5. Fasilitasi anak melatih
2. Kemampuan melakukan keterampilanJ
perawatan diri meningkat 6. elaskan orang tua dan/atau pengasuh
3. Respon sosial meningkat tentang milestone perkembangan
anak dan perilaku anak
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

2. Penurunan koping keluarga Setelah dilakukan tin 1. Identifikasi respons emosional


b.d kelainan fisik pada dakan keperawatan selama terhadap kondisi saat ini
anak 3x24 status koping 2. Dengarkan masalah, perasaan, dan
(D.0097) keluRGA membaik, dengan pertanyaan keluarga
kriteria hasil : 3. Fasilitasi memperoleh pengetahuan,
1. Kekhawatiran tentang keterampilan, dan peralatan yang
anggota keluarga diperlukan untuk mempertahankan
menurun keputusan perawatan pasien
2. Kemampuan memenuhi 4. Terima nilai-nilai keluarga dengan
kebutuhan anggota cara yang tidak menghakimi-
keluarga membaik 5. Diskusikan rencana medis dan
perawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

3. Defisit Nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi status nutrisi


gangguan menelan keperawatan selama 3x24 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
(D.0019) jam, maka status nutrisi makanan
membaik. Dengan kriteria 3. Identifikasi makanan yang disukai
hasil :   4. Identifikasi perlunya penggunaan
1. Kekuatan otot menelan selang nasogastric
meningkat 5. Monitor asupan makanan
2. Berat badan membaik 6. Monitor berat badan
3. Indeks Masa Tubuh (IMT) 7. Sajikan makanan secara menarik dan
membaik suhu yang sesuai
8. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
9. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
Implementasi

Impelmentasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk


mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah
rencana intervensi disusun dan ditunjukkan pada nursing orders
untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tindakan
perawat dibedakan berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab
perawat secara professional sebagaimana terhadap dalam standar
praktik keperawatan (Nursalam,2009).
Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. setelah memberikan


tidakan keperawatan pada pasien, perawat perlu melihat respon pasien
terhadap tindakan keperawatan yng sudah diberikan, sejauh mana tercapainya
tujuantujuan pada intervensi. Komponen evaluasi :
1. Diagosis pasien
2. Tanggal dilakukan evaluasi
3. Evaluasi keperawatan menggunakan pendekatan SOAP
Konsep Dasar Anak Berkebutuhan
Khusus : Autisme
menyebabkan gangguan perkembangan
komunikasi, sosial, perilaku sesuai dengan kriteria
DSM-IV sehingga anak ini memerlukan
penanganan/terapi secara klinis.

Autism
mengalami dan cenderung

Autism
sendiri

menutup diri

terisolasi dari anak yang


lain.

perkembangan terlambat
atau tidak normal
Klasifikasi Autism
1) Autis Ringan 2) Autis Sedang 3) Autis Berat
memberikan sedikit sedikit kontak mata, tindakan-tindakkan tak
respon, menunjukkan ketika nama dipanggil terkendali
ekspresi-ekspresi muka, tidak merespon, dan
berkomunikasi dua arah bertindak agresif, sulit
sesekali dikendelalikan tetapi
masih bisa dikontrol
kelainan pada lobus pareatalis otak>>

Etiologi
cuek terhadap lingkungan

kelainan pada otak kecil (VI dan VII) dan


jumlah sel purkinye sedikit>> gangguan atau
kekacauan impuls di otak

kelainan khas diaerah sistem


limbik>>hippocampus>>kurang untuk
mengendalikan emosi

sesudah lahir (post proses kelahiran yang lama>>gangguan


partum)>>Pemakaian antibiotika nutrisi dan oksigenasi pada janin
yang berlebihan
Gangguan dalam komunikasi verbal Keterlambatan/tidak dapat biacara,
maupun nonverbal berkomunikasi dengan bahasa tubuh
Kata-katanya tidak dapat dimengerti oleh
menolak /menghindar orang lain. Bicara monoton seperti robot.
bertatap muka>>tidak
menoleh Ketika dipanggil Gangguan dalam bidang interaksi
social
menolak dipeluk, Tidak
berbagi kesenangan
dengan orang lain Manifestasi klinik
Gangguan dalam bermain bermain sangat monoton
dan aneh

sulit mengubah rutinitas


sehari-hari Tidak dapat meniru tindakan temannya, tidak
dapat memulai permainan yang bersifat pura-
pura
Gangguan perilaku Anak yang suka kerapihan, suka mengulang
Gerakan, bisa hiperaktif/sangat pasif
sering menyakiti dirinya sendiri, Marah
Tertawa sendiri, tanpa alasan, sangat agresif
menangis/marah
tanpa sebab, temper tantrum
Gangguan perasaan
Tidak berbagi perasaan (empati)
dan emosi
dengan anak lain, agresif dan
merusak
Gangguan dalam persepsi
sensori dan Intelegensi
Manifestasi klinik
sensitif terhadap cahaya,
IQ dibawah 70 dari 70% dengar suara
penderita, dan dibawah keras>>menutup telinga,
50 dari 50% Tidak
menyukai pelukan
sulit melakukan tugas yang melibatkan pemikiran simbolis atau empati.
ada yang mempunyai kemampuan yang menonjol di suatu bidang
Clinical pathway
Kejang pada penderita autisme
komplikasi dengan epilepsy>>penurunan
kemampuan aktivitas sehari-hari
& peningkatan perasaan marah
dan sensitif

Gangguan sensorik>>merasa sensitif


Gangguan tidur dan marah pada lampu yang terang
dan suara berisik/tidak dapat
merespons sensasi sensorik (panas,
dingin, atau nyeri)
Childhood Autism Rating Pemeriksaan Diagnostik
Scale (CARS):
Childhood Autism Rating Scale (CARS):
The Checklis for
Autism in Toddlers
(CHAT): Pemeriksaan
Diagnostik
Kuisioner Masalah Mental EMosional

Pemeriksaan
Diagnostik
Terapi wicara Terapi Bermain
membantu anak melancarkan otot- menggunakan alat
otot mulut>>anak berbicara yang permainan sebagai sarana
lebih baik
Terapi
Terapi Bermain
Okupasi
melatih motorik halus
Memperkuat otot dan
memperbaiki keseimangan
anak
Applied Behaviour Analysis tubuh
(ABA)
membentuk perilaku + pd anak Terapi Perilaku
autis (metode Lovaas)
Mencari Latar belakang
dari perilaku anak tsb

Penatalaksanaan klinis Merekomendasik Rutin untuk anak


an perubahan tsb memperbaiki
lingkungan perilakunya
Konsep Asuhan
Konsep Asuhan
Keperawatan anak
Keperawatan anak
berkebutuhan
berkebutuhan khusus
khusus :
autisme
autisme
kemampuan
berbahasa,
pengkajian
pengkajian 1. Identitas diri keterlambatan /tidak
dapat bicara.
menggunakan bahasa
kesehatan sekarang tubuh dan kedekatan dgn
benda tertentu
kesehatan dahulu Bila mendengar suara
keras, menutup telinga
IQ < 70 dari 70% penderita,
2. Riwayat kesehatan Sering Cidera dan < 50 dari 50%. Namun
terpapar zat otak
sekitar 5% mempunyai IQ
toksik
diatas 100.

kesehatan Keluarga

Mempunyai keturunan
autism
Kurang merespon orang lain, sulit ekspresi non
pengkajian
pengkajian verbal, keterbatasan kogniti>>sulit belajar, sulit
focus pad objek

3. Status perkembangan anak. Tertarik pada sentuhan, peka terhadap


bau, tertarik pd suara tapi bukan pd
makna, dan terdapat ekolaila
4. Pemeriksaan fisik.
Menarik diri dan tidak responsif terhadap orang tua,
sikap menolak perubahan secara ekstrem, mestimulasi
5. Psikososial.
diri, tidur tidak teratur, permainan sterotip, tantrum
yang sering, tutur kata nurun, tidak suka makanan
yang tekstur kasar
6. Neurologis. Tidak mampu menangis ketika lapar, Refleks
mengisap buruk, Respons yang tidak sesuai
terhadap stimulus
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Gangguan komunikasi verbal


Gangguan interaksi sosial
berhubungan dengan gangguan
berhubungan dengan hambatan
neuromuskuler.
perkembangan

Gangguan identitas diri


berhubungan dengan tidak
terpenuhinya tugas
perkembangan
Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan Tujua dan kriteria hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)
(SDKI)
1. Gangguan (L.11315) Komunikasi verbal (I.13492)
komunikasi Setelah dilakukan Tindakan 1. Pertahankan konsistensi tugas staf untuk
verbal keperawatan 2x24 jam. Maka memahami tindakantindakan dan
berhubungan diharapkan Anak akan membentuk komunikasi anak
dengan kepercayaan dengan seorang pemberi 2. Antisipasi dan penuhi kebutuhan-
gangguan perawatan ditandai dengan sikap kebutuhan anak sampai kepuasan pola
neuromuskule responsive dan kontak mata dalam komunikasi terbentuk
r. (D.0019) waktu yang telah ditentukan dengan 3. Gunakan tehnik validasi konsensual dan
kriteria hasil: klarifikasi untuk menguraikan kode pola
- Pasien mampu berkomunikasi komunikasi ( misalnya :” Apakah anda
dengan cara yang dimengerti oleh bermaksud untuk mengatakan
orang lain bahwa…..?” )
- Pesan-pesan nonverbal pasien 4. Gunakan pendekatan tatap muka
sesuai dengan pengungkapan berhadapan untuk menyampaikan ekspresi-
verbal ekspresi nonverbal yang benar dengan
- Pasien memulai berinteraksi menggunakan
verbal dan non verbal dengan
orang lain
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan
Tujua dan kriteria hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)
(SDKI)
2. Gangguan interaksi (L.13118) Interaksi social (I.13484)
sosial berhubungan Setelah dilakukan Tindakan keperawatan 1. Jalin hubungan satu – satu dengan anak
dengan hambatan 2x24 jam. Maka diharapkan Anak akan untuk meningkatkan Kepercayaan
perkembangan (D.0018) mendemonstrasikan kepercayaan pada 2. Berikan benda-benda yang dikenal
seorang pemberi perawatan yang (misalnya: mainan kesukaan, selimut) untuk
ditandai dengan sikap responsive pada memberikan rasa aman dalam waktu-waktu
wajah dan kontak mata dalam waktu tertentu agar anak tidak mengalami distress
yang ditentukan dengan criteria hasil: 3. Sampaikan sikap yang hangat, dukungan,
- Anak mulai berinteraksi dengan diri dan kebersediaan Ketika anak berusaha untuk
dan orang lain memenuhi kebutuhan – kebutuhan dasarnya
- Pasien menggunakan kontak mata, untuk meningkatkan pembentukan dan
sifat responsive pada wajah dan mempertahankan hubungan saling percaya
perilaku-perilaku nonverbal lainnya 4. Lakukan dengan perlahan-lahan, jangan
dalam berinteraksi dengan orang lain memaksakan interaksi, mulai dengan
- Pasien tidak menarik diri dari kontak penguatan yang positif pada kontak mata,
fisik dengan orang lain perkenalkan dengan berangsur-angsur dengan
sentuhan,senyuman , dan pelukan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Lanjutan…..

Diagnosa Keperawatan
Tujua dan kriteria hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)
(SDKI)
Gangguan interaksi (I.13484)
sosial berhubungan 5. Beridukungan pada pasien yang berusaha
dengan hambatan keras untuk membentuk hubungan dengan
perkembangan (D.0018) orang lain dilingkungannya
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Tujua dan kriteria hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)
Gangguan identitas diri (L.09070) Identitas diri (I.09297)
berhubungan dengan Setelah dilakukan Tindakan keperawatan 1. bantu anak untuk mengetahui hal-
tidak terpenuhinya 2x24 jam. Maka diharapkan Pasien akan hal yang terpisah selama kegiatan-
tugas perkembangan menyebutkan bagian-bagian tubuh diri kegiatan perawatan diri, seperti
(D.0084) sendiri dan bagian-bagian tubuh dari berpakaian dan makan
pemberi perawatan untuk mengenali fisik 2. Jelaskan dan bantu anak dalam
dan emosi diri terpisah dari orang lain saat menyebutkan bagian-bagian
pulang dengan kriteria hasil: tubuhnya
- Pasien mampu untuk membedakan bagian 3. Tingkatkan kontak fisik secara
bagian dari tubuhnya dengan bagian-bagian bertahap demi tahap, menggunakan
dari tubuh orang lain sentuhan untuk menjelaskan
- Pasien mampu menceritakan kemampuan perbedaan-perbedaan antara pasien
untuk memisahkan diri dari lingkungannya dengan perawat. Berhati-hati dengan
dengan menghentikan ekolalia (mengulangi sentuhan sampai kepercayaan anak
kata kata yang di dengar) dan ekopraksia telah terbentuk
(meniru gerakan-gerakan yang dilihatnya)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No.
Tindakan Keperawatan Evaluasi Keperawatan Paraf dan Nama
Dx
Dx. 1 1. mempertahankan konsistensi tugas S: Kel. 8
staf untuk memahami Pasien mengatakan bahwa ia bisa berkomunikasi
tindakantindakan dan komunikasi dengan orang lain
anak O:
2. Mengantisipasi dan memenuhi - Pasien mampu berkomunikasi dengan cara
kebutuhan anak sampai kepuasan yang dimengerti oleh orang lain
pola komunikasi terbentuk - Pasien memulai berinteraksi verbal dan non
3. Menggunakan tehnik validasi verbal dengan orang lain
konsensual dan klarifikasi untuk A:
menguraikan kode pola komunikasi Masalah teratasi
( misalnya :” Apakah anda
bermaksud untuk mengatakan P:
bahwa…..?” ) Intervensi dihentikan
4. Menggunakan pendekatan tatap
muka berhadapan untuk
menyampaikan ekspresi-ekspresi
nonverbal yang benar dengan
menggunakan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No. Paraf dan
Tindakan Keperawatan Evaluasi Keperawatan
Dx Nama
Dx. 2 1. Jalin hubungan satu – satu dengan anak untuk S: Kel. 8
meningkatkan Kepercayaan Pasien mengatakan bahwa ia
2. Berikan benda-benda yang dikenal (misalnya: mainan mempunyai teman yang diajak
kesukaan, selimut) untuk memberikan rasa aman dalam berbicara
waktu-waktu tertentu agar anak tidak mengalami distress O:
3. Sampaikan sikap yang hangat, dukungan, dan - Anak mulai berinteraksi dengan
kebersediaan Ketika anak berusaha untuk memenuhi diri dan orang lain
kebutuhan – kebutuhan dasarnya - Pasien tidak menarik diri dari
untuk meningkatkan pembentukan dan mempertahankan kontak fisik dengan orang lain
hubungan saling percaya
4. Lakukan dengan perlahan-lahan, jangan memaksakan A:
interaksi, mulai dengan penguatan yang positif pada Masalah teratasi
kontak mata, perkenalkan dengan berangsur-angsur
dengan sentuhan,senyuman , dan pelukan P:
5. Beridukungan pada pasien yang berusaha keras untuk Intervensi Intervensi dihentikan
membentuk hubungan dengan orang lain
dilingkungannya
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No. Paraf dan
Tindakan Keperawatan Evaluasi Keperawatan
Dx Nama
Dx. 3 1. Membantu anak untuk mengetahui hal-hal S: Kel. 8
yang terpisah selama kegiatan-kegiatan Orang tua pasien mengatakan pasien
perawatan diri, seperti berpakaian dan menceritakan tentang kesehariannya
makan O:
2. Menjelaskan dan membantu anak dalam - Pasien mampu untuk membedakan
menyebutkan bagian-bagian tubuhnya bagian bagian dari tubuhnya dengan
3. Meningkatkan kontak fisik secara bertahap bagian-bagian dari tubuh orang lain
demi tahap, menggunakan sentuhan untuk - Pasien mampu menceritakan
menjelaskan perbedaan-perbedaan antara kemampuan untuk memisahkan diri dari
pasien dengan perawat. Berhati-hati dengan lingkungannya dengan menghentikan
sentuhan sampai kepercayaan anak telah ekolalia (mengulangi katakata yang di
terbentuk dengar) dan ekopraksia (meniru
gerakan-gerakan yang dilihatnya)
A:
Masalah teratasi

P:
Intervensi dihentikan
Konsep Dasar Anak
Berkebutuhan Khusus :
Child Abuse
PENGERTIAN
CHILD ABUSE
child abuse adalah suatu tindak
kekerasan yang dilakukan oleh orang
dewasa yang seharusnya bertanggung
jawab terhadap keamanan dan
kesejahteraannya, baik itu kekerasan
fisik maupun mental yang berakibat
pada kerusakan/ kerugian lahir dan
batin, dan dikhawatirkan akan
berpengaruh pada tumbuh kembang
anak di masa depannya.
Penyebab child abuse
1. Orang tua memiliki potensi untuk melukai anak-
anak. Orang tua yang memiliki kelainan mental,
atau kurang kontrol diri daripada orang lain,
atau orang tua tidak memahami tumbuh
kembang anak, sehingga mereka memiliki
harapan yang tidak sesuai dengan keadaan anak.
2. Menurut pandangan orang tua anak terlihat
berbeda dari anak lain. Hal ini dapat terjadi pada
anak yang tidak diinginkan atau anak yang tidak
direncanakan, anak yang cacat, hiperaktif, cengeng,
anak dari orang lain yang tidak disukai

3. Adanya kejadian khusus : Stress. Stressor yang


terjadi bisa jadi tidak terlalu berpengaruh jika hal
tersebut terjadi pada orang lain. Kejadian yag
sering terjadi misalnya adanya tagihan, kehilangan
pekerjaan, adanya anak yang sakit, adanya tagihan,
dll.
1. Gelisah.
2. Berupaya untuk menghindari situasi tertentu (seperti
pergi ke suatu kegiatan atau rumah orang lain).
3. Prestasi menurun di sekolah.
4. Perkembangan emosional yang tertunda.

Gejala Klinis 5. Depresi.


6. Keinginan untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain
dengan sengaja.
7. Dengan putus asa mencari kasih sayang dari orang
dewasa lainnya.
8. Perkembangan regresi (misalnya mengompol, padahal
sebelumnya telah berhasil tidak mengompol lagi).
9. Sering mengeluh sakit kepala, sakit perut, atau gejala
somatik lainnya yang tidak diketahui penyebabnya.
10.Kehilangan minat dalam kegiatan sosial.
11.Rendah diri.
Patofisiologi
factor yang menyebabkan terjadinya child abuse yaitu factororang tua, dan factor
lingkungan. Faktor orang tua yaitu orang tua pecandu alcohol, narkoba, kelainan
jiwa, depresi/stress, pengalaman penganiayaan waktu kecil. Sedangkan factor
lingkungan yaitu keluarga kurang harmonis, orang tua tidak bekerja, kemiskinan,
kepadatan hunian.
Child abuse dapat dilakukan oleh orang tua, anggota keluarga dan orang lain akan
menimbulkan tindakan kekerasan yang dapat mengakibatkan luka seperti lecet dan
lebabpada bagian tubuh anak sehingga dapat mengakibatkan nyeri akut pada daera
luka. Selain itutindakan child abuse juga dapat menyebabkan masalah kesehatan
mental dan gangguan psikologis sehingga anak memiliki risiko prilaku kekerasan
terhadap diri sendiri. Akibat childabuse, anak biasanya ditelantarkan sehingga dapat
mengakibatkan asupan diet pada anak tidak cukup sehingga kadar glukosa darah
cenderung rendah dan memiliki resiko ketidak stabilan kadar gula darah
 
Clinical pathway
Penatalaksanaan
1. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan dapat melakukan berbagai kegiatan dan program yang ditujukan  pada individu, keluarga, dan
masyarakat.

2. Pendidikan
Sekolah mempunyai hak istimewa dalam mengajarkan bagian badan yang sangat   pribadi, yaitu penis, vagina, anus,
mammae dalam pelajaran biologi. Sikap atau cara mendidik anak juga perlu diperhatikan agar tidak terjadi aniaya
emosional.

3. Penegak hukum dan keamanan


kesejahteraan anak cepat ditegakkan secara konsekuen. Hal ini akan melindungi anak dari semua bentuk penganiayaan
dan kekerasan.

4. Media massa
Pemberitaan penganiayaan dan kekerasan pada anak hendaknya diikuti oleh artikel2 pencegahan dan
penanggulangannya.
pengkajian
1. Psikososial : 2. Muskuloskeletal
• Melalaikan diri (neglect), baju dan rambut kotor, • Fraktur 
bau
• Dislokasi
• Gagal tumbuh dengan baik 
• Keterlambatan perkembangan tingkat kognitif, • Keseleo (sprain)
psikomotor, dan psikososial
• With drawl (memisahkan diri) dari orang2 dewasa

3. Genito Urinaria 4. Integume


• Infeksi saluran kemih • Lesi sirkulasi (biasanya pada kasus luka bakar
• Perdarahan per vagina oleh karena rokok)
• Luka pada vagina/penis • Luka bakar pada kulit, memar dan abrasi
•  Nyeri waktu miksi • Adanya tanda2 gigitan manusia yang tidak dapat
• Laserasi pada organ genetalia eksternal, dijelaskan
vagina, dan anus • Bengkak 
1.Kekerasan
diagnosa
2.Isolasi social

3. Ketidakmampuan koping
keluarga

4. Risiko perilaku kekerasan


Diagnosa Keperawatan Intervensi
Perilaku kekerasan 1. Identifikasi penyebab kemarahan
2. Cegah kerusakan fisik akibat ekspresi marah
3. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
4. Ajarkan metode memodulasi pengalaman emosi yang kuat (latihan asertif, relaksasi,
aktivitas penyaluran energy)

Isolasi social 1. Monitor respon emosional, fisik, social, dan spiritual terhadap aktivitas
2. Libatkan kelarga dalam aktivitas, jika perlu
3. Fasilitasi mengembankan motivasi dan penguatan diri
4. Anjurkan keluarga untuk member penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas

Ketidakmampuan koping keluarga 1. Identifikasi respon emosional terhadap kondisi saat ini
2. Dengarkan masalah, perasaan, dan pertanyaan keluarga
3. Fasilitasi pengungkapan perasaan antara pasien dan keluarga

Risiko perilaku kekerasan 1. Pertahankan lingkungan bebas dari bahaya secara rutin
2. Libatkan keluarga dalam perawatan
3. Latihan cara mengungkapkan perasaaan secara asertif
Implementasi keperawatan dilakukan sesuai
dengan intervensi atay rencana keperawatan yang
telah dibuat sebelumnya

Komponen Implementasi:
1. Diagnosa Keperawatan
2. Tanggal dan waktu dilakukan
3. Tindakan keperawatan bedasarkan intervensi
4. Tanda tangan perawat pelaksana
Implementasi keperawatan
Evaluasi Keperawatan dilakukan bedasarkan
respon pasien setelah dilakukan intervensi.

Komponen Evaluasi:
1. :
Diagnosis Keperawatan
2. Tanggal dilakukan evaluasi keperawatan
3. Evaluasi keperawatan dengan pendekatan
SOAP

Evaluasi
Keperawatan
Daftar Pustaka Azmi, Amalia. (2017). Pengaruh Cooperative
01 Purwati dan Sulastri. (2019). Tinjauan Elsevier 06
Play Terhadap Peningkatan Kemampuan
Keperawatan Anak. Edisi I. Singapore: Elsevier.
Interaksi Sosial dan Berbahasa pada Anak
Retardasi Mental Ringan di SLB Putra
Yusuf, A., & Fitriyasari, N., & Nihayati,. H. E. Manunggal Gombong. Skripsi. Surabaya:
02
(2015). Buku Ajar Keperawatan Universitas AIRLANGGA.
Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar
07
Barlow, H. D. & Durand, M.V. (2007). Psikologi Diagnosis Keperawatan Indonesia
03 (SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat
Abnormal. Jakarta: Penerbit
Pustaka belajar) Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar
04 Soetjiningsih. (2012). Perkembangan Anak dan 08
Intervensi Keperawatan Indonesia
Permasalahannya dalam Buku Ajar I Ilmu
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat
Perkembangan Anak Dan Remaja.
Indonesia
Jakarta :Sagungseto.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar
05 Habibi. (2018). KTI Asuhan Keperawatan Pada 09
Luaran Keperawatan Indonesia
Anak dengan Retardasi Mental di SLB Kasih
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat
Ummi Kota Padang. Padang: Poltekkes
Indonesia.
Kemenkes Padang.
Daftar Pustaka Raharjo, Desta Sarasati., Dera Alfiyanti., & S.
10 Yupi, Supartini. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar 15
Eko Purnomo. (2014). Pengaruh terapi bermain
Keperawatan Anak. Jakarta:
menggunting terhadap peningkatan motorik halus
EGC
pada anak autisme usia 11-15 tahun di sekolah
Baron-Cohen & Howlin, P. (2009). The theory of luar biasa Negri Semarang. Semarang
11
mind deficit in autism: some question for teaching.
Oxford: Oxford University Press. Kasari, Connie., 7 Tristram Smith. (2013). Intervention
16
Barlow, H. D. & Durand, M.V. (2007). Psikologi in school for children with autism spectrum disorder :
12 methods and recommendations. Sagepub Journals
Abnormal. Jakarta: Penerbit
Pustaka belajar) Permissions.
Bektiningsih, Kurniana. (2009). Program terapi
13 Bektiningsih, Kurniana. (2009). Program terapi 17
anak Autis di SLB Negeri Semarang. Jurnal
anak Autis di SLB Negeri Semarang. Jurnal
Kependidikan, Volume XXXIX, Nomor 2,
Kependidikan, Volume XXXIX, Nomor 2.
November 2009.
https://www.neliti.com/publications/222465/
14 Marienzi, Rani. (2012). Meningkatkan kemampuan 18
mengenal konsep angka melalui metode multisensori kekerasan-terhadap-anak-yang-dilakukan-oleh-
bagi anak Autis. Ejournal Ilmiah Pendidikan Khusus orang-tua-child-abuse
Volume 1 Nomor 3.
Daftar Pustaka https://www.kompasiana.com/kemoceng/
19 https://www.academia.edu/31003896/ 22
5d66a9040d82306b2e424c12/hakikat-anak-
ASUHAN_KEPERAWAT_ANAK_PADA_CHIL
berkebutuhan-khusus-konsep-dasar-faktor-
D_ABUSE
penyebab-dampak-dan-konsep-pendidikannya?
https://www.scribd.com/document/361818937/ page=all#section2
20
PATHWAY-Child-Abuse

Barlow, H. D. & Durand, M.V. (2007). Psikologi


21
Abnormal. Jakarta: Penerbit
Pustaka belajar)

Khairun Nisa, Sambira Mambela, and Luthfi Isni


21
Badiah, “Karakteristik Dan Kebutuhan Anak
Berkebutuhan Khusus,” Jurnal Abadimas Adi Buana
2, no. 1 (2018): 33–40,
https://doi.org/10.36456/abadimas.v2.i1.a1632.
Abdullah. 2013 “Mengenal Anak Berkebutuhan
Khusus" Magistra 25 no. 86.
Terima
Terima kasih
kasih

Anda mungkin juga menyukai