Anda di halaman 1dari 7

BAB III

Aplikasi Praktik Home Health Nursing pada Lansia dengan Diabetes Melitus

A. PENGARUH INTERVENSI KEPERAWATAN “CERDIKK” TERHADAP


PENGENDALIAN DIABETES MELLITUS PADA KELOMPOK LANSIA DI
KELURAHAN CURUG KOTA DEPOK (Hera Hastuti, Junaiti Sahar, Widyatuti)
Kemenkes RI tahun 2013 telah mencanangkan upaya pengelolaan lansia diabetes
mellitus dengan perilaku CERDIK. Perilaku CERDIK ini mempunyai makna, Cek
kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet sehat dan tepat,
Istirahat Cukup, Kelola Stres. Upaya ini sejalan dengan pilar penanganan diabetes yang
dikemukakan oleh Soegondo tahun 2009 yaitu edukasi, pengaturan makan, olah raga,
pengobatan dan cek gula darah. Namun belum ada indikator pelaksanaan program
pengelolaan lansia tersebut. Berbeda dengan model DSME (Diabetes Self Managemen
Education) yaitu pengontrolan gula darah melalui cek gula darah setahun sekali, cek
kesehatan mata dua tahun sekali, senam kaki, aktivitas fisik, pengontrolan IMT, diet,
kadar kolesterol, cek status merokok, review pengobatan.
Penerapan DSME sudah memiliki integrasi antara pemerintah sebagai pengambil
kebijakan, Community Health Service (puskesmas) sebagai pelaksana teknis dibantu
kader kesehatan yang ada dimasyarakat, berkerja melakukan pengontrolan terhadap
lansia yang menderita DM sejak pertama kali mereka terdiagnosa DM baik di RS
maupun di masyarakat. Pelaksanaan perilaku CERDIK masih perlu dikombinasi dengan
pencegahan dan perawatan terhadap kesehatan peredaran darah ke akral terutama kearea
kaki. Oleh karena itu pelaksanaan perilaku CERDIK ditambahkan dengan satu aspek lagi
yaitu ‘K’, sehingga menjadi perilaku CERDIKK. Makna penambahan dari huruf K ini
adalah Kulit Kaki sehat. Hal ini dapat dilakukan melalui perawatan kulit kaki setiap hari,
memantau keadaan kulit kaki lansia diabetes terutama tanda-tanda terjadinya gangguan
peredaran darah dikaki dan senam kaki. Sehingga penulis mengintegrasikan program
CERDIK menjadi program CERDIKK.
Perilaku lansia DM di kelurahan Curug dapat diaktifkan dengan meningkatkan
kemanfaatan fungsi pemantauan dan pengendalian DM. Pelaksanaan program atau
perilaku CERDIKK melalui model Community as Partner menggunakan strategi
pemberdayaan lansia, keluarga dan kader (Anderson & McFarlane, 2011). Keluarga
sebagai orang terdekat bagi lansia dapat dilibatkan sebagai faktor pendukung perilaku
CERDIKK. Dalam pemberdayaan keluarga perlu menggunakan model Family Centered
Nursing (Friedman, 2010). Hal ini terutama mengaktifkan fungsi-fungsi pemeliharaan
sistem tubuh lansia yang sesuai dengan teori konsekuensi fungsional (Miller, 2012).
Pelaksanaan program CERDIKK ini dituangkan dalam laporan karya tulis ilmiah penulis
dengan judul pengaruh intervensi keperawatan CERDIKK terhadap pengendalian
diabetes mellitus pada lansia di kelurahan Curug.
Masalah keperawatan yang utama terjadi yaitu ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan pada lanjut usia dengan masalah diabetes mellitus di Kelurahan Curug
Kecamatan Cimanggis Depok. Setelah dilakukan intervensi keperawatn didapatkan hasil :
1) Terjadi peningkatan pengetahuan kelompok swabantu CERDIKK DM sebelum dan
sesudah kegiatan sebesar 27,8% (rata-rata nilai post test 88,18). Hasil uji statistik
menunjukkan ada perbedaan yang signifikan dengan nilai p = 0,000.
2) Terjadi peningkatan keterampilan kelompok swabantu CERDIKK DM sebelum dan
sesudah kegiatan pelatihan komunikasi efektif sebesar 37,5% (rata-rata nilai post test
80). Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan yang signifikan dengan nilai p =
0,000.
3) Tersusunnya daftar kegiatan yang akan dilakukan dalam memfasilitasi lansia dalam
kehidupan di masyarakat sehingga lansia terhindar dari kegiatan yang tidak
bermanfaat.
4) Terbentuk aktivitas kegiatan lansia yang terstruktur dalam bidang keagamaan, sosial,
dan olah raga dalam mendukung kesehatan fisik, psikologis, dan sosial lansia yang
optimal.
5) Teraksesnya pelayanan risiko diabetes mellitus yang dilakukan oleh lembaga
swadaya masyarakat untuk membantu pengembangan dan perkembangan risiko
diabetes mellitus yang optimal.

Dinas Kesehatan Kota Depok dapat memperoleh gambaran dari karya ilmiah akhir ini
bahwa pemantauan dan pengendalian masalah kesehatan lansia dengan diabetes mellitus
yang dikelola dengan intervensi CERDIKK menggunakan BP2DM dan pelibatan aktif
kader Posbindu yang dilakukan oleh perawat telah dirasakan manfaatnya oleh lansia dan
keluarga dalam meningkatkan status kesehatan lansia sehingga dapat dicanangkan
pelaksanaan penerapan pemantauan kesehatan lansia secara mandiri menggunakan
intervensi CERDIKK dan media dokumentasi BP2DM.

B. HOME CARE DALAM PERAWATAN ULKUS DIABETIKUM DI KOTA


SEMARANG (Eni Kusyati, Arista Adityasari Putri)
Praktek keperawatan dapat dilakukan di rumah sakit, klinik, puskesmas serta juga
dapat dilakukan di rumah klien yang disebut dengan home care. Menurut American of
Nurses Association (ANA) tahun 2012 pelayanan kesehatan di rumah (home care) adalah
perpaduan perawatan kesehatan masyarakat dan keterampilan teknis yang terpilih dari
perawat spesialis yang terdiri dari perawat komunitas, perawat gerontologi, perawat
psikiatri, perawat maternitas dan perawat medikal bedah. Home care adalah pelayanan
kesehatan yang dilakukan secara intensif dan berkelanjutan pada seseorang atau keluarga
di tempat tinggal mereka sendiri, dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional dengan
perencanaan dan koordinasi yang diatur berdasarkan perjanjian bersama.
Di Jawa Tengah telah banyak Rumah Sakit yang melakukan home care untuk
kliennya, bahkan ada beberapa tenaga kesehatan yang melakukan praktek pelayanan
kesehatan di rumah atau home care. Ada hampir 15 rumah sakit yang melakukan home
care dan lebih dari 170 tenaga kesehatan yang berperan dalam home care.
Klien yang menggunakan jasa home care didasari oleh kebutuhan. Pertama
keputusan diambil dengan alasan kesulitan transportasi karena faktor usia sehingga tidak
mampu menggunakan transportasi. Keputusan lain dibuat karena kejenuhan proses
pengobatan sebelumnya yang lama dan tidak adanya perubahan yang nyata pada proses
penyembuhan luka. Ketiga keputusan menggunakan jasa home care karena melihat soft
skill perawat sangat bagus dalam melayani pasien. Partisipan menyampaikan
menyampaikan terkait keuntungan menggunakan jasa home care adalah dengan
perubahan kondisi luka yang semakin membaik selain itu juga disampaikan bahwa
dampak psikologis yang positif karena diberi pelayanan dengan soft skill yang sangat
baik oleh perawat.
Pelayanan kesehatan di rumah atau home care diantaranya perawatan pasien
pascastroke, pasien pascaoperasi, dan perawatan luka. Persepsi keluarga terhadap luka
diabetik didasarkan pada kondisi luka, opini lingkungan, serta manifestasi klinis ialah
luka yang terjadi pada seseorang yang mempunyai gula darah tinggi, luka tersebut lama
sembuhnya, semakin melebar jika tidak dirawat dengan baik, serta mengeluarkan cairan
berwarna kuning kemerahan dan mengeluarkan bau yang tidak sedap.
Teknik perawatan luka dengan menggunakan balutan yang bersifat lembab
bertujuan untuk mempertahankan isolasi lingkungan luka yang tetap lembab. Kondisi
luka yang dipertahankan tetap lembab akan membantu proses penyembuhan luka
sebanyak 45% serta mengurangi komplikasi infeksi dan pertumbuhan jaringan residual.
Perawatan luka bertujuan supaya luka menjadi sembuh serta mencegah dan mengatasi
infeksi supaya tidak menyebar ke organ lain. Kematian akibat infeksi luka yang
menyebar ke jantung tidak akan terjadi jika perawatan luka dilakukan sejak dini. Ada 7
faktor yang menghambat penyembuhan luka yaitu usia, infeksi, hipovolemi, hematoma,
benda asing, iskemia, diabetes dan pengobatan.

C. PELAYANAN HOME CARE DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN


KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG
MENDERITA DIABETES MELITUS (Farida Farida, Yitno Yitno, Angga
Miftakhul Nizar)
Lanjut usia banyak mengalami penyakit degeneratif seperti penyakit jantung,
osteoporosis, hipertensi, kanker, dan diabetes melitus. Lansia dengan diabetes melitus
membutuhkan perawatan di rumah atau home care karena diabetes melitus merupakan
penyakit progresif yang memerlukan penangan lama dan biaya besar. Dengan adanya
home care atau home health nursing, pasien lansia dalam memelihara kesehatannya
meskipun tidak menjalankan pengobatan di rumah sakit.
Dalam pelaksaan home care pada lansia dengan diabetes melitus, perawat
memiliki peran seperti melakukan pengelolaan, kolaborasi dengan multidisiplin,
memberikan layanan keperawatan secara langsung, mengevaluasi pelayanan, serta
meningkatkan pengetahuan dan kemandirian keluarga maupun pasien dengan diabetes
melitus. Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa aplikasi home care ini mampu
meningkatkan kemandirian keluarga dalam mengelola pasien lansia dengan diabetes
melitus. Farida, dkk (2021) mengungkapkan bahwa pemberian layanan home care pada
keluarga dengan anggota keluarga penderita diabetes melitus meningkatkan tingkat
kemandirian keluarga. Adapun tingkat kemandirian keluarga dinilai berdasarkan 7
dimensi yaitu :
1. Menerima petugas kesehatan
2. Menerima pelayanan kesehatan yang diberikan
3. Mengetahui dan mampu mengungkapkan masalah kesehatan
4. Mampu melakukan perawatan sederhana sesuai dengan anjuran
5. Mampu melakukan tindakan pencegahan secara aktif
6. Mampu melakukan tindakan peningkatan kesehatan (promotif)
Sebagian besar keluarga yang ditemukan belum menyadari pentingnya peran
keluarga dalam meningkatkan kesehatan lansia dengan diabetes melitus. Kontribusi
keluarga dalam merawat pasien juga sangat dibutuhkan untuk mendukung pelayanan.
Umunya keluarga dengan rentang usia 40-50 lebih mudah menyesuaikan dengan
perkembangan kondisi dan pengetahuan yang diajarkan. Melalui home care yang
dilakukan perawat, perawat dapat memberikan edukasi kesehatan pada keluarga untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga dalam merawat lansia dengan
diabetes melitus.

D. DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP SELF CARE PADA LANSIA DENGAN


DIABETES MELITUS (Heriyanti, Mulyono, Herlina)

Lansia merupakan tahap akhir dalam perkembangan kehidupan manusia yang merupakan
proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan terus berkesinambungan. Akan terjadi
perubahan anatomis, sisiologis, dan biokimia pada tubuh sehingga akan mempengaruhi
fungsi dan kemampuan tuibuh secara menyeluruh. Diabetes mellitus merupakan
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolism karbohidrat, lemak, dan protein
yang akan mengarah ke hiperglikemia atau kadar glukosa darah tinggi yang merupakan
suatu penyakit kronis progresif (Heriyanti et al., 2020)
Menurut Perkeni (Perhimpunan Endokrinologi Indonesia) ada lima pilar penanganan DM
yang bertujuan untuk mengontrol kadar gula darah sehingga dapat menurunkan angka
sakit dan kematian yang diakibatkan oleh komplikasi, serta diharapkan dapat
meningkatkan kualitas hidup pasien DM dengan melakukan diet nutrisi, aktivitas fisik
(olahraga), obat-obatan, dan monitor kadar gula darah. Oleh karena itu, untuk
mewujudkan hal tersebut sebaiknya pasien DM mampu untuk melakukan self-care.
Self care merupakan kebutuhan manusia pada kondisinya dan perawatan diri yang
dilakukan secara mandiri dengan menjalankan perencanaan dengan baik. Upaya self care
dapat dilakukan secara terus-menerus untuk memperbaiki kualitas hidup pasien dan
terhindar dari komplikasi yang mungkin saja akan timbul. Olebh karena itu, diharapkan
peran keluarga akan timbul dan terlibat dalam proses ini supaya self care yang dijalankan
pasien akan efektif. (Heriyanti et al., 2020)
Keluarga memiliki peran penting dalam pengobatan dan perawatan pasien DM
dikarenakan keluarga secara luas terlibat dalam keseharian pasien. Keluarga yang baik
akan mendukung kepatuhan terhadap pengobatan melalui perubahan gaya hidup keluarga
secara keseluruhan. Dukungan keluarga merupakan tindakan untuk menerima anggota
keluarganya dari segi emosional, dukungan informasi, dukungan penghargaan, dan
dukungan instrumental. Keluarga merupakan support system dalam pemberian
keperawatan dan penatalaksanaan klien DM.
Penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga yang baik akan mendukung
pelaksanaan program terapi sehingga akan menurunkan kadar gula darah. Dukungan
keluarga yang ditunjukkan melalui rasa simpati, perhatian, kasih saying, penghargaan,
dan kebersamaan akan membuat lansia dengan DM merasa tenang dalam menghadapi
berbagai keadaan yang tidak menyenangkan.

Sumber :

Kusyati, Eni., Putri, Arista Adityasari. 2016. Home Care Dalam Perawatan Luka Ulkus
Diabetikum di Kota Semarang. Jurnal INJEC, 1(1)

Farida, Yitno, Angga Miftakhul Nizar. 2021. Pelayanan Home Care Dalam Meningkatkan
Kemandirian Keluarga Dalam Merawat Anggota Keluarga Yang Menderita Diabetes
Mellitus. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKERS Kendal. 22 (4): 935 – 944

Heriyanti, H., Mulyono, S., & Herlina, L. (2020). DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP
SELF CARE PADA LANSIA DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2. Journal of
Islamic Nursing, 5(1), 32–37.

Anda mungkin juga menyukai