Anda di halaman 1dari 83

PENGENALAN ANAK

BERKEBUTUHAN KHUSUS
(ABK)

PCP Diksar Stunting – Dit. GTK PAUD, Kemendikbud, 2021


Salam Kenal, kami …

Edi Suswantoro Sheba Sri Dwide


PP PAUD dan Dikmas Jawa Barat Smart Education Consultant
1. Sudah siapkah
Bapak/Ibu menerima
kehadiran ABK?
2. Apakah Bapak/Ibu sudah
mengenal dan
memahami ABK?
3. Bagaimana pandangan
Bapak/Ibu terhadap
ABK?
4. Apakah kehadiran ABK
dapat mempersulit
aktivitas Bapak/Ibu
dalam mengajar?
TUJUAN
1. Mengenali kebutuhan khusus ABK dan anak stunting
2. Menghargai potensi anak, baik ABK maupun anak stunting
3. Menyesuaikan lingkungan belajar dan program kegiatan dengan
keadaan anak, agar dapat memfasilitasi keterlibatan ABK dan anak
stunting dengan anak umum lainnya.
4. Membantu anak, orang tua dan lingkungan sosial untuk memahami
sisi positif dari penggabungan ABK dan anak stunting dengan anak lain
di lembaga PAUD.
5. Memahami sistem rujukan dan kontak profesional lain yang terkait
dengan penanganan ABK dan anak stunting.
Semua anak punya hak yang sama, tetapi masing-masing individu
memiliki cara belajar dan tahap pencapaian perkembangan yang tidak
sama.
Setiap anak memiliki kebutuhan khusus yang mau tidak mau
mengharuskan pendidik memberikan layanan program dan
mengembangkan perencanaan kegiatan pembelajaran untuk dapat
“Anak dengan
memenuhi kebutuhan
kebutuhan khusus
anak didik.memiliki hambatan dalam perkembangan,
pembelajaran dan berpartipasi, sehingga memerlukan dukungan secara khusus
dari berbagai pihak di luar diri anak untuk mengurangi hambatan-hambatan
yang ada, agar anak-anak dapat berpartisipasi dan beradaptasi dalam
pembelajaran bersama
teman sebayanya.”
BAGAIMANA GURU DAN LEMBAGA PAUD DAPAT
BERPARTISIPASI SERTA BERADAPTASI DENGAN
ABK DAN ANAK STUNTING

Sifat
Kesanggupan
Partisipasi Karakter
Kemauan Adaptasi 1. Model
1. Mental
2. Emosi Kebiasaan pembelajaran,
Keikhlasan penataan
Hal-hal unik yang lingkungan,
Tanggungjawab
dimiliki anak 2. Perencanaan
Sabar 3. Evaluasi

Di sesuaikan dengan kebutuhan anak


Faktor Penyebab ABK

Saat Setelah
Sebelum Kelahiran
Kelahiran
Kelahiran

• Gangguan
Genetika: Kelainan • Proses kelahiran • Penyakit infeksi
Kromosom, lama (Anoxia), bakteri (TBC),
Transformasi prematur, virus
• Infeksi Kehamilan kekurangan • Kekurangan zat
• Usia Ibu Hamil oksigen makanan (gizi,
(high risk group) • Kelahiran dengan nutrisi)
• Keracunan Saat alat bantu: Vacum • Kecelakaan
Hamil • Kehamilan terlalu • Keracunan
• Pengguguran lama: > 40 minggu
• Lahir Prematur
FAKTOR PENYEBAB STUNTING

Kadar gizi buruk Tidak mendapat ASI


pada fase kehamilan ekslusif

Lingkungan tidak Infeksi


mendukung
Lingkungan tidak
Kurangnya makanan
higienis
pendamping ASI
(MPASI)

Kebersihan makanan
dan air
PERMASALAHAN TERKAIT WASH
Berdasarkan data yang di himpun dari Kemenkes RI,
bahwa:
1. 87% populasi memiliki akses terhadap sumber
air minum layak
2. 61% populasi menggunakan system sanitasi
layak
3. Adanya ketidak samaan akses akan air bersih
dan sanitasi di semua provinsi
4. Perilaku mencuci tangan dengan sabun sebelum
makan, memasak atau saat memberi makan
masih rendah
5. 20% populasi di Indonesia masih melakukan
buang air besar di luar toilet yang sudah di
tentukan.
Selain tubuh yang berperawakan pendek dari anak
seusianya, karakteristik lainnya yaitu:

1. Pertumbuhan melambat
2. Wajah tampak lebih muda dari usianya
3. Pertumbuhan gigi terlambat
4. Performa buruk pada kemampuan fokus dan memori
belajarnya
5. Usia 8-10 tahun menjadi pendiam, tidak banyak
melakukan kontak mata terhadap orang disekitarnya
6. Berat badan balita tidak naik bahkan cenderung menurun
7. Perkembangan tubuh anak terhambat, seperti telat
menarche (menstruasi anak pertama perempuan)
8. Anak mudah terserang berbagai penyakit infeksi.
C A R A M E M FA S I L I TA S I A N A K S T U N T I N G

Pendekatan persuasif dengan cara:


• Komunikasi Interpersonal dua arah

Pengetahuan Kesadaran Perubahan Mengembangkan


Perilaku minat dan bakat
1. Tunanetra
PENGELOMPOKKA 2. Tunarungu
N ABK 3. Tunawicara
BERDASARKAN 4. Tunagrahita
PERMENDIKNAS
5. Tunadaksa
RI NOMOR 70
TA H U N 2 0 0 9 6. Berkesulitan belajar
T E N TA N G 7. Lamban belajar
PENDIDIKAN 8. Autis
INKLUSIF
9. Gangguan motorik
10. Tunaganda
11. Cerdas Istimewa dan Bakat
Istimewa
HAMBATAN YANG DIALAMI ABK

Perkem Berpartis Tugas pendidik


bangan ipasi menanggulangi
hambatan ABK

Pembelajaran
FAKTOR PENYEBAB ABK

Saat Setelah
Sebelum Kelahiran
Kelahiran
Kelahiran

• Gangguan
Genetika: Kelainan • Proses kelahiran • Penyakit infeksi
Kromosom, lama (Anoxia), bakteri (TBC),
Transformasi prematur, virus
• Infeksi Kehamilan kekurangan • Kekurangan zat
• Usia Ibu Hamil oksigen makanan (gizi,
(high risk group) • Kelahiran dengan nutrisi)
• Keracunan Saat alat bantu: Vacum • Kecelakaan
Hamil • Kehamilan terlalu • Keracunan
• Pengguguran lama: > 40 minggu
• Lahir Prematur
PENGELOMPOKKAN ABK
B E R D A S A R K A N H A M B ATA N

1 – Perkembangan Fisik
Perkembangan Kombinasi – 7
1 Tunarungu, Tunanetra,
Tunaganda
2 Tunawicara dan Berbahasa
Kelebihan Potensi - 6 7
2 – Perkembangan Fisik dan
Kecerdasan, Bakat, dan Intuisi
ABK Motorik
3 Cerebral Palsy, Polio,
Perkembangan Emosional – 5 6 Tuna Daksa, Kidal
ADD/ADHD, Spektrum Autism
5 4 3 – Intelektual/Daya Pikir
Tuna Grahita/Down Syndrome,
Disleksia, Diskalkulia, Disgrapia,
4 – Perkembangan Emosional
Slow Learner
dan Kontrol Sosial
Tunalaras, HIV AIDS & Narkoba
IDENTIFIKASI ABK
• Proses identifikasi untuk menemukan ABK
• Upaya pendidik melakukan proses identifikasi terhadap anak yang
mengalami kelainan/penyimpangan secara :
fisik, intelektual, sosial, emosional, tingkah laku dalam rangka pemberian
layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya.

TUJUAN UMUM IDENTIFIKASI ABK


• Untuk menghimpun informasi apakah seorang anak mengalami
kelainan/penyimpangan (fisik, intelektual, sosial, emosional dan/atau sensoris
neurologis) atau tidak.
• Hasil dari identifikasi akan dilanjutkan dengan asesmen yang hasilnya akan
dijadikan dasar untuk penyusunan program pembelajaran sesuai dengan
kemampuan dan ketidakmampuannya
11-AUG-21 16
TUJUAN KHUSUS IDENTIFIKASI
ABK
1. Identifikasi
Menggunakan alat identifikasi (hasil pengamatan dan wawancara)
Berfungsi untuk menandai anak-anak mana yang menunjukkan gejala-gejala
tertentu. Hasilnya sebagai informasi untuk penanganan lebih lanjut, jika tidak
perlu dirujuk ke ahli maka pendidik dapat langsung menangani anak dengan
memberikan layanan pembelajaran yang sesuai.
2. Rujukan (referal)
Hasil dari identifikasi menunjukkan bahwa anak memerlukan bantuan (dirujuk)
psikolog, dokter, psikiater, orthopedagog (ahli PLB), dan/atau terapis, ataupun
rehab medis, baru kemudian dilanjutkan oleh guru.
Tugas guru adalah mengidentifikasi namun tidak mendiagnosis
3. Klasifikasi
Dengan mengacu pada hasil pemeriksaan profesional, pendidik dapat
memilah anak mana yang memerlukan penanganan lebih lanjut dan oleh
siapa (misalnya pengobatan, terapi, latihan-latihan khusus, dan
sebagainya) dan mana yang langsung dapat mengikuti pelayanan
pendidikan khusus di kelas regular.
4. Perencanaan pembelajaran
Tujuan klasifikasi  penyusunan program pembelajaran yang
diindividualisasikan (PPI) berdasarkan hasil dari klasifikasi kebutuhan
khusus anak.
5. Pemantauan kemajuan belajar
Jika tidak mengalami kemajuan yang berarti maka perlu dilakukan
peninjauan ulang (hasil diagnosis/PPI/metode).
Jika anak mengalami kemajuan yang cukup berarti, maka program
Mengapa perlu dikenali?

1. Identifikasi
karakteristik, 2.
kebutuhan, Optimalkan
cara belajar, intervensi
dan minat dan proses
anak pembelajaran

3. Melakukan
penyesuaian-
penyesuain agar
dapat memenuhi
haknya
PAUD INKLUSIF

Suatu lembaga penyelenggara


layanan yang ramah dan terbuka
untuk memberi kesempatan bagi
semua anak-anak usia dini tanpa
terkecuali termasuk anak
berkebutuhan khusus (ABK) untuk
belajar bersama-sama di tempat
yang terdekat dengan anak.
MENGAPA PAUD INKLUSIF?

1. Anak-anak memiliki hak yang sama


untuk belajar bersama sehingga
masing-masing akan mendapatkan
keuntungan dari kebersamaan itu.
2. Anak-anak dapat melakukan hal-hal
yang lebih baik secara akademik dan
non-akademik (keterampilan sosial
dan emosional jika berada dalam
setting kelas atau sekolah yang
terintegrasi / inkusif).
TUJUAN PAUD INKLUSIF
 Menumbuhkan rasa percaya diri dan membangun otonomi
atau kemandirian anak.
 Mengembangkan keterampilan sosial, Emosional dan
menyiapkan anak untuk hidup dalam kehidupan yang lebih luas
dan kompleks secara heterogen.
 Mengurangi rasa takut, dan mampu membangun
persahabatan, rasa saling menghargai dan memahami.
 Membantu anak mampu beradaptasi, mampu memahami
berbagai hal, termasuk memahami orang lain, dan menjadikan
dirinya berguna bagi masyarakat di sekitarnya
MANFAAT PAUD INKLUSIF
1. ANAK
Pemahaman dan penerimaan sejak dini dapat meningkatkan rasa percaya
diri anak-anak yang mempunyai kebutuhan khusus.

2. GURU
Menumbuhkan komitmen terhadap etika dan tanggung jawab pengajaran.
3. ORANGTUA
Meningkatkan rasa percaya diri mereka karena ternyata anaknya bukanlah
“penyakit” yang perlu disingkirkan tapi bisa bergabung dengan bukan ABK.
Pengembangan sikap empati, penghargaan dan penerimaan pada ABK
beserta keluarganya.
4. MASYARAKAT
Membuka pemahaman bahwa ABK bukanlah anak yang harus dikucilkan
dan disingkirkan, ABK bisa bergabung dengan anak pada umumnya.
1. Hambatan Kemampuan Pendengaran

Karakteristik
 Hambatan dalam berkomunikasi  Menjawab tidak sesuai dengan
secara kualitas maupun kuantitas pertanyaan
(berpengaruh pembelajaran)
Sering berbicara dengan lantang atau
 Memiliki kemampuan kognitif menyetel volume elektronik keras-
yang baik. Di tinjau dari akademik keras.
cenderung pada bidang matematika
dan sains, namun untuk bahasa  Memperhatikan orang lain untuk
perlu mendapat bimbingan agar meniru sesuatu yang diperintahkan,
terus berkembang. karena ia tidak mendengar sesuatu
yang diinstruksikan.
 Menyadari kehadiran seseorang
namun acuh saat dipanggil.
DERAJAT HAMBATAN
PENDENGARAN

 Ringan (26-40 dB)


 Sedang (41-60 dB)
 Berat (61-90 dB)
 Sangat Berat (> 90 db)

dB = desiBel (satuan yang


digunakan untuk mengukur
intensitas suara)
BENTUK KOMUNIKASI
METODE MATERNAL REFLEKTIF (MMR)
METODE PEMBELAJARAN
2. Hambatan Kemampuan Penglihatan

Karakteristik
 Memiliki hambatan emosional dan sosial, seperti
sulit mengamati, menirukan atau menunjukkan
tingkah laku sosial yang tepat
 Berperilaku kurang matang, terisolasi dan kurang
asertif terutama jika lingkungan kurang kondusif
 Memiliki kemampuan kognitif yang baik dan
berbakat
 Berperilaku stereotip seperti mengerjapkan mata,
menjentikkan jari, menggoyangkan badan/kepala,
menggeliatkan badan dll. Hal ini disebabkan karena
kehilangan stimulasi sensori, terbatasnya gerakan
dan aktivitas.
TEKNIK BIMBINGAN
METODE
PEMBELAJARAN
MATA JULING
RABUN SENJA/NYCTALOPIA (RABUN AYAM)
3. Hambatan Kemampuan Berbicara dan Berbahasa

IDEA (Individuals with Salah Satu Faktor Penyebab:


Disabilities Education Act)
hambatan ini mengacu pada Secara biologis dimana berkaitan
hambatan komunikasi seperti: dengan susunan saraf atau
Gagap struktur dan fungsi system lain
dalam tubuh, seperti:
hambatan artikulasi
langit-langit mulut yang tidak
hambatan bahasa/suara sempurna
Berdampak pada lidah yang tebal dan pendek
pembelajaran anak.
Berbahasa di aplikasikan
dalam dual hal, yaitu:

a. Bahasa Ekspresif
Kemampuan individu dalam
menghasilkan suatu bahasa.
Misalkan:
Isi pikiran atau pendapat
secara verbal.
b. Bahasa reseptif
Kemampuan individu dalam
memahami suatu bahasa.
Misalkan:
Orang yang mengerti arti bahasa
asing tetapi tidak dapat berbicara
bahasa asing.
METODE PEMBELAJARAN
4. Hambatan Fisik dan Motorik

Karakteristik
 Secara kognitif dan akademik
memiliki rentang kognitif dari ringan
hingga berat Faktor Penyebab:
 Secara perilaku anak dapat terganggu  Kelainan bawaan
apabila hambatan yang dimilikinya
dapat menghambat Gerakan/interaksi  Hambatan neurologis (celebral
dengan orang lain. palsy, spina bifida)
 Secara emosional memiliki memiliki  Lingkungan (kecelakaan,
konsep diri yang rendah amputasi, retak)
 Secara fisik dan medis berbeda
dengan anak umum dan memerlukan
perlakuan khusus.
TUNADAKSA – CELEBRAL PALSY)
SPINA BIFINA (KELAINAN TULANG BELAKANG)
CACAT FISIK
METODE PEMBELAJARAN
5. Anak dengan Hambatan Perkembangan
Intelektual/Kognitif
Down Syndrom Masalah Emosional
 Terdapat kesulitan pada kemampuan berpikir,
Karakteristik pemahaman dan bersosialisasi. Efek bisa ringan
• Berat dan panjang saat lahir di bawah rata-rata atau sedang.
• Berkurangnya tegangan otot seperti hipotonia  Membutuhkan waktu panjang untuk bisa
• Mata miring ke atas dan ke luar berjalan, bicara, memakai pakai baju atau ke
• Telapak tangan hanya memiliki satu lipatan toilet sendiri.
• Hidung kecil dan tulang hidung rata  Ketika sekolah, membutuhkan bantuan ekstra
• Antara jari kaki pertama dan kedua terdapat jarak untuk menulis dan membaca
yang luas  Kadang terdapat masalah perilaku, kurang
• Mulut kecil perhatian atau obsesif pada sesuatu  karena
• Tangan lebar dengan jari-jari pendek kesulitan dalam mengontrol reaksi tubuh, relasi
• Bertubuh pendek dengan orang lain, dan mengatur perasaan saat
• Leher pendek frustasi.
• Kepala kecil dan datar di bagian belakang  Setelah memasuki usia dewasa, perlu belajar
• Lidah menonjol keluar untuk memutuskan terkait pada diri sendiri atau
• Bentuk telinga tidak normal atau kecil orang lain. Perlu bantuan dalam menyelesaikan
• Kelenturan otot berlebih persoalan atau mengelola uang. Beberapa orang
• Bintik putih pada selaput mata. dapat memasuki pendidikan tinggi.
6. Learning Disability (Kesulitan Belajar)

Karakteristik
• Disfungsi neurologis
• Secara akademik bermasalah pada kegiatan
calistung, serta berbahasa verbal.
• Secara sosial-emosional, umumnya memiliki
harga diri yang rendah karena dianggap sebagai
anak yang tidak mampu sehingga melabelkan
diri tidak mampu.
• Secara perilaku, menjadi sulit untuk
mengendalikan gerak, tidak mau duduk diam,
melakukan agresi fisik dan verbal serta
berbicara terus.
Tipe-Tipe Kesulitan Belajar

a. Dyslexia
Kesulitan dalam belajar
membaca
b. Dysgraphia
Kesulitan dalam
belajar menulis.
c. Dyscalculia
Kesulitan dalam belajar
menerapkan/
memahami konsep
matematika dan
komputer.
TOKOH PENYANDANG DISLEKSIA DAN SLOW LEARNER
LAMBAT BELAJAR (SLOW LEARNER)

Faktor Penyebab : Karakteristik


 genetik  Mengalami kegagalan
 prenatal dalam memahami pelajaran
dan konsep dasar dibidang
 perinatal akademik
 postnatal  Daya ingat rendah
 lingkungan  Sering pasif, minder dan
menarik diri dari lingkungan
6. Hambatan Perkembangan Emosional

ADHD (Hyperactive) Autisma


Ada kontak mata Minim kontak mata
Ada komunikasi dua arah Minim komunikasi
Kurang perhatian pada segala sesuatu Sangat perhatian pada sesuatu yang
menjadi daya Tarik
Mudah bosan, sering berganti-ganti Sangat lekat pada suatu aktivitas atau
aktivitas benda (tidak terlihat bosan, bahkan
selalu diulang-ulang dan sulit menerima
perubahan rutinitas
Tidak sabar Sangat sabar dan cenderung pendiam
Selalu ingin mencari perhatian Menarik diri dan asyik dengan diri
sendiri.
Bulan Mei 2013, diperkenalkan kriteria diaknostik hambatan spektrum autisma
berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-5) pengganti
DSM-4.
Tingkat Keparahan Komunikasi Sosial Perilaku Berulang Terbatas
Level 1 Memiliki kekurangan dalam Perilaku tidak fleksibel, kesulitan
Memerlukan dukungan berkomunikasi, dan penurunan minat beralih diantara aktivitas,
interaksi sosial, dan repon tidak permasalahan dalam mengorganisir
normal. dan tidak mandiri.
Level 2 Memiliki kekurangan dalam Perilaku tidak fleksibel, kesulitan
Memerlukan dukungan substansial berkomunikasi verbal dan non- menghadapi perubahan, kesulitan
verbal, hambatan sosial, respon yang merubah perhatian dan tindakan.
sedikit/tidak wajar terhadap ajakan
bersosialisasi.
Level 3 Memiliki kemampuan komunikasi Perilaku tidak fleksibel, kesulitan
Memerlukan dukungan sangat substansial verbal maupun non verbal yang ekstrim menghadapi
sangat rendah interaksi sosial sangat perubahan/melakukan perilaku yang
terbatas dan minimnya tanggapan berulang-ulang dan memiliki
dalam bersosialisasi dari pihak lain. kesulitan dalam melakukan
perubahan perhatian dan tindakan.
7. Hambatan Perkembangan Emosional dan
Kontrol Sosial (Tuna Laras, HIV AIDS dan Narkoba)

Karakter
 Terganggunya perkembangan
emosi
 Adanya konflik dan tekanan batin FAKTOR PENYEBAB
 Biologi (Kurang gizi, disfungsi otak,
 Menunjukan kecemasan psikotik, gangguan emosional dll)
 Penderita neurotis atau bertingkah  Keluarga (Interaksional dan
psikotis transaksional)
 Secara akademik IQ rendah,  Sekolah (sikap guru, tendik dan
sedang, tinggi teman)
 Lingkungan masyarakat (negative)
8. Anak Dengan Kecerdasan Bakat dan Bakat Istimewa

Kognitif Mengidentifikasi, memahami dan


memanipulasi symbol abstrak,
konsentrasi dan daya ingat yang baik,
perkembangan bahasa lebih awal dari
anak seusianya, rasa ingin tahu tinggi,
minat beragam, lebih suka belajar dan
bekerja secara mandiri, serta
memunculkan ide-ide original.
Akademis Suka dengan tantangan, tetapi tidak suka
pada hal yang monoton.
Sosial-Emosional Idealis, perpeksionis, peka dengan seni
dan rasa keadilan, selalu semangat, serta
memiliki komitmen yang tinggi.
Memfasilitasi Anak dengan Kecerdasan Bakat Istimewa
1. Berikan tugas mandiri sesuai dengan minat dan kemampuan
anak
2. Bentuk kelompok belajar yang berisikan anak yang memiliki
minat dan kemampuan setara

3. Ajarkan keterampilan kognitif yang kompleks dalam konteks


mata pelajaran tertentu

4. Berikan kesempatan melakukan kajian mandiri tentang suatu


topik
5. Dorong kemampuan anak untuk menetapkan sasaran yang
tinggi
6. Cari fasilitator/mentor yang memiliki kapasitas khusus diluar
kapasitas pendidik
9. Tunaganda

Karakteristik
Memiliki kombinasi/ gabungan
dari dua/lebih kelainan/ketunaan
dalam segi fisik, mental, emosi
dan sosial sehingga memerlukan
layanan pendidikan, psikologi,
medik, sosial, vokasional
TEKNIK BIMBINGAN
DETEKSI DINI & RUJUKAN DINI
PENYIMPANGAN TUMBUH KEMBANG ANAK

1. Deteksi Dini 2. Intervensi Dini 3. Rujukan Dini


• Deteksi atau idntifikasi • Intervensi • Tingkat keluarga dan masyarakat
penyimpangan/hamba
Perkembangan • Tingkat Puskesmas &
tan
• Pengelompokan • Evaluasi Intervensi Jaringannya
terhadap Perkembangan • Tingkat Rumah Sakit rujukan
penyimpangan
/hambatan

Mendiagnosis Bukan Tugas Guru


BAGAIMANA GURU DAN SATUAN PAUD
BERADAPTASI DENGAN ABK?

“Dengan cara menyesuaikan model pembelajaran,


penataan lingkungan, perencanaan dan evaluasi
yang sesuai untuk mengakomodasi kebutuhan
semua anak, baik anak dengan kebutuhan khusus
maupun anak umum lainnya.”
DETEKSI DINI GANGGUAN PERTUMBUHAN
DI SEMUA TINGKAT PELAYANAN
Peran Guru Dalam Mengajar ABK
1. Mengakomodasi kebutuhan anak
2. Mengevaluasi Kekuatan dan kelemahan anak
3. Memberikan rujukan untuk pemeriksaan lanjutan
4. Berpartisipasi dalam menulis PPI
5. Berperan aktif dalam forum diskusi atau pertemuan ilmiah tentang ABK
6. Berkomunikasi dengan orangtua atau wali
7. Berpartisipasi dalam pertemuan orangtua
8. Berkolaborasi dengan profesional lain dalam mengidentifikasi dan mengoptimalkan
kemampuan anak
9. Guru BK/K, psikolog atau lembaga Identifikasi Potensi AUD psikologis yang ditunjuk
oleh PAUD melaksanakan Identifikasi Potensi AUD tentang aspek psikologis seperti
kecerdasan, bakat, minat, dan aspek psikologis lainnya (autisme, dll).
1. Jika data yang dibutuhkan menyangkut aspek psikologis dan kesehatan, yang
membutuhkan kompetensi dan kewenangan khusus, maka guru PAUD dapat
berkoordinasi dan bekerja sama dengan guru BK/K, psikolog, orthopedagog, dokter
atau lembaga Identifikasi Potensi AUD psikologis atau medis terkait.
2. Jika terkait dengan kesehatan dan permasalahan fisik-psikomotorik, maka Identifikasi
Potensi AUD dilaksanakan oleh dokter atau lembaga medis terdekat (Puskesmas,
Rumah Sakit, dll).
3. Guru BK/K, psikolog, orthopedagog, dokter, lembaga Identifikasi Potensi AUD
psikologis atau medis yang ditunjuk oleh PAUD, mengumpulkan data, mengolah,
menganalisis, menginterpretasikan dan, merekomendasikan dan melaporkan hasil
Identi ikasi Potensi AUD kepada lembaga PAUD
4. Guru PAUD menindaklanjuti laporan hasil Identifikasi Potensi AUD yang telah dilakukan
oleh ahli yang digunakan sebagai dasar untuk pengembangan potensi dan mengatasi
permasalahan AUD serta pengembangan program PAUD
GURU PENDAMPING KHUSUS (GPK)

GPK bukan merupakan guru pembantu dalam kelas melainkan bertugas untuk
bersinergi dan berjalan berdampingan demi terbentuknya kualitas inklusi. Ada 3
pekerjaan penting yang harus dinaungi GPK yaitu:
1. Bimbingan langsung/ tidak langsung kepada ABK
2. Perumusan PPI dan RPP yang mencakup kebutuhan semua siswa yang mencakup
kepada fleksibilitas kurikulum (adisi, omisi dan subtitusi sesuai kebutuhan ABK)
memberikan masukan dalam hal settingan kelas, pengembalian fokus siswa,
melibatkan siswa disabilitas dalam proses pembelajaran, penilaian terhadap
disabilitas kepada guru utama.
3. Sosialisasi kepada masyarakat sekolah bagaimana sekolah inklusi tersebut untuk
meminimilisir bullying, dan diskriminasi.
PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL (PPI)

Pengembangan PPI dilakukan oleh tim yang terdiri dari :


• guru
• Keluarga
• kepala sekolah,
• Guru Pendidikan Khusus (GPK) dan atau guru pembimbing ABK
serta guru Bimbingan Konseling/ Konselor (BK/K)  JIKA ADA
TUJUAN PPI

1. Menselaraskan antara kebutuhan peserta didik, tugas dan


perkembangan belajar dalam upaya mengembangkan potensi
peserta didik secara optimal.
2. Mengetahui kekuatan, kelemahan dan minat peserta didik,
sehingga program akan terarah pada kebutuhan dan sesuai
dengan tahap kemampuannya.
3. Meningkatkan efektivitas komunikasi baik dengan tim maupun
dengan orang tua.
PRINSIP

Jenis ABK

Tema atau materi Pertumbuhan &


pembelajaran perkembangan ABK

Kebutuhan belajar ABK


01. Pembentukan tim PPI

01

05 02
05.Menentukan 02. Menilai Kebutuhan
Evaluasi Kemajuan

04 03
03. Mengembangkan
04. Merancang Metode & Tujuan Pembelajaran
Prosedur Pembelajaran
KOMPONEN
PEMBELAJARAN INDIVIDUAL (PPI)

1. Kemampuan ABK
2. Tujuan umum yang akan dicapai
3. Rancangan pembelajaran
CONTOH 1. FORMAT
PEMBELAJARAN INDIVIDUAL (PPI)

1. Komponen Profil Peserta Didik


a. Biodata peserta didik, mencakup :
Nama :
Tempat/tanggal lahir :
Nama orangtua :
Alamat :
Telepon :
Wali yang bisa dihubungi :
dalam keadaan darurat
CONTOH 2 FORMAT PPI
Nama : Hambatan anak :
Usia : Pertemuan ke- :
Stimulasi :
Muatan Kegiatan Tempat Alat & Indikator Evaluasi Ket
Pembelajaran Pembelajaran Bahan
BSH BB MB
RENCANA TINDAK LANJUT
Terimakasih Guru Ku
Karya: Sheba Sri Dwide
Guru.. Terimakasih sudah menerima, mengenal dan memahamiku
Tanpa mu.. apalah arti hidup ku
Kaulah orangtua kedua yang ku temui di sekolah
Kau tlah mengajarkanku segala hal yang berhubungan dengan kecakapan hidup
Ketika ku katakan tidak BISA.. kau katakan BISA
Ketika ku mulai menyerah.. kau bimbing dan motivasi aku tuk selalu BANGKIT dan
BANGKIT melihat ke depan
Berulang kali aku menyakitimu, dan kau pun tak pernah marah..
Guru, tahukah.. tanpa kau sadari, aku pun merasakan sakit yang sama
Kau ajari aku dengan kelembutan dan kasih sayang yang tulus
Guru.. kaulah idolaku.. kaulah pahlawanku.. kaulah sgalanya untuk ku
Namamu akan selalu terukir abadi di sanubariku
Terimakasih.. terimakasih.. dan terimakasih guru ku..
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai