Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

Trend dan Issue Keperawatan Anak “Vaksin COVID-19 untuk anak-anak”

Program Studi : Program Sarjana Terapan dan Program Studi


Pendidikan Profesi Ners Program Profesi
Mata Kuliah : Keperawatan Anak
Penempatan : Semester V T.A. 2020/2021
Kelas / kelompok : 3A / kelompok 3

Penanggung Jawab :
Santun Setiawati,M.Kep.Ns.Sp.Kep.An

Disusun Oleh :
Anggota Kelompok 3

Andini Nur Hadziawanti P3.73.20.2.19.004


Brenda Nastiar P3.73.20.2.19.009
Dena Indri Yani P3.73.20.2.19.013
Fauziah Yuliana Putri P3.73.20.2.19.018
Jesika Meilany Sinaga P3.73.20.2.19.022
Meilina Wuryantari P3.73.20.2.19.026
Rica Regista Pratiwi P3.73.20.2.19.031
Syifa Rara Ratnaduhita P3.73.20.2.19.036

JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
TAHUN 2021
A. Pendahuluan

Wabah ini diawali pada tanggal 31 Desember 2019 berupa laporan beberapa
kasus pneumonia di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Komite Internasional Taksonomi
Virus (International Committee on Taxonomy of Viruses / ICTV) menamai virus tersebut
severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) dan World Health
Organization (WHO) menyebut penyakit yang disebabkan SARS-CoV-2 sebagai
penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19). 1,2 Kasus COVID-19 menyebar dengan cepat
ke berbagai negara hingga 2 Maret 2020, Indonesia mengumumkan kasus pertama
COVID-19.
Pada 11 Maret 2020, WHO menyatakan COVID-19 secara resmi menjadi
pandemi. Gejala yang terkait dengan COVID-19 termasuk batuk, demam, diare, sesak
napas, myalgia, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan kelelahan. Komplikasi penyakit ini
termasuk pneumonia, sindrom gangguan pernapasan berat akut, gagal ginjal, atau bahkan
kematian pada kasus tertentu (V’kovski et al. 2021). Pandemi COVID-19 diperkirakan
akan terus menimbulkan beban morbiditas dan mortalitas yang sangat besar sementara
sangat mengganggu masyarakat dan ekonomi di seluruh dunia.
Pada tanggal 15 Januari 2021 telah terdapat 870.000 kasus COVID-19
terkonfirmasi, dengan jumlah 711.000 kasus sembuh dan 25.246 kasus meninggal dunia.
Secara global, kasus COVID-19 pada anak (0-17 tahun) cenderung lebih rendah
dibanding dewasa, namun jumlah kasus anak terkonfirmasi tetap makin meningkat. Data
Kementrian Kesehatan Indonesia per tanggal 15 Januari 2021 menujukkan diantara
seluruh kasus konfirmasi COVID-19, 2,7 % merupakan anak usia 0-5 tahun, dan 8,9%
anak usia 6- 18 tahun. Angka kematian COVID-19 anak usia 0-5 tahun adalah 0,8% dan
usia 6-18 tahun adalah 1,5%. Beberapa penyakit komorbid anak yang dapat memperberat
kondisi COVID-19 adalah asma, penyakit jantung bawaan, dan imunosupresi. Pada kasus
COVID-19, populasi anak menunjukkan tanda dan gejala tidak spesifik, sehingga
diperlukan diagnosa dan tatalaksana COVID -19 anak yang tepat.
Banyak upaya penelitian difokuskan pada pengembangan vaksin yang efektif
untuk memerangi penyakit coronavirus 2019 (COVID-19). Pengembangan vaksin itu
sendiri, bagaimanapun, tidak akan cukup mengingat jumlah orang yang perlu di vaksinasi
untuk kekebalan yang meluas.
Banyak persepsi masyarakat yang memiliki keraguan untuk dilakukan vaksinasi.
Keraguan dan kesalahan informasi vaksin menghadirkan hambatan besar untuk mencapai
cakupan dan kekebalan komunitas. Pemerintah, tim kesehatan masyarakat dan kelompok
advokasi harus siap untuk mengatasi keraguan dan membangun literasi vaksin sehingga
masyarakat akan menerima imunisasi pada saat yang tepat. Awalnya vaksinasi COVID-
19 hanya diperuntukkan untuk usia diatas 17 tahun. Namun, sejak Juni 2021, IDAI telah
mengeluarkan rekomendasi pemberian vaksin untuk anak usia 12-17 tahun yaitu vaksin
Coronavac dari Sinovac, vaksin Covid-19 produksi PT. Bio Farma dengan bulk Sinovac,
serta vaksin Pfizer. Dan saat ini, pemerintah juga sudah memberikan izin untuk vaksin
Covid-19 untuk anak berusia 6-11 tahun dengan jenis Sinovac.
Namun, walaupun sudah terdapat izin resmi dari pemerintah terkait vaksinasi
COVID-19 untuk anak-anak, masih terdapat orang tua yang tidak mengizinkan anaknya
untuk dilakukan vaksin COVID-19 karena khawatir efek dari vaksin tersebut.
Maka dari itu, kami membahas trend dan issue mengenai “Vaksin COVID-19
untuk anak-anak” beserta dengan penyelesaian masalahnya.

B. Tujuan
1. Mengetahui bahwa vaksin covid-19 untuk anak-anak merupakan trend issu
keperawatan anak terkini
2. Mengetahui manfaat vaksin covid-19 bagi anak-anak
3. Mengetahui efek samping vaksin covid-19 bagi anak-anak
4. Mengetahui kontraindikasi vaksin covid-19 bagi anak-anak
5. Mengetahui cara mengatasi permasalahan izin kepad arang tua anak-anak

C. Issue dan Penyelesaian Masalah


1. Isu
Pandemi covid-19 sudah terjadi di Indonesia sejak tahun 2019. Menurut Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) 350 ribu anak di Indonesia terpapar Covid-
19 sepanjang 2020 dan 777 di antaranya meninggal sejak awal pandemi virus corona.
Zimet et al. menilai rasionalisasi dan tantangan untuk vaksinasi COVID-19 pada
anak-anak dan remaja.
Salah satu rasionalisasi vaksinasi COVID-19 pada anak-anak adalah melindungi
populasi yang rentan terhadap COVID-19. Berdasarkan data saat ini, anak dengan
COVID-19 dapat menularkan ke anak lain maupun orang dewasa disekitarnya.
Sehingga populasi ini juga perlu dimasukan ke dalam uji klinis vaksin COVID-19.
Sebelumnya, sejak bulan Juni 2021, IDAI telah mengeluarkan rekomendasi
pemberian vaksin untuk anak 12 - 17 tahun. Jenis vaksin yang sudah dapat digunakan
untuk anak 12-17 tahun yaitu vaksin Coronavac dari Sinovac, vaksin Covid-19
produksi PT Bio Farma dengan bulk Sinovac, serta vaksin Pfizer. Dan saat ini
pemerintah telah memberikan izin untuk vaksin COVID-19 untuk anak usia 6 sampai
11 tahun akan dimulai Selasa 14 Desember 2021 dengan jenis Sinovac dan sudah
punya Emergency Use Autorization (EUA).
Hal ini membuat banyak pro-kontra di masyarakat. Masih terdapat orang tua yang
tidak mengizinkan untuk anaknya dilakukan vaksin covid-19 karena khawatir efek
yang akan terjadi .

2. Penyelesaian masalah
Vaksin diharapkan dapat mencegah infeksi virus SARS-CoV-2,mengurangi
tingkat keparahan COVID-19, dan meningkatkan imunitas tubuh anak,
mengehentikan penyebaran, serta mengurangi rasa kekhawatiran orang tua. Di
Indonesia, pada tanggal 11 Januari 2020, Badan Pengawas Obat dan Makan Indonesia
menyetujui penggunaan darurat vaksin Coronavac yang diproduksi oleh Sinovac
Biotech sebagai vaksin COVID-19 di Indonesia, dengan efikasi dari hasil fase
percobaan klinis terakhir (suia 18-59 tahun) di Indonesia sebesar 65,3%.
Saat ini, pemberian vaksin pada anak berusia 12-17 di Indonesia telah diizinkan
sejak bulan Juni 2021 dan sudah mulai diizinkan pemberian sejak 14 Desember 2021
untuk usia 6-11 tahun. Vaksin-vaksin tersebut telah melewati uji klinis. Untuk vaksin
Pfizer, sudah melakukan uji klinis fase III pada kelompok anak usia 12 – 15 tahun
dengan subyek uji klinis sebanyak 2.260 orang.
Hasil uji klinis tersebut menghasilkan efikasi vaksin sebesar 100 persen. Produsen
vaksin Sinovac sendiri telah melakukan uji klinis fase I dan II pada umur 3 – 17
tahun. Uji klinis ini sudah memberikan respons imun cukup baik dan aman.
Reaksi demam pada umur 3 – 5 tahun dan 6 – 11 tahun masing-masing 8,77
persen dan 3,70 persen. (dr. Rodman, 2021).
Efek samping pemberian vaksin pun tidak terlalu parah. Pada vaksin Sinovac,
efek samping yang dilaporkan cukup ringan, hanya 2 anak usia 3 dan 6 yang
dilaporkan memiliki demam pascavaksinasi (overall adverse reaction rate 23,7 –
29%). Sedangkan pada vaksin Pfizer, efek yang umum terjadi pascavaksinasi adalah
nyeri pada daerah suntikan, rasa lelah, nyeri kepala, nyeri otot, menggigil, nyeri
sendi, dan demam.
Anak dengan riwayat alergi saat divaksinasi sebelumnya tidak boleh mendapatkan
vaksin ini nantinya. Kontraindikasi penyuntikan vaksin Sinovac pada anak usia 12 -
17 tahun adalah defisiensi imun primer, penyakit imun tidak terkontrol, penyakit
sindrom Guillain-Barre, mielitis transversa, acute demyelinating encephalomyelitis,
anak dengan kanker dalam kemoterapi/radioterapi, sedang menjalani pengobatan
imunosupresan, demam > 37,5 derajat C, pascaimunisasi lain kurang dari 1 bulan,
hamil, hipertensi tidak terkendali, diabetes melitus tidak terkendali, dan penyakit-
penyakit kronik atau kelainan kongenital tidak terkendali. Jika mengalami kondisi di
atas ini maka pemberian vaksin covid-19 pada anak sebaiknya ditunda untuk
mencegah kejadian-kejadian yang tidak diinginkan.
Untuk mengatasi permasalahan pemberian izin dilakukannya vaksin oleh orang
tua, dapat dilakukan berbagai cara yaitu :
a. Memberikan edukasi kepada orang tua / wali
Sebagai nakes kita dapat memberikan edukasi bahwa pemberian vaksin
sangat penting untuk mencegah terinfeksi virus covid-19, menjelaskan efek
samping dan kontarindikasi dilakukannya vaksinasi. Selain itu nakes dapat
memberikan edukasi kepada orang tua bahwa vaksin yang telah diberikan sudah
lulus uji klinis dan juga mendapat izin dari BPOM sehingga vaksin dapat aman
diberikan.
b. Pemberian informasi yang secara merata dan secara mendetail di berbagai
daerah dan di berbagai tempat.
Informasi – informasi yang mendetail dan secara merata dapat membuat
orang tua paham dan mengerti mengenai vaksin yang akan diberikan kepada
anak. Sehingga orang tua tidak perlu takut untuk mengizinkan anak dilakukan
vaksinasi. Banyak media yang dapat digunakan untuk memberikan informais
baik dengan melalui digital maupun secara tulisan.
Media media seperti social media dapat menjadi salah satu tempat
penyebaran informasi yang mendetail. Media media yang digunakan pun harus
beragam dan di sebar hingga ke daerah daerah yang sulit mendapat informasi
sehingga tidak ada kesalahan informasi yang didapatkan.
c. Komunikasi yang jelas dan konsisten oleh pejabat pemerintah.
Hal ini dapat membangun kepercayaan publik terhadap program vaksin.
Komunikasi ini termasuk menjelaskan cara kerja vaksin, serta cara
mengembangkannya, dari perekrutan hingga persetujuan peraturan berdasarkan
keamanan dan kemanjuran. Kampanye yang efektif juga harus bertujuan untuk
menjelaskan dengan hati-hati tingkat keefektifan vaksin, waktu yang dibutuhkan
untuk perlindungan (dengan berbagai dosis, jika diperlukan) dan pentingnya
cakupan seluruh populasi untuk mencapai kekebalan komunitas.
Menanamkan kepercayaan publik dalam tinjauan badan pengawas tentang
keamanan dan keefektifan vaksin akan menjadi penting.
d. Mencegah hoaks dan berita yang simpang siur mengenai vaksin
Berita hoaks dapat menjadi salah satu penyebab timbulnya
ketidapercayaannya orang tua mengizinkan anaknya untuk mengikuti vaksinasi.
Baik dari pemerintah, kominfo, maupun penyedia platform media social dapat
melakukan kolaborasi untuk mencegah dan mengatasi hoaks yang ada di mana-
mana. Kominfo dapat melakukan pemblokiran mengenai berita berita hoaks
yang timbul di media social maupun di televisi serta menutup berita hoaks
tersebut dengan berita mengenai informasi yang secara factual dan edukasi
mengenai vaksinasi covid-19.
e. Menumbuhkan Motivasi dan Perilaku
WHO mengembangkan kerangka teori model BeSD (Behavioral and
Social Drivers of vaccination) untuk mengatasi keraguan terhadap vaksinasi,
serta meningkatkan pelaksanaan vaksinasi. Menurut Model BeSD tersebut,
motivasi merupakan inti dari perilaku menjalani vaksinasi Motivasi merupakan
sikap bersedia dan ingin menjalani vaksinasi.
Motivasi terbentuk dari apa yang dipikirkan dan dirasakan seseorang, juga
dari proses sosial yang terdapat di lingkungan seseorang. Terutama menyangkut
pertimbangan manfaat dan risiko vaksinasi, serta kepercayaan pada tenaga
kesehatan yang melakukan vaksinasi. Dengan demikian, untuk menumbuhkan
motivasi perlu dikembangkan pola pikir dan lingkungan sosial yang sesuai.
Sebagai tenaga Kesehatan, selain memberikan edukasi kepada orang tua, dapat
juga memberikan motivasi untuk menumbuhkan keinginan untuk melakukan
vaksin.

D. Penutup

1. Kesimpulan
Pandemi covid-19 sudah terjadi di Indonesia sejak tahun 2019. Berdasarkan data
saat ini, anak dengan COVID-19 dapat menularkan ke anak lain maupun orang
dewasa disekitarnya. Sehingga populasi ini juga perlu dimasukan ke dalam uji
klinis vaksin COVID-19. Vaksin diharapkan dapat mencegah infeksi virus SARS-
CoV-2,mengurangi tingkat keparahan COVID-19, dan meningkatkan imunitas tubuh
anak, mengehentikan penyebaran, serta mengurangi rasa kekhawatiran orang tua.

2. Saran
Melihat adanya kegiatan vaksinasi di lapangan perlu adanya dukungan motivasi
guna mengembangkan pola pikir dan lingkungan sosial yang sesuai. Sebagai tenaga
Kesehatan, selain memberikan edukasi kepada orang tua, dapat juga memberikan
motivasi untuk menumbuhkan keinginan untuk melakukan vaksin 
E. Daftar Pustaka

Astuti, N. P., Nugroho, E. G. Z., Lattu, J. C., Potempu, I. R., & Swandana, D. A. (2021).
Persepsi Masyarakat terhadap Penerimaan Vaksinasi Covid-19: Literature
Review. Jurnal Keperawatan, 13(3), 569-580.

Hadiyanto, M. L. (2021). Gambaran hingga tatalaksana COVID-19 pada


anak. Yogyakarta. Rumah Sakit Pusat TNI AU Dr. Suhardi Hardjokusumo.

Kepercayaan Publik Nasional Pada Vaksin Dan Vaksinasi COVID-19. Jakarta: SMRC
(Saiful Muljani Research & Consulting), 2020. https://saifulmujani.com/kepercayaan-
publik-nasional-pada-vaksin-dan-vaksinasi-COVID-19/ diakses pada tanggal 14
Desember 2021 pukul 14.00

Anda mungkin juga menyukai